Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umar Abdul Hamiid
"Introduksi: Gagal jantung (GJ) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu secara optimal memompa darah untuk konsumsi tubuh. Walaupun dalam tingkat global prevalansi GJ itu tinggi, studi mengenai hubungan status New York Heart Association (NYHA) dan IMT dari pasien GJ masih minim. Sebagai tambahan, tidak seperti di negara lain, studi mengenai profil pasien GJ di Indonesia sudah tua. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai karakteristik klinik pasien GJ di RSCM dan mengidentifikasi jika adanya korelasi signifikan diantara IMT dan status NYHA pasien GJ.
Metode: Ini adalah studi penampang lintang data sekunder yang dilakukan pada tahun 2021. Data dari pasien GJ yang memiliki indikator IMT dan NYHA jelas dari rekam medis PJT dan pusat RSCM dikumpulkan. Semua data berasal dari kunjungan pertama pasien ke RSCM. Data tersebut dianalisa menggunakan SPSS, dimana frekuensi, median, dan interquartile range dari variabel ditelusuri. Hubungan antara IMT dan NYHA diobservasi melalui ANOVA dan regresi logistik. Hasil: 224 data pasien dari RSCM berhasil terkumpulkan. Median usia pasien GJ di RSCM adalah 57 tahun (IQR=13.75). Populasi pria melebihi dibandingkan wanita (66.1%). Pasien obesitas meliputi sepertiga (39.7) dari total populasi. NYHA 2 adalah status NYHA yang paling kerap muncul dalam populasi sample (62.1%). Gejala yang paling sering ditemukan adalah sesak nafas (75.0%), sedangkan sejarah medis yang paling acap adalah gejala jantung iskemik (69.2%). Semua tanda vital dalam jarak normal. Manifestasi klinis yang paling sering muncul adalah ronkhi (36.80%). Pola ECG yang paling sering ditemukan adalah irama sinus normal (61.50%). Kebanyakan pasien memiliki ejeksi fraksi berkurang (58%). Semua indikator lab normal, terkecuali untuk biomarker renal yang tinggi. Terapi farmakologi teradministrasi paling sering adalah B-Blocker dan Antagonis Aldosterone (64.6% dan 66.5%). One way ANOV A menunjukan adanya perbedaan rata rata IMT signifikan (! (2,211) = 7.964, " = <.001, #2 = .06). Konklusi: Profil pasien studi ini sesuai ekspektasi dari kondisi rujukan awal pasien GJ. Profil pasien sample ini dengan studi lain dari Indonesia, akan tetapi menemukan beberapa perbedaan dengan studi dari negara lain. IMT dan NYHA juga ditemukan mempunyai korelasi linear, dengan catatan ada faktor eksternal yang menentukan progresi menuju NYHA 4.

Introduction: Heart failure is a condition where the heart cannot pump blood for the body. Even though it is high on prevalence globally, the relationship between the presenting New York Heart Association (NYHA) and patients' BMI is still minimally studied. Additionally, HF patients' profile in Indonesia is significantly outdated. This study aims to provide a clinical characteristic of HF patients in RSCM and identify the relationship between BMI and present NYHA status. Methods: This study is a cross sectional secondary data study conducted on 2021. Data of HF patients from PJT and central RSCM medical records with a clear indicator of BMI and NYHA were collected. All data came from the patient's first visit to RSCM. Data were then analyzed using SPSS, where the frequency, median, interquartile range of variables was explored. The relationship between BMI and NYHA was observed using ANOVA and logistic regression. Results: 224 data were collected on this study. The median age of HF patients in RSCM was 57 years old (IQR=13.75). Compared to females, males are more frequent (66.1%). Obese patients comprise one third (39.7%) of the population. NYHA 2 is the most common presenting NYHA, which constitutes half the sample (62.1%). The most common symptom is dyspnea (75.0%), while the most common medical history is previous ischemic heart disease diagnosis (69.2%). All vital signs are within normal range upon inspection. The most common physical manifestation is Ronchi (36.80%). ECG pattern most commonly found is normal sinus rhythm (61.50%). Most patients have reduced ejection fraction (58%). Lab indicators are within the normal range, except for renal biomarkers, which is mainly elevated. Most common medication administered is B- Blocker and Aldosterone Antagonist (64.6% and 66.5%). ANOVA test found significant mean differences between severe NYHA and BMI (! (2,211) = 7.964, " = <.001, #2 = .06) Conclusion: In conclusion, patients from this study are more common to have NYHA 2. Additionally, BMI and NYHA is linear correlated, where other factors apart from BMI may be a significant cause of progression to NYHA 4."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzah Aulia
"Latar belakang. Diare merupakan penyebab kematian anak ketiga di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah infeksi Entamoeba histolytica. Deteksi E.histolytica pada individu asimtomatis penting untuk langkah pencegahan, karena kista E.histolytica sebagai penyebabnya, mudah ditularkan lewat fekal maupun oral. Selama ini, metode deteksi yang tersedia telah berkembang hingga molekuler. Namun deteksi secara mikroskopik tetap digunakan secara luas karena murah. Salah satu kelemahan metode ini adalah pada pemeriksaan langsung, organisme dalam jumlah sedikit tidak dapat terdeteksi. Salah satu cara untuk meningkatkan sensitivitas dalam pemeriksaan mikroskopik adalah dengan metode konsentrasi sampel tinja pasien. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan sensitivitas pemeriksaan mikroskopik dengan metode konsentrasi, dan mengetahui prevalensi infeksi E.histolytica asimtomatis pada populasi anak sekolah di Kampung Melayu. Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil spesimen tinja subyek penelitian untuk diperiksa di laboratorium Parasitologi FKUI. Hasil. Didapatkan 673 sampel pemeriksaan mikroskopik dengan metode langsung, dan 540 sampel dengan metode konsentrasi. Frekuensi infeksi E.histolytica/E.dispar asimtomatik adalah 2,5% dengan menggunakan metode langsung, sedangkan dengan metode konsentrasi 6,3%. Sensitivitasnya adalah 38,5% sedangkan spesifisitasnya 94,6%. Nilai prediksi positif 15,2% dan nilai prediksi negatif 98,4%. Rasio kemungkinan positif 11,67 dan rasio kemungkinan negatif 0,64. Nilai p = 0,001. Kesimpulan. Terdapat peningkatan sensitivitas pemeriksaan mikroskopik dengan metode konsentrasi dibandingkan metode langsung.

Background. Diarrhea is the third cause of mortality among children in Indonesia. One of the cause of diarrhea is Entamoeba histolytica. E.histolytica detection in asymptomatic individual is important for prevention, because E.histolytica cyst as the cause is easy to infect either orally or fecally. Recently, detection methods have been developing until molecular. But microscopic detection still used widely because of its ease. The disadvantage of microscopic detection is unability to detect organism in small amount when we use direct stool examination. One of ways to increase the sensitivity in microscopic detection is by concentration method for patient’s stool. Objective. This research is aimed to know the sensitivity raising of microscopic detection by concentration method, and to know the prevalence of E.histolytica asymptomatic infection in school children in Kampung Melayu. Methods. This research was done by cross sectional design. Sample were gained by taking stool of research subjects then examined in Parasitological laboratory FMUI. Results. 673 samples for direct stool examination, and 540 samples for concentration method. Frequency of E.histolytica/E.dispar asymptomatic infection was 2,5% by direct examination, then 6,3% by concentration. Sensitivity is 38,5% and specificity is 94,6%. Positive predictive value is 15,2% and negative predictive value is 98,4%. Positive likelihood ratio is 11,67 and negative likelihood ratio is 0,64. P value is 0,001. Conclusion. There is sensitivity raising of E.histolytica microscopic detection by concentration method."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Indriana Savitri
"Pemeriksaan tinja secara mikroskopik merupakan metode yang paling banyak dilakukan dalam mendiagnosis infeksi Entamoeba histolytica. Hasil positif dinyatakan jika ditemukan kista atau trofozoit. Namun, karena kista dan trofozoit berada dalam tinja secara intermiten, cara pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu. Oleh karena itu dianjurkan dilakukan pengambilan spesimen secara
berulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa kali pengambilan spesimen tinja yang terbaik untuk melakukan pemeriksaan mikroskopik infeksi E. histolytica. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi E.histolytica asimtomatis pada populasi anak usia 2-12 tahun di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang. Pengambilan spesimen tinja subyek dilakukan sebanya satu hingga tiga kali, kemudian diperiksa di Laboratorium Parasitologi FKUI. Pada studi ini didapatkan bahwa pengambilan spesimen tinja dua kali meningkatkan hasil positif dibandingkan pengambilan spesimen satu kali (5.3% vs 3.2%) (p = 0.001).
Namun, pemeriksaan spesimen tinja tiga kali tidak meningkatkan hasil positif dibandingkan pengambilan spesimen dua kali. Oleh karena itu frekuensi pengambilan spesimen tinja yang terbaik untuk pemeriksaan mikroskopik infeksi Entamoeba histolytica adalah dua kali. Prevalensi infeksi E. histolytica asimtomatik pada anak usia prasekolah (2 - 6 tahun) adalah 5.8%, sedangkan pada anak usia sekolah (6 - 12 tahun) adalah 3.9%.

Microscopic stool examination is the most common method used worldwide to detect Entamoeba histolytica infection. Positive result is considered when examiner find cyst or trophozoit. However, as cyst and trophozoit are shed intermetently in stool, this examination could yield high number of false negative result. Thus, examination of multiple stool specimen is recommended. The purpose of this is to know the best number of repetitive specimen needed for a
microscopic stool examination in diagnosing E. histolytica infection. This study also aimed to know the prevalence of E.histolytica asymptomatic infection among children aged between 2-12 years in Kampung Melayu District, East Jakarta. This research was conducted by using cross sectional design. Specimens were collected from the subject in one to three times, then examined at Parasitology
Laboratorium, Faculty of Medicine University of Indonesia. This study found that examination of two independent stool specimens yields a higher positive results than using only one stool specimen (5.3% vs 3.2% respectively) (p = 0.00). However, examination of three independent specimens cannot increase positive results yield, compared to examination of two independent specimens. Thus, this
study found that collection of two independent stool specimens is enough to detect Entamoeba histolytica infection. Prevalence of asymptomatic E. histolytica infection among preschool children (2 - 6 years old) is 5.8%, while prevalence among school children (6 - 12 years old) is 3.9%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Aditya Toga Sumondang
"Secara umum, obat yang digunakan pada pemberian sistemik dengan dosis tinggi untuk jangka panjang umumnya menyebabkan efek toksik. Salah satu upaya untuk menekan efek samping obat adalah dengan menginkorporasikan obat tersebut ke dalam pembawa obat (drug carriers) sehingga obat dapat langsung mencapai organ sasaran dengan dosis rendah. Salah satunya obat yang diteliti dan terbukti dapat menurunkan efek samping obat adalah liposom, yaitu liposom EPC-TEL2,5 yang belum teruji stabilitasnya secara fisik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan stabilitas liposom EPC-TEL2,5 dengan perlakuan ekstrusi dan sonikasi yang disimpan pada suhu kamar. Kestabilan liposom ditentukan dengan melihat perbandingan jumlah dan diameter liposom hari pertama sampai dengan akhir bulan ketiga. Dengan menggunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis didapatkan liposom yang berdiameter ≤ 100 nm dan > 100 nm masing-masing p = 0,001dan p = 0,031 yaitu terdapat perbedaan bermakna jumlah liposom. Hasil dilanjutkan dengan analisis post hoc dengan Mann-Whitney didapatkan liposom ekstrusi diameter < 100nm tidak stabil pada hari ke-1 (p = 0,016) dan ekstrusi diameter > 100 nm sampai hari ke-7 ( p=0,008). Hasil sonikasi berdiameter < 100 nm dan > 100 nm didapatkan p = 0,917 dan p = 0, 738 menunjukkan stabil hingga hari ke- 84.

In general, drugs that are used systemically in high dose and for a long time are very toxic. Incorporating the drugs to drug carriers so that it can directly reach its target organ is an effort to prevent the drug?s side effects. One of the drug carriers, which has been studied many times and proved to reduce drugs? side effects is liposome, especially EPC-TEL2,5 liposome. The purpose of this study is to compare the stability of EPC-TEL2,5 liposome after being extruded, sonicated and stored in room temperature in three month. Liposome stability is determined by comparing liposome level and diameter since the first day until the end of third months. Using Kruskal-Wallis nonparametric test, we found that liposome < 100 nm (p = 0,001) and liposome > 100 nm (p = 0,031). With post-hoc analysis Mann-Whitney, we found that liposome with extrusion < 100 nm was stable until day-1. Liposome with extrusion > 100 nm was stable until day-7. Liposom with sonication < 100 nm dan > 100 nm stable until day-84 (p = 0,917 and p = 0,738)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Nur Utami
"Latar belakang: masyrakat Indonesia sangat terpajan oleh radiasi UV. Efek toksik radiasi UV yang terdapat di sinar matahari merupakan masalah kesehatan yang serius yang dapat berupa inflamasi (eritema), tanning, dan imunosupresi lokal ataupun sistemik. Kunyit merupakan salah satu tanaman rempah yang terkenal di Indonesia. Kurkumin merupakan suatu zat yang terdapat pada kunyit. Penelitian secara in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa kurkumin mempunyai efek antiinflamasi yang kuat. Sediaan kurkumin yang saat ini dipasarkan di Indonesia hanya dalam bentuk sediaan oral.
Tujuan: Untuk membuktikan bahwa kurkumin dalam vehikulum salep dan krim mampu memberikan efek antiinflamasi pada kulit mencit yang telah diberi sinar UV. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui manfaat pemberian kurkumin secara topikal terhadap kulit mencit yang telah disinari UV. Dalam penelitian ini, peneliti mengelompokkan perlakuan pada mencit menjadi tiga kelompok, yaitu mencit yang diberi salep kurkumin 1%, kri kurkumin 1%, dan yang tidak diberi perlakuan. Hasil pengamatan dinilai secara histopatologi berdasarkan lima parameter, yaitu adanya blister, jumlah neutrofil, jumlah limfosit, jumlah fibroblast, dan morfologi kapiler.
Hasil: Dengan menggunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis, diperoleh nilai probabilitas 0,047 (p=0,047) dilanjutkan dengan uji analisis Post Hoc dan didapatkan: kontrol dibandingkan dengan salep kurkumin 1% diperoleh nilai probabilitas 0,046 (p=0,046); kontrol dibandingkan dengan krim kurkumin 1% diperoleh nilai probabilitas 0,046 (p=0,046); krim
kurkumin % dibandingkan dengan salep kurkumin 1% diperoleh nilai probabilitas 0,2 (p=0,2)
Kesimpulan: terdapat perbedaan efek antiinflamasi antara salep kurkumin 1%, krim kurkumin 1%, dan yang tidak diberi perlakuan pada kulit mencit yang telah disinari sinar UV selama 5 jam; perbedaan vehikulum tidak mempengaruhi efek
antiinflamasi yang diberikan oleh kurkumin.

Introduction: Indonesians are very exposed to UV irradiation. Toxic effect from the sun is a major health problem which include inflamation (erythema), tanning, and local or systemic immunosuppression. Curcuma is one of spices that is famous in Indonesia. Curcumin is the most important constituent in this plant. In vitro and in vivo researches had approved that curcumin has an antiinflammatory properties. Nowadays, curcumin that sold in Indonesia was an oral medicine.
Aim: To prove that curcumin in vehicle such as ointment and vanishing cream has an antiinflammatory propesties in mice?s skin that was radiated with UV lamp. Methods: This research was an experiment in order to know the benefits of applying topical curcumin on mice?s skin that was radiated from UV lamp. In this research, the researcher devide the mice into three subgroups, which are mice given curcumin ointment 1%, vanishing 1%, and without intervention. All results were assessed by histopathology examination based on five parameters which are blisters, neutrofils, lymphocytes, morfology of dermis capiler, and fibroblast.
Results: By using Kruskal-Wallis non parametric test, the probability value was 0,047. Continued with Mann_whitney test, the obtained probability values were: control compare with curcumin ointment 1% 0,046 (p=0,046), control compare curcumin vanishing cream 1% 0,046 (p=0,046), curcumin vanishing cream 1% and curcumin ointment 1% 0,2 (p=0,2)
Conclusion: Curcumin ointment 1% and curcumin vanishing cream 1% exerted an antiinflammatory properties on mice?s skin that was radiated for five hours. Vehicles were not influenced the antiinflammatory properties of curcumin.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leorca Aurino
"ABSTRAK
Latar belakang. Obesitas merupakan suatu tren global yang memprihatinkan teruatam di Indonesia. Serat pangan merupakan solusi alternatif dalam penanganan obesitas kurang mendapatkan perhatian yang lebih padahal sangat mudah diapatkan di Indonesia. Metode Penelitian. Penelitian potong lintang dilakukan di HNRC IMERI FKUI dalam periode Juli hingga September 2018 dengan mengambil sampel populasi pria dan wanita berusia 19-50
tahun di Jakarta dan melihat korelasi antara nilai asupan serat pangan harian menggunakan 24-hour recall method dan persentase lemak diambil menggunakan skinfold method. Hasil. Sebanyak 126 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Ditemukan bahwa asupan serat memiliki korelasi cenderung signifikan terhadap persentase lemak p=0.051,0.146 dan
setelah dilakukan penyesuaian terhadap variabel usia, jenis kelamin, rerata asupan kalori, dan aktivitas fisik didapatkan tren signifikan pada hubungan tesebut. (Adjusted 0.487 p0.082, IK95%-1.036-0.062 Kesimpulan. Tingkat asupan serat yang adekuat memiliki hubungan terhadap persentase lemak. Diperlukan edukasi terutama dalam perubahan gaya hidup agar profil kesehatan masyarakat Indonesia dapat mengalami perbaikan.

ABSTRACT
Objectives. Obesity as a leading global trend that can be overwhelming if not treated well. Dietary fiber as an alternative solution in obesity management is not considered in many studies although in Indonesia dietary fiber is abundant and not hard to get. Methods. A cross-sectional study is conducted on HNRC IMERI FKUI from July until September 2018 taking samples from man and woman aged 19-50 years old in Jakarta and measures the corelation between daily dietary fiber intake using 24-hour recall method and body fat percentage calculated using skinfold method. Results. A total of 126 respondent is involved in this research. It is found that fiber intake has an almost significant correlation with fat percentage 0.051, r 0.146), and after adjustment with other variable such as age,
gender, activity level, and calorie intake, a significant trend is achieved (Adjusted 0.487, 0.082, 95 C1.036-0.062 Conclusion: Adequate amount of daily dietary fiber intake has a borderline significant trend relationship with body fat percentage. Education effort and a lifestyle change is a must in the goal of repairing Indonesias citizen health and well-being."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumaisha Hasnah Ibrahim
"Obesitas merupakan masalah kesehatan yang terus mengalami peningkatan baik secara global maupun di Indonesia. Obesitas pada remaja didiagnosis dengan mengkategorikan indeks massa tubuh (IMT) menggunakan grafik CDC. Obesitas pada remaja dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang, seperti munculnya timbulnya resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular di usia dini. Salah satu etiologi obesitas ialah asupan energi berlebih, yang berasal dari asupan kalori dari sumber makronutrien dalam jumlah yang tidak normal (lebih tinggi dari anjuran asupan gizi yang ada). Penelitian ini menganalisis hubungan asupan energi total dan jenis asupan makronutrien dengan derajat obesitas yang dikategorikan berdasarkan rerata IMT sampel. Subjek terdiri dari 69 remaja usia 14-18 tahun yang bersekolah di SMA di DKI Jakarta. Studi ini menggunakan desain potong lintang dengan menganalisis data sekunder yang didapat dari penelitian sebelumnya. Pada hasil ditemukan bahwa total asupan kalori tidak berhubungan dengan dengan derajat obesitas (p = 0,135) dan asupan makronutrien tidak memiliki hubungan signifikan dengan derajat obesitas (p > 0,05).

Obesity is a disease with increasing prevalence globally and within Indonesia. Obesity in adolescent is diagnosed using body mass index (BMI) percentile in growth chart arranged by CDC. Childhood obesity could lead to long term concequences such as insulin resistance and cardiovascular diseases at earlier age. One of the primary cause for obesity is excess energy intake in accordance to its energy requirement affected by total energy expenditure. Energy intake would be defined by total caloric intake and its variety of macronutrient composition. This research is conducted to determine the correlation between total caloric intake and macronutrient intake status with degree of obesity categorized by the mean of samples BMI. Subjects included 69 adolescents aged 14-18 who were studying in Senior High School in Jakarta during data collection. This research is a cross-sectional study using secondary data collected from a prior research. With comparative approach, the results show that total caloric intake does not corellate with degree of obesity (p = 0,135) and macronutrient composition has no significant corellation with degree of obesity (p > 0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Laksmana Hermanto Putra
"ABSTRACT
Bullying adalah masalah utama yang terjadi di kalangan remaja, terutama di sekolah lingkungan baik di dunia maupun di Indonesia. Tindakan pelecehan ini berdampak buruk pada penderita, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Status gizi sering dikaitkan dengan tindakan pelecehan ini. Status gizi dapat menjadi pemicu penyalahgunaan. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti hubungan antara kelebihan berat badan dan tindakan pelecehan pada remaja dengan remaja berusia 16 - 18 tahun di SMA Jakarta Selatan dilakukan pada bulan Desember 2017- Januari 2018. Ada 280 responden dari SMA Jakarta Selatan yang berpartisipasi dan data diambil dengan cara mengukur antropometri responden memeriksa dan nilai total dari mengisi kuesioner intimidasi olweus Studi ini
menggunakan desain penelitian cross-sectional. Analisis data menggunakan uji chi-square, yang menunjukkan itu
tidak ada hubungan yang signifikan antara kelebihan berat badan dan penyalahgunaan remaja berusia 16 - 18 tahun di SMA Jakarta Selatan (P = 0,249). Dalam penelitian ini itu ditemukan bahwa responden dengan berat badan normal (normoweight) memiliki tingkat pelecehan yang tinggi dengan jumlah responden 75,7% dan kelebihan berat badan 24,3%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hubungan kelebihan berat badan tidak bisa langsung berhubungan dengan tindakan pelecehan karena itu bisa disebabkan oleh berbagai faktor atau multifaktorial.

ABSTRACT
Bullying is a major problem that occurs among teenagers, especially in environmental schools both in the world and in Indonesia. This act of harassment adversely affects sufferers, both in the short and long term. Nutritional status is often associated with this act of abuse. Nutritional status can be a trigger for abuse. In this study, researchers examined the relationship between overweight and acts of abuse in adolescents with adolescents aged 16-18 years in South Jakarta High School conducted in December 2017-January 2018. There were 280 respondents from South Jakarta High School who participated and the data were collected by measure the anthropometry of respondents examining and the total value of completing the olweus bullying questionnaire study
using a cross-sectional research design. Data analysis used the chi-square test, which showed that there was no significant relationship between overweight and abuse of adolescents aged 16-18 years in South Jakarta High School (P = 0.249). In this study it was found that respondents with normal weight (normoweight) had a high level of abuse with the number of respondents 75.7% and overweight 24.3%. Thus it can be concluded that an overweight relationship cannot be directly related to acts of abuse because it can be caused by various factors or multifactorial.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahira Azhari
"Air memiliki banyak manfaat dalam kehidupan, mulai dari proses metabolisme, pengangkut nutrisi dan sebagai kebutuhan manusia untuk bertahan hidup. Kualitas air semakin menurun akibat faktor kegiatan industri yang mengesploitasi lingkungan. Sungai Citarum berperan penting dalam menyediakan suplai air untuk masyarakat tetapi sungai ini ditetapkan sebagai sungai paling tercemar di dunia.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti adanya hubungan antara faktor lingkungan tempat tinggal berupa wilayah, lama tinggal, dan radius tempat tinggal terhadap penurunan fungsi liver pada masyarakat DAS Citarum. Penelitian ini menggunakan data lama tinggal, wilayah tempat tinggal, radius tempat tinggal dan fungsi liver masyarakat yang ditentukan secara clustered random sampling. Data merupakan data sekunder yang diambil dari hasil kuisioner dan pengambilan sampel darah melalui wawancara pada warga DAS Citarum dan disajikan dalam bentuk kategorik. Selanjutnya, data tersebut diolah menggunakan program SPSS for mac 2.0 dengan desain studi cross-sectional dan uji chi-square.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ditemukan terdapat 26,82% masyarakat DAS Citarum yang mengalami kelainan fungsi liver diikuti dengan 73,17% masyarakat memiliki fungsi liver normal dan belum ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara lama tinggal (p=0,862), wilayah tempat tinggal (p=0,818) dan radius tempat tinggal ke sungai (p=0,212) dengan penurunan fungsi liver masyarakat DAS Citarum. Berdasarkan uji yang dilakukan, belum ditemukan hubungan yang signifikan antara lingkungan tempat tinggal dengan penurunan fungsi liver yang diukur dengan menggunakan nilai SGOT dan SGPT, tetapi perlu dilakukan penilaian terhadap faktor lainnya yang mempengaruhi fungsi liver seperti Alkaline Phosphatase, Gamma Glutamyltranspeptidase (GGT) dan Bilirubin.

Water gives many benefits in life, starting from metabolic processes, transporting nutrients and as a human need for survival. The quality of water has also declined due to industrial activites which exploit our environment. The Citarum River plays an important role in providing water supply for the community but it is designated as the most polluted river in the world.
This study aims to examine the telationship between environmental factors in the form of area, length of stay, and radius of residence on the decline in liver function in the Citarum watersheds community. This study used data on length of stay, area of residency, radius of residence and liver function which were determined by clustered random sampling. Data is classified as secondary data taken from questionnaires and blood sampling through interviews with residents of the Citarum and presented in a categorical form. Furthermore, the data were processed using the SPSS for mac 2.0 program with a cross-sectional study and the chi-square test.
The results obtained from this study found that 26,82% of The Citarum watershed community had liver function disorders followed by 73,17% of the people had normal liver function and there are statistically insignificant relationship  between the length of stay (p=0,862), area of residence (p=0,818) and the radius of residence to the river (p=0.212) with a decrease in the liver function of the Citarum watershed community. Based on the tests conducted, there are statistically insignificant relationship between the environment and decreased liver function which is measured by the SGOT and SGPT values, but it is necessary to assess other factors that affect liver function such as Alkaline Phosphatase, Gamma Glutamyltranspeptidase (GGT) and Biliburin.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuzia Fiyanti Putri
"Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan manusia. Salah satu unsur dari lingkungan yang penting ialah air. Namun, faktanya, Sungai Citarum yang mengalir di Provinsi Jawa Barat telah ditetapkan sebagai sungai terkotor di dunia. Di sisi lain, data menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tinggal di WS Citarum meningkat setiap tahunnya. Tentunya, faktor lingkungan yang tercemar seperti hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan tempat tinggal berupa lama tinggal, wilayah, dan radius tempat tinggal terhadap kejadian anemia. Data yang akan diolah merupakan data sekunder yang didapatkan dari pengisian kuesioner pada masyarakat yang tinggal di sekitar DAS Citarum. Data sekunder diambil dengan metode total population sampling atau seluruh data sekunder dimasukkan dalam penelitian ini (n=168). Data tersebut tersebut kemudian disajikan dalam bentuk kategorik. Selanjutnya, data tersebut diolah dengan SPSS for mac 20.0 dengan menggunakan desain potong lintang dan uji chi-squared. Hasil dari penelitian ini ialah terdapat hubungan yang tidak bermakna secara statistik antara lama tinggal (p = 0,121) dan radius tempat tinggal (p = 0,079) dengan status anemia masyarakat. Namun, terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara wilayah tinggal dengan anemia pada masyarakat (p = 0,012). Setelah dilakukan analisis multivariat, ditemukan bahwa variabel wilayah Gajahmekar merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan anemia. Populasi yang tinggal di wilayah Gajahmekar memiliki kemungkinan hampir tiga kali lipat untuk mengalami anemia dibandingkan populasi yang tinggal di wilayah Andir (OR = 2,877; 95% CI [1,235 – 6,703]). Sebagai kesimpulan, terdapat hubungan yang bermakna antara wilayah tinggal dengan anemia pada masyarakat usia produktif di DAS Citarum. Tetapi, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama tinggal dan radius tempat tinggal dengan anemia pada masyarakat usia produktif di DAS Citarum. Untuk penelitian lebih lanjut, perlu diketahui etiologi anemia dari sampel untuk mengetahui patofisiologi pasti yang terjadi pada sampel.

Environment is one of many factors affecting human life. One of the element of environment is water, which has an important role in human living. However, in fact, Citarum River which flows on West Java has been acquinted as the most polluted river in the world. In the other hand, data shows that number of people living beside Citarum River increases every year. Since environment contributes to human health, such polluted environment could also bring bad effect to human health. This study aims to determine relationship between environmental factors such as length of stay, area of living, and radius of residence to anemia. Datas below are secondary data obtained from questionnaires filled out by resident living around Citarum River. Secondary data were taken using the total population sampling method, it means all secondary data were included in this study (n = 168). Those data are presented in categorical data. Furthermore, the data are analysed using SPSS for mac 20.0 using cross sectional designs and chi-squared test. There are statistically insignificant relationship between length of stay (p = 0,121) and radius of residence (p = 0,079) with the anemia of the population. However, there is a statistically significant relationship between the area of residence and the anemia of the population (p = 0,012). After conducting multivariate analysis, it was found that the Gajahmekar area variable was the most dominant variable related to anemia. Populations living in the Gajahmekar area are nearly three times more likely to develop anemia compares to population living in the Andir area (OR = 2.877; 95% CI [1,235 - 6,703]). In conclusion, there is a significant relationship between area of residences and anemia in productive age population living near Citarum River. However, there are no significant relationship between length of stay and radius of residence with anemia in productiver age population living near Citarum River. For further research, it is necessary to know the etiology of anemia from the sample to determine the exact pathophysiology that occurs in the population."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>