Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuritomo
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance dan kepemilikan keluarga terhadap praktik penghindaran pajak melalui transaksi pihak berelasi. Praktik penghindaran pajak dalam penelitian ini dianalisis dengan melihat pengaruh beban pajak pemegang saham terhadap transaksi pihak berelasi dan pembayaran dividen. Menggunakan data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2015, penelitian ini juga berusaha untuk dapat memberikan informasi terkait praktik hidden dividend pada perusahaan di Indonesia dalam rangka penghindaran pajak. Hasil penelitian membuktikan bahwa perusahaan melakukan praktik penghindaran pajak melalui transaksi pihak berelasi maupun pembayaran dividen. Hasil pengujian secara konsisten membuktikan bahwa beban pajak pemegang saham berpengaruh positif terhadap transaksi pihak berelasi. Beban pajak pemegang saham yang tinggi cenderung mendorong perusahaan untuk melakukan transaksi pihak berelasi. Selanjutnya, penelitian ini juga membuktikan bahwa beban pajak pemegang saham berpengaruh negatif terhadap pembayaran dividen. Perusahaan cenderung akan menghindari pembayaran dividen yang memiliki beban pajak yang tinggi, serta meningkatkan transaksi pihak berelasi dalam rangka penghindaran pajak melalui income shifiting. Penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung transaksi pihak berelasi terhadap hubungan beban pajak pemegang saham terhadap pembayaran dividen. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang menghindari pembayaran dividen memiliki kecenderungan untuk melakukan transaksi pihak berelasi keluar negeri yang besar yang membuktikan bahwa terjadi proses hidden dividend sebagai bagian dari praktik penghindaran pajak perusahaan. Perusahaan yang tidak membagikan dividen dapat melakukan transfer kas kepada pemegang saham melalui keuntungan atas transaksi pihak berelasi. Peran corporate governance semakin memperkuat hubungan negatif beban pajak pemegang saham dan pembayaran dividen. Pada saat corporate governance perusahaan kuat maka pengaruh negatif beban pajak pemegang saham terhadap pembayaran dividen menjadi semakin tinggi. Dalam hubungannya dengan praktik penghindaran pajak melalui transaksi pihak berelasi, corporate governance tidak memberikan hasil yang konklusif. Pada pengujian utama pengaruh corporate governance terhadap hubungan positif beban pajak pemegang saham dan transaksi pihak berelasi adalah mempekuat, tetapi pada sensitivitas memberikan hasil memperlemah. Pengujian pada kepemilikan keluarga membuktikan bahwa kepemilikan keluarga cenderung memperlemah hubungan positif beban pajak pemegang saham dan transaksi pihak berelasi serta memperkuat hubungan negatif beban pajak pemegang saham dan pembayaran dividen.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianwicaksih Arieftiara
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontinjen fit antara strategi bisnis dan ketidakpastian lingkungan, dan efeknya pada penghindaran pajak perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji peran Efektivitas Pengawasan Dewan Komisaris (BME) atas kontinjen fit antara strategi bisnis dan ketidakpastian lingkungan, dan perannya dalam pengaruh kontinjen fit strategi bisnis terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan. Penelitian ini mengembangkan ukuran baru yaitu ukuran Penghindaran Pajak dan Indeks Ketidakpastian Lingkungan yang terbukti secara statistik lebih baik dibandingkan ukuran lain. Menggunakan data dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2012, studi ini menemukan bahwa dalam kondisi yang tidak pasti, kemungkinan perusahaan memilih strategi prospector lebih tinggi dari probabilitas memilih strategi analyzer. Namun studi ini tidak berhasil menunjukkan bahwa probabilitas perusahaan memilih strategi defender lebih tinggi dibandingkan probabilitas memilih strategi analyzer. Penelitian ini juga menemukan bahwa perusahaan yang cenderung memilih strategi prospector pada kondisi yang sangat tidak pasti (kontinjen fit antara strategi prospector dan ketidakpastian lingkungan) memiliki tingkat penghindaran pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan analyzer dan defender. Selain itu, dalam ketidakpastian lingkungan yang tinggi, tingkat penghindaran pajak strategi defender lebih rendah daripada strategi analyzer. Selanjutnya, studi ini juga menemukan bahwa ketidakpastian lingkungan memiliki korelasi yang signifikan dan positif dengan tingkat penghindaran pajak. Penelitian ini mengungkapkan bahwa BME memiliki efek positif, tidak hanya pada kontinjen fit antara strategi dan ketidakpastian lingkungan, tetapi juga pada pengaruh kontinjen fit prospector terhadap penghindaran pajak dibandingkan dengan analyzer dan defender. Oleh karena itu, temuan ini menunjukkan bahwa pilihan strategi yang fit dengan ketidakpastian lingkungan dapat mempengaruhi tingkat penghindaran pajak perusahaan
ABSTRACT
This study aims to examine the contingent fit between business strategy and environmental uncertainty, and its effect on corporate tax avoidance. This study also aims to examine the role of Board Monitoring Effectiveness (BME) on contingent fit between business strategy and environmental uncertainty, and its role on the relation of contingent fit of business strategy to Corporate Tax Avoidance. This study develops new measures of Tax Avoidance and Environmental Uncertainty Index, that statistically better than other measures. Using data from Indonesian listed companies for the period from 2009 to 2012, this study finds that under highly uncertain conditions, the probability of companies favoring prospector strategy is higher than the probability of choosing analyzer strategy. The study fails, however, to demonstrate that the probability of a firm choosing the defender strategy is higher than the probability of selecting analyzer strategy. The study also finds that companies inclined to pursue the prospector strategy under highly uncertain conditions (contingent fit between prospector strategy and environmental uncertainty) have a higher level of tax avoidance than that of the analyzer and defender strategies. Moreover, in a highly uncertain environment, the defender strategy precipitates a lower level of tax avoidance than the analyzer strategy. Furthermore, the study also finds that environmental uncertainty has a significant and positive correlation with the level of tax avoidance. This study reveals that BME has positive effect, not only, on the contingent fit between strategy and environmental uncertainty, but also on the effect of contingent fit between business strategy with environmental uncertainty on tax avoidance of prospector relative to the analyzer and defender. Therefore, the findings suggest that a strategy choice that fits with environmental uncertainty could affect the level of corporate tax avoidance
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2017
D2038
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianwicaksih Arieftiara
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontinjen fit antara strategi bisnis dan ketidakpastian lingkungan, dan efeknya pada penghindaran pajak perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji peran Efektivitas Pengawasan Dewan Komisaris BME atas kontinjen fit antara strategi bisnis dan ketidakpastian lingkungan, dan perannya dalam pengaruh kontinjen fit strategi bisnis terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan. Penelitian ini mengembangkan ukuran baru yaitu ukuran Penghindaran Pajak dan Indeks Ketidakpastian Lingkungan yang terbukti secara statistik lebih baik dibandingkan ukuran lain. Menggunakan data dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2012, studi ini menemukan bahwa dalam kondisi yang tidak pasti, kemungkinan perusahaan memilih strategi prospector lebih tinggi dari probabilitas memilih strategi analyzer. Namun studi ini tidak berhasil menunjukkan bahwa probabilitas perusahaan memilih strategi defender lebih tinggi dibandingkan probabilitas memilih strategi analyzer. Penelitian ini juga menemukan bahwa perusahaan yang cenderung memilih strategi prospector pada kondisi yang sangat tidak pasti kontinjen fit antara strategi prospector dan ketidakpastian lingkungan memiliki tingkat penghindaran pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan analyzer dan defender.Selain itu, dalam ketidakpastian lingkungan yang tinggi, tingkat penghindaran pajak strategi defender lebih rendah daripada strategi analyzer. Selanjutnya, studi ini juga menemukan bahwa ketidakpastian lingkungan memiliki korelasi yang signifikan dan positif dengan tingkat penghindaran pajak. Penelitian ini mengungkapkan bahwa BME memiliki efek positif, tidak hanya pada kontinjen fit antara strategi dan ketidakpastian lingkungan, tetapi juga pada pengaruh kontinjen fit prospector terhadap penghindaran pajak dibandingkan dengan analyzer dan defender. Oleh karena itu, temuan ini menunjukkan bahwa pilihan strategi yang fit dengan ketidakpastian lingkungan dapat mempengaruhi tingkat penghindaran pajak perusahaan. ...... This study aims to examine the contingent fit between business strategy and environmental uncertainty, and its effect on corporate tax avoidance. This study also aims to examine the role of Board Monitoring Effectiveness BME on contingent fit between business strategy and environmental uncertainty, and its role on the relation of contingent fit of business strategy to Corporate Tax Avoidance. This study develops new measures of Tax Avoidance and Environmental Uncertainty Index, that statistically better than other measures.Using data from Indonesian listed companies for the period from 2009 to 2012, this study finds that under highly uncertain conditions, the probability of companies favoring prospector strategy is higher than the probability of choosing analyzer strategy. The study fails, however, to demonstrate that the probability of a firm choosing the defender strategy is higher than the probability of selecting analyzer strategy. The study also finds that companies inclined to pursue the prospector strategy under highly uncertain conditions contingent fit between prospector strategy and environmental uncertainty have a higher level of tax avoidance than that of the analyzer and defender strategies.Moreover, in a highly uncertain environment, the defender strategy precipitates a lower level of tax avoidance than the analyzer strategy. Furthermore, the study also finds that environmental uncertainty has a significant and positive correlation with the level of tax avoidance. This study reveals that BME has positive effect, not only, on the contingent fit between strategy and environmental uncertainty, but also on the effect of contingent fit between business strategy with environmental uncertainty on tax avoidance of prospector relative to the analyzer and defender. Therefore, the findings suggest that a strategy choice that fits with environmental uncertainty could affect the level of corporate tax avoidance.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulina Sutrisno
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan langsung maupun tidak langsung CEO overconfidence terhadap risiko perusahaan melalui penghindaran pajak. Selain itu untuk menguji peranan CEO founder terhadap: a) hubungan antara CEO overconfidence dan penghindaran pajak; b) hubungan antara penghindaran pajak dan risiko perusahaan serta c) hubungan antara CEO overconfidence terhadap risiko perusahaan. Penelitian ini juga memberikan usulan alternatif pengukuran atas CEO overconfidence berupa penggabungan ukuran kuantitatif (keuangan) dan kualitatif (nonkeuangan) untuk memberikan gambaran yang menyeluruh atas karakteristik overconfidence menggunakan composite score index. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang dipimpin oleh CEO overconfidence memiliki risiko perusahaan yang rendah. Penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat hubungan tidak langsung antara CEO overconfidence dan risiko perusahaan melalui penghindaran pajak. Selain itu, penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa CEO founder memperlemah hubungan positif antara penghindaran pajak dan risiko perusahaan dibanding CEO profesional. Namun demikian, penelitian ini belum dapat membuktikan hubungan moderasi CEO founder terhadap hubungan CEO overconfidence dan penghindaran pajak maupun hubungan CEO overconfidence terhadap risiko perusahaan. Penelitian ini juga memberikan suatu bukti empiris bahwa pengukuran CEO overconfidence menggunakan composite score index dapat menjadi alternatif baru untuk pengukuran CEO overconfidence karena memiliki validitas pengukuran yang lebih baik dibanding pengukuran lainnya. ......The purpose of this study was to examine the direct and indirect relationship between CEO overconfidence and corporate risk through tax evasion. In addition to testing the role of CEO founders on: a) the relationship between CEO overconfidence and tax avoidance; b) the relationship between tax avoidance and corporate risk and c) the relationship between CEO overconfidence towards corporate risk. This research also proposes an alternative measure of CEO overconfidence in the form of a combination of quantitative (financial) and qualitative (non-financial) measures to provide a comprehensive picture of the characteristics of overconfidence using a composite score index. This study uses a sample of non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2012-2019 period. The results of this study indicate that companies led by overconfidence CEOs have low corporate risk. This study also proves that there is an indirect relationship between CEO overconfidence and corporate risk through tax evasion. In addition, this study provides empirical evidence that founding CEOs weaken the positive relationship between tax avoidance and corporate risk compared to professional CEOs. However, this research has not been able to prove the relationship between CEO founder moderation and the relationship between CEO overconfidence and tax evasion, as well as the relationship between CEO overconfidence and company risk. This study also provides empirical evidence that measuring CEO overconfidence using a composite score index can be a new alternative for measuring CEO overconfidence because it has better measurement validity than other measurements.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi Noto Soetardjo
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki keberadaan konservatisme pada negara-negara Asia Pasifik, ditinjau dari aspek determinan dan aspek dampak. Pada aspek determinan, penelitian ini menguji pengaruh faktor-faktor determinan atas unconditional conservatism dan conditional conservatism. Pada aspek dampak, penelitian ini menguji pengaruh unconditional conservatism dan conditional conservatism atas kualitas informasi akuntansi: relevansi dan reliabilitas. Sebagai sebuah studi antar negara, penelitian ini juga menguji pengaruh faktor-faktor tingkat negara dalam kedua aspek dari konservatisme tersebut. Berdasarkan hasil pengujian aspek determinan, contracting, litigation, regulation dan taxation terbukti memicu dan menekan keberadaan unconditional conservatism dan conditional conservatism. Hubungan negatif di antara kedua tipe konservatisme juga dapat dibuktikan. Dengan demikian, dari aspek determinan penelitian ini dapat memberikan justifikasi keberadaan konservatisme pada negara-negara Asia Pasifik. Sementara itu, dari aspek dampak penelitian ini kurang dapat memberikan bukti kebutuhan konservatisme. Hasil pengujian menunjukkan hanya unconditional conservatism yang memberikan dampak positif pada relevansi informasi akuntansi, sementara unconditional conservatism memberi dampak negatif pada reliabilitas informasi akuntansi dan conditional conservatism memberikan dampak negatif pada relevansi dan reliabilitas informasi akuntansi. Faktor-faktor tingkat negara (status adopsi IFRS, sistem judicial/legal, sistem hukum sekuritas dan sistem ekonomi politik) terbukti memiliki pengaruh langsung pada konservatisme dan kualitas informasi akuntansi. Penelitian ini juga menyodorkan bukti bahwa secara umum faktor-faktor tingkat negara memiliki pengaruh moderasi terhadap hubungan faktor determinan dan konservatisme (aspek determinan) dan hubungan konservatisme dan kualitas informasi akuntansi (aspek dampak).
The purpose of this study is to examine the existence of conservatism at Asia Pacific countries, viewed from its determinant aspect and its impact aspect. Regarding the determinant aspect, this study examines the influence of determining factors on unconditional conservatism and conditional conservatism. Meanwhile for the impact aspect, this study examines the influence of unconditional conservatism and conditional conservatism on accounting information quality: relevance and reliability. As a cross country study, this study also examines the influence of country level factors in the both aspects of conservatism. According to the test results for the determinant aspect, contracting, litigation, regulation and taxation are proved to trigger as well as to surpress the existence of unconditional conservatism and conditional conservatism. The negative relartionship between the two types of conservatism is also supported. Therefore, from the determinant aspect this study may provide justification for the existence of conservatism at Asia Pacific countries. Meanwhile, from the impact aspect this study tends to provide less evidence for the need of conservatism existence. The test results show that only unconditional conservatism provides a positive impact on relevance of accounting information, meanwhile unconditional conservatism provides a negative impact on reliability of accounting information and conditional conservatism provides negative impacts on both relevance and reliability of accounting information. Country level factors (IFRS adoption status, judicial/legal systems, secutiry laws systems and political economic systems) are proved to have direct influences on conservatism and accounting information quality. This study also provides evidences that, in general, country level factors have moderating influences on the relationship between determining factors and conservatism (determinant aspect) and the relationship between conservatism and accounting information quality (impact aspect).
Depok: Universitas Indonesia, 2018
D2570
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buddi Wibowo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
D1529
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Farah Mita
Abstrak :
Riset ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh tingkat adopsi IFRS dalam mengurangi home bias investor dan analis melalui dua cara, yaitu pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung melalui daya banding laporan keuangan. Home bias adalah kecenderungan investor dan analis untuk lebih banyak berinvestasi atau mengikuti perusahaan negara asal karena adanya kendala informasi. Adopsi IFRS diduga merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan investasi asing karena dapat menurunkan biaya informasi yang menyebabkan home bias. Riset ini juga mengevaluasi peran tingkat penegakan standar akuntansi, public governance dan kualitas audit terhadap pengaruh adopsi IFRS dalam meningkatkan daya banding dan dalam menurunkan home bias. Berkurangnya home bias investor ditandai dengan meningkatnya kepemilikan saham investor institusional asing. Berkurangnya home bias analis ditandai dengan meningkatnya rasio jumlah foreign analyst following. Sampel riset ini adalah perusahaan terdaftar di pasar modal di 18 negara dengan periode observasi dari tahun 2003 sampai 2012. Berbeda dengan riset terdahulu yang mengukur adopsi IFRS secara sederhana, yaitu ?adopsi? dan ?tidak adopsi,? riset ini mengembangkan pengukuran tingkat adopsi IFRS di level negara dengan lebih detil melalui pemberian skor yang berbeda untuk adopsi IFRS yang tidak dilakukan secara penuh, adopsi dengan penundaan tahun berlaku dan adopsi dengan perbedaan teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi IFRS meningkatkan daya banding laporan keuangan. Tingkat adopsi IFRS berpengaruh langsung dan tidak langsung dalam menurunkan home bias investor asing melalui daya banding laporan keuangan. Hasil pengujian pada analis menunjukkan bahwa pengaruh tingkat adopsi IFRS dalam menurunkan home bias analis hanya terjadi melalui pengaruh tidak langsung melalui daya banding laporan keuangan. Pengaruh langsung tingkat adopsi IFRS dalam menurunkan home bias analis tidak terlihat. Selain itu, hasil riset menunjukkan bahwa tingkat penegakan standar akuntansi di level negara secara konsisten memperkuat pengaruh adopsi IFRS dalam menurunkan home bias pada investor dan analis, serta secara konsisten tidak berpengaruh terhadap hubungan adopsi IFRS dan daya banding laporan keuangan. Pengaruh public governance dan kualitas audit menunjukkan hasil yang kurang konsisten. Public governance cenderung memiliki peran substitusi yaitu memperlemah pengaruh adopsi IFRS dalam menurunkan home bias dan juga memperlemah pengaruh adopsi IFRS dalam meningkatkan daya banding laporan keuangan. Sementara itu, kualitas audit memiliki peran komplementer yang memperkuat pengaruh adopsi IFRS dalam menurunkan home bias investor dan analis, namun berperan sebagai substitusi pada hubungan antara adopsi IFRS dengan daya banding laporan keuangan.
This study aims to identify the effect of the IFRS adoption in reducing the investors? home bias and analysts through two channels, i.e. direct effect and indirect effect through the comparability of financial statements. Home bias is the tendency of investors and analysts to overweight their investment in local company or follow the local company due to information barriers. This study argues that the IFRS adoption, among other factors, could attract more foreign investments by reducing the information barriers that causing home bias. This study evaluates the role of country level?s enforcement of accounting standards, public governance and audit quality on the effects of IFRS adoption in improving the comparability of financial statemet and in reducing the home bias. The decrease in investors? home bias is indicated by the increase in foreign institutional investors? ownership. The decrease in analysts? home bias is indicated by the increase in foreign analyst following. Research samples are listed companies from 18 countries with the observation period from 2003 to 2012. Unlike previous studies, this study uses a continuous variable to measure the level of IFRS adoption which is measured at country level. This study includes countries that do not fully adopt the IFRS, partially adopt, make some delays in adoption or some modifications to IFRS. The results show that the level of IFRS adoption has positive effect on the comparability of financial statements. The IFRS adoption has direct positive effect on foreign institutional investors' holdings and has indirect effect through the comparability of financial statements. The results also shows that the IFRS adoption has indirect positive effect on the number of foreign analysts following that occurs through the comparability of financial statements. The direct effect of the IFRS adoption on the number of foreign analysts following is not exist. Further, the results show that the level of enforcement of accounting standards at the country level are consistently strengthen the effect of the IFRS adoption in reducing the investors? and analysts? home bias, and consistently doesnot affect the relationship between the IFRS adoption and the comparability of financial statements. The effect of public governance and audit quality shows less consistent results. Public governance tends to have substitute role on the effect of IFRS adoption in reducing the investors?s and analysts? home bias as well as weaken the effect of the IFRS adoption in improving the comparability of financial statements. Meanwhile, the audit quality has complementary roles that strengthen the effect of the IFRS adoption in reducing the home bias of investors and analysts, but shows a substitute role on the relationship between the IFRS adoption and the comparability of the financial statements.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
D2091
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Hidayat
Abstrak :
Studi ini menguji relevansi nilai atas pengakuan dan pengungkapan nilai wajar aset tetap dan properti investasi. Relevansi nilai atas pengakuan diuji dengan membandingkan relevansi nilai atas nilai wajar properti investasi dengan aset tetap. Untuk aspek pengungkapan, selain menguji relevansi nilai pengungkapan nilai wajar aset tetap dan properti investasi secara umum, juga menguji relevansi nilai atas pengungkapan nilai wajar aset tetap dan properti investasi yang diukur oleh penilai independen dan manajemen. Selain itu, diuji pengaruh kualitas audit, praktik tata kelola perusahaan, dan karakteristik negara terhadap relevansi nilai atas pengakuan dan pengungkapan nilai wajar aset tetap dan properti investasi. Kualitas audit menggukanakan proksi ukuran auditor (Big 10). Sampel penelitian terdiri dari 6.660 observasi firm years pada 18 negara dengan kapitalisasi pasar modal terbesar pada kurun waktu 2011-2014. Pengujian dilakukan dengan metode regresi panel data (balanced panel). Studi ini menemukan bukti bahwa secara umum nilai wajar aset tetap dan properti investasi yang diukur oleh penilai independen memiliki relevansi nilai. Relevansi nilai atas nilai wajar properti investasi lebih tinggi dibandingkan aset tetap. Pada aspek pengakuan, kualitas audit, praktik tata kelola perusahaan, dan kualitas dan penegakan hukum terbukti meningkatkan relevansi nilai atas pengakuan nilai wajar aset tetap dan properti investasi. Berdasarkan hasil uji sensitivitas ditemukan bukti bahwa pengaruh Big 4 dan Second tier tidak berbeda dalam meningkatkan relevansi nilai tersebut. Pada aspek pengungkapan, nilai wajar aset tetap dan properti investasi tidak memiliki relevansi nilai, baik yang diukur oleh penilai independen maupun manajemen. Berdasarkan hasil uji sensitivitas, hanya pengungkapan nilai wajar aset tetap dan properti investasi yang diukur oleh penilai independen serta diaudit oleh Big 4 yang memiliki relevansi nilai.
This study examines the value relevance of the recognition and disclosure of the fair value of fixed assets and investment properties. The value relevance of recognition is examined by comparing the value relevance of fair value of investment properties values with fixed assets. For the disclosure aspect, this study examines the value relevance of the disclosure of fair value of fixed assets and investment properties in general, and also examines the value relevance of the disclosure of the fair value of fixed assets and investment properties as measured by independent appraisers and management. In addition, this study also examines the effect of audit quality, corporate governance, and country-specific characteristics on the relevance of values for both recognition and disclosure of the fair value of fixed assets and investment properties. This study uses auditor size (Big 10) as the proxy of audit quality. The sample consisted of 6,660 firm-years of observations in 18 countries with the largest capital market capitalization during 2011-2014. Using the panel data regression method (balanced panel), the findings of the study reveal that in general fair value of fixed assets and investment properties as measured by independent appraisers are value relevant. The value relevance of the fair value of investment properties is higher than that of fixed assets. In recognition aspect, audit quality, corporate governance, the combination of regulatory quality and rule of law increase the value relevance of fair value of fixed assets and investment properties. Based on sensitivity test, this study found that the effect of Big 4 and Second Tier is not different in increasing that value relevance. In disclosure aspect, the disclosure of the fair value of fixed assets and investment properties are not value relevant, whether measured by independent appraisers or management. Based on the sensitivity test, only disclosure of fair value of fixed assets and investment properties as measured by independent appraisers and audited by Big 4 which are proven to be value relevant.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
D2595
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardan Adiperdana
Abstrak :
Isu sentral pada studi strategic management adalah mencari penjelasan mengapa satu perusahaan lebih unggul dibandingkan perusahaan lainnya, dan faktor-faktor apa yang memberikan kontribusi bagi kinerja perusahaan (Nelson, 1991; Barney, 1991; Zaizhi dan Xingpi, 2009). Namun faktor-faktor yang menjadi sumber keunggulan daya saing masih merupakan perdebatan (Ariyawardana, 2003; Wiggins dan Ruefli, 2002). Williamson (1999) dan kemudian dilanjutkan oleh Makadok (2003) mengajukan alternatif tentang sumber keunggulan daya saing perusahaan dengan mengintegrasikan dua pendekatan yang berbeda perspektifnya, untuk mengorganisir perusahaan dalam mencapai keunggulan daya saing dan peningkatan kinerja perusahaan: yaitu, pertama, penerapan governance-mechanism; dan kedua, pengembangan kompetensi organisasi. Penelitian ini menguji tujuh hipotesis atas hubungan di antara empat variabel penelitian, yaitu pengaruh corporate governance mechanism dan organizational competence, termasuk interaksi keduanya, masing-masing terhadap competitive advantage dan performance. Dengan memperhatikan permasalahan governance, kompetensi, daya saing dan kinerja, serta kompleksitas dan besarnya peran perusahaan milik Negara, penelitian ini menggunakan konteks BUMN non-perbankan dan anak perusahaannya di Indonesia. Sebanyak 863 responden komisaris dan direksi pada 225 perusahaan memberikan jawaban atas kuesioner yang dianalisis dengan metode analisis deskriptif, ANOVA dan structural equation modeling (SEM). Pengolahan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.6 dan Lisrel 8.80. Secara umum penelitian ini menyimpulkan bahwa corporate governance mechanism dan kompetensi organisasi berpengaruh signifikan terhadap competitive advantage. Artinya, semakin kuat corporate governance akan semakin kompetitif perusahaan, dan semakin kompeten organisasi akan semakin kompetitif organisasi tersebut. Selain itu, corporate governance mechanism dan competitive advantage berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Artinya, semakin tinggi corporate governance mechanism dan semakin tinggi daya saing, akan semakin tinggi pula kinerja perusahaan. Penelitian ini juga mengungkapkan belum terbangunnya efek sinergi antara corporate governance dan kompetensi organisasi sehingga kontribusinya untuk lebih meningkatkan daya saing dan kinerja perusahaan belum terwujud. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi dalam kajian manajemen strategik, khususnya  the Strategic Theory of  the Firm (Rumelt, 1984; Foss dan Mahnke, 2008), dengan memberikan pemahaman baru dan dukungan empirik bahwa bahwa competitive advantage BUMN non-perbankan dan anak perusahaannya dapat dijelaskan oleh perspektif governance dan perspektif competence (Williamson, 1999; Makadok, 2003). Penelitian ini memberikan dukungan empirik pengaruh corporate governance mechanism terhadap competitive advantage yang menurut literatur masih dalam tataran konseptual teoritik (Charan, 2005; Castanias dan Helfat, 2001; Hoopes dan Miller, 2006) dan belum banyak diteliti (Zhang, 2010). Hal yang juga menarik, penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam konteks BUMN non-perbankan dan anak perusahaannya, di antara dimensi corporate governance mechanism ternyata internal control system (Gillan, 2006; Schnatterly, 2003; Schnatterly dan Maritan, 2003; COSO, 1992) berperan sangat penting dibandingkan peran dewan komisaris (Fama & Jensen, 1983; Zahra &  Pearce, 1989; Stiles, 2001). Implikasi manajerial bagi pengelola BUMN non-perbankan dan anak perusahaannya adalah sebagai berikut. Pertama, dalam rangka penguatan corporate governance, praktek-praktek yang baik dan perlu dilakukan adalah (i) meningkatkan penerapan internal control system dengan mendorong pelaksanaan audit dan evaluasi atas penerapan manajemen risiko oleh unit audit internal, serta mengangkat dan memberhentikan kepala unit audit internal dengan persetujuan dewan komisaris; (ii) mendorong pelaksanaan voluntary disclosure dengan media selain laporan tahunan; (iii) memperkuat peran dewan komisaris untuk pemberian nasehat strategik. Kedua, menyusun road map implementasi corporate governance dan melaksanakannya secara terintegrasi dengan strategi perusahaan membangun kompetensi organisasi dalam rangka penciptaan daya saing perusahaan, sehingga dapat lebih meningkatkan keberhasilan perusahaan.  Ketiga, dalam kaitan dengan pengembangan kompetensi organisasi, hal yang perlu dilakukan adalah: (i) melakukan investasi secara berhati-hati hanya untuk hal yang dapat meningkatkan competitive advantage perusahaan, yaitu pengembangan sumberdaya, kapabilitas dan proses manajemen kearah dipenuhinya karakteristik non-substitutable dan costly to imitate; (2) mempertimbangkan untuk membangun intangible asset yang memberi value bagi pelanggan, antara lain seperti brand equity dan reputasi. Implikasi kebijakan memberikan petunjuk perlunya perhatian secara lebih khusus hal-hal sebagai berikut: Pertama, bagi perusahaan yang berkinerja rendah, implementasi corporate governance perlu diarahkan untuk mendorong pelaksanaan strategi perusahaan dalam rangka membangun daya saing yang memberikan value kepada pelanggan/konsumen. Bagi perusahaan yang berkinerja tinggi, membangun kompetensi organisasi guna menghasilkan daya saing masih perlu menjadi prioritas. Kedua, implementasi corporate governance yang mendorong pelaksanaan strategi untuk penciptaan daya saing perlu ditekankan terhadap kelompok perusahaan jasa, kelompok perusahaan regulated dan kelompok perusahaan non-kompetitif. Sedangkan implementasi corporate governance untuk mendorong efisiensi dan efektivitas guna pencapaian kinerja perlu ditekankan pada kelompok perusahaan non-jasa dan kelompok perusahaan non-kompetitif. Ketiga, perusahaan regulated perlu diarahkan untuk memberikan produk/jasa yang memberikan value yang lebih baik bagi pelanggan/konsumennya. Riset berikutnya yang mendalami interaksi corporate governance dan organizational competence dengan menggunakan metode yang kualitatif, terbuka untuk dilakukan. Pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana efek sinergi dari dua variabel tersebut bekerja berguna sebagai driver bagi kemajuan BUMN lebih lanjut sehingga dapat memberikan kontriusi yang lebih tinggi dari perekonomian.
The core issue of strategic management is to explain why a firm outperforms others and what factors contribute to firm performance (Nelson, 1991; Barney, 1991; Zaizhi dan Xingpi, 2009). However, sources of competitive advantage are still inconclusive (Ariyawardana, 2003; Wiggins dan Ruefli, 2002). Williamson (1999) and Makadok (2003) propose alternatives regarding sources of competitive advantage through integrating two different perspectives: first, implementing governance mechanism (Shleifer dan Vishny, 1997; Angwin, 2007; Gillan, 2006; Solomon, 2010; Brennan dan Solomon, 2008) for legitimacy in the market (Judge et al., 2008; Stanfield and Carroll, 2004; Coglianese, 2007; Wilson, 2004); and second, developing organizational competence for coordinating and combining unique resources, skills, assets, and routines (Sanchez, 2003; McGrath et al, 1995). Using non-banking SOEs in Indonesia as a study context, in general it was found that corporate governance mechanism and organizational competence have positive and significant effect on competitive advantage. Also, corporate governance mechanism and competitive advantage influence firm performance significantly. In addition, there is no synergetic effect of corporate governance and organizational competence, so that their contribution to enhance competitive advantage and firm performance could not be realized. Additional analysis concluded that the stronger corporate governance mechanism, the role of corporate governance mechanism in creating competitive advantage and achieving firm performance become significantly important. The level of corporate governance mechanism did not change the significantly important role of organizational competence in creating competitive advantage. Also, the level of organizational competence did not change the significantly important role of corporate governance mechanism. In addition, in high performing firms, corporate governance mechanism has significant role in achieving directly firm performance and indirectly through competitive advantage. To be high performing firms, in addition to corporate governance, firms have to have competitive advantage. Further analysis also revealed that in service firms, performance is influenced by corporate governance mechanism and competitive advantage derived from organizational competence. In non-service firms, performance is achieved through competitive advantage which resulted from corporate governance mechanism dan organizational competence. In regulated firms, performance is achieved through corporate governance mechanism, while competitive advantage resulted from organizational competence has no effect on performance. In non-regulated firms, the relations among variables are exactly the same with the main general results. In non-competitive firms, performance is influenced by competitive advantage resulted from competitive advantage, while in competitive firms the relationships among variables were again similar with main result. Considering that in the future the product/service  market would shift to be more non-regulated and competitive,  based on this research then corporate governance mechanism and organizational competence become more important in creating competitive advantage and achieving firm performance. This research contributes to strategic management, especially in the Strategic Theory of  the Firm (Rumelt, 1984; Foss dan Mahnke, 2008), in that it gives new insights and empirical support that competitive advantage of non-banking SOEs in Indonesia can be explained by governance perspectives and competence perspectives (Williamson, 1999; Makadok, 2003). The research gives empirical evidence that corporate governance mechanism has significant effect on competitive advantage which was still in theoretical concept (Charan, 2005; Castanias dan Helfat, 2001; Hoopes dan Miller, 2006) and understudied (Zhang, 2010). It is also interesting to note that this research revealed that among dimensions of corporate governance mechanism, internal control system (Gillan, 2006; Schnatterly, 2003; Schnatterly dan Maritan, 2003; COSO, 1992) plays significantly important role. The research concludes with implications for managing and policy-making concerning non-banking SOEs and their subsidiaries in Indonesia. Managerial implications to be considered are enhancing the role of internal audit unit in conducting audit and evaluation of risk management, making sure the approval of board of commissioner for appointing and releasing chief of internal auditor unit, adopting of voluntary disclosure, and enhancing the role of board of commissioners in giving strategic advice. In addition, investment to build organizational competence should consider its effect in creating competitive advantage valued by customers. For policy maker, this research indicates that to obtain a synergetic effect on competitive advantage and performance, good corporate governance practices should be implemented in integration with a strategy to build organizational competence.
2013
D2753
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aisyah Rachmawati
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor yang memengaruhi tingkat komplementer agresivitas pelaporan keuangan dan pajak, serta menguji konsekuensi ekonomisnya terhadap biaya modal utang. Penelitian ini mempertimbangkan keberagaman cost dan benefit yang dihadapi oleh perusahaan ketika menyusun laporan keuangan dan pajak secara agresif pada saat yang bersamaan. Penelitian ini mengestimasi hubungan tersebut dengan two-stage estimator method. Dengan menggunakan sampel yang terdiri dari 8.529 perusahaan-tahun dari 15 negara yang berada di kawasan Asia Timur dan Eropa pada periode pengamatan 2014-2016, penelitian ini menemukan bahwa semakin tinggi book-tax conformity dan semakin kuat law enforcement di suatu negara, perusahaan cenderung memiliki tingkat komplementer agresivitas pelaporan keuangan dan pajak yang rendah, karena tingkat kemungkinan risiko terdeteksi (cost) yang dihadapi oleh perusahaan semakin tinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa perusahaan yang menghadapi kendala keuangan cenderung memiliki tingkat komplementer agresivitas pelaporan keuangan dan pajak yang tinggi, karena perusahaan tersebut akan mendapatkan benefit ketika memutuskan untuk agresif dalam pelaporan keuangan dan pelaporan pajaknya. Adanya tax benefit berupa kompensasi kerugian dapat memperkecil kecenderungan perusahaan yang menghadapi kendala keuangan untuk memiliki tingkat komplementer agresivitas pelaporan keuangan dan pajak yang tinggi. Namun demikian, penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa book-tax conformity, law enforcement, dan corporate governance berpengaruh terhadap hubungan antara kendala keuangan perusahaan dan tingkat komplementer agresivitas pelaporan keuangan dan pajak. Hasil ini mengindikasikan bahwa karakteristik perusahaan dan negara dapat memengaruhi keputusan manajer dalam menyusun laporan keuangan dan pajak secara agresif pada saat bersamaan atau tidak. Terakhir, penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat komplementer agresivitas pelaporan keuangan dan pajak, semakin tinggi biaya modal utang.
The purposes of this study are to examine the factors affecting the complementary level of financial and tax aggressiveness, and to examine the impact on cost of debt. This study considers the diversity of cost and benefit faced by firms when presenting financial and tax reporting aggressively at the same time. This study estimates these relationships with two-stage estimator method. Using 8.529 firm-year samples in East Asia and Europe from 2014 to 2016, this study finds that firms from countries with higher book-tax conformity and stronger law enforcement tend to engage in a lower complementary level of financial and tax aggressiveness, because they will face a higher level of detection risk (cost). This study also finds that firms with financial constraint tend to engage in a higher complementary level of financial and tax aggressiveness, because they will derive significant benefit from aggressive financial and tax reporting activities. Tax benefit in the form of tax loss carryforward can reduce the tendency of firms with financial constraint to engage in a higher complementary level of financial and tax aggressiveness. However, this study cannot prove that book-tax conformity, law enforcement, and corporate governance influence the relationship between financial constraint and complementary level of financial and tax aggressiveness. These results suggest that firm and country characteristics influence managers decisions to present financial statements and tax reporting aggressively at the same time or not. Finally, this study shows that the higher complementary level of financial and tax aggressiveness, the higher cost of debt.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
D2711
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>