Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatma Oktaviani
"ABSTRAK
Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dikenal sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia.
Kekuatan ekonomi yang dimiliki RRT saat ini bisa diperoleh karena adanya Reformasi
dan Keterbukaan (改革开放Gǎigé kāifàng) yang diprakarsai Deng Xiaoping (邓小平
Dèng Xiǎopíng) pada tahun 1978 dengan menerapkan model ekonomi pasar sosialis.
Kebijakan-kebijakan ekonomi seperti FDI (foreign direct investment), perdagangan luar
negeri, Zona Ekonomi Khusus, dan lain-lain tentu berdampak positif bagi pertumbuhan
ekonomi RRT pada masa itu. Meskipun demikian, kondisi ekonomi RRT yang sedang
dalam masa peralihan sangat fluktuatif dan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dalam
negeri. Ketidakstabilan ekonomi, maraknya korupsi, dan tuntutan demokrasi serta
kebebasan berpolitik memicu terjadinya peristiwa Tian`anmen pada tahun 1989 yang
semakin memperburuk kondisi ekonomi negara. Meskipun Deng Xiaoping telah
mengundurkan diri dari segala aktivitas politik RRT pasca peristiwa Tian`anmen, ia tetap
menjalankan agenda ekonominya dengan melakukan `Perjalanan ke Selatan` (南巡Nán
xún) pada tahun 1992. `Perjalanan ke Selatan` dikatakan berhasil menguatkan kembali
reformasi ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi RRT. Penelitian ini akan
membahas latar belakang Deng Xiaoping melaksanakan `Perjalanan ke Selatan`, hal apa
yang dilakukan Deng Xiaoping dalam `Perjalanan ke Selatan`, dan menganalisis
keterkaitannya dengan kemajuan ekonomi RRT hingga sekarang.

ABSTRACT
People's Republic of China (PRC) is known as one of the world's economic powerhouse.
The current economic power of the PRC can be obtained because of the Reform and
Opening Up (改革开放Gǎigé kāifàng) initiated by Deng Xiaoping (邓小平Dèng
Xiǎopíng) in 1978 by adopting the socialist market economy model. Economic policies
such as FDI (Foreign Direct Investment), foreign trade, Special Economic Zones, etc.
certainly had positive impacts on China's economic growth at that time. Nevertheless, the
economic condition of the PRC which was in a transition period was very volatile and
caused economic instability. Economic instability, corruption, and demands for
democracy and political freedom triggered the Tian'anmen incident in 1989 which further
worsened the country's economic condition. Although Deng Xiaoping had resigned from
all of his political activities after the Tian'anmen incident, he continued to carry out his
economic agenda by undertaking "Southern Tour" (南巡Nán xún) in 1992. "Southern
Tour" was said to succeed in strengthening economic reforms again and increasing PRC's
economic growth. This research will discuss the background of Deng Xiaoping carrying
out the "Southern Tour", what Deng Xiaoping did during the "Southern Tour", and
analyzing its ties with the PRC's economic growth until now."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Raini
"Fokus dari makalah ini adalah mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi selama agresi militer oleh Jepang ke Cina pada tahun 1931-1937. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peristiwa apa saja yang terjadi ketika Jepang melancarkan agresi militer di Cina pada tahun 1931-1937. Landasan teori yang digunakan dalam makalah ini antara lain teori dari Marjorie Dryburgh dan Usui Katsumi. Teori dari para ahli sejarah tersebut menjadi dasar untuk mengetahui secara lebih jelas seperti apa situasi pertempuran antara Cina dan Jepang pada tahun 1931-1937, dan motif apa saja yang melatarbelakangi terpicunya pertempuran tersebut. Ada dua kesimpulan yang diperoleh penulis dari penulisan makalah ini. Pertama adalah bahwa pengambilalihan manchuria pada tahun 1931 lebih tepat dikatakan sebagai titik awal dari Perang Dunia II. Kedua, bahwa faktor yang sesungguhnya menjadi pemicu dari perang Cina-Jepang pada tahun 1937 merupakan invasi Jepang terhadap Cina, pada tahun 1937 yakni insiden Jembatan Marco Polo.

The Focus of this paper is about the events that took place in Japan’s military agression against China in 1931-1937. Whereas the purpose of this research was to determine the events that happened when Japan’s military agression against China in 1931-1937 occured. This research employs the theoretical basis of Historist like Marjorie Dryburgh and Usui Katsumi. These theories form the basis for analyzing more clearly what situation that occured in the war between China and Japan in 1931-1937, and what are the motives behind it that triggering the war. There are two conclusions obtained by the author from the writing of this paper. First, the take over of Manchuria in 1931 by Japanese army more appropriately described as the starting point of World War II. Secondly, the real factor that trigger the China-Japan War in 1937 is the Japan invasion of China in 1937, that is known as The Marco Polo Bridge Incident.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhitra Fakriatul Hanifah
"Jepang mulai tertarik pada Manchuria sejak berhasil mengalahkan Cina pada peperangan yang terjadi di tahun 1895 dan berhasil membentuk negara boneka di wilayah tersebut pada tahun 1932. Negara boneka itu disebut dengan Manchukuo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana terbentuknya negara boneka Manchukuo, dampak yang ditimbulkan bagi rakyat Cina, serta reaksi dari rakyat Cina terutama Partai Nasionalis Cina (PNC) dan Partai Komunis Cina (PKC). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Hasil dari penelitian ini antara lain yaitu, pembentukan Manchukuo tidak terlepas dari peranan tentara Guangdong yang merupakan tentara pendudukan Jepang di wilayah Manchuria; pembentukan Manchukuo juga menempatakan rakyat Manchuria dalam posisi yang semakin sulit karena sektor-sektor ekonomi dan fasilitas umum didominasi oleh Jepang; dan meskipun ada usaha dari PNC dan PKC untuk merebut kembali Manchuria, namun hal tersebut tidak pernah berhasil sampai dengan kekalahan Jepang dari Sekutu di tahun 1945.

Japan has started to give interest to Manchuria since it succeeded defeating China in a war which happened in 1895 and succeeded forming a puppet state in that area in 1932. The puppet state is called Manchukuo. The purpose of this research is to discover how the puppet state of Manchukuo was formed, the effects for the Chinese, and also the reactions from the Chinese, especially Chinese Nationalist Party and Chinese Communist Party. The research method which is used in this research is literary review. This research discovers that Guangdong Army which was the Japanese army had a role in the formation of Manchukuo; the formation of Manchukuo also put the people of Manchuria in a difficult position because the economic sectors and public facilities were dominated by Japan; although there was an effort from Chinese Nationalist Party and Chinese Communist Party to retake Manchuria, that effort was never successful until Japan was defeated by the allies in 1945.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Mamduh I.
"Jurnal ini membahas tentang sejarah munculnya kaum komprador dan pengaruhnya terhadap Cina. Perang Candu yang menjadi pemicu berakhirnya masa dinasti Cina merupakan awal dari kemunculan kaum ini . Meluasnya peran dan tugas yang dimiliki menjadikan kaum ini sebagai salah satu kaum yang berpengaruh pada masa industrialisasi Cina. Munculnya komprador juga secara tidak langsung mengubah strata sosial masyarakat Cina yang sejak zaman dinasti Zhou sudah menganut ajaran Konfusius, pada saat yang sama kaum ini menjadikan Cina sebagai sebuah negara yang sangat kuat nantinya.

This paper discusses about the first emerge of compradors and their influence with China’s future. The Opium War is regarded as the trigger of the emersion of this class. Comprador’s enlarged role and job makes them one of the most influence people in China during industrial era. At same time, they changed the Chinese sosial stratification which based on Confucius thought since Zhou dynasty indirectly, makes China as one of the strongest country in the future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Andaruni Widhiantari
"[ ABSTRAK
Republik Rakyat Tiongkok ( RRT ) adalah negara yang dipimpin oleh presiden dan perdana menteri yang berasal dari partai tunggal di RRT yaitu Partai Komunis Tiongkok. Hal menarik dari RRT adalah setiap pemimpin selalu memiliki slogan. Demikian pula Presiden Xi Jinping yang memerintah sejak tahun 2012. Ia mengeluarkan slogan Chinese Dream ( 中国梦), sebagai arah dan tujuan pemerintahannya. Slogan ini kerap dikaitkan dengan slogan yang sudah terkenal lebih dulu yakni The American Dream, karena kedua slogan ini sama-sama mengandung kata ? dream?. Namun, kedua negara ini memiliki latar belakang yang sangat bertolak belakang sehingga sulit menemukan kesamaan makna antara kedua slogan tersebut. Dalam penelitian ini, penulis akan membuktikan bahwa slogan kedua negara ini memang memiliki makna yang berbeda.
ABSTRACT People?s Republic of China is a country ruled by both president and prime minister who were elected from the only party in China, Chinese Communist Party ( CCP ) . The interesting fact behind China?s government is every leader who ruled China always has their own slogan. President Xi Jinping who was elected as president since 2012, issued ? Chinese Dream? as a slogan for his regime?s direction and goals. This slogan has been associated with another well-known slogan from United States which known as ?The American Dream?. The main reason is because both slogans contain the word ?dream?, but since People?s Republic of China and The United States are two completely different countries, it was nearly imposible to indentify any similiarity between this two slogans. Thus, in this journal, the author will go through literature sources such as newspaper articles, books and other sources to prove the differences between these two slogans;People?s Republic of China is a country ruled by both president and prime minister who were elected from the only party in China, Chinese Communist Party ( CCP ) . The interesting fact behind China?s government is every leader who ruled China always has their own slogan. President Xi Jinping who was elected as president since 2012, issued ? Chinese Dream? as a slogan for his regime?s direction and goals. This slogan has been associated with another well-known slogan from United States which known as ?The American Dream?. The main reason is because both slogans contain the word ?dream?, but since People?s Republic of China and The United States are two completely different countries, it was nearly imposible to indentify any similiarity between this two slogans. Thus, in this journal, the author will go through literature sources such as newspaper articles, books and other sources to prove the differences between these two slogans, People’s Republic of China is a country ruled by both president and prime minister who were elected from the only party in China, Chinese Communist Party ( CCP ) . The interesting fact behind China’s government is every leader who ruled China always has their own slogan. President Xi Jinping who was elected as president since 2012, issued “ Chinese Dream” as a slogan for his regime’s direction and goals. This slogan has been associated with another well-known slogan from United States which known as “The American Dream”. The main reason is because both slogans contain the word “dream”, but since People’s Republic of China and The United States are two completely different countries, it was nearly imposible to indentify any similiarity between this two slogans. Thus, in this journal, the author will go through literature sources such as newspaper articles, books and other sources to prove the differences between these two slogans]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Ning Kasih Abduh Putri
"Skripsi ini membahas tentang penerapan konsep kritik dan kritik-diri yang terjadi pada era Revolusi Kebudayaan RRT (1966-1976). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab apakah sebenarnya kritik dan kritik-diri dapat menyelesaikan kontradiksi yang terjadi di PKT menjelang Revolusi Kebudayaan. Melalui metode kualitatif deskriptif, penelitian dilakukan dengan memaparkan Pemikiran Mao serta kontradiksi antara kelompok Maois dan Liuis yang terjadi di era tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep kritik dan kritik-diri dapat menyelesaikan kontradiksi tersebut meskipun penerapannya tidak berjalan sebagaimana mestinya.

The focus of this study is Criticism and Self-Criticism Concept Implementation in Chinese Cultural Revolution (1966-1976). The purpose of this study is to find the answer of whether criticism and self-criticism concept could truly solve the contradiction which was happened in Chinese Communist Party towards Chinese Cultural Revolution. Through descriptive qualitative method, this study explains Mao Zedong?s Thought and the contradiction between Maoist and Liuist which occured in that era. The result of this study shows that criticism and self-criticism concept could solve the contradiction, although the implementation was not executed as what it is meant to be."
2016
S62434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Aisha
"ABSTRAK
Bencana kelaparan hebat yang terjadi di provinsi Henan pada tahun 1942 sampai tahun 1943 merupakan suatu bencana yang disebabkan oleh karena pemerintah Cina kurang memperhitungkan dampak dari pelaksanaan kebijakannya dalam usaha mempertahankan kedaulatan wilayah Cina. Keadaan tersebut diperparah dengan langkah-langkah pemerintah yang kurang efisien dalam menanggulangi bencana kelaparan di Henan pada periode tahun 1942-1943. Penyediaan pangan, air bersih, pakaian, tempat tinggal yang layak dan komunikasi yang amat sangat minim disebabkan karena pemberian bantuan dari pemerintah yang tidak segera didistribusikan ke daerah krisis. Kebijakan ekonomi yang berlaku saat itu juga semakin mempersulit kehidupan masyarakat Henan. Pajak gandum yang seharusnya tidak dibebankan kepada masyarakat di daerah krisis, justru tetap diberlakukan oleh pemerintah dalam usaha memenuhi kebutuhan militer. Masyarakat yang tidak bisa membayar pajak tersebut terpaksa harus menjual apa pun untuk memenuhi kuota pajak.

ABSTRACT
The great famine that occurred in Henan province in 1942 until 1943 was a disaster caused by the Chinese government that did not take into account the impact of its policy implementation in the effort to defend the sovereignty of China. The situation was exacerbated by the government 39 s inefficient actions in famine prevention in Henan in the period 1942 1943. The lack of food, clean water, clothing, decent housing and communications is caused by government assistance that is not immediately distributed to the crisis areas. The prevailing economic policies also made it more difficult for the people of Henan. Wheat taxes that should not be imposed on communities in crisis areas remain to be imposed by the government in efforts to meet military needs. People who can not pay the tax are forced to sell anything to meet the tax quota."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 20118
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Tio Vany
"Topik penelitian ini adalah mengenai pembauran masyarakat Cina Benteng yang berdomisili di wilayah Tangerang, khususnya di kawasan Pasar Lama. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana berjalannya proses pembauran yang dilakukan antara Masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat Non-Cina Benteng di sekitarnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dan penunjang proses pembauran tersebut, serta memaparkan apa saja dampak dari pembauran masyarakat Cina Benteng, baik bagi masyarakat Cina Benteng itu sendiri maupun bagi masyarakat Non-Cina Benteng di sekitarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upaya pembauran yang dilakukan antara masyarakat Cina Benteng dan masyarakat Non-Cina Benteng, baik melalui perkawinan maupun perayaan-perayaan etnis Cina Benteng, telah berhasil menghantarkan kedua kelompok masyarakat ini hidup berdampingan dalam keharmonisan, tanpa mempermasalahkan perbedaan.

The topic of this research is about the assimilation of Chinese Benteng community in Tangerang, especially in Pasar Lama area. The purpose of this research is to describe how the process of assimilation between the Chinese Benteng community and the non-Chinese Benteng, which factors are inhibiting and supporting the process of assimilation, and explaining the impacts of the assimilation of the Chinese Benteng community for themselves and for the non-Chinese Benteng community. The research 39;s method is qualitative. The results of this study show that the assimilation between Chinese Benteng community and non-Chinese Benteng community through marriage and celebration of traditional Chinese Benteng rituals, have succeeded in bringing both of them living side by side in harmony, without questioning the differences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rifa`ati Hanifah
"Jurnal ini membahas mengenai akulturasi upacara kematian masyarakat Cina Benteng di Tangerang, Banten. Masyarakat Cina Benteng adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang tinggal di wilayah Tangerang, Banten. Nama Cina Benteng berasal dari kata ldquo;Benteng rdquo;, nama lama kota Tangerang. Kata ldquo;Benteng rdquo; dalam istilah Cina Benteng mengacu pada Benteng Makassar, yang terletak disisi timur sungai Cisadane.
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara lengkap bagaimana ritual upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa dan menjelaskan bagaimana ritual upacara kematian masyarakat Cina Benteng yang telah mengalami akulturasi dengan budaya masyarakat setempat di Tangerang, Banten. Selain itu, juga untuk menunjukan bagaimana upacara kematian menjadi salah satu titik temu antara dua budaya yang berbeda dan melihat sejauh mana budaya tradisional masih mempengaruhi budaya yang sudah terakulturasi melalui upacara kematian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upacara kematian masyarakat Cina Benteng telah terakulturasi dengan budaya upacara kematian masyarakat Non- Cina Benteng di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam upacara kematian Cina Benteng terdapat beberapa bagian yang berbeda dari upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa. Upacara kematian masyarakat Cina Benteng lebih sederhana dalam pelaksanaannya. Selain itu, akulturasi kematian masyarakat Cina Benteng terjadi karena adanya pergeseran zaman dan pergeseran budaya.

This journal talks about the acculturation of the death ceremony of Chinese Benteng community in Tangerang, Banten. Chinese Benteng are people of Chinese descentdant who live in Tangerang, Banten. The name of Chinese Benteng comes from the word ldquo;Benteng rdquo; means ldquo;Fort rdquo; , which is the old name of city of Tangerang. The word Benteng in the term of Chinese Benteng refers to Benteng of Makassar Makassar Fort , which lies on the east side of the Cisadane river.
The purpose of this research is to fully describe the death ceremony ritual of the Chinese Traditional community and the death ceremony ritual of Chinese Benteng people that has been acculturated with the culture of the local community in Tangerang, Banten. In addition, it shows how the death ceremony became the point of intersections between two different cultures and to what extent the traditional cultures still affect the culture that has been acculturated through the death ceremony. The method used in this research is qualitative method.
The result of this research shows that the death ceremony of Chinese Benteng community has been acculturated with the death ceremony of Non-Chinese Benteng community in Tangerang. Therefore, the death ceremony of Chinese Benteng is different in some parts from the death ceremony of traditional Chinese community. The death ceremony of the Chinese Benteng community is more simple in its implementation. In addition, the acculturation of death ceremony of Chinese Benteng community also occurred due to the changing of time and culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Hidayatullah
"Skripsi ini membahas keterkaitan antara Prinsip Koeksistensi Damai dengan Perjanjian Dwikewarganegaraan RI-RRT. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang didukung dengan studi pustaka. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dalam pengimplementasian Prinsip Koeksistensi Damai dalam Perjanjian Dwikewarganegaraan RI-RRT merupakan suatu sarana bagi RRT dalam menerapkan Soft Powernya, guna menarik negara-negara lain demi terciptanya hubungan diplomatik luar negerinya. Akan tetapi, pengimplementasian Prinsip Koeksistensi Damai oleh RRT dalam perjanjian ini tidak sepenuhnya konsisten,
sehingga berdampak pada hubungan diplomatik luar negeri Tiongkok, khususnya dengan Indonesia.
This thesis explains the relationship between the Principle of Peaceful Coexsistence and the Dual Citizenship Treaty of RI-PRC. This research is a qualitative research that supported by a literature study. This research proves that the implementation of the Principle of Peaceful Coexsistence on the Dual Citizenship Treaty of RI-PRC is a medium for the People’s Republic of China to implement its soft power, in order to attract other countires to build a diplomatic relationship. However, the implementation of the Principle of Peaceful Coexsistence in this treaty is not that consistent, thus impacting China’s diplomatic relation with another countires, especially with Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>