Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
Ayu Nur Sasangka
"Lipopeptida Pal-CKKHH-YGRKKRRQRRR-PKKKRKV sebagai alternatif agen transfeksi nonviral yang baru telah berhasil disintesis dan diuji karakteristiknya. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik lipopeptida Pal-CKKHH-YGRKKRRQRRR-PKKKRKV dalam membentuk kompleks dengan DNA, mengondensasikan DNA, melindungi DNA dari degradasi enzim DNAse, serta mengetahui sitotoksisitas dan kemampuan transfeksinya pada galur sel mamalia, CHO-K1 dan HepG2. Karakteristik lipopeptida Pal-CKKHH-YGRKKRRQRRR-PKKKRKV kemudian dibandingkan dengan karakteristik dua agen transfeksi komersil, yaitu Poly-L-Lysine dan Lipofectamine 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lipopeptida Pal-CKKHH-YGRKKRRQRRR-PKKKRKV mampu membentuk kompleks dengan DNA pada rasio muatan 0,7, melindungi DNA dari degradasi DNAse pada rasio muatan 1,5, serta memiliki nilai IC50 sebesar 2,940 x 10-2 ?M pada sel CHO-K1 dan 1,964 x 10-2 ?M pada sel HepG2. Namun, lipopeptida tersebut kurang baik dalam mengondensasikan DNA dibandingkan Poly-L-Lysine dan Lipofectamine 2000. Berdasarkan hasil uji transfeksi, lipopeptida Pal-CKKHH-YGRKKRRQRRR-PKKKRKV telah berhasil mentransfeksikan plasmid pCSII-EF-AcGFP ke dalam sel CHO-K1 dan HepG2. Keberhasilan tersebut ditandai dengan adanya pendaran hasil ekspresi Green Fluorescent Protein pada kedua sel. Meskipun demikian, pendaran yang dihasilkan dinilai kurang maksimal dibandingkan dengan hasil transfeksi oleh Lipofectamine 2000. Hasil transfeksi lipopeptida Pal-CKKHH-YGRKKRRQRRR-PKKKRKV yang optimal berada pada rasio muatan 7 dengan waktu inkubasi 48 jam.
Lipopeptide Pal CKKHH YGRKKRRQRRR PKKKRKV as a novel nonviral transfection agent has been successfully synthesized and tested by its characteristics. The study aimed to determine the characteristics of lipopeptide Pal CKKHH YGRKKRRQRRR PKKKRKV in forming complexes with DNA, condensing and protecting DNA from degradation of DNAse enzymes, as well as to reveal its cytotoxicity and ability as a transfection agent in mammalian cell lines, CHO K1 and HepG2. The characteristics of lipopeptide Pal CKKHH YGRKKRRQRRR PKKKRKV were compared with the characteristics of two commercial transfection agents, Poly L Lysine and Lipofectamine 2000. The result has showed that lipopeptide Pal CKKHH YGRKKRRQRRR PKKKRKV is able to complex DNA at charge ratio 0.7, protect DNA from DNAse degradation at charge ratio 1.5, and has an IC50 value of 2.940 x 10 2 M in CHO K1 and 1.964 x 10 2 M in HepG2 cells. However, the lipopeptide is not better in condensing the DNA than Poly L Lysine and Lipofectamine 2000. Furthermore, based on the transfection test result, lipopeptide Pal CKKHH YGRKKRRQRRR PKKKRKV has successfully transfected pCSII EF AcGFP plasmids into CHO K1 and HepG2 cells. The accomplishment is depicted by presence of Green Fluorescent Protein expression in both cells. However, the fluorescence of transfection by lipopeptide Pal CKKHH YGRKKRRQRRR PKKKRKV is not maximal, compare to Lipofectamine 2000. The optimal transfection result of lipopeptide Pal CKKHH YGRKKRRQRRR PKKKRKV is at charge ratio 7 and 48 hours incubation time."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sarah Adinda Puteri
"Sebagai satu negara dengan aktivitas transmisi virus dengue (DENV) yang tinggi, Indonesia tercatat memiliki angka kematian (CFR) akibat infeksi DENV yang besar. Besarnya CFR dapat diatasi dengan pendeteksian dini menggunakan kit diagnostik yang pada umumnya berupa antibodi monoklonal. Akan tetapi, kit diagnostik yang berbasis antibodi monoklonal memiliki biaya produksi yang mahal, sehingga dibutuhkan alternatif lain yang lebih murah. Kit diagnostik yang berbasis antibodi rekombinan dapat dijadikan alternatif pendeteksi dini infeksi DENV. Penelitian ini bertujuan untuk memperbanyak gen rantai berat (heavy chain) dan rantai ringan (light chain) penyusun antibodi rekombinan dalam bentuk fragmen pengikat antigen (Fab) yang mampu mendeteksi protein NS1. Penelitian yang dilakukan mencakup proses sintesis cDNA dari RNA total, amplifikasi gen heavy chain dan light chain dari cDNA menggunakan metode PCR, serta kloning kedua gen tersebut ke dalam vektor kloning pTA2 menggunakan metode heat-shock. Produk PCR gen heavy chain dan light chain menghasilkan pita dengan ukuran bervariasi, yang salah satunya merupakan pita pada ukuran yang diharapkan. Sebanyak 14 koloni transforman hasil kloning masing-masing gen berhasil terseleksi dan terisolasi dari medium yang mengandung 75 µg/µl ampisilin. Hasil analisis tahap verifikasi hasil kloning menunjukkan gen heavy chain dan light chain hanya terintegrasi parsial (± 400 bp) pada vektor pTA2 dalam Escherichia coli TOP10.
As one of the countries with high dengue virus (DENV) transmission activity, Indonesia recorded has a large fatality rate (CFR) due to DENV infection. This can be reduced through early detection of the dengue using a diagnostic kit which is generally a monoclonal antibody. However, the diagnostic kits based on monoclonal antibodies have expensive production costs, so other cheaper alternatives are needed. Therefore, this study aims to multiply heavy chain and light chains genes in the form of fragmen antigent binding (Fab) recombinant antibodies capable of detecting NS1. This study involved the synthesis of cDNA from total RNA, the amplification of heavy chain and light chain genes from cDNA using the PCR method, and cloning these two genes into pTA2 vector cloning using heat-shock method. Heavy chain and light chain PCR products produce bands at various sizes, but a band at correct size was discovered. A total of 14 transformed colonies were successfully selected and isolated from a medium containing 75 µg/µl ampicillin. The results of the verification stage of cloning results showed that the heavy chain and light chain genes were partially integrated (± 400 bp) into the pTA2 vector in Escherichia coli TOP10."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tanaya Subiantistha
"
ABSTRACTIndonesia merupakan salah satu wilayah endemik dari penyakit demam berdarah dengue (DBD). Negara ini memiliki jumlah infeksi dengue yang tinggi, dan terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, mulai dilakukan pengembangan diagnostik dengue untuk menekan angka kematian dari infeksi dengue tersebut. Pengembangan diagnostik dengue dilakukan untuk menghasilkan kit antibodi dengan harga terjangkau dan mudah dalam produksinya. Pengembangan tersebut dilakukan dengan mengkloning fragment antigen binding (Fab) rantai berat (HC) dan rantai ringan (LC) yang berasal dari sel hibridoma 44F. Sel hibridoma 44F diproduksi dengan induksi sel rekombinan CHO-K1 yang kemudian digunakan untuk menghasilkan anti-NS1 dari virus dengue 3 (DENV-3) yang berasal dari Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh Fab 44F HC dan LC yang telah teramplifikasi serta transforman Escherichia coli TOP10 yang mengandung Fab 44F HC dan LC. Kloning Fab 44F HC dan LC dilakukan dengan menggunakan pGEM-T Easy dan sel inang Escherichia coli TOP10 dengan teknik heat shock, kemudian Fab 44F HC dan LC diverifikasi dengan proses isolasi plasmid rekombinan, digesti plasmid rekombinan, PCR plasmid, dan sekuensing. Hasil dari kloning tersebut menunjukkan Fab 44F HC dan LC berhasil teramplifikasi dan terverifikasi dengan ukuran 650 bp dan transforman E. coli TOP10 mengandung 44F HC dan LC berhasil diperoleh. Berdasarkan hasil tersebut kloning gen rantai penyusun Fab 44F telah berhasil dilakukan dengan menggunakan plasmid pGEM-T Easy.
ABSTRACTIndonesia is one of the endemic areas of dengue hemorrhagic fever (DHF). It has a high number of dengue infections and continues to increase every year. Therefore, the development of dengue diagnostics had been started with the aim of reducing the mortality rate of dengue infections. Dengue diagnostic development is carried out to produce antibody kits at affordable prices and are easy to produce. The development was carried out by cloning heavy chain (HC) and light chain (LC) fragments of antigen derived from 44F hybridoma cell which was then used to produce anti-NS1 from dengue virus 3 (DENV-3) originating from Indonesia. This study aimed to obtain Fab 44F HC and LC that have been amplified and Escherichia coli TOP10 transformants containing Fab 44F HC and LC. Cloning of Fab 44F HC and LC was performed using pGEM-T Easy and host cells of E. coli TOP10 with heat shock technique. Furthermore, Fab 44F HC and LC were verified by recombinant plasmid isoation, recombinant plasmid digestion, plasmid PCR, and sequencing. The results of the cloning showed Fab 44F HC and LC were successfully amplified and verified with a size of 650 bp and the
E. coli TOP10 transformants containing 44F HC and LC were successfully obtained. Based on these results, the cloning of gene composing Fab chain was successfully carried out using pGEM-T Easy plasmid."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Choirul Ikhsan
"Chikungunya merupakan penyakit menular yang bersifat re-emerging dan ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti & Aedes albopictus. Penyakit yang disebabkan virus chikungunya ini memiliki manifestasi klinis non-spesifik sehingga dibutuhkan metode diagnosis yang cepat dan akurat. Protein E2 yang dikode oleh gen E2 virus chikungunya berpotensi digunakan dalam proses diagnosis penyakit chikungunya. Protein rekombinan E2 diekspresikan pada inang Pichia pastoris-X33 Mut+ koloni B4, F, dan N. Penelitian ini bertujuan menghasilkan protein rekombinan E2 serta didapatkan waktu inkubasi dan konsentrasi induksi metanol optimum pada sistem ekspresi Pichia pastoris. Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan dasar produksi antibodi monoklonal yang akan digunakan dalam pengembangan perangkat diagnostik penyakit chikungunya. Metode yang digunakan pada adalah inokulasi Pichia pastoris pada medium MM dan MD. Induksi koloni pada medium BMGY dan BMMY selama 24, 48, dan 72 jam inkubasi. Koloni diinduksi dengan metanol murni dengan variasi konsentrasi akhir 0,5%, 1%, dan 2%. Verifikasi ekspresi protein melalui SDS-PAGE dan Western blot. Hasil penelitian menunjukkan koloni Pichia pastoris yang membawa gen pPICZaA-E2 dapat mengekspresikan protein E2 berukuran 35-38 pada koloni pada setiap variasi induksi dan waktu inkubasi.Waktu inkubasi terbaik adalah 72 jam dan induksi metnaol akhir terbaik adalah 0,5%
Chikungunya is known as an infectious disease that re-emerging and transmitted by Aedes aegypti & Aedes albopictus mosquitoes. This chikungunya infectious has non-specific clinical manifestation so it requires a rapid and accurate diagnostic method for its detection. Envelope 2 (E2) protein coded by E2 gene in the genome of the virus has potential to be used for diagnosis. B4, F and N colonies of Pichia pastoris X33 Mut+ used as the expression system. This research is aimed to obtain E2 recombinant protein, then to obtain the optimum of incubation times and methanol induction. This result used as a basic material for monoclonal antibody production in chikungunya rapid diagnostic test kit development. The method used in the expression of E2 recombinant protein in Pichia pastoris host cells was Pichia pastoris inoculation on MM and MD medium. Colony induction on BMGY and BMMY medium for 24, 48, and 72 hours of incubation. Colonies were induced with pure methanol with various final concentrations of 0,5%, 1%, and 2%. Verification of protein expression through SDS-PAGE and Western blot. The results showed that Pichia pastoris colonies carrying the pPICZaA-E2 gene were able to express 35—38 kDa. Protein E2 on SDS-PAGE results indicating that E2 protein was successfully expressed on each induction and times. The optimum incubation time is 72 hours and 0,5 % methanol induction"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Farah Shabihah
"
Chikungunya merupakan penyakit menular yang bersifat re-emerging atau penyakit lama yang dapat tersebar kembali. Penyakit yang disebabkan virus chikungunya ini memiliki manifestasi klinis non-spesifik sehingga dibutuhkan metode diagnosis yang cepat dan akurat. Protein E2 yang dikode oleh gen E2 pada virus chikungunya berperan penting sebagai pengikatan reseptor sehingga berpotensi untuk digunakan dalam proses diagnosis penyakit chikungunya. Penelitian ini bertujuan menghasilkan protein rekombinan E2 sebagai bahan dasar produksi antibodi monoklonal yang akan digunakan dalam pengembangan perangkat diagnostik penyakit chikungunya. Metode penelitian yang dilakukan mencakup pembentukan plasmid rekombinan pPICZaA-E2, transformasi plasmid rekombinan pada sel inang Escherichia coli, analisis koloni transforman, transformasi plasmid rekombinan pada sel inang ekspresi Pichia pastoris X-33, analisis fenotipe, hingga ekspresi protein rekombinan E2. Hasil penelitian menunjukkan 281 koloni E. coli transforman pPICZaA-E2 dapat tumbuh pada medium yang mengandung antibiotik zeocin. Hasil analisis PCR koloni transforman menunjukkan gen E2 dengan ukuran 1.260 bp berhasil ditransformasikan ke sel inang E. coli menggunakan vektor pICZaA dengan ukuran 3.569 bp. Hasil analisis PCR genom berhasil mengamplifikasi gen AOX1 berukuran 2,2 kb dan 1,8 kb yang menunjukkan plasmid rekombinan berhasil terintegrasi pada genom P. pastoris dan menghasilkan fenotipe Mut+. Pita protein berukuran 40 kDa pada hasil SDS-PAGE menunjukkan protein E2 berhasil terekspresi.
Chikungunya is known as an infectious, re-emerging disease. Because of the non-specific clinical manifestation, chikungunya needs a rapid and accurate diagnostic method for its detection. Envelope 2 (E2) protein coded by E2 gene in the genome of the virus has an important role as an attachment receptor to a cell that made it potential to be used for diagnosis. This research is aimed to obtain E2 recombinant protein as a basic material for monoclonal antibody production in chikungunya rapid diagnostic test kit development. Chikungunya E2 gene is amplified and ligated with pPICZaA vector to make recombinant DNA clones from E. coli. The clones then isolated and used for protein expression in P. pastoris. The result shows 281 transformants of E. coli colonies can grow on a selection medium that contains zeocin. Analysis of direct colony PCR show E2 gene was transformed and cloned using pPICZaA vector. Analysis of genomic PCR shows 2,2 kb and 1,8 kb bands formed that indicate AOX1 gene was amplified and the integration of recombinant plasmid pPICZaA to P. pastoris genome was successful. Visualization of protein electrophoresis shows protein band was formed at the size of40 kDa that indicate the protein expression was successful.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dela Pradita Kusumawati
"
ABSTRAKGen NS1 merupakan gen penyandi protein NS1 (non-strukural 1) yang terdapat pada virus dengue. Protein NS1 diketahui memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan dasar kit diagnostik untuk penyakit demam berdarah dengue (DBD). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh protein rekombinan NS1 virus dengue untuk pengembangan kit diagnostik NS1. Penelitian ini meliputi proses kloning gen NS1 pada vektor ekspresi pYES2/CT, ekspresi pada Saccharomyces cerevisiae INVSc1 dan purifikasi protein rekombinan NS1 menggunakan HisPurTM Ni-NTA Magnetic Beads. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 485 koloni transforman hasil kloning ke dalam E. coli TOP10F? berhasil diseleksi pada medium yang mengandung 100 µg/ml. Analisis hasil PCR dan sekuensing menunjukkan bahwa gen NS1 yang berukuran 1056 pb berhasil terintegrasi ke dalam vektor ekspresi pYES2/CT. Analisis hasil SDS PAGE dan western blotting menunjukkan protein rekombinan NS1 berhasil diekspresikan pada Saccharomyces cerevisiae dengan ukuran sekitar 42?55 kDa. Analisis SDS PAGE untuk hasil purifikasi menunjukkan didapatkan protein yang terelusi dalam kondisi native dengan ukuran sekitar 42?55 kDa. Gen NS1 telah berhasil dikloning dan protein NS1 berhasil terekspresi serta terpurifikasi.
ABSTRAKNS1 gene is a gene encoding NS1 (non-structural 1) protein dengue virus. Dengue NS1 protein (non-structural 1) is known as an important biomarker for early diagnosis of dengue hemorrhagic fever (DHF) disease. The research objective is to obtain NS1 recombinant protein dengue virus serotype 3 for development kit diagnostic NS1. Stages of the research include cloning NS1 gene Into pYES2/CT expression vector, expression in Saccharomyces cerevisiae INVSc1, and purification NS1 recombinant protein with HisPurTM Ni-NTA Magnetic Beads. A total of 485 colony transformants were selected on medium with ampicilin 100 µg/ml as cloning results in E. coli TOP 10F?. PCR and sequencing analysis showed that NS1 gene was successfully fused to vector pYES2/CT and showed NS1 size is 1056 bp. SDS PAGE and western blotting analysis showed a band of NS1 recombinant protein as expression results. Molecular weight of NS1 protein was approximately 42--55 kDa. SDS PAGE analysis showed a band of NS1 recombinant protein purified in native condition with a molecular weight approximately 42--55 kDa. NS1 gene was successfully cloned, can be also expressed and purified as protein NS1.
"
[2016;2016;2016;2016;2016, 2016]
S62673
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Isma Nur Azzizah
"
ABSTRAKSubunit protein NS2B-NS3 merupakan protein nonstruktural penyusun virus dengue. Kedua protein tersebut berperan dalam proses replikasi, memodulasi patogenesis, serta respons terhadap sel inang. Penelitian bertujuan untuk memvalidasi hasil kloning yang telah dilakukan oleh peneliti BPPT, mengekspresi dan mempurifikasi protein rekombinan NS2B-NS3 DENV serotipe 3. Vektor yang digunakan untuk kloning dan ekspresi ialah vektor plasmid pYES2/CT. Proses kloning yang telah dilakukan belum tervalidasi sehingga perlu divalidasi dengan metode digesti menggunakan enzim restriksi serta diamplifikasi menggunakan metode PCR. Plasmid yang telah tervalidasi ditransformasi menggunakan metode heat shock ke Saccharomyces cerevisiae sehingga memudahkan proses ekspresi. Hasil ekspresi kemudian divisualisasi menggunakan SDS-PAGE dan western blot. Hasil purifikasi kemudian divisualisasi menggunakan SDS-PAGE saja. Plasmid rekombinan pYES2/CT(NS2B-NS3) yang telah tervalidasi, terekspresi dan terpurifikasi kemudian dikirim untuk proses sekuensing. Hasil visualisasi ekspresi menggunakan metode SDS-PAGE dan western blot ialah terlihat pita spesifik pada ukuran 83 kDa. Hasil visualisasi purifikasi menggunakan SDS-PAGE terlihat muncul pita spesifik pada ukuran 83 kDa pada bagian flow-through dan resin. Hasil sekuensing menunjukan nilai kemiripan 96--99% antara plasmid rekombinan NS2B-NS3 dengan DENV serotipe 3 (DENV-3). Analisis homologi hasil sekuensing dengan isolat nomor 141 asal Jakarta menunjukan nilai 91--94% dan 97% untuk asam amino penyusun DENV.
ABSTRACTNS2B-NS3 protein subunit are nonstructural protein which construct dengue virus. Both of these proteins take a role in the replication process, modulating pathogenesis, and responding to the host cell. This research aimed to validate the cloning product that had been conducted by BPPT researchers, express and purify recombinant proteins NS2B-NS3 DENV serotypes 3. The vector used for cloning and expression was a plasmid pYES2/CT vector. Furthermore, the cloning product was validated using restriction enzyme digest and amplified using PCR method. Then the plasmid vectors that had been validated were transformed using a heat shock method into Saccharomyces cerevisiae to facilitate the expression process. The results of expression were visualized using SDS-PAGE and western blot. Whereas, the results of purification were visualized using SDS-PAGE only. Recombinant plasmid pYES2/CT (NS2B-NS3) that had been validated, expressed, and purified were proceed to the sequencing process. The visualized expression showed a band of 83 kDa. The visualized purification showed a band of 83 kDa in the flow-through and resin part. The sequencing results showed 96--99% sequence similarity between NS2B-NS3 recombinant plasmid and DENV serotypes 3 (DENV-3). The homology analysis of the sequencing results using isolates number 141 from Jakarta showed 91--94% value and 97% for the amino acid which construct DENV."
2016
S62957
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Annisa Sholiha
"Protein NS3 pada Dengue Virus DENV Serotipe 3 DENV-3 adalah protein nonstruktural yang memiliki berat molekul 72 kDa dan bertanggung jawab dalam siklus replikasi virus dengue. Protein tersebut dapat dijadikan kandidat vaksin rekombinan subunit penyakit Demam Berdarah DBD . Penelitian ini bertujuan untuk validasi hasil kloning gen NS3 DENV-3 ke vektor pYES2/CT sebelumnya, ekspresi dan purifikasi protein rekombinan dari sel Saccharomyces cerevisiae. Uji validitas dengan metode PCR dan analisa sekuensing DNA menunjukkan bahwa gen NS3 DENV-3 pada klon 2 dan 11 memiliki validitas yang tinggi terinsersi pada plasmid pYES2CT >90. Hasil ekspresi transforman Saccharomyces cerevisiae pYES2/CT dengan metode SDS PAGE dan Western Blot menunjukkan adanya pita spesifik berukuran 72 kDA pada sampel 2A dan 8B. Hasil purifikasi sampel yang sudah terverifikasi ekspresinya sampel 2A dengan mekanisme elusi gradien menunjukkan adanya protein spesifik yang terelusi dengan menggunakan elution buffer yang mengandung imidazol konsentrasi 350 mM.
DENV 3 NS3 Protein is a non structural protein with molecular weight approximately around 72 kDA and responsible for replication cycle dengue virus. This protein could be a candidate for subunit recombinant vaccine of Dengue Haemorrhagic Fever DHF. The aims of this study were to validated the previous cloning result of DENV3 NS3 gene into pYES2 CT vector, expressed and purified the recombinant protein from Saccharomyces cerevisiae cells. The result of validity tests with PCR method and DNA sequencing showed NS3 gene in clone 2 and 11 had high validity were inserted on plasmid pYES2 CT 90. The result of the expression in transformant Saccharomyces cerevisiae pYES2 CT with SDS PAGE and Western Blot methods showed there was a specific band with size 72 kDa in clone 2A and 8B. The result of verified clone clone 2A with gradient elution mechanism showed there was a specific protein that was eluted by elution buffer which contained 350 mM imidazole."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66851
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tika Widayanti
"Infeksi dengue DENV adalah penyakit yang diperantarai nyamuk yang manifestasinya dapat mengarah pada dengue hemorrhagic fever DHF dan/atau dengue shock syndrome DSS yang dapat mengakibatkan kematian. Di Indonesia, DHF sudah endemis dan menjadi penyakit yang terjadi sepanjang tahun. Protein non struktural-1 NS1 dari DENV diketahui merupakan biomarker dalam diagnosis dengue karena protein ini bersirkulasi dalam darah selama fase akut penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan antibodi monoklonal mAb untuk mendeteksi antigen NS1 dari DENV serotipe 3 DENV3. Sel hibridoma penghasil mAb diperoleh dengan memfusikan sel B dari mencit yang diimunisasi dengan antigen NS1 yang diekspresikan pada sel CHO-K1 dengan sel PAI myeloma. Seleksi hibridoma dengan ELISA indirect diperoleh 16 klona yang berpotensi menghasilkan antibodi anti-NS1.
Tujuh klona terbaik dipilih untuk dikarakterisasi dengan metode IFA terhadap antigen rekombinan NS1 dan hasilnya 6 klona positif menunjukkan reaksi sinyal fluoresens. Klona mAb 4-2D, 4-4F, dan 2-7A diuji terhadap protein NS1 native dari DENV1, DENV2, DENV3, dan DENV4, dan ketiga mAb tersebut mampu mengenali secara spesifik protein NS1 dan tidak bereaksi terhadap protein virus yang lain. Terdapat reaktivitas silang dengan 3 serotipe lainnya yang mengindikasikan bahwa mAb yang diujikan mengenali epitop lestari antigen NS1. Analisis prediksi epitop NS1 juga dilakukan secara in silico terhadap beberapa strain DENV lainnya. Namun, studi lebih lanjut mengenai pemetaan epitop dan afinitas pengikatan antigen-antibodi perlu dilakukan untuk menentukan mAb yang paling potensial sebagai bahan baku kit diagnostik.
Dengue DENV is a mosquito borne infection disease which its manifestation can be lead to a lethal dengue hemorrhagic fever DHF and or dengue shock syndrome DSS . In Indonesia, DHF has been endemic and the disease occurs throughout the year. Non structural 1 NS1 protein of DENV is known to be a biomarker in dengue diagnosis since the protein is abundantly circulating in the blood during acute phase of the disease. The aim of this study to develop monoclonal antibodies mAbs derived from DENV3 to detect NS1. Hybridoma mAb producing cells were obtained by fusing B cells from an immunized mice with NS1 antigen expressed on CHO K1 cells, with PAI myeloma cells. Hybridoma selection with indirect ELISA showed 16 clones that could be potentially produce anti NS1 antibodies. Seven up to sixteen clones were selected to be characterized by IFA against recombinant NS1 antigen and the result showed 6 clones produce fluorescence signals. Clones mAb 4 2D, 4 4F, and 2 7A were tested against native NS1 proteins from DENV1, DENV2, DENV3, and DENV4, and these mAbs were able to recognize specifically NS1 protein and did not react against other viral proteins. There is a cross reactivity within 3 other serotypes which initially indicate that mAbs recognizes the conserved epitopes determinant of the NS1 antigen. Epitopes prediction analysis was also performed in silico against several others DENV strains. However, further studies of epitope mapping and antigen antibody binding affinity are necessary to determine the most potential mAbs for diagnostic tools. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Alfina Fauzanida Rahmani
"Infeksi dengue merupakan salah satu masalah utama kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Angka kejadian demam berdarah dengue di Indonesia terus meningkat sejak tahun 1968 sampai tahun 2013. Akan tetapi, laju kematian atau case fatality ratio akibat demam berdarah dengue mengalami penurunan karena adanya deteksi infeksi dengue secara dini menggunakan antibodi monoklonal dan protein biomarka non-struktural 1 (NS1). Pengembangan antibodi monoklonal dengan teknologi hibridoma sebagai bahan baku kit diagnostik dengue terkendala masalah biaya produksi yang mahal dan waktu produksi yang relatif lama, sehingga dibutuhkan alternatif lain seperti pengembangan antibodi rekombinan. Penelitian ini dilakukan untuk memperbanyak gen rantai berat (heavy chain) dan rantai ringan (light chain) penyusun fragment antigen binding (Fab) rekombinan dari sel hibridoma lokal 71E2 yang telah diinduksi dengan virus dengue sehingga diharapkan mampu mensekreksikan antibodi anti-NS1. Gen heavy chain dan light chain diamplifikasi dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR), kemudian divisualisasi dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa. Produk PCR gen heavy chain menghasilkan pita berukuran 600 bp, sedangkan produk PCR gen light chain menghasilkan pita berukuran 350 bp. Plasmid rekombinan yang terdiri atas gen heavy chain/light chain dan vektor pTA2 ditransformasi ke dalam Escherichia coli TOP10 dengan menggunakan metode heat shock. Teknik PCR, digesti, dan sekuensing digunakan untuk mengkonfirmasi keberadaan gen target pada plasmid rekombinan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa gen heavy chain dan light chain yang berasal dari sel hibridoma 71E2 berhasil dikloning pada vektor pTA2 di dalam E. coli TOP10. Akan tetapi, diperlukan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi kemampuan ekspresi Fab rekombinan yang tersusun atas gen heavy chain dan light chain hasil kloning sebagai material penting dalam pengembangan kit diagnostik dengue.
Dengue infection is one of major health problem which spread worldwide including in Indonesia. The dengue hemorrhagic fever (DHF) incidence in Indonesia increased rapidly from 1968 until 2013. However, the case fatality ratio decreased during the same period due to early detection of dengue infection by using monoclonal antibody and non-structural 1 (NS1) protein biomarker. The development of monoclonal antibody with hybridoma technology as raw material for dengue diagnostic kit was constrained by the expensive production costs and relatively long production time so that other alternatives are needed such as the development of recombinant antibody. This early study was conducted to clone heavy chain and light chain gene of recombinant fragment antigen binding (Fab) using local hybridoma cell 71E2 secreting monoclonal antibody anti-NS1 which was induced by dengue virus. The heavy chain and light chain gene of Fab were amplified by polymerase chain reaction (PCR) and then visualized by agarose gel electrophoresis. Heavy chain PCR product produces a band at 600 bp, while light chain PCR product produces a band at 350 bp. The recombinant plasmid that consists of the gene and pTA2 vector were transformed to Escherichia coli TOP10 using heat shock method. Polymerase chain reaction, digestion, and sequencing method then used to confirm the gene insertion in the recombinant plasmid. The results showed that the heavy chain and light chain gene from hybridoma cell 71E2 were successfully cloned on the pTA2 vector in E. coli TOP10. However, further study should be conducted to evaluate the expression of the recombinant Fab from heavy chain and light chain gene as a valuable material in the development of dengue diagnostic kit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library