Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Andriati
Abstrak :
Pecking Order Theory merupakan suatu model struktur pendanaan dalam manajemen keuangan dimana struktur pendanaan suatu perusahaan mengikuti suatu hirarki dimulai dari sumber dana termurah yaitu dana internal hingga saham sebagai sumber terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan pendanaan perusahaan, dimana faktor-faktor yang diteliti adalah perubahan belanja barang modal, pembayaran dividen, investasi, arus kas operasi, pertumbuhan penjualan, ROA, struktur aktiva, besaran perusahaan, perubahan modal kerja perusahaan dan operating leverage. Tujuan lain dari karya akhir ini adalah untuk menjelaskan perilaku pendanaan perusahaan yang terdaftar di BEJ apakah sesuai dengan Pecking Order Theory atau tidak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan regresi linear, dalam konteks data emiten di BEJ pada periode 2001 dan 2002. Model yang digunakan dalam karya akhir ini adalah replikasi dari model yang diuji oleh David E. Allen dan Martyn R Clissold pada perusahaan-perusahaan di Australia pada tahun 1995 dan 1997. Kedua model ini digunakan dalam karya akhir ini dengan pertimbangan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam kedua model sesuai dengan kondisi data yang ada di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel yang secara statistis signifikan dan konstan mempengaruhi kebijakan eksternal perusahaan adalah perubahan capital expenditure, dividend payment, investment, pertumbuhan penjualan, dan perubahan working capital. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian secara bersama-sama dalam cross sectional time series sub periode. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah perilaku pendanaan perusahaan-perusahaan di Indonesia sesuai dengan teori pecking order. Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan defisit perusahaan mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hutang jangka panjang dari emiten di BEJ pada tahun 2001 dan 2002. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perilaku pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia yang membagikan dividen tiga tahun berturut-turut pada tahun 2000 sampai dengan 2001, dapat dijelaskan melalui pecking order. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Djakman dan Halomoan pada emiten di BEJ tahun 1994 dan 1995.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T14757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Rochani
Abstrak :
Pricing strategy is influenced by how the consumers perceived the price change. In an oligopolistic market such as cellular industry, posted price shows the firm's commitment to the consumers as well as to the competitors since a firm's decision will affect (he other firms' decision. This thesis discuss about Indosat 's pricing strategy amidst the intense competition of cellular industry in 2003. This research found that subscribers' acquisition pattern is influenced by the price change. Although the elasticity for one month inelastic, the seven-month elasticity shows that the own price elasticity is elastic On the other hand, the volume of transactions measured by the Minute of Usage shows an inelastic demand These results show a trade-off indosat faced when making a decision to lower its price, The sensitivity analysis shows that the revenue Indosat get from the new subscriber is higher than the potential revenue loss.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Harfianto
Abstrak :
Penelitian tentang ini pengaruh kebijakan pemerintah di bidang cukai pada kinerja pasar (market performance) hasil tembakau jenis sigaret di Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengetahui serta menganalisis dinamika hubungan kebijakan pemerintah dengan kinerja pasar hasil tembakau jenis sigaret kretek mesin (SKM), sigaret kretek tangan (SKT), dan sigaret putih mesin (SPM). Ruang lingkup penelitian mencakup kinerja pasar basil tembakau jenis sigaret kretek (SKM dan SKT) serta non-kretek (SPM). Spesifikasi tersebut bertujuan memperjelas dampak kebijakan pemerintah terhadap konsumsi masing-masing jenis sigaret. Analisis penelitian menggunakan pendekatan Structure-Conduct-Performance (SCP) dengan memfokuskan pengukuran kinerja pasar untuk mengetahui bagaimana dampak kebijakan pemerintah pada pasar rokok sigaret. Dalam penelitian ini kinerja dlhitung dari rasio price-cost margin (PCM) yang dihasilkan oleh pasar sigaret. Rasio PCM atau dikenal dengan indeks Lerner menunjukkan kemampuan industri mengeksploitasi pasar untuk memaksimalkan laba. Nilai rasio sama dengan kebalikan dari nilai elastisitas permintaannya. Menggunakan data triwulanan tahun 1996-2004, penulis mengestimasi permintaan hasil tembakau berdasarkan model myopic addiction yang direkomendasi World Bank dimana variabel terikat konsumsi dipengaruhi oleh variabel bebas harga, pendapatan perkapita, laju konsumsi (t-1), trend konsumsi dan dummy. Model direkonstruksi Wang menyesuaikan kondisi penelitian. Dari hasil estimasi, elastisitas permintaan jangka pendek sebesar -0,57 untuk SKM, 0,23 untuk SKT dan -1,18 SPM. Sedangkan nilai rasio PCM masing-masing jenis hasil tembakau searah dengan semakin inelastis permintaannya yaitu sebesar 0,47 untuk SKM, 0,60 untuk SKT dan 0,23 untuk SPM. Kebijakan pemerintah di bidang cukai hasil tembakau ternyata lebih memberikan dampak menguntungkan pada kinerja pasar sigaret kretek dibandingkan sigaret non-kretek, hal tersebut dapat dilihat dari besarnya rasio PCM untuk sigaret kretek dibanding sigaret non-kretek. Variabel lag konsumsi yang mencerminkan sifat adiksi bhsil tembakau dalam penelitian ini terpaksa dihilangkan karena tidak signifikan terhadap variabel terikatnya. Sehingga perhitungan elastisitas permintaan dan rasio PCM untuk jangka panjang tidak dapat dilakukan. Penulis menyarankan pada penelitian berikutnya dapat menggunakan data dengan rentang waktu lebih panjang (enam bulanan atau tahunan) untuk periode lebih lama sehingga dapat menggambarkan sifat adiksi basil tembakau. Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan rekomendasi : (1) Optimalisasi penerimaan negara melalui cukai; (2) Kebijakan yang lebih bersifat membatasi konsumsi hasil tembakau.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kwok, Yvonne Maretta
Abstrak :
Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik baik bagi kalangan investor di bursa efek maupun bagi perusahaan untuk mendapatkan dana bagi kepentingan perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shyam-Sunder (1991), Best (1997), dan Zuhrotun dan Zaki Baridwan (2005) dengan modifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa sejauh mana hubungan (pengaruh) antara penerbitan obligasi dengan kinerja harga saham. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel data dad 44 perusahaan yang melakukan penerbitan obligasi yang tercatat (listing) di 2 (dua) Bursa Efek - yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, dan peringkat (rating) obligasi oleh Pefindo selama periode 1997 - 2003 dengan menggunakan konsep pendekatan metodologi studi peristiwa (event study). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan (pengaruh) yang signifikan antara variabel penerbitan obligasi yang diproksi oleh tujuan penggunaan dana obligasi, nominal obligasi, dan peringkat (rating) obligasi dengan kinerja harga saham balk secara parsial maupun secara agregat pada 20 hari sebelum tanggal efektif, pada saat tanggal efektif, dan pada 20 hari setelah tanggal efektif.
A bond is one of the most attractive financial instruments both for the investors at the stock exchange and for the company to get the source of funds for the purpose of the company. This research is replicated from the previous research, such as Shyam-Sunder (1991), Best (1997), and Zuhrotun and Zaki Baridwan (2005) with some modification. This research is aimed to examine the relationship (influence) between bond issuing and the stock performance_ The sample for the research are 44 companies of the bond issued that listed in two stock exchange - Jakarta Stock Exchange and Surabaya Stock Exchange, and bond's rating by Pefindo from 1997-2003, by using the event study methodology. The result of this research shows that there is no significant relationship (influence) between variable of bond issuing that proxy by the purpose of using source of fund, bond's price, and bond's rating and the stock performance both in partial and in aggregate at 20 days before the effective date, at the effective date, and 20 days after the effective date.
2006
T19954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustafid Gunawan
Abstrak :
Perubahan pengaturan pengusahaan minyak dan gas bumi melalui pemberlakuan regulasi baru UU No. 22 tahun 2001 beserta peraturan pelaksananya merupakan upaya penerapan kebijakan persaingan melalui pemisahan antara fungsi regulator yang ada pada pemerintah dan fungsi usaha pada perusahaan (PERTAMINA), serta pemberian kesempatan partisipasi yang terbuka luas bagi pihak swasta untuk melakukan pengusahaan minyak dan gas bumi. Terdapat perbedaan yang mendasar terhadap struktur pengusahan minyak dan gas bumi di Indonesia sebagai akibat pemberlakuan regulasi baru, yaitu berakhirnya pemberian monopoli oleh pemerintah kepada PERTAMINA dan menjadi lebih terbukanya pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia. Berdasarkan regulasi baru tersebut maka jumiah minyak bumi yang dapat dialokasikan bagi kebutuhan dalam negeri terdiri dari bagian pemerintah dan DM0 sebesar 25% dari bagian kontraktor. Pasokan minyak mentah hasil kegiatan hulu dalam negeri sangat dipengaruhi oleh beberapa perusahaan yang mendominasi pasokan tersebut. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi yang menunjukkan bahwa perubahan penguasaan oleh dominan menentukan besaran pasokan minyak mentah hasil kegiatan huku dalam negeri. Data pasokan minyak mentah ke kilang dalam negeri tahun 2000 s/d 2005 menunjukkan bahwa pasokan minyak mentah hasil kegiatan hufu dalam negeri ke kilang dalam negeri didominasi oleh Caltex, Pertamina, Expan, dan Unocal serta ARCO yaitu mencapai lebih dari 70%. Caltex merupakan posisi dominan dengan pasokan mencapai 52,3 dan 53,1% pada tahun 2004 dan 2005. Regulasi baru yang membuka kesempatan secara luas kepada swasta tersebut akan dapat mendorong terjadinya persaingan dalam pengusahaan migas yang efisien, namun di sisi lain juga memberikan peluang munculnya perusahaan dominan. Berdasarkan data produksi minyak bumi nasional tahun 2000 s/d 2005 dapat diketahui bahwa konsentrasi produksi minyak bumi sebesar 70% ada pada 4 (empat) perusahaan terbesar. Dengan kondisi yang demikian maka diharapkan melatul kebijakan persaingan akan dapat menjadi insentif bagi perusahaan untuk Iebih agresif dalam melakukan pencarian migas. Penemuan lapangan baru sebagai hasil eksplorasi akan dapat mempertahankan dan meningkatkan potensi pasokan minyak bumi hasil kegiatan hulu dalam negeri ke kilang dalam negeri. Analisis regresi dengan mempergunakan data pasokan, produksi den dummy kebijakan tahun 2000-2005 menunjukkan banwa kebijakan yang diterapkan selama ini memberikan pengaruh positif terhadap potensi pasokan minyak mentah ke kilang dalam negeri. Meskipun demikian, kebijakan persaingan yang diterapkan pemerintah perlu untuk dilakukan pembenahan terutama dengan munculnya perusahaan dominan. Regulasi yang ada memungkinkan perusahaan untuk menguasai kegiatan hulu dan hilir sekaligus.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ori Abdurahman Wadjo
2007
T24538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Novijanto; Bambang Eko Priyanto
Abstrak :
ABSTRAK
industri penerbangan adalah suatu iridustri yang sangat padat modal, terutama untuk pengadaan armada (pesawat) yang harganya setiap tahun meningkat dengan tajam. Kenaikan harga tersebut disebabkan karena adanya tambahan tehnologi baru pada pesawat sehingga baik segi kenyamanan, keselamatan dan efi siensi pengoperasiannya.

Seiring dengan kenaikan harga yang sangat pesat tersebut maka kebutuhan dana yang diperlukan untuk pengadaan armada menjadi beban yang makin berat bagi perusahaan. Disisi lain keuntungan yang diperoleh industri penerbangan secara keseluruhan makin berkurang mengingat persaingan yang sangat tajam di industri penerbangan memaksa perusahaan untuk bersaing dalam harga sehingga marjin yang diperoleh makin tipis.

Dengan kondisi-kondisi tersebut di atas menjadikan hitungan untuk pengadaan armada menjadi makin komplek mengingat dana yang dipertaruhkan sangat besar dan jika terjadi kesalahan dampaknya bagi perusahaan sangat fatal karena seperti diketahui pada umumnya sebagian besar dana yang dimiliki perusahaan terserap di pesawat.

Dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan pesawat baik karena adanya penggantian pesawat-pesawat yang telah tua maupun karena adanya kebutuhan untuk memenuhi pasar yang terus berkembang ada beberapa alternatif yang bisa dipilih oleh perusahaan antara lain : dengan pembelian yang dibiayai oleh hutang, dengan projek

finance, atau dengan menggunakan leasing baik operating lease ataupun financial lease.

Karya akhir ini berusaha untuk membandingkan alternatif antara membeli pesawat dengan leasing dengan tujuan untuk mencari biaya yang paling efisien bagi perusahaan.

Dari hasil analisa kami diketahui bahwa alternatif leasing secara finansial lebih menguntungkan dibanding dengan jika perusahaan harus membeli sendiri. Disamping keuntungan secara finansial, leasing juga memberikan keuntungan antara lain : off balance sheet (operating lease), menghindari loan covenant, tidak mengikat batas kredit dan masih ada beberapa keuntungan lainnya.
1995
T5224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Tedjakusuma
Abstrak :
Akuisisi internal tampaknya makin diminati para investor akhir-akhir ini Berbagai pendapat yang kontroversial banyak dibicarakan oleh masyarakat luas. Di satu pihak banyak yang tidak setuju dilakukannya akuisisi internal, di lain pihak banyak yang berpendapat bahwa akuisisi internal merupakan suatu hal yang wajar. Bila dikelompokkan ada tiga masalah yang perlu ditinjau kembali, yang pertama apakah pemegang saham minoritas dirugikan akibat praktek akuisisi tersebut, yang kedua dan ketiga ialah maalah pajak dan insider trading. Salah satu akuisisi internal yang terjadi pada tahun 1993 ialah pembelian PT AP oleh PT VE dengan harga RP 5.606.250.000 atau Rp 2.156.250 per lembar sahamnya. Sedangkan pembiayaan akuisisi dilakukan dengan mengeluarkan right issue oleh PT VE sejumlah Rp 27.000.000.000. Selain digunakan untuk pembiayaan akuisisi, dana yang diperoleh dipergunakan untuk meningkatkan modal kerja pula. Analisa penilaian perusahaan target yang dilakukan pada karya tulis ini lebih ditekankan pada analisa kuantitatif dibandingkan dengan analisa kualitatif. Analisa dilakukan atas dasar empat belas metode valuasi yaitu Capitalization of Earning, Capitalization of Excess Earning, Capitalized of Cash Flow, Operating Cash Flow, Net Adjusted Book Value, Net Tangible Assets, Liquidation Value, Replacement Cost, Capitalization of Revenue, Profit Margin / Capitalization Rate, dan yang terakhir Discounted Cash Flow. Namun penilaian lebih ditekankan pada metode DCF. Tujuan dari menerapkan berbagai pendekatan mi agar penilaian dapat ditinjau dari pendekatan yang berbeda-beda, tidak hanya stu atau dua sisi. DCF ialah salah satu metode pendekatan yang menilai perusahaan melalui proyeksi cash flow dan nilai residu perusahaan. Sedangkan faktor diskonto yang dipergunakan ialah dengan rata-rata tertimbang biaya modal (WACC) yang terdiri dari biaya hutang dan biaya modal sendiri / ekuitas. Dalam mencari biaya ekuitas, penulisan inimenggunakan pertimbangan empat metode yaitu Return On Equity (ROE), Return On Cash Earning (ROCE), Divkkn Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio(PER). Dari hasil perhituñgan yang dilakukan, estimasi harga perusahaan target dengan rata-rata tertimbang beberapa metode di atas ialah berkisar antara Rp4.5000.000.000 dan Rp 5.000.000.000. Dan bila ditinjau dari nilai pembelian aktualnya, metode Operating Cash Flow dan Discounted Cash Flow paling mendekati nilai aktual. Di samping membahas secara kuantitatif, analisa kualitatif pun dilakukan dengan meninjau industri dan internal perusahaan. Perusahaan pengakuisisi, yaitu PT VE merupakan perusahaan yang bergerak dengan kabel sebagai hasil produksinya, sedangkan PT AP selaku perusahaan yang diakuisisi merupakan perusahaan yang bergerak pada bahan baku produk kabel (aluminium wire rod). Akuisisi yang terjadi ml merupakan integrasi vertikal dalam rangka memperlancar pasokan serta dapat mengontrol harga baku. Prospek PT AP sangat tergantung pada masa depan PT VE, sedangkan prospek PT VE sendiri tampak sangat baik dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan kelistrikan dan telekomunikasi di Indonesia. Namun bila dilihat dari prospek PT AP sendiri tampak tidak ada indikasi sebaik prospek PT VE, malah dapat dikatakan pesimis dengan menurunnya tingkat pertumbuhan penjualan. Indikasi ini yang tampaknya menjadikan tujuan akuisisi semula agak rancu. Sebenarnya dalam menganalisa suatu kasus akuisisi, tidak cukup bila hanyadiperoleh data yang bersifat kuantitatif, berbagai data dan informasi secara makro juga dibutuhkan agar data yang dipergunakan sebagai masukan penilaian dan analisa dapat mencerminkan kondisi masa depan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yon Samelly
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanzil, Helen Riyanti
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>