Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puji Sari
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Penelitian epidemiologi pada pekerja kelistrikan dan masyarakat yang bermukim di kawasan tegangan tinggi, menunjukkan adanya korelasi pengaruh listrik terhadap peningkatan resiko mendapat kanker darah, limfoma dan kanker otak. Hasil penelitian pemajanan medan elektromagnetik in vitro dan in vivo, dapat meningkatkan aberasi kromosom dan proliferasi sel. Hasil penelitian in vivo dengan menggunakan medan elektrostatik pada tikus jantan dewasa dosis 6 kV dan 7 kV, menunjukkan beberapa anaknya menderita kelainan kongenital. Tetapi pada penelitian tersebut tidak dilaporkan pengaruhnya terhadap materi genetik yang mendasari terjadinya kelainan itu. Untuk membuktikan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan menggunakan mencit sebagai hewan coba. Prekuensi aberasi kromosom dihitung, diperiksa ada tidaknya aberasi kromsom spesifik, yang diikuti dengan pemeriksaan proliferasi limfosit. Data yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian dilakukan analisis varian faktorial.
Hasil dan kesimpulan : Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 6 kV dan 7 kV pada mencit dapat meningkatkan aberasi kromosom (p < 0,01). Pemajanan medan elektrostatik pada mencit selama 48 jam, 72 jam dan 96 jam tidak berpengaruh terhadap frekuensi aberasi kromosom, aberasi kromosom spesifik dan proliferasi limfosit (p > 0,005). Pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 7 kV pada mencit dapat meningkatkan proliferasi limfosit (p , 0,01).
Kesimpulan: pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 6 dan 7 kV terbukti meningkatkan frekuensi aberasi kromosom, tidak terbukti menimbulkan aberasi spesifik. Pemajanan medan elektrostatik selama 48 jam, 72 jam dan 96 jam tidak terbukti terhadap peningkatan frekuensi aberasi kromosom, pembentukan aberasi kromosom spesifik dan peningkatan proliferasi limfosit."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzajjanah
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Telah diketahui keseluruhan tanaman pare (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji) dilaporkan berkhasiat sebagai obat tradisional. Hasil penyarian, ekstrak biji pare mengandung banyak komponen yang belum teridentifikasi dengan baik. Komponen tersebut antara lain Momordikosid yang tergolong dalam glikosida triterpen, cucurbitasin glikosida, dan momorcharin serta MAP 30 yang termasuk kelompok protein tanaman. Komponen dalam tanaman pare mempunyai aktivitas biologis yaitu antifertilitas, antidiabetik, antivirus, antitumor dan mempunyai efek sitostatik dan sitotoksik.
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa momorcharin yang diekstrak dari biji pare, yang diberikan secara intraperitonium dapat menghampat implantasi zigot. Demikian juga ekstrak buah pare dapat menurunkan kesuburan individu jantan. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji dan ekstrak daging buah pare terhadap kesuburan mencit betina. Dilakukan penelitian pemberian ekstrak biji dan daging buah pare secara oral selama 40 hari pada dosis 500 mg/kg bb, 750 mg/kg bb dan 1000 mg/kg bb terhadap kesuburan mencit betina. Setelah selesai perlakuan dilakukan pengambilan data berat badan mencit dan parameter kesuburan yaitu lama sikius estrus, jumlah folikel ovarium, berat ovarium dan jumlah anak yang dilahirkan.
Hasil dan Kesimpulan: Ekstrak biji dan daging buah pare yang diberikan secara oral pada semua dosis perlakuan tidak berpengaruh terhadap berat badan dan jumlah folikel primer (p>0.05). Akan tetapi dapat menyebabkan sikius estrus menjadi lebih panjang, penurunan jumlah folikel sekunder/tersier dan folikel de Graaf, menaikkan jumlah folikel atresia dan berat ovarium. Mulai dosis 750 mg/kg bb beberapa mencit tidak beranak (p<0.01)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T4648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sikumbang, Darlen
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Telah dilakukan penelitian aspek dermatoglifi dan golongan darah rhesus anak-anak penderita thalassemia yang berobat rutin di pusat thalassemia FKUI-RSCM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah beda dermatoglifi dan golongan darah rhesus pada anak penderita thalassemia yang menunjukan reaksi alergi terhadap "Constituents" plasma darah transfusinya. Penelitian ini terbagi 4 kelompok yaitu: perempuan yang menunjukkan reaksi alergi terhadap "Constituents" plasma darah transfusinya (pra), perempuan yang tidak menunjukkan reaksi alergi terhadap "Constituents" plasma darah transfusinya (ptra), laki-laki yang menunjukkan reaksi alergi terhadap "Constituents" plasma darah transfusinya (Ira), dan laki-laki yang tidak menunjukkan reaksi alergi terhadap "Constituents" plasma darah transfusinya (ltra). Aspek dermatoglifi yang diamati mencakup frekuensi tipe pola pada kesepuluh ujung jari tangan, frekuensi ripe pola ulna dan non ulna pada jari I (kiri+kanan), kiri, kanan. Indeks Dankmeijer (ID), indeks Furuhata (IF), indeks intensitas pola (IP), jumlah sulur, rata-rata sudut atd. Fenotip rhesus diamati/ditentukan dengan menggunakan antigen C, c, D, E dan e.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek dermatoglifi frekuensi tipe pola pada kesepuluh ujung jari tangan secara statistik tidak bermakna baik pra dan ptra maupun Ira dan ltra. Frekuensi tipe pola ulna dan non ulna bermakna (kiri+kanan) baik pra dan ptra maupun Ira dan ltra, kiri tidak bermakna pra dan ptra tapi bermakna Ira dan ltra. Kanan bermakna pra dan ptra tapi tidak bermakna lra dan ltra. ID kelompok pra rendah dari ptra, tapi lra tinggi dari ltra. IF kelompok pra rendah dari ptra juga lra rendah ltra. IP kelompok pra rendah dari ptra tapi lra tinggi dari ltra. Rata-rata jumlah sulur tidak bermakna, rata-rata sudut atd tidak bermakna. Fenotip rhesus CCDee kelompok pra 86,7%, ptra 60,0%, lra 93,3%, ltra 53,3 %; CcDee Kelompok pra 13,3%, ptra 13,3%, lra 6,7%, ltra 33,3%; CcDEe kelompok pra 0%, ptra 26,7%, ha 0%, ltra 6,7%; CCDEe kelompok pra 0%, ptra 0%, lra 0% dan ltra 6,7%. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan anak thalassemia dengan dermatoglifi tipe pola ulna jari I, indeks Furuhata rendah dan fenotip rhesus CCDee atau CcDee akan lebih besar resiko menunjukkan reaksi alergi terhadap "Constituents" plasma darah transfusinya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T8255
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Eka Wuyung
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Di Indonesia angka kematian karena kanker terus meningkat dari 1,45 dalam tahun 1972 menjadi 4,4% dalam tahun 1992. Dari studi prospektif dan retrospektif diketahui bahwa karotenoid mengurangi risiko mendapatkan kanker payudara, (β -karoten adalah salah satu karotenoid yang dikandung oleh minyak kelapa sawit (600.000 µg/Kg). Karena cara pengobatan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi cukup mahal dan acapkali tidak terjangkau oleh sebagian golongan masyarakat, maka perlu dicari cara lain, di antaranya memanfaatkan β -karoten yang ada dalam minyak kelapa sawit, namun perlu diteliti dosis ekstrak minyak kelapa sawit (EMKS) yang tepat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian EMKS yang mengandung β -karoten sebanyak 0,02 µg /ml, 0,1 µg/ml dan 0,5 µg /ml terhadap pertumbuhan in vitro set tumor kelenjar susu mencit C3H. Digunakan 5 kelompok masing-masing 6 ulangan yang terdiri atas 3 kelompok uji dan 2 kelompok kelola (kelola babas dan kelola pelarut). Selain itu dilakukan pula penelitian secara in vivo dengan dosis 1000 µg/0,1 ml dan 2000 µg/0,1 ml per hari selama 21 hari dengan menggunakan 24 ekor mencit yang dibagi dalam 2 kelompok kelola dan 2 kelompok uji.
Hasil dan Kesimpulan:
Dengan melakukan analisis varian pada hasil penelitian diketahui tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok kelola dan kelompok uji dosis 0,02 µg /ml. Kemaknaan terjadi pada dosis 0,1 µg/ml dan 0,5 µg/ml. Ditemukan bahwa makin besar dosis yang diberikan makin kecil rasio pertumbuhan biakan sel tumor. Selain itu analisis varian indek label (IL) BUdR menunjukkan bahwa makin besar dosis EMKS yang diberikan, makin rendah nilai Ilnya. Sedangkan penelitian in vivo dengan dosis 1000 µg/0,1 ml dan 2000 µg/0,1ml tidak memperlihatkan pengaruh EMKS terhadap volume dan berat tumor kelenjar susu mencit C3H.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian EMKS dapat menghambat bertumbuhan sel tumor kelenjar susu mencit C3H secara in vitro pada dosis 0,1 µg/ml dan 0,5 µg/ml. Sedangkan secara in vivo dengan dosis 1000 µg/0,1 ml dan 2000 µg/0,1 ml pertumbuhan se tumor kelenjar susu mencit belum dihambat.
Scope and methods of study:
The mortality of cancer in Indonesia had been increasing from 1.4% in 1972 to 4.4% in 1992. Through prospective and retrospective studies it was known that carotenoid could lessen the risk for getting breast cancer. 0-carotene was one of the carotenoids contained in palm oil (600.000 µg/Kg). Because the treatment of breast cancer by surgery, radiotherapy and chemotherapy was rather expensive and often not within reach by part of the people, so other way of treatment should be sought, among others by using f3-carotene in palm oil of which the precise dose should be first determined.
This investigation was done to know the effect of putting palm oil extract (POE) containing respectively 0.02 µgl0,/ml; 0.1 µg/0,1ml and 0.5 µg/0,lml on the in vitro growth of C3H mouse mammary tumor cells. Five groups of each six repetitions consisting of three treated and two control groups. Besides an in vivo investigation was done with doses of 1000 µg/0,1 ml and 2000 µg/0,1 ml per day respectively for 21 days, by using 24 mice which was divided into two control and two treatment groups.
Result and conclusion:
By using variance analysis it was found that there was no significant difference between the control groups and the 0.02 µg/0, l ml treated group; significant difference occurred at groups of 0.1 µg/0, l ml and 0.5 µg/0,1 ml doses. It was found that the bigger the dose given the smaller ratio of tumor cell growth. Beside this it was known also from the variance analysis of the BUdR labeling index that putting palm oil extract on the tumor cell culture lessen the value of the labeling index conform with the dose given.
Whereas the in vivo investigation of 0-carotene contained in POE given in doses of 1000 µg/0,1 ml and 2000 µg/0,1 ml showed no significant difference on the tumor volume and tumor weights between the control and treatment groups.
Based on the above investigation was concluded that treatment with POE containing 0-carotene in doses of 0.1 µg/0,1 ml and 0.5 µg10, l ml could inhibit the in vitro growth of C3H mouse mammary tumor cells. While with doses of 1000 µg/0,1 ml and 2000 µg/0,1 ml the in vivo growth of mouse mammary tumor cells had not inhibited yet.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmarinah
"Huang lingkup dan Cara penelitian: Pria merupakan fokus baru untuk program Keluarga Berencana (KB). Salah satu strategi penelitian WHO untuk mencari dan mengembangkan metode kontrasepsi pria yang aman, efektif dan reversibel adalah mengembangkan metode kontrasepsi pria melalui bahan/zat dari tanaman. Produk tanaman yang diharapkan dapat menjadi bahan kontrasepsi pria adalah buah paria (Hoiordica charantia L.), yang telah diketahui mengandung zat sitotoksik atau sitostatik. Dari beberapa penelitian diketabui bahwa ekstrak buah paria dapat menurunkan kesuburan individu jantan.
Beberapa penelitian terdahulu inenggunakan ekstrak alkohol 95 % dari buah paria. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak cairan perasan (juice) buah paria terhadap kesuburan mencit jantan. Pemberian ekstrak secara oral selama 40 hari dilakukan pada dosis 800 mg/kg bb, 900 mg/kg bb, 1000 mg/kg bb yang diberikan satu kali sehari, dan juga diberikan dua kali sehari, sehingga dosisnya menjadi kelipatan dosis yang diberikan satu kali sehari. Setelah perlakuan selesai dilakukan pengambilan data parameter kesuburan, antara lain berat testis, konsentrasi spermatozoa, jumlah sel-sel spermatogenik (spermatogonia A, spermatosit preleptoten, spermatosit pakhiten, spermatid), diameter tubulus seminiferus, jumlah anak dan berat badan mencit sebagai data pelengkap.
Hasil dan Kesimpulan: Ekstrak juice buah paria pada semua dosis perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap berat testis, jumlah spermatogonia A, jumlah spermatosit preleptoten, ukuran diameter tubulus seminiferus, jumlah anak dan berat badan mencit. Dosis ekstrak mulai dari dosis 900 mg/kb bb berpengaruh bermakna terhadap konsentrasi spermatozoa. Sedangkan dosis mulai dari 80O mg/ kg bb berpengaruh bermakna terhadap jumlah spermatosit pakhiten dan spermatid. Antar semua dosis perlakuan berbeda bermakna terhadap jumlah spermatid."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafruddin Ilyas
"Huang Lingkup dan Cara Penelitian : Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian teh hijau dan teh hitam terhadap kualitas spermatozoa yang berasal dari semen astenozoospermia. Penelitian ini dilakukan di bagian Biologi Fakultas Kedokteran Indonesia. Seluruh sampel semen diperoleh dari 30 pasangan infertil. Tiap sampel semen dibagi dalam 4 kelompok, yakni kontrol tanpa perlakuan, kontrol dengan perlakuan (penambahan 50 μL aquabides), dan 2 kelompok perlakuan masing-masing yaitu 500 μL semen ditambahkan 50 μL larutan teh hitam dan larutan teh hijau. Motilitas, kecepatan gerak, penetrasi ke dalam getah serviks sapi, dan integritas membran spermatozoa diteliti satu jam setelah inkubasi.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan, bahwa motilitas spermatozoa diberi perlakuan dengan larutan teh hitam memperlihatkan peningkatan yang bermakna (p<0,01) dibandingkan dengan kelompok teh hijau dan kelompok - kelompok kontrol. Sebaliknya antara kelompok teh hijau dan semua kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan motilitas yang bermakna. Kecepatan gerak kelompok kontrol tidak dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan. Dengan analisis variansi jelas terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (P<0,05) pada kecepatan gerak antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Persentase uji HOS positif antara kedua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tidak bermakna. Jarak yang terjauh (5 cm) dari penetrasi sperma ke dalam getah serviks sapi terdapat pada kelompok kontrol tanpa perlakuan dan kelompok perlakuan teh hitam, dibandingkan dengan teh hijau (4 cm).

Materials and methods : The effects of black tea and green tea invitro on the quality of spermatozoal from asthenozoospermia semen was investigated. This study was carried out in the Department of Biology, Faculty of Medicine University of Indonesia. All semen were obtained from 30 infertile couples. Each sample of semen was devided into 4 groups, that were untreated control, treated control (added 50 μL aquabidest), and 2 treated groups namely 50μL of semen added to 50 µL black tea solution and green tea solution, respectively. The motility, velocity, penetration into the bovine cervical mucus, and the integrity of spermatozoal membrane were studied one hour after incubation.
Result and conclusion : The results of this investigation showed that motility of spermatozoa which treated with black tea solution were significantly increased (P<0.01) as compared to green tea group and to the control groups. However, no significant differences were found between the green tea compared to all control groups. The velocity in the treated groups were unaffected by the different treatments. With an analysis of variance, it was clear that there was no significant difference (P>0.05) in the velocity between experimental groups and the control groups. The percentage of positive HOS test between both treated groups and the control groups were not significant as well. Highly distance (5 cm) of sperm penetration into the bovine. cervical mucus were noted from that found in the untreated control group and from black tea group of treatment, compared to green tea (4 cm).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T3165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elza Ibrahim
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Penelitian ini bertujuan mencari derajat ketepatan penentuan golongan darah ABO dari material gigi yang diambil dari 145 subyek. Determinasi golongan darah dilakukan pada bahan email, dentin dan pulpa serta dari darah pasta pencabutan sebagai kontrol. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok : 54 gigi non-karies yang dibelah dua, sebagian segera dilakukan penentuan golongan darah, sebagian lagi dibiarkan dalam suhu kamar (29±4°C) selama satu bulan sebelum ditentukan golongan darahnya. Sebagai perbandingan 36 gigi non-karies dikubur dalam tanah selama satu bulan sebelum dilakukan penentuan golongan darah dan 55 gigi karies yang langsung ditentukan golongan darahnya. Penentuan golongan darah dilakukan dengan metode absorpsi elusi.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil menunjukkan pada kelompok non-karies, frekuensi ketepatan pada sampel email lebih kecil secara signifikan dibanding dentin, pulpa dan darah (p<0,01), sedangkan antara dentin, pulpa dan darah tidak ada perbedaan yang bermakna. Dan email, hanya 37-59 % yang terdeteksi bertar, diduga disebabkan karena rendahnya fraksi organik gigi dibagian ini. Sampel dentin dan pulpa tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna baik pada paparan tanah maupun suhu kamar selama satu bulan. Secara keseluruhan untuk dentin dan pulpa persentase ketepatan penentuan golongan darah pada gigi non-karies berkisar antara 94-100 %, sedangkan untuk gigi karies 65-87 %. Disini terlihat bahwa frekuensi ketepatan penentuan golongan darah dan dentin dan pulpa pada karies pulpa lebih kecil secara signifikan dibandingkan non-karies (p<0,01). Ketepatan penentuan golongan darah antara gigi karies dentin dan karies pulpa tidak terdapat perbedaan yang bermakna.
Dapat disimpulkan bahwa materi email tidak dianjurkan untuk digunakan dalam penentuan golongan darah dari material gigi. Sedangkan dentin, pulpa dan kemungkinan gigi utuh secara keseluruhan dapat dipercaya untuk penentuan golongan darah waupun proporsi ketepatan agak lebih rendah dibandingkan darah secara langsung, materi dari suatu gigi utuh cukup memenuhi persyaratan dalam penentuan golongan darah. Efek kontaminasi mikro-organisme karies secara signifikan juga terlihat dalam hasil penelitian ini, yang berarti membatasi relabilitas ketepatan penentuan golongan darah dalam identifikasi forensik. Bila dimungkinkan sebaiknya digunakan gigi non-karies dan dalam keadaan terpaksa dipilih seminimal mungkin gigi karies.

Determination of ABO Blood Grouping Using Tooth Material: Supporting Information for Forensic IdentificationScope and methods of research: To study the efficiency and robustness of ABO blood grouping from tooth material, extracted tooth samples from 145 people were ABO blood grouped torn enamel, dentine and pulp, with direct blood grouping at the time of extraction as control. Of the 145 tooth samples, a half of 54 teeth without caries and 55 whole teeth with caries were blood grouped immediately (within few days). The other half of the 54 teeth without caries were stored at room temperature (29±4°C) for one month. For all cases, straightforward absorption elution technique was used br ABO blood grouping from tooth material.
Results and Conclusions: From enamel, the proportion of correctly ABO blood grouped tooth samples without caries was only 37 to 59 % and significantly smaller (p<0,01) than from dentine, pulp or control (blood). In comparison, for dentine and pulp 94 to 100 % of the results were correct for teeth without caries, and there was no significant difference between dentine, pulp and control immediately after extraction. With the exception of relatively unreliable blood grouping from enamel, storing non-caries teeth for one month at room temperature appears to exert no significant influence in comparison with immediate blood grouping after extraction. However, one month underground made it significantly less likely (p<0,01 for dentine and pulp) to achieve correct blood grouping from non-caries tooth material in comparison with immediate blood grouping after extraction or one month storage at room temperature. For dentine and pulp, only 65 to 87 % of blood grouping results were correct for teeth with caries. Particularly caries pulpa appears to make correct blood grouping from tooth material (dentine and pulp) significantly less likely (p<0,01) than torn non-caries teeth. Similar tendency for teeth with caries dentine was weaker, but there was no significant difference in correct blood grouping torn teeth with caries dentine and caries pulpa.
The results confirm that enamel alone is unreliable material for ABO blood grouping. However, dentine, pulp and probably whole teeth without caries can be used hr blood grouping with reasonable confidence. The material torn a single tooth appears sufficient for blood grouping in such cases. The results also imply adverse effects of microbial contamination by caries and soil contact, which can limit the reliability of correct blood grouping from teeth in forensic applications. When the choice is possible, tooth material with as little caries as possible should be used.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library