Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhira Rama Haidar Prakasita
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Maloklusi adalah ketidaksesuaian susunan gigi geligi, salah satu bentuknya adalah protrusi gigi anterior atas dengan overjet lebih besar dari normal (>3mm). Protrusi gigi anterior atas dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk di rongga mulut, antara lain menghisap ibu jari, bernafas melalui mulut, dan menghisap bibir bawah. Tujuan: Mengetahui hubungan faktor kebiasaan buruk di rongga mulut dengan protrusi gigi anterior atas pada siswa-siswi kelas IV-VI SD Negeri 10 Johar Baru, Jakarta, Indonesia. Metode: Digunakan 157 anak dan dilakukan pemeriksaan intraoral dan ekstraoral terhadap dugaan kebiasaan buruk serta pengukuran overjet. Didapatkan 60 anak dengan kebiasaan buruk dan protrusi anterior atas; menghisap ibu jari 28 anak, bernafas melalui mulut 7 anak, menghisap bibir bawah 25 anak, dan 25 anak sebagai kontrol yang dipilih secara acak. Dilakukan uji korelasi padasemua kelompok. Hasil: Hasil uji korelasi kelompok kebiasaan buruk menghisap ibu jari dengan protrusi gigi anterior atas p=0.001; kelompok kebiasaan buruk menghisap bibir bawah dengan protrusi gigi anterior atas p=0.001. Besarnya overjet pada protrusi gigi anterior atas yaitu 3-6mm. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kebiasaan buruk di rongga mulut menghisap ibu jari dan menghisap bibir bawah dengan protrusi gigi anterior atas pada siswa-siswi kelas IV-VI SD Negeri 10 Johar Baru, Jakarta.
ABSTRACT
One form of malocclusion is maxillary protrusion of the anterior teeth and its distinctive feature such as an overjet of 3mm. It is commonly caused by bad oral habits such as thumb sucking, mouth breathing, and lower lip biting. Objective: Analyze the relationship between bad oral habits and maxillary protrusion of the anterior teeth in primary students grade 4 to 6 in SD Negeri 10 Johar Baru, Jakarta. Method: Out of 157 students who were examined, only 60 students that fits the criteria and were divided based on their bad oral habits with 28 students on thumb sucking, 7 students on mouth breathing, 25 students on lower lip biting, and 25 as case control. Correlation test is used to determine the relationship between each group. Result: Test results shows that there is a significant correlation between thumb sucking and lower lip biting toward maxillary protrusion of the anterior teeth. (p=0.001) Teeth protrusion range around 3 to 6 mm. Conclusion: Bad oral habits such as thumb sucking, and lower lip biting has significant correlation towards maxillary protrusion of the anterior teeth in primary students grade 4 to 6 in SD Negeri 10 Johar Baru, Jakarta.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chusnul Chotimah
Abstrak :
ABSTRACT
Salah satu kriteria penilaian terhadap hasil perawatan ortodontik adalah estetika senyum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi estetika terhadap lengkung senyum, gingival display, dan buccal corridor antara remaja pria dan wanita di SMAN 4 Bekasi. Gambar ketiga variabel tersebut dimodifikasi secara digital menjadi masing - masing tiga gambar yang berbeda. Penelitian ini diujikan kepada 35 orang remaja pria dan 35 orang remaja wanita dengan menggunakan Skala Likert pada gambaran sirkumoral. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada persepsi estetika antara remaja pria dan wanita di SMAN 4 Bekasi terhadap lengkung senyum, gingival display, dan buccal corridor. Lengkung senyum, gingival display, dan buccal corridor yang paling estetik menurut kedua kelompok subjek adalah lengkung senyum konsonan, gingival display rendah, dan buccal corridor sedang.
ABSTRACT
One of criteria to evaluate the orthodontic treatment is smile esthetics. The purpose of this study was to assess the difference of smile esthetics perception on smile arch, gingival display, and buccal corridor between male and female adolescence at a high school. Photograph of selected object was modified digitally into three different picture for each variables. Smile esthetic perception were assessed by 35 male adolescence and 35 female adolescence by means of Likert Scale on circumoral view. There were no significant differences between male and female adolescence at SMAN 4 Bekasi on smile arch, gingival display, and buccal corridor esthetics perception. Smile arch, gingival display, and buccal corridor that considered as the most esthetic smile are consonant smile arch, low gingival display, and medium buccal corridor.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Intan Fatimah
Abstrak :
Latar Belakang: Pasien perawatan ortodonti pada umumnya dianjurkan menggunakan obat kumur berfluoride untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan mencegah terjadinya karies. Namun, Fluoride dapat mempengaruhi karakteristik kawat ortodonti Stainless Steel yang digunakan selama perawatan. Belum diketahui efek pemakaian obat kumur berfluoride terhadap kekuatan tarik kawat ortodonti Stainless Steel. Tujuan: Mengetahui efek pemakaian obat kumur berfluoride terhadap kekuatan tarik kawat ortodonti Stainless Steel. Metode: Menguji kekuatan tarik kawat ortodonti Stainless Steel 0,016 inci setelah dilakukan perendaman pada 100 ml obat kumur berfluoride 0,05 selama 30, 60, dan 90 menit. Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dari kekuatan tarik kawat ortodonti Stainless Steel setelah direndam obat kumur berfluoride. Nilai p pada perendaman obat kumur berfluoride selama 30, 60, dan 90 menit masing-masing adalah 0,790; 0,742; dan 0,085 nilai p > 0,05. Kesimpulan: Pemakaian obat kumur berfluoride tidak mempengaruhi kekuatan tarik kawat ortodonti Stainless Steel. ...... Background: Patients with orthodontic treatment are commonly recommended to use Fluoride mouthwash for maintaining their oral hygiene and preventing dental caries. However, Fluoride may affect the characteristics of Stainless Steel orthodontic archwires that used during the treatment. The effect of Fluoride mouthwash on tensile strength of Stainless Steel orthodontic archwires is still unknown. Purpose: To know the effect of Fluoride mouthwash on tensile strength of Stainless Steel orthodontic archwires. Method: Examine the tensile strength of Stainless Steel orthodontic archwires 0,016 inch after immersed in 100 ml Fluoride mouthwash 0,05 for 30, 60, and 90 minutes. Result: There is no statistically significant difference on tensile strength of Stainless Steel orthodontic archwires after immersed in Fluoride mouthwash. The p values on immersion Fluoride mouthwash for 30, 60, and 90 minutes consecutively are 0,790 0,742 and 0,085 p value 0,05. Conclusion: The using of Fluoride mouthwash didn rsquo t have an effect on tensile strength of Stainless Steel orthodontic archwires.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jannatul Firdaus
Abstrak :
Latar Belakang: Dental Aesthetic Index DAI merupakan indeks untuk melihat kebutuhan perawatan ortodonti dengan menilai komponen klinis dan estetik. Indeks ini memberikan penjelasan secara objektif mengenai kebutuhan perawatan ortodonti melalui 10 komponen penilaian. Tujuan: Mengetahui gambaran kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DAI pada pasien di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI tahun 2010 ndash; 2014. Bahan dan Metode: Digunakan 52 pasang model studi awal pasien ortodonti. Dilakukan penilaian DAI dengan melibatkan 10 komponen. Hasil penilaian berupa skor dibagi menjadi 4 kategori. Kategori 1 yaitu tidak/sedikit dibutuhkan perawatan, kategori 2 yaitu dapat dilakukan perawatan sesuai pilihan pasien, kategori 3 yaitu sangat membutuhkan perawatan, dan kategori 4 yaitu harus dilakukan perawatan. Hasil: Diperoleh gambaran kebutuhan perawatan ortodonti yaitu kategori 3 36,5 , kategori 4 32,7 , kategori 2 25 , dan dan kategori 1 5,8 . Gambaran permasalahan yang banyak ditemukan yaitu ketidakteraturan gigi anterior RB 96,2 dan RA 94,2 , overjet tidak normal 81 , dan hubungan molar tidak normal 76,9. Kesimpulan: Gambaran kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DAI pada pasien di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI tahun 2010-2014 sebagian besar sangat membutuhkan perawatan 36,5 . Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang datang sebagian besar adalah membutuhkan perawatan dan sesuai dengan hasil penilaian DAI pada penelitian ini. ...... Background: Dental Aesthetic Index is an index to see the orthodontic treatment need by assessing clinical and aesthetic component. This index objectively explains the orthodontic treatment needs based on 10 components of assessment. Purpose: To identify the description of orthodontic treatment need based on DAI on patients from orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI in 2010 2014. Materials and Method: 52 pairs of pre treatment orthodontic study models were used. The assessment was based on DAI by involving 10 components. Assessment results in scores and categorized into 4 category. Category 1 is no slight treatment need, category 2 is elective treatment need, category 3 is highly desirable of treatment need, and category 4 is mandatory treatment need. Result: The description of orthodontic treatment need are, category 3 36,5 , category 4 32,7 , category 2 25 , and category 1 5,8 . The description of problems that were found are mandibular anterior irregularity 96,2 , maxillary anterior irregularity 94,2 , abnormal anterior overjet 81 , and abnormal molar relationship 76,9. Conclusion: The orthodontic treatment need based on DAI on patients from orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI are mostly patients who need treatment as highly desirable 36,5 . This result shows that the patients who came were mostly patients who need the treatment, and in accordance with the result of DAI assessment in this study.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avi Aisyah Ramadini
Abstrak :
Latar Belakang: Perlu dilakukan penelitian untuk melihat perbedaan gambaran jaringan lunak wajah pria dan wanita khususnya ras Deutro-Melayu. Profil wajah lurus dipilih karena profil wajah lurus tidak mengindikasikan adanya disproporsi dental dan fasial sehingga individu dengan profil wajah lurus diindikasikan memiliki oklusi normal serta penampilan wajah dan dental yang dapat diterima. Tujuan: Mengetahui gambaran jaringan lunak wajah pasien pria dan wanita ras Deutro-Melayu dengan profil wajah lurus di RSKGM FKG UI beserta perbedaannya. Metode: Penelitian ini menggunakan 56 rekam medis dan sefalogram lateral pasien pria dan wanita berusia 18-25 tahun ras Deutro-Melayu sebelum perawatan ortodonsia. Analisis dilakukan menggunakan uji T tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Hasil: 8 parameter pengukuran menunjukkan perbedaan bermakna antara pria dan wanita (p<0,05) yakni pada kecembungan fasial, kecembungan fasial total, sudut nasofrontal, sudut mentolabial, sudut servikomental, posisi hidung terhadap bidang fasial, posisi bibir atas terhadap bidang fasial, dan posisi bibir bawah terhadap bidang fasial. Pria menunjukkan hasil pengukuran yang lebih besar dibandingkan dengan wanita, kecuali pada sudut nasofrontal yang secara statistik menunjukkan nilai rerata wanita lebih besar dibandingkan pria. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara gambaran jaringan lunak wajah pria dan wanita ras Deutro-Melayu dengan profil wajah lurus. ...... Background: It is necessary to conduct research to see the difference of facial soft tissue profile in male and female especially Deutro-Malay race. Straight face profile is selected because it does not indicate any dental and facial disproportions, so that individuals with straight facial profiles are indicated to have normal occlusion and acceptable facial and dental appearance. Objective: To compare the difference of facial soft tissue image in Deutro-Malay male and female with straight facial profile. Method: This study used medical records and lateral cephalograms of 56 male and female patients aged 18-25 with Deutro-Malay race before orthodontic treatment. Measurement performed with independent sample T-test and Mann-Whitney test. Result: 8 measurement parameters showed significant difference (p<0,05) those are facial convexity, total facial convexity, nasofrontal angle, mentolabial angle, cervicomental angle, position of nose to facial plane, position of upper lip to facial plane, and position of lower lip to facial plane. Male showed larger measurements than female, except in nasofrontal angle that statistically showed that female's mean score was greater than male. Conclusion: There is a significant difference between facial soft tissue image in Deutro-Malay male and female with straight facial profile.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library