Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Yuliyani
"Skripsi ini membahas partisipasi masyarakat Desa Gedepangrango dalam kegiatan pengembangan kawasan ekowisata Situgunung. Tulisan ini berfokus pada bagaimana hubungan antara stakeholder terkait dengan masyarakat sekitar mempengaruhi respon dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengembangan wisata. Permasalahan yang terjadi adalah adanya perbedaan antara klaim dan realita yang terjadi dalam kegiatan pengembangan kawasan ekowisata Situgunung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Hasil penelitian ini adalah partisipasi masyarakat Desa Gedepangrango dalam kegiatan pengembangan kawasan ekowisata Situgunung masih sebatas partisipasi di bidang ekonomi karena mereka bergantung pada kawasan ekowisata Situgunung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja atau berdagang di kawasan ini. Masyarakat Desa Gedepangrango masih berada pada proses pemberdayaan melalui pengembangan desa wisata yang dilakukan oleh pemerintah desa serta tokoh masyarakat yang diharapkan dapat bersinergi dengan kawasan ekowisata Situgunung.

This thesis discusses the participation of Gedepangrango Community on the development activity of Situgunung ecotourism area. This thesis focuses on how the relationship between stakeholders and the Gedepangrango community influences their response and participation in tourism development activities. The problem that occurs is that there is a difference between claims and reality in the development activities of Situgunung ecotourism area. This research is a qualitative research using participatory observation methods, in-depth interviews, and literature study. The results of this study are that the participation of the people of Gedepangrango Community in the development of Situgunung ecotourism area is still limited to participation in the economic sector because they depend on the Situgunung ecotourism area to make ends meet by working or selling goods in this area. Gedepangrango Community are still in the empowerment process through the development of a tourist village carried out by the village government and community leaders that expected to sinergize with Situgunung ecotourism area."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremia Agung Ananta
"Makalah ilmiah akhir ini mengupas tuntas dilema etik yang saya rasakan sebagai reporter magang kanal showbiz PT Liputan Enam Dot Com melalui metode autoetnografi. Sebagai mahasiswa antropologi, saya memahami pentingnya kehadiran etik untuk menjaga interaksi antar individu yang ideal, tak terkecuali dalam konteks dunia profesional. Jurnalistik showbiz pun merupakan salah satu bidang pekerjaan yang memiliki serangkaian kode etik yang bersifat wajib untuk dipatuhi oleh tiap jurnalis sebagai bentuk profesionalisme. Akan tetapi dalam praktiknya, saya selaku reporter magang menemukan bahwa terdapat banyak hal dalam industri media kanal showbiz yang tidak sesuai dengan kode etik dan nilai-nilai yang saya genggam. Saya juga turut diperhadapkan dengan dinamika kekuasaan di lingkungan kerja yang membatasi saya dalam bertindak dan berpendapat, sehingga memicu dilema etik yang signifikan. Situasi ini kian diperumit oleh peran ganda saya sebagai mahasiswa antropologi dan reporter magang kanal showbiz. Antropologi membekali saya kesadaran penuh terhadap etik untuk memahami kompleksitas manusia dalam konteks sosial dan budaya mereka masing-masing. Sebaliknya dalam peran saya sebagai reporter magang kanal showbiz, terdapat orientasi untuk meraih engagement setinggi-tingginya yang seringkali menuntut saya untuk melampaui batas etik para publik figur. Refleksi yang ditulis pun merupakan usaha saya untuk mengungkap dilema etik sebagai sesuatu yang cenderung tidak bisa dihindari dalam dunia profesional. Makalah ilmiah akhir ini diharapkan mampu memberikan wawasan bagi orang-orang yang mengalami problema serupa untuk menegosiasikan dan menghargai dinamika dilema etik sebagai sarana pengembangan diri.

This final scientific paper thoroughly explores the ethical dilemma that I felt as a reporter intern for PT Liputan Enam Dot Com's showbiz channel through the autoethnographic method. As an anthropology student, I understand the importance of ethics to maintain ideal interactions between every individual, including in the context of the professional world. Showbiz journalism is one of the fields of work that has a series code of ethics that are mandatory for each journalist to comply with as a form of professionalism. However, in practice, as a reporter intern I found that there are many things in the showbiz media industry that are not in accordance with the code of ethics and values that I hold dearly. I was also confronted with power dynamics in my work environment that restricted my actions and opinions, triggering significant ethical dilemmas. This situation was further complicated by my dual role as an anthropology student and showbiz channel reporter intern. Anthropology equipped me with the ethical awareness to understand the complexity of humans in their respective social and cultural contexts. On the other hand, in my role as reporter intern for the showbiz channel, there is an orientation to achieve the highest engagement that often requires me to go beyond the ethical limits of public figures. The reflections written here are my attempt to uncover ethical dilemmas as something that tends to be inevitable in the professional world. This final scientific paper is expected to provide insights for people who experience similar problems to negotiate and appreciate the dynamics of ethical dilemmas as a process of self-development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kamila Meilina
"Makalah ini mengeksplorasi penerapan konsep antropologis dalam proses produksi berita, dengan fokus pada perspektif emik dan etik. Dalam proses magang sebagai reporter televisi di NET TV, penerapan konsep antropologis seperti wawancara mendalam, observasi langsung, dan penggunaan perspektif narasumber, diadaptasi untuk memberikan wawasan yang lebih kaya dan kontekstual dalam produksi berita. Dalam hal ini, pendekatan emik dan etik memberikan perspektif yang berimbang, memungkinkan pembuat berita memahami sudut pandang dari dalam suatu konteks budaya (emik) dan menyelaraskan interpretasi mereka dengan interpretasi dari luar (etik). Dalam konteks produksi berita, kombinasi pendekatan emik-etik dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana nilai-nilai budaya, norma, dan latar belakang sosial memengaruhi seleksi, penyajian, dan interpretasi kisah narasumber. Metode ini diterapkan terutama pada proses liputan berita tipe magazine news, khususnya dalam segmen Fakta Baik di acara Fakta+62 NET TV Meskipun begitu, penerapan konsep ini tidak selalu ideal; saya sebagai mahasiswa magang dan reporter, sering menghadapi dilema dalam pengolahan data liputan yang harus menyesuaikan idealisme dengan alur kerja media, mempertimbangkan produser, rating, dan minat masyarakat. Media yang mengutamakan akurasi, aktualitas, dan faktualitas menjadi wahana menyelaraskan perspektif emik-etik dengan proses kerja yang gesit. Pengalaman magang ini menunjukkan bahwa perspektif antropologis dalam jurnalistik memperkaya cerita dan membangun jembatan pemahaman antara berbagai budaya dan komunitas.

This paper explores the application of anthropological concepts in the news production process, focusing on emic and etic perspectives. During internship as a television reporter at NET TV, the application of anthropological concepts such as in-depth interviews, direct observation, and the use of source perspectives was adapted to provide richer and more contextual insights in news production. In this context, the emic and etic approaches offer balanced perspectives, enabling newsmakers to understand viewpoints from within a cultural context (emic) and align their interpretations with external perspectives (etic). In the context of news production, the combination of emic-etic approaches can provide a deeper understanding of how cultural values, norms, and social backgrounds influence the selection, presentation, and interpretation of news stories. This method is primarily applied in the magazine news coverage process, particularly in the Fakta Baik segment of the Fakta+62 NET program. However, the application of these concepts is not always ideal; as an intern and reporter, I often face dilemmas in processing coverage data that require balancing idealism with media workflow, considering producers' input, ratings, and public interest. Media that prioritize accuracy, timeliness, and factual reporting become a platform to align emic-etic perspectives with a more agile workflow. This study demonstrates that anthropological perspectives in journalism enrich stories and build bridges of understanding between diverse cultures and communities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annabel Adeline Nathania
"Makalah ilmiah ini membahas teknikalisasi yang terjadi selama bekerja sebagai peneliti dalam program penelitian "Receh Coreng" (Research Courses of Housing Cooperatives Rental Housing). Dalam perspektif antropologi pembangunan, tulisan ini mengacu pada konsep Rendering Technical untuk menyoroti teknikalisasi yang terjadi mulai dari tahap pengumpulan data hingga tahap analisis data. Dominasi ahli dalam pembangunan cenderung mengarahkan solusi teknis tanpa mempertimbangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang diteliti. Program ini merupakan program multidisiplin yang melibatkan berbagai ilmu lain, termasuk antropologi sosial, dengan tujuan menghasilkan solusi pembangunan perumahan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun, kendala teknikalisasi mewarnai penelitian ini, dengan penekanan berlebihan pada data kuantitatif dan desain fisik berupa luaran rusun yang mengesampingkan aspek kualitatif dan kontekstual dari pengalaman pengontrak. Teknikalisasi terlihat dalam seluruh proses pengumpulan data dan analisis, menghasilkan output berupa desain arsitektur yang kurang memperhitungkan realitas sosial masyarakat. Refleksi serta kesimpulan yang dilampirkan dalam tulisan ini berasal dari pengalaman pribadi saya yang saya elaborasikan dengan konsep rendering technical untuk mengungkapkan indikasi-indikasi teknikalisasi dalam program penelitian multidisiplin Receh Coreng.

This final scientific paper discuss technicalization that occurs while working as a researcher in the research program "Receh Coreng" (Research Courses of Housing Cooperatives Rental Housing). From the perspective of development anthropology, this paper refers to the concept of Rendering Technical to highlight the technicalization that occurs from the data collection stage to the data analysis stage. The dominance of experts in development tends to direct technical solutions without considering the aspirations and needs of the researched community. This program is a multidisciplinary program involving various other disciplines, including social anthropology, with the aim discusses of producing housing development solutions that are suitable for community needs. However, the constraint of technicalization colors this research, with an excessive emphasis on quantitative data and physical design in the form of apartment outputs, neglecting the qualitative and contextual aspects of tenant experiences. Technicalization is evident in the entire process of data collection and analysis, resulting in outputs in the form of architectural designs that inadequately consider the social realities of the community. The reflections and conclusions presented in this paper stem from my personal experience, which I elaborate on with the concept of rendering technical to reveal indications of technicalization in the multidisciplinary research program Receh Coreng.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Sarla Andrian
"Galeri Nasional Indonesia merupakan lembaga seni rupa modern dan kontemporer di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Galeri Nasional Indonesia membuka program magang pada berbagai divisi, salah satunya divisi Kurasi Karya Seni Rupa. saya bekerja sebagai pemagang dalam divisi tersebut dengan tugas membuat deskripsi makna karya seni rupa. Proses magang tidak lepas dari hambatan, saya mengalami berbagai hambatan sehingga memerlukan proses adaptasi terhadap lingkungan kerja, sistem manajemen, interaksi sosial dengan pegawai tetap dan sesama pemagang, serta kurangnya arahan atau bimbingan mentor dalam proses pengkurasian karya seni rupa. Permasalahan tersebut dapat diatasi melalui tiga proses adaptasi yaitu adaptasi perilaku, adaptasi strategi, dan adaptasi proses. Bentuk adaptasi ini diterapkan salah satunya dengan menginisiasi proses pembelajaran secara mandiri dalam menjalankan tugas pengkurasian karya seni rupa. Minimnya arahan dari mentor membuat saya mengeksplorasi ilmu yang didapat selama perkuliahan yaitu menggunakan kerangka kerja semiologi Roland Barthes sebagai bentuk adaptasi strategi dalam proses kurasi. Melalui pendekatan ini, saya membuat pendeskripsian karya seni rupa dengan melihat makna denotatif dan konotatif yang merujuk pada berbagai konstruksi makna dalam kehidupan sosial. Proses-proses yang telah dilalui di atas menjadi rangkaian adaptasi dan pembelajaran bagi saya pada dunia kerja berbasis magang.

National Gallery of Indonesia is a modern and contemporary art institution under the Ministry of Education and Culture. It offers internship programs in various divisions, including the Curation of Fine Art Works. I work as an intern in that division with the task of making a description of the artwork's meaning. During the internship, I experienced various challenges that required a process of adaptation to the work environment, management system, social interaction with employees and fellow interns, and the lack of direction or guidance from mentors in the process of curating fine art works. These problems can be overcome through three adaptation processes, such as behavior adaptation, strategy adaptation, and process adaptation. This form of adaptation is applied, one of which is by initiating an independent learning process while doing the task of curating fine art works. The lack of guidance from the mentor made me explore and apply the concept of Barthes’ semiology in the curation process which I gained during college’s lectures. Through this approach, I made a description of fine art works by analyzing denotative and connotative meanings that refer to various constructions of meaning in social life. The processes that have been passed above have become a series of adaptations and learning for me in the world of apprentice-based work."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Listia Anggoro
"Ciu Bekonang adalah minuman beralkohol tradisional yang memiliki kaitan erat dengan desa Bekonang. Ciu merupakan arak tradisional yang telah ada lebih dari seabad melekat dalam setiap aspek masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan Ciu Bekonang dari masa ke masa, baik sebagai komoditas ekonomi maupun sebagai produk budaya, terutama dalam kaitannya dengan budaya minum di Sukoharjo. Penulis menggunakan metode penelitian studi pustaka berbasis anotasi bibliografi dengan melakukan telaah dari data-data sekunder yang membahas Ciu Bekonang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perkembangannya sejak zaman kolonial hingga sekarang, selalu ada upaya dari otoritas untuk melakukan pengaturan terhadap ciu. Pengaturan ini antara lain dilatari oleh anggapan bahwa Ciu Bekonang adalah minuman keras dan produk “gelap”. Kendati demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa Ciu Bekonang tetap bertahan dan dipertahankan oleh para pengrajin dan peminum. Fenomena pemertahanan produksi dan budaya minum ciu yang ada di Sukoharjo dan sekitarnya ini tidak hanya menjadi bentuk ekspresi identitas kultural, namun juga menjadi praktik dimana identitas sosial secara aktif dikonstruksi, diwujudkan, dan ditransformasikan oleh pembuatnya dan peminumnya.

Ciu Bekonang is a traditional liquor that has close ties to Bekonang village. Ciu is a traditional beverage that has existed for more than a century and is embedded in every aspect of society. This study aims to find out the evolving history of ciu Bekonang from time to time, both as an industry, commodity, and cultural product, especially in relation to drinking culture in Sukoharjo. The author used a literature study research method based on bibliographic annotations by reviewing secondary data that discusses the Bekonang ciu. The research results show that the existing authorities, even since the colonial era, have attempted to regulate ciu. This arrangement is motivated by, among other things, the assumption that Ciu Bekonang is liquor and a "dark" product. However, this research shows that Ciu Bekonang survives and being maintained by ciu makers and drinkers. The phenomenon of maintaining production and drinking culture of ciu is not only seen as an expression of cultural identity, but also as a practice in which social identity is actively constructed, realized, and transformed by ciu makers and ciu drinkers."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Firdaus
"Makalah ilmiah akhir ini membahas situasi kerja yang tidak ideal dalam praktik magang yang saya alami di Galeri Seni. Tidak naif untuk diungkapkan bahwa praktik magang di Galeri Seni telah memberikan saya pengalaman berharga, khususnya dalam Bidang Kurasi Karya Seni—misalnya mampu mengembangkan keterampilan menulis, melatih menginterpretasikan makna dalam suatu karya seni, dan mengasah kemampuan riset. Pendekatan apprenticeship menjadi basis sentral dalam menggambarkan posisi pemagang sebagai pendatang baru yang hendak melakukan pembelajaran dengan menjadi bagian dari Galeri Seni. Namun, berdasarkan temuan dan analisis yang dilakukan, praktik magang tidak hanya tertuju pada pemerolehan keuntungan dengan mengeksplorasi berbagai hal. Tanpa disadari, praktik magang juga berpotensi membawa pada fenomena eksploitasi sehingga menyudutkan pemagang pada situasi kerja yang tidak ideal—seperti ketidaksesuaian kesepakatan kerja, kontrol berlebihan, ketimpangan relasi, dan lain sebagainya. Pendekatan apprenticeship menjadi kerangka antropologis yang mampu memproyeksikan fenomena eksplorasi dan eksploitasi yang berkelindan dan mampu menjangkau lebih detail dalam melihat fenomena persimpangan serta ketegangan dalam praktik magang di Galeri Seni.

This final scientific paper discusses the non-ideal working situation in the apprenticeship I experienced at the Art Gallery. It would not be naive to say that my apprenticeship at an art gallery has given me valuable experience, especially in the field of curating works of art—for example, being able to develop my writing skills, practice interpreting meaning in works of art, and hone my research skills. The “apprenticeship approach” is the central basis for describing the position of apprentices as newcomers who want to do learning by becoming part of the Art Gallery. However, based on the findings and analysis conducted, apprenticeship practices are not only aimed at gaining profits by exploring various things. Unknowingly, the practice of apprenticeship also has the potential to lead to the phenomenon of exploitation, thereby cornering apprentices in non-ideal work situations—such as discrepancies in work agreements, excessive control, unequal relations, and so on. The “apprenticeship approach” becomes an anthropological framework that is able to project the intertwined phenomena of exploration and exploitation and is able to reach in more detail in viewing the phenomena of intersection and tension in the practice of apprenticeship at the Art Gallery."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Trahamas Anbiyalitikto
"Kajian ini menjabarkan bentuk dan variasi mahar pernikahan yang secara sosial budaya dikonstruksi oleh masyarakat. Berbagai penelitian yang telah ada menjabarkan dinamika mahar pernikahan di Indonesia dengan satu lokus spesifik, belum terdapat pembahasan komparatif, terutama dalam pembahasan konstruksi nilai. Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif melalui studi kepustakaan. Cakupan kajian pustaka mengenai mahar pernikahan yang diteliti difokuskan pada wilayah Indonesia dan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir publikasi tulisan. Penelitian ini berangkat dari sebuah pertanyaan terkait dengan mengapa terdapat perbedaan bentuk dan variasi dalam pemberian mahar pernikahan, serta bagaimana konstruksi dan persepsi masyarakat mengenai nilai dan makna suatu benda atau objek yang dapat dijadikan mahar pernikahan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mahar pernikahan di Indonesia dikonstruksikan dari 2 faktor, yaitu (1) dari sisi benda/objek yang memiliki nilai kultural, historis, dan simbolis bagi suatu masyarakat; dan (2) dari sisi aktor (yang memberi dan yang menerima) dikaitkan dengan status pendidikan, sosial, dan ekonomi. Temuan tersebut menunjukkan bahwa tindakan pemberian mahar pernikahan dilalui dengan proses konstruksi dan konversi nilai yang beragam berdasarkan bangunan pemaknaan kultural maupun preferensi individual dalam rangkaian ritual pernikahan.

This research defines the form and variation of bride price constructed in a society based on their social and cultural context. The majority of the article explains the dynamic bride price in Indonesia, focusing on one specific locus; there is no explanation of the bride price from a comparative study, especially about the process of value construction. I use qualitative descriptive methods for the literature review. The research domain in the Indonesia region, from the last five years of the article’s publication. This research departs from a question related to why there are different forms and variations of bride price, as well as how the construction and people's perception of the value and meaning. The results of this study indicate that the bride price in Indonesia is constructed from 2 factors, namely (1) in terms of objects that have cultural, historical, and symbolic values ​​for society; and (2) from the perspective of the actor (who gives and receives), it is associated with educational, social, and economic status. These findings indicate that giving the bride price is passed through a process of value construction and conversion from various cultural meanings and individual preferences in a series of wedding rituals."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Robihah
"Budaya populer Thailand semakin berkembang seiring dengan meningkatnya antusiasme publik terhadap industri entertainment Thailand. Perkembangan ini membentuk suatu kolektif penggemar yang kemudian mendefinisikan dirinya sebagai "Thai Enthusiast". Penelitian ini menganalisis perkembangan fandom digital dan budaya penggemar "Thai Enthusiast" di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode etnografi digital atau netnografi, meliputi wawancara mendalam secara daring dan observasi partisipan secara digital di media sosial. Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa budaya populer Thailand di Indonesia mulai berkembang pesat terutama semenjak pandemi. Perkembangan ini membawa hadirnya ragam budaya penggemar yang direpresentasikan melalui berbagai praktik penggemar dalam ruang-ruang digital. Dalam aktivitasnya, setiap penggemar saling berbagi perspektif dan berbagi makna dalam mengekspresikan relasi emosional dengan idol dan mengkonseptualisasikan nilai tentang fandom digitalnya.

Thai popular culture is growing along with the increasing public enthusiasm for the Thai entertainment industry. This development formed a fan collective which later defined itself as a "Thai Enthusiast". This study analyzes the development of digital fandom and fan culture of "Thai Enthusiast" in Indonesia. This research was conducted using digital ethnographic methods or netnography, including online in-depth interviews and digital participant observation on social media. The findings in this study indicate that Thai popular culture in Indonesia has begun to develop rapidly, especially since the pandemic. This development presents a variety of fan culture which is represented through various fan practices in digital spaces. In their activities, each fan shares perspectives and shares meaning in expressing emotional relationships with idols and conceptualizing values about their digital fandom."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilani Purwaningsih
"Dalam upaya penanggulangan kemiskinan, Bappenas menginisiasi program MBKM Desa Cemara melalui berbagai bentuk intervensi kegiatan. Dalam hal ini, saya terlibat secara aktif dalam program MBKM Desa Cemara yang berfokus pada pemberdayaan lapisan kelompok masyarakat pengrajin anyaman daun pandan di Desa Tanjungpura. Lapisan kelompok masyarakat inilah yang selanjutnya menjadi cikal bakal komunitas anyaman yang berhasil dibentuk dan dibina dalam meningkatkan produktivitas serta mengoptimalkan sumber daya atau potensi lokal sebagai basis pertumbuhan ekonomi pedesaan. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah autoetnografi. Tulisan ini menjabarkan hasil pengamatan dan refleksi pengalaman magang saya untuk menjelaskan proses pemberdayaan masyarakat melalui kerangka perspektif antropologi, khususnya antropologi terapan.
Hasilnya menunjukkan bahwa pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan yang melibatkan masyarakat, mulai dari needs assessment, perumusan solusi permasalahan, perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program. Program berjalan dengan lancar sampai evaluasi dilakukan. Meskipun demikian, program ini masih minim dari unsur kemandirian dan keberlanjutan. Hal tersebut disebabkan karena minimnya kolaborasi antar pihak dalam menjaga keberlangsungan program. Oleh karena itu, program pemberdayaan sangat perlu mengoptimalkan keterlibatan berbagai pihak terkait, mulai dari unsur masyarakat, pemerintah desa, pemerintah kabupaten, maupun dinas setempat agar program yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat terus berjalan dan berkelanjutan.

In an effort to poverty reduction, Bappenas initiated the Desa Cemara MBKM program through various forms of intervention activities. In this regard, I actively participated in the Desa Cemara MBKM program which focuses on empowering the community group of pandan leaf-woven craftsmen in Tanjungpura Village. This layer of a community group is the forerunner of the worn community that has been successfully formed and fostered in increasing productivity and optimizing local resources or potential as a basis for rural economic growth. The method used in this paper is autoethnography. This paper describes the result of observation and reflection on my internship experience to explain the process of community development through the framework of anthropological perspectives, especially applied anthropology.
The results show that implementation of the community development programs is carried out through several stages involving communities, starting from need assessment, formulation of problem solutions, planning, implementation, to evaluation program. However, this program is still lacking in self-reliance and sustainability elements. This is to the lack of collaboration between parties in maintaining the sustainability of the program. Therefore, the community development program needs to involve various related parties, starting from elements of the community, village government, district government, and local agencies so that the programs that have been implemented before could be sustainable.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>