Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fita Rahmasari
Abstrak :
Latar belakang: Perubahan patologis pada anatomi kaki dapat terjadi akibat pemakaian sepatu hak tinggi dalam jangka waktu lama. Kondisi yang paling sering terjadi pada kaki wanita adalah Hallux valgus. Berbagai studi potong lintang menunjukkan penggunaan sepatu hak tinggi berhubungan dengan Hallux valgus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kejadian Hallux valgus pada pramuniaga pengguna sepatu hak tinggi dibandingkan dengan pengguna sepatu datar. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang perbandingan dengan besar sampel minimal 92 orang per kelompok, diambil dengan teknik purposive sample. Pramuniaga yang bekerja minimal 1 tahun direkrut sebagai subjek penelitian, diberikan kuesioner, dilakukan pemeriksaan kaki secara klinis dan dengan pemeriksaan radiologi apabila terdapat kelainan bentuk kaki yang mengarah ke Hallux valgus. Pendekatan 7 Langkah Diagnosis Okupasi digunakan untuk menentukan kejadian Hallux valgus yang terjadi apakah akibat kerja atau tidak. Hasil: Angka kejadian Hallux valgus sebesar 71,4 25 dari 35 pada pengguna sepatu hak tinggi dan 28,6 10 dari 35 pada pengguna sepatu datar. Pramuniaga pengguna sepatu hak tinggi 2,77 kali IK 95 1,25-6,15; p 0,01 lebih berisiko mengalami Hallux valgus dibandingkan pengguna sepatu datar. Kejadian Hallux valgus semakin meningkat seiring peningkatan usia subjek p 4 tahun 5,2 kali IK 95 1,95-14,31 lebih berisiko dibandingkan masa kerja 4 tahun p 0,05 . Hallux valgus akibat kerja sebesar 54,3 , diperberat pekerjaan dan bukan akibat kerja masing-masing 22,85 . Kesimpulan dan saran: Terdapat perbedaan kejadian Hallux valgus pada pramuniaga pengguna sepatu hak tinggi dibandingkan pengguna sepatu datar. Hallux valgus yang terjadi sebagian besar merupakan penyakit akibat kerja. Penggunaan sepatu datar sangat disarankan untuk mencegah risiko terjadinya Hallux valgus. ......Background Pathological anatomy changes of the foot may result from using high heels for long time and the most frequent pathological condition in woman 39 s foot is Hallux valgus. Cross sectional studies show that using high heels is associated with Hallux valgus. This study aims to evaluate the difference incidence of Hallux valgus between sales promotion girl using high heels compared with flat shoes. Method This study used comparative cross sectional design with minimal sample size 92 subjects for each group, taken with purposive sample technique. Sales promotion girl who work for at least 1 year recruited as subjects, given questionnaires, foot examination and radiology examination when there is a foot deformity that leads to Hallux valgus. 7 Step of Occupational Diagnosis is used to determine Hallux valgus as Occupational Disease or not. Result Incidence of Hallux valgus is 71.4 25 out of 35 among subjects using high heels and 28.6 10 out of 35 on flat shoes. Subjects using high heels are 2.77 times CI 95 1.25 6.15 p 0.01 more risk to develop Hallux valgus than who are using flat shoes. The incidence of Hallux valgus is increased with age p 4 years is 5.2 times CI 95 1.95 14.31 more risk than working 4 years p 0,05 . Occupational Hallux valgus is 54.3 , work related disease is 22.85 and non occupational disease is also 22.85 . Conclusion and recommendation There is a difference incidence of Hallux valgus among sales promotion girl using high heels compared with flat shoes. Most of the Hallux valgus is an occupational disease. Using flat shoes is strongly recommended to prevent the risk of Hallux valgus.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahdi Farqani
Abstrak :
Pendahuluan: Pendekatan muskuloskeletal dalam bidang onkologi, dengan fokus khusus pada bedah ortopedi, telah mengalami kemajuan yang signifikan, menghasilkan strategi bedah baru dalam pengelolaan osteosarcoma. Keefektifan limb-saving surgery telah meningkat, seiring dengan peningkatan pada pencapaian hasil fungsional optimal, penutupan luka, dan hasil kosmetik, semuanya dengan mematuhi prinsip onkologi. Kami menekankan pentingnya mempertimbangkan berbagai faktor untuk menentukan pengobatan yang paling sesuai untuk osteosarkoma. Kami juga menggarisbawahi penggunaan alat penilaian seperti skala penilaian Musculoskeletal Tumor Society (MSTS) untuk evaluasi pasien dengan sarkoma ekstremitas. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik observasional dengan desain cross-sectional untuk menganalisis pasien terdiagnosis osteosarkoma yang menjalani prosedur megaprostesis di rumah sakit tertentu. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel total dan menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi bagi para peserta, dengan fokus pada pasien yang menjalani Limb Salvage Surgery menggunakan teknik megaprosthesis dan mengecualikan mereka yang memiliki masalah infeksi atau informasi klinis yang tidak memadai. Hasil: Pada penelitian ini, 32 pasien osteosarkoma menjalani operasi penyelamatan anggota tubuh dengan megaprostesis. Rata-rata usia pasien adalah 22,84 tahun dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki (59,4%). Lokasi tersering adalah femur distal (50%) diikuti tibia proksimal (40,6%). Tingkat rekurensi, metastasis, komplikasi dan survival rate masing-masing adalah 21,9%;43,8%;6,3%; dan 78,1%. Median Skor MSTS adalah 28. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan kuat antara LDH dengan skor MSTS, namun hubungan ini tidak signifikan secara statistik (p>0.05). Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara usia dengan kejadian metastasis tumor, dimana hubungan ini signifikan secara statistik (p<0.05). Perbedaan rerata pada usia terhadap survival signifikan secara statistik (p<0,05). Terdapat hubungan antara durasi gejala dengan luaran survival tumor, dimana hubungan ini signifikan secara statistik (p<0.05). Diskusi: Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan Megaprostesis, yang masih relatif jarang dilakukan di Indonesia karena kendala biaya dan teknis. Penelitian ini mencatat karakteristik pasien, termasuk usia, jenis kelamin, lokasi tumor, ALP, dan tingkat LDH di antara pasien yang menderita osteosarkoma. Insiden yang lebih tinggi pada pria mungkin disebabkan oleh faktor hormonal, genetika, dan peningkatan risiko osteoporosis pada pria. Osteosarcoma biasanya muncul di dekat metafisis tulang panjang atau lempeng pertumbuhan, terutama di tibia proksimal dan femur distal. Peran LDH, yang mempengaruhi berbagai proses biologis seperti proliferasi sel, kelangsungan hidup, apoptosis, angiogenesis, metabolisme zat besi dan glukosa, juga dieksplorasi dalam kaitannya dengan osteosarkoma. Namun, terbatasnya ukuran sampel penelitian ini dapat menghambat kemampuan penelitian ini untuk secara akurat mewakili tren populasi yang lebih luas. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan angka kejadian metastasis osteosarcoma. Selain itu, ditemukan perbedaan rerata pada usia terhadap survival signifikan secara statistik. ......Introduction: The field of musculoskeletal oncology, with a specific focus on orthopedic surgery, has witnessed notable progress, resulting in the development of novel surgical strategies for the management of osteosarcoma. The efficacy of limb-saving surgery has increased, as it now emphasizes the attainment of optimal functional outcomes, wound covering, and cosmetic results, all while adhering to oncologic principles. We emphasizes the significance of considering multiple factors in order to determine the most suitable treatment for osteosarcoma. We also underscores the utilization of assessment tools such as the Musculoskeletal Tumor Society rating scale (MSTS) for the evaluation of patients with extremity sarcoma. Method: The study uses an observational analytical approach with a cross-sectional design to analyze patients diagnosed with osteosarcoma who underwent megaprosthesis procedure at specific hospitals. The study has employed total sampling method and defined inclusion and exclusion criteria for the participants, focusing on patients who had Limb Salvage Surgery using the megaprosthesis technique and excluding those with infection problems or insufficient clinical information. Results: Thirty-two patients with osteosarcoma had limb-saving surgery using a megaprosthesis in this study. Patients' average age was 22.84 years, and 59.4% of them were men. The proximal tibia (40.6%) and distal femur (50%) were the most often reported locations. The rates of complications, recurrence, metastasis, and survival were, in order, 78.1%, 6.3%, 43.8%, and 21.9%. 28 is the median MSTS score. The study's findings indicate a substantial correlation between LDH and MSTS score, however this correlation is not statistically significant (p>0.05). Age and the incidence of tumor metastasis are related, according to the research findings, and this association is statistically significant (p<0.05). A statistically significant difference in survival was seen between the mean ages (p<0.05). There is a relationship between the duration of symptoms and tumor survival outcomes, where this relationship is statistically significant (p<0.05). Dicussion: This study focused on the utilization of Megaprosthesis, which remains relatively rare in Indonesia due to cost and technical challenges. It examined patient characteristics, including age, gender, tumor location, ALP, and LDH levels among those with osteosarcoma. The higher incidence in males might be attributed to hormonal factors, genetics, and an elevated risk of osteoporosis in men. Osteosarcoma typically arises near long bone metaphysis or growth plates, notably in the proximal tibia and distal femur. The role of LDH, which influences various biological processes such as cell proliferation, survival, apoptosis, angiogenesis, iron and glucose metabolism, was also explored. However, the study's limited sample size may hinder its ability to accurately represent broader population trends. Conclusion: Age is a key factor in the incidence of metastasis from osteosarcoma. Furthermore, a statistically significant variation in the mean age of survivors was discovered.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library