Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhiya Surya Tarina
Abstrak :
Introduction: Dyslipidemia is condition where there is an imbalance of lipid levels in the body. This may result in increased levels of serum Total Cholesterol and Total Triglycerides, which may increase risks of metabolic diseases. Hibiscus sabdariffa Linn. is a plant known to comprise of several therapeutic properties. These properties include antihyperlipidemic, antioxidant, antihypertensive, etc. For years, this plant has been utilized as alternative treatment for several metabolic diseases, such as Obesity. Studies show how administration of this extract could decrease serum LDL and Triglyceride while increasing HDL, although the mechanisms are still unknown. This study aims to examine whether extracts of Hibiscus sabdariffa Linn. may decrease levels of serum Total cholesterol and Total Triglycerides in Male Sprague Dawley Rodents. Method: This study is a secondary data research that is based on data collected in an experimental research using rodents as subjects. The rodents are 6-10 weeks of age and are then separated into groups of 6. The groups are Control, Obese, HSE200, and HSE400. The independent variable was the dosage of the extract administered of Hibiscus Sabdariffa (HSE) which are 200mg/kgBW/day and 400 mg/KgBW/day. The dependent variable was the concentration of Total Triglyceride and Total Cholesterol post HSE administration of the rats. Blood samples will be taken before and after administration of the extract, which will then be processed through a reagent sampling using CHOD-PAP for Cholesterol and GPO-PAP for Triglyceride. The concentration will then be calculated, and the results is statistically analyzed using SPSS20 software. The results of each group of pre-post HSE administration for both Total Cholesterol and Total Triglyceride will be tested using ttest, while the results of post HSE administration will be tested using One-Way Anova. Results: There is no significant difference in Total Cholesterol pre and post HSE administration using t-test or One Way Anova (P=0.892). There is a significant difference in the t-test results of Obese group (P=0.040) and HSE200 groups (P=0.010) of Total Triglyceride, but there was no significant difference in the One-Way Anova analysis of post HSE administration (P=0.159). Conclusion: The HSE potentially lowers serum LDL-c while at the same time increasing serum HDL-c. Meanwhile, HSE promotes beta oxidation and inhibit lipogenesis, thus the Total Triglyceride levels In the serum will decrease. ......Latar Belakang: Dislipidemia adalah kondisi di mana ada ketidakseimbangan kadar lipid dalam tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan kadar Kolesterol Total dan Trigliserida Total serum, yang dapat meningkatkan risiko penyakit metabolik. Hibiscus sabdariffa Linn. adalah tanaman yang diketahui terdiri dari beberapa sifat terapeutik. Sifat-sifat ini termasuk antihyperlipidemic, antioksidan, antihipertensi, dll. Selama bertahun-tahun, tanaman ini telah digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk beberapa penyakit metabolisme, seperti Obesitas. Studi menunjukkan bagaimana pemberian ekstrak ini dapat menurunkan LDL dan serum trigliserida sambil meningkatkan HDL, meskipun mekanismenya masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ekstrak Hibiscus sabdariffa Linn. dapat menurunkan kadar serum Total kolesterol dan Total trigliserida pada Tikus Pria Sprague Dawley. Metode: Penelitian ini adalah penelitian data sekunder yang didasarkan pada data yang dikumpulkan dalam penelitian eksperimental menggunakan tikus sebagai subyek. Hewan pengerat berusia 6-10 minggu dan kemudian dipisahkan menjadi kelompok 6. Kelompok tersebut adalah Kontrol, Obes, HSE200, dan HSE400. Variabel independen adalah dosis ekstrak yang diberikan Hibiscus Sabdariffa (HSE) yaitu 200mg/kgBB/hari dan 400mg/KgBW/hari. Variabel dependen adalah konsentrasi Total Trigliserida dan Kolesterol Total setelah pemberian HSE pada tikus. Sampel darah akan diambil sebelum dan setelah pemberian ekstrak, yang kemudian akan diproses melalui reagen sampling menggunakan CHOD-PAP untuk Kolesterol dan GPO-PAP untuk Trigliserida. Konsentrasi kemudian akan dihitung, dan hasilnya dianalisis secara statistik menggunakan perangkat lunak SPSS20. Hasil dari masing-masing kelompok pemberian HSE pra-post untuk Kolesterol Total dan Total Trigliserida akan diuji menggunakan ujit, sedangkan hasil administrasi post HSE akan diuji menggunakan One-Way Anova. Hasil: Tidak ada perbedaan signifikan dalam Total Kolesterol sebelum dan sesudah pemberian HSE menggunakan uji-t atau One Way Anova (P = 0,892). Ada perbedaan yang signifikan dalam hasil uji-t dari kelompok Obesitas (P = 0,040) dan kelompok HSE200 (P = 0,010) dari Total Trigliserida, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dalam analisis One-Way Anova dari administrasi pasca HSE (P = 0,159). Kesimpulan: HSE berpotensi menurunkan serum LDL-c sementara pada saat yang sama meningkatkan serum HDL-c. Sementara itu, HSE mempromosikan oksidasi beta dan menghambat lipogenesis, sehingga kadar Trigliserida Total dalam serum akan menurun.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghafur Rasyid Arifin
Abstrak :
ABSTRACT
Latar Belakang: Defisiensi vitamin B12 belum diketahui secara jelas insidensi dan prevalensinya di seluruh dunia dan hanya terdapat penelitian di daerah-daerah tertentu. Terdapat indikasi defisiensi asam folat dan vitamin B12 menjadi masalah kesehatan masyarakat dalam beberapa negara. Dalam beberapa penelitian, ditemukan bahwa kadar vitamin B12 yang rendah berhubungan dengan terjadinya perlemakan hati. Kondisi perlemakan hati memiliki spektrum yang luas, dari perlemakan hati sederhana, steatohepatitis, fibrosis, hingga sirosis hati. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan gambaran histopatologi perlemakan hati pada tikus dengan diet restriksi vitamin B12 dalam durasi waktu tertentu. Metode: Penelitian dilakukan dengan 18 ekor tikus Sprague-Dawley yang terbagi dalam 3 kelompok: (1) kelompok kontrol dengan diet normal selama 16 minggu; (2) kelompok perlakuan dengan diet restriksi vitamin B12 selama 8 minggu; dan (3) kelompok perlakuan dengan diet restriksi vitamin B12 selama 16 minggu. Setelah masa perlakuan selesai, hewan coba didekapitasi dan diambil jaringan hati dan dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin untuk diamati perlemakan hati yang terjadi.Hasil: Ditemukan steatosis mikrovesikular pada ketiga kelompok. Hanya sedikit ditemukan steatosis markovesikular, inflamasi lobular, dan pembengkakan hepatiosit pada kelompok perlakuan. Pemberian diet restriksi vitamin B12 menunjukkan perbedaan yang bermakna ketika dilihat melalui persentase pelemakan hati yang terjadi (p=0,001). Analisis post-hoc dilakukan dan didapatkan hasil yaitu terdapat perbedaan perlemakan hati yang bermakna pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok perlakuan 8 minggu dan pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok perlakuan 16 minggu. Kesimpulan: Diet restriksi vitamin B12 menunjukkan adanya perbedaan gambaran perlemakan hati yang bermakna yang terlihat pada gambaran histologi jaringan hati setelah perlakuan 8 dan 16 minggu.
ABSTRACT
Introduction: Vitamin B12 deficiencys incidence and prevalence throughout the world are still unknown  and studies only found in certain areas. There is an indication that folate and vitamin B12 deficiency will be global health problem in some countries. In some research, it was found that low level of serum vitamin B12 was associated with non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). NAFLD has a broad spectrum, from simple steatosis, steatohepatitis, fibrosis, until cirrhosis. Objective: This research aimed to investigate the histopathological changes of steatosis in rats induced with vitamin B12 restriction diet within observation period. Method: This experimental study was conducted with 18 Sprague-Dawley rats that were divided equally in 3 groups: (1) control group with normal diet for 16 weeks; (2) treatment group with vitamin B12 restriction diet for 8 weeks; and (3) treatment group with vitamin B12 restriction diet for 16 weeks. After observation period was finished, decapitation was performed to obtain rats liver tissue. Liver tissue then stained with Hematoxylin-Eosin to observe the steatosis percentage. Result: Microvesicular steatosis was observed in all groups. There were a little macrovesicular steatosis, lobular inflammation, and hepatic ballooning in treatment group. Steatosis percentage showed significant result when all groups were compared (p=0,001). Post-hoc analysis then performed; there was significant difference of steatosis percentage of control group compared with 8 weeks treatment group and control group compared with 16 weeks treatment group. Conclusion: Vitamin B12 restriction diet showed significant difference of steatosis showed in liver tissue after 8 and 16 weeks of treatment.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosafat Lambang Prasetyadi
Abstrak :
ABSTRAK
Terapi regeneratif menggunakan sel punca hematopoietik (SPH) CD34+ merupakan potensi modalitas yang dapat diterapkan dalam mengatasi masalah penyakit hematologi yang sulit disembuhkan. Namun, kultur in vitro SPH saat ini belum optimal karena adanya reaksi penolakan dari penerima sel hasil kultur tersebut. Fetal bovine serum (FBS) sebagai suplemen medium yang umum digunakan dalam kultur SPH merupakan xeno-protein yang dapat memicu reaksi imun dari penerima prosedur terapi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara penggunaan FBS dengan platelet rich plasma (PRP) yang berasal dari sumber manusia terhadap proliferasi dan kepuncaan SPH CD34+. Penelitian eksperimental dilakukan dengan mengukur beberapa parameter antara lain, perhitungan jumlah sel dengan metode eksklusi tryphan biru, kepuncaan SPH CD34+ dengan menggunakan flow cytometry, serta diferenisasi sel yang dinilai dengan pengamatan sel pada pewarnaan giemsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi PRP 15% dapat meningkatkan proliferasi SPH CD34+. Analisis flow cytometry menunjukkan bahwa suplementasi PRP kurang mempertahankan kepuncaan SPH CD34+ dengan penurunan kemurnian CD34+ sebesar 31,7%; 31,7%; 21,7% pada kadar suplementasi PRP 5%, 10%, dan 15%. Gambaran sel mononuklear yang ditemukan pada pewarnaan Giemsa menunjukkan bahwa terjadi diferensiasi sel hematopoietik menjadi sel yang lebih spesifik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa PRP 15% merupakan suplementasi yang yang terbaik dalam memicu proliferasi SPH diantara berbagai konsentrasi yang diuji dalam penelitian ini.
ABSTRACT
Regenerative therapy using CD34+ hematopoietic stem cells (HSC) is a potential modality to overcome hematological diseases that are difficult to cure. However, the current in vitro CD34+ culture is not optimal because of the immunological rejection from the recipient. Fetal bovine serum (FBS) as a medium supplement, which commonly used in HSC culture, is a xeno-protein that can trigger an immune reaction from the recipient of a therapeutic procedure. This study aimed to compare the use of FBS with PRP, which originating from the human sources on the proliferation and the stemness of CD34+ HSC. Experimental research was carried out by measuring several parameters, namely the calculation of the number of cells with the blue trypan exclusion method, the stemness of CD34+ HSC using cytometric flow, and cell differentiation which was assessed by observing cells in Giemsa staining. The results showed that 15% of PRP supplementation could increase the proliferation of CD34+. Flow cytometry analysis showed that each dose of PRP supplementation did not maintain the CD34+ SPH function with CD34+ purity reduction of 31.7%; 31.7%; 21.7% in sequence of PRP5%, 10%, and 15% supplementation. The mononuclear cells which were found in Giemsa staining showed that HSC differentiation occurs into more specific cells. Therefore, it can be concluded that 15% PRP is the best supplement concentration of in SPH proliferation in this experiment.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Tri Yulianti
Abstrak :
ABSTRAK

Proses penuaan menyebabkan penurunan massa otot rangka, terutama pada protein kontraktil. Latihan interval merupakan salah satu latihan fisik yang dapat menginduksi sintesis miofibril, sehingga berpotensi dapat meningkatkan massa otot rangka pada proses penuaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan interval terhadap kadar protein aktin dan myosin heavy chain (MHC) otot rangka tikus dewasa muda dan dewasa. Penelitian ini menggunakan 24 tikus strain Wistar jantan usia 6 dan 12 bulan yang dibagi menjadi 6 kelompok (n=4). Latihan interval terdiri dari berlari selama 4 menit (intensitas tinggi) dengan interval istirahat aktif 1 menit sebanyak 4 kali pengulangan. Kecepatan berlari pada treadmill ditingkatkan dari 16 m/menit hingga 25 m/menit. Latihan diberikan selama 8 minggu. Kadar aktin dan MHC jaringan otot gastrocnemius diukur dengan ELISA. Pada penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat penurunan bermakna kadar protein kontraktil aktin dan MHC otot rangka antara kelompok usia dewasa muda dengan usia dewasa. Tidak terdapat peningkatan kadar protein kontraktil aktin dan MHC antara kelompok tanpa latihan dan dengan latihan interval pada kelompok usia dewasa muda. Pada kelompok usia dewasa, tidak terdapat peningkatan bermakna kadar protein kontraktil aktin dan MHC otot rangka antara kelompok tanpa latihan dan dengan latihan interval


ABSTRACT


Aging process leads to decline skeletal muscle mass, particularly in contractile protein. Interval training is the one of physical training that induce myofibrillar protein synthesis, thus increase skeletal muscle mass in aging process. This study aims to determine the effect of interval training on actin and myosin heavy chain (MHC) levels in rats skeletal muscle young adult and adult. This study use twenty-four male Wistar rats aged 6 and 12 months were divided into six groups (n=4). Interval training consisted of 4 min running (high intensity) interspersed by 1 min of active rest, 4 repetitions. The running speed of the treadmill were gradually increased from 16 to 25 m/min. The treatments were given for 8 wk. Actin and MHC gastrocnemius muscle levels were measured by ELISA. This study shows that there were no significant decrease in actin and MHC skeletal muscle levels between young adult and adult groups. There were no increase in actin and MHC skeletal muscle levels between interval training group and control group in the young adult group. For adult group, there were no significant increase in actin and MHC skeletal muscle levels between interval training group and control group.

2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyani
Abstrak :
Pendahuluan: Hiperurisemia sering terjadi pada pasien DM tipe 2, hal ini disebabkan adanya penurunan ekskresi asam urat yang berkaitan dengan resistensi insulin (RI) dan hiperinsulinemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek α-mangostin terhadap fungsi ginjal dan kadar asam urat dalam plasma darah tikus model resistensi insulin. Metode: Tikus jantan galur wistar dibagi menjadi 6 kelompok secara acak: normal, normal yang diberi α-mangostin 200 mg/kgBB, RI, RI yang diberi metformin 200 mg/kgBB, RI yang diberi α-mangostin 100 mg/kgBB dan RI yang diberi α- mangostin 200 mg/kgBB. Pemberian α-mangostin dan metformin dilakukan selama 8 minggu dan diberikan secara peroral. Kelompok perlakuan diberi diet tinggi lemak, glukosa 20% dan induksi STZ dosis rendah. Pada akhir penelitian, sampel urin, darah dan ginjal diambil dan diukur proteinuria, BUN, klirens kreatinin, asam urat plasma, transporter URAT1, GLUT9, SGLT2 dan histopatologi ginjal. Hasil: α-mangostin 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB mampu menurunkan BUN dan asam urat plasma secara signifikan, α-mangostin 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB cenderung menurunkan proteinuria, meningkatkan klirens kreatinin, menurunkan ekspresi URAT1, GLUT9, SGLT2 serta memperbaiki kerusakan ginjal dibandingkan dengan kelompok RI tanpa pengobatan. Kesimpulan: α-mangostin 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB mampu menurunkan kadar asam urat plasma dan cenderung memperbaiki fungsi ginjal pada tikus model RI. ......Background: Hyperuricemia often occurs in type 2 diabetes mellitus, this is due to a decrease in uric acid excretion associated with insulin resistance (IR) and hyperinsulinemia. The aim of this study was to analyze the effects of α-mangostin on kidney function and plasma uric acid level of insulin resistance rat model. Method: Wistar male rats were divided into 6 groups, such as normal, normal + α- mangostin 200 mg/kgBW, IR, IR + metformin 200 mg/kgBW, IR + α-mangostin 100 mg/kgBW and IR + 200 mg/kgBW. -mangostin and metformin were administered by gavage for 8 weeks. To induce IR, treatment groups were given a high-fat diet, glucose 20%, and low-dose injection of STZ. At the end of the study, urine, blood, and kidney tissue were taken and measured proteinuria, BUN, creatinine clearance, plasma uric acid, expressions of URAT1, GLUT9, and SGLT2 as well as kidney histopathology Results: -mangostin 100 mg/kgBW and 200 mg/kgBW were able to significantly reduce BUN and plasma uric acid levels. -mangostin 100 mg/kgBW and 200 mg/kgBW tended to reduce proteinuria, increase creatinine clearance, reduce the expression of URAT1, GLUT9, SGLT2, as well as improve renal damage compared to that of IR untreated group. Conclusion: -mangostin 100 mg/kgBW and 200 mg/kgBW were able to reduce plasma uric acid levels dan tended to alleviate renal dysfunction in IR rat model.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkiani Juleshodia Wulandari
Abstrak :
Diabetes Mellitus DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. Saat ini, sedang dikembangkan penanganan dengan menggunakan analog hormon GLP-1 yaitu hormon inkretin yang berperan meningkatkan sekresi insulin. Hibiscus sabdariffa Linn H.sabdariffa sudah sering digunakan untuk pengobatan DM, namun belum diketahui perannya terhadap peningkatan kadar GLP-1. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi H.sabdariffa terhadap kadar GLP-1. Penelitian ini studi eksperimental in-vivo menggunakan 36 ekor tikus jantan Sprague-Dawley usia 8-10 minggu yang dibagi menjadi 6 kelompok secara acak: Kontrol C , Kontrol H.sabdariffa 200 mg/kgBB/hari C-Hib 200 , Kontrol H.sabdariffa 500 mg/kgBB/hari C-Hib 500 , Kontrol DM C-DM , DM-H.sabdariffa 200 mg/kgBB/hari DM-Hib 200 , DM-H.sabdariffa 500 mg/kgBB/hari DM-Hib 500 . Pemberian H.sabdariffa menggunakan ekstrak metanol selama 5 minggu. Pengukuran gula darah sewaktu GDS menggunakan glucometer Accucheck sedangkan pengukuran insulin dan GLP-1 menggunakan ELISA. Uji statistik menggunakan one-way ANOVA. Kadar GLP-1 pada kelompok C-DM lebih rendah dibanding dengan kelompok C p
Diabetes mellitus DM is a metabolic disease characterized by hyperglycemia. Treatment with GLP 1 hormone analogue has been developed nowadays. GLP 1 is an incretin hormone that contribute on increasing insulin secretion. Hibiscus sabdariffa Linn H.sabdariffa already known to DM treatment, but there was no data about the role of H. sabdariffa on increasing GLP 1 level. Therefore, this study aimed to investigate potentiation of H. sabdariffa to GLP 1 level. This study was an in vivo experimental study which conducted in 5 weeks using 36 male Sprague Dawley rats aged 8 10 weeks that were randomly divided into 6 groups normal control group C , methanol extract H.sabdariffa treated control group 200 mg kgBW day C Hib 200 , methanol extract H.sabdariffa treated control group 500 mg kgBW day C Hib 500 , DM control group C DM DM H.sabdariffa treated group 200 mg kgBW day DM Hib 200 and DM H.sabdariffa treated group 500 mg kgBW day DM Hib 500 . Random blood glucose level were measured by glucometer Accucheck, insulin and GLP 1 plasma level were measured using ELISA method. Statistical analysis was using one way ANOVA. GLP 1 level in C DM rats were lower than control group p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ujang Saeful Hikmat
Abstrak :
Aspek metabolik komplikasi DM tipe 2, khususnya penyakit kardiovaskular, telah banyak dibahas, namun aspek imunometabolik masih terbatas, sehingga sangat penting untuk memahami peran sistem imun dalam perkembangan komplikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami peran subset monosit (CD14,CD16) dan mediator inflamasinya (IL-1β, IL-10) terhadap risiko penyakit kardiovaskular pada Pasien DM tipe 2. Subset monosit CD14, CD16 diperiksa menggunakan sampel kultur PBMC dan dianalisis menggunakan flow cytometry. Metode Multiplex Immunoassays digunakan untuk mengukur IL-1β, dan IL-10. Hasil penelitian ini, menunjukkan terdapat pola peningkatan subset monosit CD14+, CD16+ pada DM tipe 2, namun tidak berbeda secara signifikan. Peningkatan monosit CD14+,CD16+ lebih dari 6.8% berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Rasio mediator inflamasi IL-1β, sebelum dan sesudah stimulasi LPS secara signifikan lebih tinggi pada DM tipe 2 dibandingkan kontrol. Pada kondisi inflamasi, peningkatan IL-10 berespon terhadap stimulasi LPS, namun tidak mampu mengkompensasi peningkatan IL-1β, sehingga kecenderungan menjadi lebih hiperinflamasi pada DM tipe 2. Glukosa puasa merupakan penanda metabolik yang berhubungan dengan peningkatan monosit CD14+,CD16+. ......The metabolic aspects of Type 2 Diabetes (T2D) complications, particularly cardiovascular disease, have been widely discussed, but the immunometabolic aspects are still limited, so it is critical to understand the role of the immune system in the development of complications. The objective of this study is to understand about the role of the monocyte subset (CD14,CD16) and its inflammatory mediators (IL-1β, IL-10) in the risk of CVD in T2D. CD14, CD16 monocyte subset was examined using PBMC culture samples and analyzed using flow cytometry. The Multiplex Immunoassays method was used to measure IL-1β and IL-10. This study shows there is an increase in the CD14+, CD16+ monocyte subset in type 2 diabetes, but it is not significantly related. An increase in CD14+,CD16+ monocytes of more than 6.8% is associated with an increased risk of CVD. The ratio of the inflammatory mediator IL-1β to basal conditions and LPS stimulation was significantly higher in T2D than in controls. In inflammatory conditions, the increase in IL-10 responds to LPS stimulation, but it is unable to compensate for the increase in IL-1β in T2D, so the tendency becomes more hyperinflammatory in type 2 DM. Fasting glucose is a metabolic marker associated with an increase in CD14+,CD16+ monocytes
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Ajeng Miarsih
Abstrak :
Introduksi. Mukopolisakaridosis tipe IVA (MPS IVA; Morquio A) merupakan kelainan genetik ditandai dengan adanya gangguan aktivitas enzim N-acetylgalactosamine-6-sulfatase (GALNS). Defisiensi enzim GALNS menyebabkan kegagalan degradasi KS dan C6S sehingga terakumulasi di urin. Metode. Data varian gen GALNS diperoleh dari Database Human Genetic Research Center IMERI FK UI. Perubahan struktur protein berdasarkan varian yang telah teridentifikasi divisualisasi menggunakan BIOVIA Discovery Studio. Pengukuran aktivitas enzim GALNS menggunakan sampel leukosit dengan metode fluorosensi 4-metilumbelliferone (4-MU). Pengukuran kadar KS dan C6S menggunakan sampel urin dengan metode ELISA kompetitif. Hasil. Varian missense yang teridentifikasi menyebabkan perubahan hilangnya ikatan hidrogen, jembatan disulfida, struktur hidrofobik dan salt bridge, sedangkan varian delesi mereduksi basa nukleotida yang mengakibatkan perubahan pemetaan asam amino Rerata nilai aktivitas spesifik GALNS pada pasien MPS IVA adalah 1,81 nmol/h/mg. Rerata kadar KS dan C6S pasien MPS IVA di Indonesia secara berturut-turut adalah 15,90 ng/mg kreatinin dan 2,14 ng/mg kreatinin. Kesimpulan. Pada keenam pasien MPS IVA varian yang telah teridentifikasi adalah varian missense dan delesi. Kedua tipe varian memengaruhi rendahnya nilai aktivitas spesifik GALNS (1,81 nmol/h/mg) dan meningkatnya kadar GAG urin pada pasien MPS IVA .......Introduction. Mucopolysaccharidosis type IVA (MPS IVA; Morquio A) is a genetic disorder characterized by impaired activity of enzyme N-acetylgalactosamine-6-sulfatase (GALNS). Impaired activity of enzyme GALNS caused by failure degradation of glycosaminoglycans (GAG) including Keratan Sulfate (KS) and Chondroitin 6-Sulfate (C6S) and it leads to accumulating GAG in urine. Methods. Data on GALNS gene variants was obtained from Human Genetic Research Center IMERI Universitas Indonesia. Changes in protein structure based on identified variants were visualized using BIOVIA Discovery Studio. Measurement of GALNS enzyme activity using leukocyte samples with the 4-methylumbelliferone (4-MU) fluorescence technique. KS and C6S levels were measured using urine samples using ELISA. Results. The identified missense variant causes changes interaction of amino acid GALNS including loss of hydrogen bonds, disulfide bridges, hydrophobic structures, and salt bridges, while the deletion variant reduces nucleotide bases which results in changes in amino acid mapping. Mean specific activity of GALNS in MPS IVA patients is 1.81 nmol/h/mg. The mean levels of KS and C6S in MPS IVA patients in Indonesia were 15.90 ng/mgcreatinine and 2.14 ng/mgcreatinine, respectively. Conclusions. Among six MPS IVA patients, the variants that were identified were missense and deletion variants. Both types of variants affected low value of GALNS specific activity (1.81 nmol/h/mg) and increased urinary GAG levels in MPS IVA patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Kurniawan
Abstrak :
Pada beberapa tahun ini, peningkatan keparahan penyakit kronis dan gangguan kualitas hidup berhubungan dengan kondisi overweight pada orang dewasa dan termasuk dalam chronic low grade Inflamation. Penelitan terhadap kondisi overweight pada orang dewasa dilihat dari sisi imunitas tergambarkan pada beberapa mediator sel imun khususnya sitokin dalam hal ini TNF-α, IL-6 dan IL-10. Sitokin inflamasi pada individu overweight diproduksi berlebih oleh white adipose tissue sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam imunitas. Kuesioner Status imun dapat menilai kerentanan seseorang terhadap penyakit yang berhubungan dengan imunitas. Melalui penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan mediator inflamasi: TNF-α/IL-10 dengan skor status Imunitas menggunakan kuesioner yang tervalidasi dan membandingkan sitokin tersebut antara kelompok golongan non- dan Overweight -Obesitas. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang dengan data kuesioner pada 100 subjek yang diukur serum darah TNFα, IL-10 menggunakan teknik magnetic luminex multiplex immunoassay. Hasil analisa didapatkan perbedaan bermakna antara nilai TNFα di kelompok non- dengan nilai TNFα pada kelompok obese-overweight dengan p= 0.028 (p<0.05) dan pada rasio sitokin tersebut dengan p= 0.032(p<0.05). Hubungan skor ISQ dengan TNFa korelasi p=0.039 (p<0.05). Dapat disimpulkan adanya hubungan bermakna antara TNFα berikut rasionya dengan skor ISQ serta ditemukan kadar TNFα dan rasionya pada kelompok overweigth-obese lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non Overweight -Obesitas ......In recent years, increased severity of chronic disease and impaired quality of life have been associated with overweight in adults and as part chronic low grade inflammation. Research on overweight conditions in adults in terms of immunity is described in several immune cell mediators, especially cytokines in this case TNF-α, IL-6 and IL-10. Inflammatory cytokines in overweight individuals are produced in excess by white adipose tissue, resulting in an imbalance in immunity. The Immune Status Questionnaire can assess a person's susceptibility to immune-related diseases. This study aims to analyze the relationship between inflammatory mediators: TNF-α/IL-10 with Immunity status scores using a validated questionnaire and compare these cytokines between the non- and Overweight-Obesity groups. This study was cross-sectional study with questionnaire data on 100 subjects and blood serum TNFα, IL-10 were measured using magnetic luminex multiplex immunoassay technique. The results of the analysis showed a significant difference between the TNFα in the non-group and the TNFα in the obese-overweight group with p= 0.028 (p<0.05) and the ratio with p= 0.032 (p<0.05). The relationship between ISQ scores and TNFa correlation p=0.039 (p<0.05). It concluded that there is a significant relationship between TNFα and its ratio with ISQ scores and found TNFα levels and ratios in the overweight-obese group were higher than in the non-Overweight-Obesity group
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Supriatna
Abstrak :
Komplikasi penyakit perlemakan hati non-alkoholik (PHNA) ditemukan pada 67% populasi memenuhi kriteria sindrom metabolik. Acalypha indica L. (AI) adalah herbal yang telah diketahui memiliki efek anti-oksidan, dan anti-inflamasi. Penelitian ini bertujuan membuktikan efek AI terhadap mekanisme pertahanan imun yang dibawa. Penelitian dilakukan dengan molecular docking terhadap senyawa AI pada TLR9, NFκB, TNFα, dan perubahan histopatologik hati. Model hewan steatohepatitis pada tikus Sprague-Dawley didapat dari induksi diet tinggi fruktosa, dan kolesterol (DTFK) selama 12 minggu. Terapi diberikan selama 8 minggu. Dua puluh lima tikus dibagi ke dalam 5 kelompok: Normal (K1), DTFK (K2), DTFK+AI, 400 mg (K3), kombinasi AI, 400 mg +gemfibrozil (Gem) 31 mg (K4) dan Gem 31 mg (K5) masing-masing per kgBB. Molecular docking untuk mengidentifikasi interaksi antara molekul hidrogen senyawa AI dengan residu asam amino TLR9, NFκB, TNFα. Perubahan morfologi hati dinilai dengan cara skoring. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji Kruskall Wallis post hoc Mann Whitney, dilanjutkan dengan uji korelasi Spearman. Hasil molecular docking menunjukkan, selain senyawa flavonoid, ditemukan senyawa alkaloid beta-sitosterol, dan stigmasterol yang dapat berikatan dengan ketiga marker inflamasi dengan nilai binding energy terbaik. Senyawa lain dasycarpidan-1-methanol, acetate (ester), fenofibrate, quinine. Pemberian AI menurunkan hipertrofi (p=0,031), steatosis makrovesikular (p=0,018), fokus inflamasi (p=0,005). Pemberian AI juga menurunkan ekspresi TLR9 (p=0,009), NFκB (p=0,009), TNFα (p=0,009), akan tetapi tidak sebaik pemberian kombinasi AI+Gem. ......Complications of non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) include 67% of the criteria for metabolic syndrome. Acalypha indica L., (AI) which is one of a herbal plant had been known as anti-oxidant and anti-inflammatory effects. The effect of AI for therapy investigated by looking of the immune defense mechanisms. This researched was assessed by molecular docking approached on TLR9, NFκB, TNFα expression and liver morphological changes. Animal models of steatohepatitis were collected from high- fructose and cholesterol diet (HFCD) of Sprague-Dawley rats for 12 weeks and followed by therapy for 8 weeks. There were 5 groups from twenty five researched rats, include normal group (K1), HFCD group (K2), HFCD group supplemented with 400 mg Acalypha indica L. (K3), combination between 400 mg AI.+gemfibrozil (Gem) 31 mg (K4) and Gem 31 mg/kg (K5) in kgBW, respectively. The results of molecular docking were carried out by assessing the interaction between hydrogen molecules of AI compounds and amino acid residues in TLR9, NFκB, TNFα. Morphological changes were assessed by scoring system. Statistical analyzed used Kruskall Wallis with post hoc Mann Whitney test continued by Spearman correlation test. The molecular docking analysis showed that, an alkaloid compounds were found besides the flavonoid compounds that can bind to the binding pocket of inflammatory markers with the best binding energies. Other compounds, there are dasycarpidan-1-methanol, acetate (ester), fenofibrate and quinine. Supplementation of AI would reduced hypertrophy (p=0.031), macrovesicular steatosis (p=0.018), inflammation foci (p=0.005) and also decreased of TLR9 (p=0.009), NFκB (p=0.009), TNFα (p=0.009) expression, but not as good as the combination of AI+Gem.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>