Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 524 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
R. Bambang Suboto
Abstrak :
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan dasar manusia, pencemaran lingkungan cenderung meningkat. Salah satu pencemaran yang melanda Jakarta adalah pencemaran sumber air minum, hal ini sudah menjadi masalah yang sangat mendesak untuk dicari pemecahannya. Adapun pencemaran sumber air minum diakibatkan oleh limbah cair organik yang susah diolah oleh bakteri. Limbah cair tersebut salah satunya adalah pbenol. Untuk menurunkan kadar larutan organik khususnya phenol dari dalam air, didapat pemikiran memanfaatkan limbah yang ada untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Adapun limbah yang dimanfaatkan adalah ampas tebu dan batok kelapa. Limbah tersebut dimanfaatkan menjadi karbon aktif yang dapat difungsikan untuk menjerat baban beracun dan berbahaya yang berasal dari baban organik. Dalam tugas akhir ini dilakukan penelitian membuat karbon aktif dengan aktivasi kimia menggunakan KOH dan menguji luas permuksan serta volume pori menggunakan autosorb. Karbon aktif yang dihasilkan dari aktivasi digunakan untuk mengadsorp yang terdapat di air. Adsorpsi berlangsung pada temperatur 28 c dan tekanan 1 atm. Dari penelitian ini diperoleh hasil yang menyatakan bahwa luas permukaan karbon aktif sebanding dengan volume pori dan kapasitas adsorpsi. Luas permukaan karbon aktif tebu lebih luas dari karbon aktif kelapa. Luas permukaan karbon aktif paling besar terdapat pada karbon aktif kelapa dengan 20% penambaban KOH yaitu…
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saiful Fata
Abstrak :
Sampai saat ini telah dipelajari tiga teknologi untuk menghilangkan olefin dalam gas i-C4 yaitu: hydrorreating, Disnlasi-Ekstraksi dan Distilasi Fraksionasi. Akan tetapi ketiga teknologi ini digunakan untuk konsentrasi kandunganan olefin yang tinggi dalam Lunpan aliran proses dan produk utama yang diinginkan adalah olefin dengan kapasitas produksi besar_ Teknologi ini tidak ekonomis jika dipakai pada Lunpan aliran proses yang konsentrasi oleiinnya rendah, 4 - 6% dalam LPG iso-butan.

Telcnologi (metode) yang paling, ekonomis dalam proses penghilangan kandungan olefin dalam iso-butan, altematiiimya adalah dengan menggunakan metode adsorpsi. Proses adsorpsi merupakan kcmampuan dari sualu adsorben unluk mengikat suatu zat tertentu dalam larutan (Huida) pada pemwkaannya sehingga zat tersebut dapat dipisahkan dari Iarutannya. Terikatnya zat tersbut dimungkinkan karena adanya gaya pada adsorben. Adsorben tertentu dapat mengadsorp oletin dan mendesorpsi iso-butan dengan baik. Untuk melakukan proses ini dikembangkan suatu kolom adsorpsi yang ditempatkan adsorben didalamnya.

Hasil penelitian dengan menggunakan molekuler-sieve SA, dan karbon aktif, pada kondisi temperatur yang berbeda diperoleh, masing-masing pola kurva terobosan oleiu cukup memadai karena membentuk S-shape, dimana molekulcrsieve marnpu menurunkan sampai i 0.3 pmol/cc pada temperatur 20 ?C dan karbon aktif sampai i 0.2 pmol/cc pada temperalur 20 °C. Kapasitas adsorben molekulersieve pada temperatur 20 °C ,dc 14317415 pmol/cc; karbon aktif 1 21530030 pmol/cc, ini cukup layak dipakai sebagai adsorben untuk mengadsorpsi Olefin dalam gas iso-butan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dariyus
Abstrak :
Hidrokarbon C2-C4 merupakan senyawa yang penting untuk segala macam industri petrokimia misalnya bahan baku polimer, MTBE, isoprena, untuk reagen alkilasi, dan bahan baku LPG. Senyawa tersebut dapat diperoleh secara suslainable (berkelanjuatan) dari senyawa n-butanol melalui proses katalitik dan n-butanol merupakan senyawa yang dapat diperbaharui (renewable) karena dapat dihasilkan dari proses fermentasi senyawa karbohidrat. Pengembangan proses katalitik dapat dilakukan dengan menggunakan katalis zeolit alam yang dimodifikasi dengan penambahan boron oksida. Perpaduan antara dua komponen katalis tersebut diharapkan dapat meningkatkan kineija katalis dalam mengkonversi n-butanol menjadi C2-C4. Penelitian ini telah mempelajari bahwa penambahan boron oksida pada zeolit alam sebanyak 25% memberikan konversi dan yield C2-C1 yang paling baik. Hasil karakterisasi XRD terhadap penambahan boron oksida sebanyak 25% tersebut tidak menunjukkan puncak-puncak yang dimiliki oleh komponen boron oksida. Hal ini menunjukkan bahwa boron oksida terdispersi secara sempuma pada permukaan zeolit alam dan berinteraksi secara kuat dengan /razne/kerangka zeolit. Hasil analisis BET menunjukkan bahwa luas permukaan katalis tanpa penambahan boron oksida adalah 343 m2/g yang dapat dipertimbangkan merupakan luasan yang cukup untuk mendispersikan komponen boron oksida pada permukaan katalis zeolit alam. Uji aktivitas katalis dengan menggunakan katalis yang mengandung 25% boron oksida tersebut memberikan hasil konversi n-butanol terbaik sebesar 82,9% dan yield C2--C4 sebesar 14,7% pada temperatur reaksi 400°C ketika jumlah umpan n-butanol mencapai 21 gram. Hal ini diperkirakan bahwa pada katalis tersebut terbentuk suatu spesi yang berperan sebagai inti aktif baru dalam mengkonversi n- butanol menjadi C2-C4 dibanding dengan zeolit alam tanpa penambahan boron oksida.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Satiti Ayu Wulandari
Abstrak :
Kandungan mineral-mineral terlarut dalam suatu larutan, seperti Ca2+ dan Mg2+ memiliki kecenderungan untuk terdeposit membentuk lapisan sangat keras yang biasa disebut kerak. Pembentukan kerak akan meningkat seiring dengan semakin tingginya kandungan ion Ca2+ dalam larutan. Magnetisasi dapat menurunkan kandungan ion Ca2+ dalam larutan, sehingga mampu mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat pembentukan kerak tersebut. Percobaan dilakukan untuk mengetahui efek dari medan magnet terhadap kandungan ion Ca2+ dalam larutan dan pembentukan deposit CaC03 di permukaan. Proses magnetisasi selama presipitasi berlangsung akan dilakukan pada kondisi statis dengan tingkat kesadahan larutan, lamanya proses magnetisasi dan presipitasi sebagai variabel-variabel yang dimanipulasi dalam percobaan. Magnet yang digunakan adalah magnet batang permanen berbasis Neodymium (Nd) dengan kuat medan sebesar 950 - 3400 Gauss. Karakteristik larutan akan dibandingkan pada saat sebelum dan sesudah magnetisasi berlangsung. Dalam percobaan ini, konsentrasi ion Ca2+ diukur dengan menggunakan titrasi kompleksometri EDTA dan elektroda ion selektif Ca2+ Vernier. Uji foto mikroskop dan karakterisasi difraksi sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengamati distribusi dan ukuran kristal yang terbentuk di permukaan. Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa magnetisasi terhadap larutan campuran Na2CO3 dan CaCl2 memiliki efek yang berbeda, tergantung dari metode yang digunakan. Metode magnetisasi selama presipitasi berlangsung akan mendominasi tahap pertumbuhan partikel, sehingga jumlah deposit yang terbentuk di permukaan lebih banyak namun dengan ukuran. kristal yang lebih kecil. Beberapa parameter yang menentukan efektivitas dari proses magnetisasi adalah tingkat kesadahan larutan, lamanya waktu magnetisasi dan presipitasi. Proses magnetisasi berlangsung paling efektif saat diaplikasikan pada larutan campuran selama sepuluh menit dan pengaruhnya dapat bertahan hingga tiga puluh menit. Efek magnetisasi tetap terlihat dengan jelas, meskipun diaplikasikan pada larutan induk dengan berbagai konsentrasi yang berbeda.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Yaser
Abstrak :
Aktivitas dan stabilitas fotokatalis TiO2 dalam pengolahan limbah Cr(VI) dan fenol secara simultan dapat terganggu dikarenakan adanya proses deaktivasi. Secara umum deaktivasi fotokatalis disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah perubahan fasa kristal katalis, akumulasi intermediate atau produk dari reaksi fotokatalisis pada permukaan fotokatalis yang teradsorpsi lebih kuat daripada reaktannya sehingga menutupi active site katalis, tingkat keasaman (pH) sistem katalis, dan perubahan energi bandgap yang terjadi karena kerusakan struktur kristal atau adsorpsi logam pada permukaan fotokatalis. Pengembalian aktivitas fotokatalis TiO2 dimungkinkan melalui proses regenerasi dengan cara perlakuan dalam suasana asam atau basa, penyinaran agar terjadi reaksi fotokatalisis lanjutan, pencucian, pemanasan, dan sebagainya. Dalam meregenerasi fotokatalis diperlukan metode dan kondisi operasi yang optimal agar aktivitas fotokatalis dapat dikembalikan seperti semula. Oleh karena itu akan dilakukan analisis penyebab deaktivasi fotokatalis TiO2 dalam pengolahan limbah simultan Cr(VI) dan fenol kemudian dicari metode regenerasi yang dapat mengembalikan aktivitas fotokatalis TiO2 seperti semula. Percobaan diawali dengan melakukan uji aktivitas dan stabilitas dalam mengolah limbah Cr(VI) dan fenol secara simultan dengan menggunakan reaktor skala pilot yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan karakterisasi SEM-EDX pada katalis yang terdeaktivasi. Setelah itu dilakukan regenerasi dengan empat metode. Metode pertama dilakukan dengan mencampur katalis kering yang telah terdeaktivasi dengan air lalu mensonikasi dan diaduk selama beberapa saat. Metode kedua dilakukan dengan mencampur katalis dengan air lalu mensonikasi dan menyinari larutan katalis tersebut dengan sinar matahari sambil diaduk. Metode ketiga, katalis kering yang telah terdeaktivasi dicampur dengan air lalu disonikasi kemudian dipanaskan hingga suhu sekitar 80-90 _C. Metode keempat, katalis terdeaktivasi yang sama hanya disinari oleh sinar matahari selama beberapa saat. Selanjutnya dilakukan karakterisasi EDX pada katalis-katalis yang telah diregenerasi dengan keempat metode. Untuk mengetahui aktivitas katalis setelah proses regenerasi dilakukan uji aktivitas kedua dengan menggunakan reaktor skala laboratorium untuk mengolah limbah simultan Cr(VI) dan fenol. Hasil uji aktivitas dan stabilitas menunjukkan terjadinya deaktivasi fotokatalis. Konversi dalam reduksi Cr(VI) dan fenol setelah uji aktivitas kedua sebesar 39,56% dan 42,47% berturut-turut, sedangkan setelah regenerasi dengan metode regenerasi kedua konversi reduksi Cr(VI) menjadi 94,35% dan konversi degradasi fenol sebesar 68,35%. Hasil SEM-EDX menunjukan semakin tingginya %C dan %Cr selama penggunaan katalis. Terjadinya penggumpalan katalis dan terdapatnya senyawa karbon, yang diduga intermediate dari oksidasi parsial fenol, yang tinggi diawal pengujian dan kromium, yang diduga dalam bentuk Cr(III) hasil akhir reduksi Cr(VI), yang tinggi pada permukaan fotokatalis diakhir pengujian diduga sebagai penyebab terjadinya deaktivasi katalis. Hasil uji aktivitas kedua menunjukkan bahwa metode regenerasi kedua (pencampuran dengan air diteruskan dengan sonikasi, penyinaran dan pengadukan) dan metode regenerasi keempat (penyinaran katalis kering) merupakan metode regenerasi yang optimal dalam mengembalikan aktivitas katalis TiO2 yang terdeaktivasi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Agustyani
Abstrak :
Modul membran serat berlubang mulai banyak digunakan sebagai peralatan kontaktor gas-cair karena dapat memberikan luas permukaan kontak yang besar. Salah satu aplikasi dari peralatan ini adalah untuk memisahkan oksigen terlarut dari dalam air. Membran disini berfungsi sebagai kontaktor yang merupakan media tempat berkontak antara air dengan oksigen. Dalam proses pemisahan oksigen dari air melalui membran, perbedaan konsentrasi antara fasa gas dan fasa cair memberikan gaya penggerak untuk perpindahan secara difusi melalui membran tersebut. Studi ini menggunakan kontaktor membran serat berlubang untuk memisahkan oksigen terlarut dari air. Serat yang digunakan adalah MEMCOR CMF-S S10T dari MEMCOR Australia berukuruan 650 _m diameter luarnya, 130 _m tebal dindingnya dan 0,2 _m ukuran nominal pori membrannya. Ada 3 kontaktor membran yang digunakan dalam penelitian ini dengan jumlah serat bervariasi dari 112, 126 dan 140. Pemisahan oksigen terlarut dari dalam air melalui kontaktor membran serat berlubang dilakukan dengan menggunakan pompa vakum dipilih sebagai model sistem penelitian untuk mengetahui efektifitas perpindahan massa (dilihat dari koefisien perpindahan massa) dan kharakteristik hidrodinamika air dalam kontaktor membran serat berlubang. Dalam eksperimen kecepatan air divariasikan dari 24 hingga 103 Cm/detik, memberikan variasi pada bilangan Reynolds sekitar 800 hingga 2000. Koefisien perpindahan massa yang diperoleh berdasar hasil eksperimen berkisar antara 0,006 hingga 0,012 Cm/detik. Berdasarkan hasil eksperimen terlihat bahwa koefisien perpindahan massa yang terjadi di dalam kontaktor turun dengan naiknya fraksi kepadatan membran di dalam kontaktor pada kecepatan air yang sama dan naiknya temperatur pemanasan awal pada air umpan. Korelasi perpindahan massa dapat dinyatakan dalam persamaan: Sh =(-0,066?+0,034 ) Re0,87 Sc0,33 menunjukka bahwa difusi oksigen dari dalam air terjadi pada daerah aliran turbulen. Hal ini didukung dengan penurunan tekanan yang terjadi di dalam kontaktor juga terjadi di daerah turbulen. Selain itu pengaruh konfigurasi membran menunjukkan bahwa membran ujung bebas memberikan koefisien perpindahan massa yang lebih besar dari dari membran ujung terikat. Rasio friksi aliran air di dalam kontaktor berkisar 1,7 hingga 3,9 kali lebih besar dari fraksi teoritis.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fauzie
Abstrak :
Metode alternatif yang dapat digunakan untuk mengontrol terbentuknya scale adalah Anti Scale Magnetic Treatment (AMT). Kritik yang biasa dilontarkan tentang metode ini adalah mengenai hasil dari alat AMT yang pada saat penerapannya banyak yang tidak efektif. Selain itu masih terdapat pro-kontra dikalangan peneliti mengenai nilai efektifitas suatu proses magnetisasi dan kondisi operasinya. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang metode magnetisasi ini sebagai metode alternatif yang menjanjikan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari medan magnet terhadap pembentukan partikel dan jenis kristal CaCO3 pada air sadah sintetik (larutan kalkokarbonik) dengan menggunakan sistem dinamis sirkulasi. Beberapa variabel kondisi operasi yang meliputi lama waktu sirkulasi, laju alir, jumlah magnet dan pH diuji untuk lebih memperjelas pengaruhnya terhadap proses magnetisasi. Pada penelitian ini larutan kalkokarbonik disirkulasi pada laju alir yang konstan. Pengukuran dilakukan pada saat sirkulasi dan setelah sirkulasi. Pengukuran kandungan CaCO3 pada larutan kalkokarbonik dilakukan dengan metode titrasi kompleksometri EDTA. Uji XRD dilakukan untuk mengetahui jenis kristal yang terdeposit dipermukaan pelat kaca. Hasil penelitian menunjukan bahwa magnetisasi dapat meningkatkan persen presipitasi dari CaCO3. Peningkatan persen presipitasi untuk sampel yang dimagnetisasi terjadi baik pada saat sirkulasi maupun setelah sirkulasi. Semakin lama waktu sirkulasi dan semakin tinggi laju alir, jumlah magnet dan pH maka persen presipitasi CaCO3 yang didapat akan semakin tinggi. Jenis deposit kristal CaCO3 yang terbentuk dipermukaan pelat kaca adalah kalsit.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Fatticianita J.
Abstrak :
Teknologi konversi katalitik senyawa organik menjadi hidrokarbon masih sangat jarang sehingga sangat memerlukan dukungan dari hasil penelitian serta pengkajian teknik reaksi dan katalis. Selama ini teknologi konversi senyawa organik masih terfokus pada konversi katalitik dengan bahan baku metanol menjadi Gasoline (Methanol To Gasoline Process) dengan menggunakan katalis H-ZSM-5. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan konversi hasil biomassa (aseton-butanol-etanol) menjadi hidrokarbon dengan menggunakan katalis H-ZSM-5. Konversi katalitik senyawa ABE dilakukan dengan menggunakan Packed bed reactor pada tekanan atmosferik dengan variasi rasio Si/Al. Penelitian ini mempelajari pengaruh rasio Si/Al terhadap reaksi konversi katalitik senyawa ABE menjadi hidrokarbon. Karakterisasi katalis yang dilakukan meliputi komposisi kimiawi dari H-ZSM-5 sehingga didapat rasio Si/Al untuk H-ZSM-5 sebesar 15, 47, 227, 2500. Karakterisasi dengan XRD menunjukkan kristalinitas untuk HZSM-5 yang berada pada daerah 2? dengan nilai 23 derajat. Dari karakterisasi keasaman diketahui bahwa katalis yang memiliki jumlah keasaman tertinggi adalah H-ZSM-5 dengan rasio Si/Al = 47 pda rentang temperatur 350_C-450_C. Rasio Si/Al sangat mempengaruhi produk cair yang diperoleh (yield dan konversi). Konversi tertinggi dihasilkan dari reaksi dengan menggunakan HZSM-5 rasio Si/Al = 47. Yield tertinggi yang dihasilkan dari reaksi konversi katalitik senyawa ABE menjadi hidrokarbon adalah sebesar 46,6% atau sekitar 1,168 gram umpan ABE yang terkonversi menjadi produk hidrokarbon pada temperatur 425_C dengan menggunakan katalis H-ZSM-5 rasio Si/Al = 47.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utomo Pratama Iskandar
Abstrak :
Cadangan minyak bumi pada dasawarsa terakhir ini semakin menurun, sementara itu kebutuhannya cenderung meningkat. Penurunan cadangan minyak mengakibatkan penurunan produksi minyak yang mencapai 10 % per tahun, akibatnya terjadi krisis energi terutama bensin. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan sumber energi alternatif, dan energi biomassa yang dalam hal ini dianggap paling prospektif untuk diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengembangkan proses konversi katalitik untuk menghasilkan bahan bakar setaraf fraksi bensin dengan memanfaatkan minyak jarak pagar dan senyawa ABE sebagai bahan baku. Reaksi perengkahan katalitik dilangsungkan dalam reaktor fixed bed yang beroperasi pada tekanan atmosferik dan rentang suhu 350-450°C. Sebelum dilaksanakan tahap uji reaksi, terlebih dahulu dilakukan pencampuran minyak jarak dengan senyawa ABE (Aseton, Butanol, dan Etanol). Hal ini ditujukan untuk mengatasi kereaktifan gugus ester, dan ikatan rangkap rantai karbon pada trigliserida sehingga tidak membentuk reaksi polimerisasi/Kondensasi. Rasio mol campuran senyawa ABE terhadap minyak jarak divariasikan mulai dari 1:5 sampai dengan 1:9. Katalis yang digunakan berupa katalis 5% H-ZSM-5/Alumina. Produk hasil perengkahan difraksinasi dan diidentifikasi ikatan kimianya dengan FTIR untuk dibandingkan dengan bensin komersial. Jenis Umpan campuran dengan butanol memberikan konversi dan yield bensin yang paling tinggi, berturut-turut 76.51 % dan 72.67 %. Kondisi operasi suhu yang paling optimal yaitu 375°C. Kemudian rasio mol yang optimal pada semua campuran senyawa terdapat pada perbandingan 1:5.
Oil supply on the last decades have more and more decreased, at the meanwhile the needs seems to be increasing. The oil supply reduction cause much decreasing in oil production until 10% per year, as a qonsequence energy crisis happened especially on gasoline demands. To overcome this problem, it was necessary to find alternative energy resource. Biomass energy has been considered the most prospectful alternative energy resource to be researched. Therefore, this reasearch will develop catalytic process conversion to produce fuel as equivalent as gasoline fraction, using mixture of jatropha oil and ABE compounds as a feed. Catalytic cracking was carried out in fixed bed reactor at atmospheric pressure and temperture range 350-450°C. Before the reaction conducted, jatropha oil and ABE compounds was mixtured at the first time. It was done to prevent the reactivity of esters group and unsaturated carbon chain to form polymerization/condesation reaction. Mole ratio mixture between ABE compounds and Jatropha Oil was varied from 1:5 until 1:9. On this catalytic reaction cracking using 5% H-ZSM-5/Alumina as a catalyst. Cracked product was fractionated and observed the chemistry bounds using FTIR to compare with commercial gasoline. Mixture feed with buthanol gives the highest conversion and gasoline yield 76.51 % and 72.67 % respectively. Optimum temperature operation reached at 375°C. Then optimum mole ratio on all mixture was 1:5.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>