Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Hizkia Adhikaratma
"Berdasarkan hasil uji stabilitas dan volumetrik Marshall, kualitas campuran aspal dan agregat ditentukan melalui besar Kadar Aspal Optimum (KAO). Dalam pembuatan sampel, rentang prediksi KAO ditentukan dengan menghitung berdasarkan ukuran fraksi agregat (agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi) sesuai dengan pedoman Asphalt Institute dan RSNI M-06-2004. Dewasa ini, banyak peneliti yang melakukan pengembangan campuran beton aspal modifikasi menggunakan bahan aditif dengan proses basah atau kering. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan antara model prediksi KAO Asphalt Institute yang tercantum dalam RSNI M-06-2004 dengan model hasil regresi linear penelitian ini; membuktikan pengaruh perubahan proporsi fraksi ukuran agregat terhadap perubahan nilai KAO; dan melakukan analisis terkait perubahan koefisien setiap fraksi ukuran agregat pada model prediksi KAO pada campuran aspal konvensional dan campuran aspal modifikasi. Hasil model regresi linear bahwa fraksi agregat kasar tidak mempengaruhi penentuan nilai KAO, sementara agregat halus dan bahan pengisi memiliki pengaruh. Meningkatnya proporsi agregat halus menyebabkan peningkatan nilai KAO, yang mana pada campuran aspal konvensional lebih signifikan daripada campuran aspal modifikasi. Peningkatan proporsi bahan pengisi dapat meningkatkan nilai KAO pada proses kering, sebaliknya dapat menurunkan nilai KAO pada proses basah.
Based on the stability and volumetric Marshall test results, the quality of asphalt and aggregate mixtures is determined by the Optimum Asphalt Content (OAC). In sample production, the predicted range of OAC is determined by calculating based on the aggregate fraction sizes (coarse aggregate, fine aggregate, and filler) according to the Asphalt Institute’s guidelines and RSNI M-06-2004. Nowadays, many researchers are developing modified asphalt concrete mixtures using additive materials through wet or dry processes. This study compared the Asphalt Institute's OAC prediction model, as stated in RSNI M-06-2004, with the regression model developed in this research. It aimed to demonstrate the influence of changes in aggregate size fraction proportions on the OAC value and analyze the coefficient changes for each aggregate size fraction in the OAC prediction model for both conventional and modified asphalt mixtures. The linear regression model results showed that the coarse aggregate fraction did not affect the determination of the OAC value. In contrast, the fine aggregate and filler material had an influence. Increasing the proportion of fine aggregate led to an increase in the OAC value, which was more significant in conventional asphalt mixtures than in modified asphalt mixtures. Increasing the proportion of filler material could increase the OAC value in the dry process. However, conversely, it could decrease the OAC value in the wet process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Hashemi Rafsanjani
"Limbah beton (RCA) adalah salah satu limbah yang sulit terurai dan masih dapat dimanfaatkan kembali sebagai tambahan agregat dalam sebuah campuran aspal, selain itu pemanfaatan limbah beton dapat mengurangi polusi limbah konstruksi di Indonesia. Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan agregat limbah beton kedalam campuran aspal pavingblock CPHMA terhadap nilai volumetrik marshall seperti VIM,VMA, VFB, serta Stabilitas, Flow, dan Marhsall Quotient dari campuran tersebut. Penelitian kali ini diawali dengan pengujian karakteristik agregat, aspal pen 60/70, dan ekstraksi LGA. Untuk mendapatkan kadar aspal serta agregat yang terkandung dalam LGA dapat dilakukan dengan ekstraksi butiran LGA menggunakan metode Reflux dan Centrifuge. Bitumen dan agregat yang sudah ter-ekstrak kemudian diuji karakteristik agregat dan aspalnya. Aspal yang ter-ekstrak dari butiran LGA memiliki nilai penetrasi yang rendah, sehingga perlu penambahan oli bekas untuk menaikan nilai penetrasi. Setelah semua bahan sudah diuji kemudian dilanjutkan dengan pembuatan benda uji untuk mencari nilai kadar aspal optimum sebanyak 30 total, 15 untuk benda uji aspal dengan agregat baru dan 15 untuk benda uji aspal yang ditambahkan agregat limbah beton. Kemudian sampel akan diuji Marshall Standard berguna untuk mendapatkan nilai KAO. Setelah nilai KAO didapatkan dilanjutkan pembuatan benda uji pavingblock dengan ukuran 25x25x6,5 cm sebanyak 6 buah, 3 untuk campuran tanpa RCA dan 3 buah untuk benda uji NonRCA dan 3 buah untuk benda uji menggunakan RCA. Setelah sampel pavingblock dibuat, dilakukan proses core drill sebanyak dua lubang setiap satu pavingblock yang akan diuji nilai volumteriknya dengan uji Marshall Standard dan Immersion. Kemudian dilihat apakah ada pengaruh terhadap nilai volumetric pada pavingblock dan compact standard.
Concrete waste (RCA) is one of the wastes that is difficult to decompose and can still be reused as an additional aggregate in an asphalt mixture, besides that the use of waste concrete can reduce construction waste pollution in Indonesia. This study aims to see the effect of adding waste concrete aggregate to the CPHMA paving block asphalt mixture on marshall volumetric values such as VIM, VMA, VFB, as well as Stability, Flow, and Marhsall Quotient of the mixture. This research begins with testing the characteristics of aggregate, asphalt pen 60/70, and LGA extraction. To obtain asphalt and aggregate content contained in LGA, it can be done by extracting LGA granules using the Reflux and Centrifuge methods. The bitumen and aggregate that has been extracted are then tested for the characteristics of the aggregate and asphalt. Asphalt extracted from LGA granules has a low penetration value, so it is necessary to add used oil to increase the penetration value. After all the materials have been tested, then proceed with the manufacture of test specimens to find the optimum asphalt content value of 30 in total, 15 for asphalt specimens with new aggregate and 15 for asphalt specimens added with waste concrete aggregate. Then the sample will be tested using the Marshall Standard to get the KAO value. After the KAO value was obtained, proceed to manufacture 6 pieces of paving block test specimens with a size of 25x25x6.5 cm, 3 for the mixture without RCA and 3 pieces for the test specimens using RCA. After the paving block samples have been prepared, a core drill process of two holes for each paving block will be tested for volumetric value using the Marshall Standard and Immersion tests. Then it is seen whether there is an effect on the volumetric value of paving blocks and compact standards."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Erditya Fajri
"Untuk mengurangi penggunaan material alam, limbah beton digunakan sebagai pengganti agregat batu alami. Penambahan limbah plastik LDPE dalam campuran aspal juga dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas aspal. Penggunaan material alternatif pada campuran aspal perlu memperhatikan aspek keselamatan yakni kemampuan agregat pada lapisan aspal untuk menahan gaya gelincir permukaan jalan pada segala kondisi cuaca. Dalam penelitian ini mengkaji pengaruh penggunaan agregat limbah beton dan penambahan plastik LDPE pada campuran aspal terhadap nilai skid resistance. Penelitian diawali dengan pembuatan benda uji campuran ACWC dengan agregat RCA pada variasi kadar aspal 7%, 7.5%, 8%, 8.5%, dan 9% yang dihasilkan KAO pada 9%. Untuk menghilangkan kadar mortar pada agregat RCA dilakukan peremajaan dengan pencucian dan penggosokan. Penelitian dilanjutkan dengan mencari kadar plastik optimum yang didapatkan pada kadar plastik sebesar 5%. Pengujian skid resistance dilakukan menggunakan alat British Pendulum Tester (BPT) pada variasi suhu 26˚C, 30˚C, 35˚C, 40˚C, 45˚C, dan 50˚C. Pengujian dilakukan dengan dua jenis uji yakni skid resistance standard dan immersion. Didapatkan hasil penggunaan agregat RCA dan penambahan plastik LDPE menaikan nilai skid resistance. Nilai SN tertinggi didapat 58,5 pada suhu normal (26˚C) dan nilai terendah 51,6 pada suhu tinggi (50˚C).
To reduce the use of natural materials, waste concrete can be used as a substitute for natural aggregates (NA). The addition of LDPE plastic waste in asphalt mixtures is also carried out to improve asphalt quality. The use of alternative materials in asphalt mixtures needs to pay attention to safety aspects, to withstand the sliding force of the road surface in all weather conditions. This study examines the effect of the use of concrete waste aggregates and the addition of LDPE plastic to the asphalt mixture on the value of skid resistance. The study began with the manufacture of a mixture of ACWC specimens with RCA aggregates at variations in asphalt content of 7%, 7.5%, 8%, 8.5%, and 9% produced by KAO at 9%. RCA aggregates have previously been rejuvenated by washing and rubbing to remove the mortar content. The research was continued by finding the optimum plastic content obtained at a plastic content of 5%. Skid resistance testing was carried out using the British Pendulum Tester (BPT) at various temperatures of 26 ˚C, 30 ˚C, 35 ˚C, 40 ˚C, 45 ˚C, and 50 ˚C. The test is carried out with two types of tests, standard skid resistance and immersion skid resistance. It was found that the use of RCA aggregate and the addition of LDPE plastic increased the value of skid resistance. The highest SN value was 58.5 at normal temperature (26˚C) and the lowest value was 51.6 at high temperature (50˚C)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Panjaitan, Jonathan
"Saat ini banyak sekali jalan yang memiliki kondisi yang sangat buruk. Hal ini tentunya diperlukan peremajaan atau perbaikan jalan sehingga dalam prosesnya membutuhkan banyak sekali penggunaan material dan hasil kerukan aspalnya dapat menjadi limbah. Penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) dapat menjadi solusi untuk kedua masalah tersebut. Perbaikan jalan yang dilakukan tidak hanya untuk jalan besar, tetapi juga berlaku untuk jalan kecil seperti gang yang sempit ataupun pedestrian. Jalan-jalan yang berukuran kecil ini akan sulit untuk dibangun jika menggunakan alat berat akibat keterbatasn lahan, sehingga diperlukan suatu solusi untuk mempermudahnya dan salah satu solusi untuk permasalahan ini adalah penggunaan asphalt paving block. Asphalt paving block ini dapat dibawa dengan mudah dan juga dapat diproduksi di pabrik sehingga dalam proses pembuatan perkerasan jalan tidak diperlukan banyak alat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi limbah plastik pada paving block daur ulang aspal campuran panas. Limbah plastik yang digunakan pada penelitian ini berupa limbah plastik Low Density Polyethylene (LDPE) sebagai bahan aditif agregat. Pada penelitian ini digunakan beberapa variasi kadar aspal dalam campurannya yaitu sebagai berikut 5,5% ; 6% ; 6,5% ; 7% ; 7,5% dan nilai kadar aspal optimum yang diperoleh sebesar 6%. Kemudian penelitian berlanjut dengan penambahan limbah plastik LDPE. Penggunaan jumlah limbah plastik dibagi menjadi empat formula yaitu sebesar 0% ; 5% ; 6% ; 8%. Untuk mengetahui kekuatan campuran aspal RAP dengan limbah plastik LDPE ini dilakukan uji marshall dengan pemadatan modifikasi. Kadar plastik LDPE optimum pada campuran adalah sebesar 6% dari total kadar aspal pada campuran.
Currently, many roads are in very bad condition. This of course requires rejuvenation or road repair so that the process requires a lot of use of materials and the dredged asphalt can become waste. The use of Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) can be a solution to both problems. Road repairs are carried out not only for major roads, but also for small roads such as narrow alleys or pedestrians. These small-sized roads will be difficult to build if using heavy equipment due to limited land, so a solution is needed to make it easier and one solution to this problem is the use of asphalt paving blocks. Asphalt paving blocks can be carried easily and can also be produced at the factory so that in the process of making road pavements, no tools are needed. This study aims to see the contribution of plastic waste to paving blocks for hot mix asphalt recycling. Plastic waste used in this research is Low Density Polyethylene (LDPE) plastic waste as an aggregate additive. In this study, several variations of the sepal content in the mixture were used, namely as follows: 5.5%; 6% ; 6.5% ; 7% ; 7.5% and the optimum asphalt content value obtained is 6%. Then the research continued with the addition of LDPE plastic waste. The use of the amount of plastic waste is divided into four formulas, namely 0%; 5% ; 6% ; 8%. To determine the strength of the mixture of RAP asphalt with LDPE plastic waste, a Marshall test was carried out with modified compaction. The optimum LDPE plastic content in the mixture is 6%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Dokumentasi Universitas Indonesia Library
Hizkia Adhikaratma
"Permukaan jalan yang basah dan licin akibat hujan dapat memengaruhi tahanan kekesatan (skid resistance) jalan tersebut sehingga dapat membahayakan pengendara karena ban roda kendaraan dapat tergelincir. Bagian aspal beton yang bergesekan langsung dengan ban roda kendaraan adalah lapis aus permukaan (AC-WC). Salah satu sifat campuran aspal berdasarkan pengujian Marshall yakni rongga terisi aspal (VFA). Penelitian ini mengkaji VFA pada AC-WC dengan perubahan gradasi agregat, suhu pencampuran, dan suhu pemadatan terhadap nilai skid resistance. Salah satu material yang digunakan adalah Asbuton. Asbuton merupakan aspal alam yang berasal dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Asbuton dimodifikasi dengan bahan pelunak (oli bekas) dan dicampur dengan aspal minyak. Gradasi agregat yang digunakan, yaitu gradasi agregat AC-WC batas bawah (G1) dan batas atas (G2). Suhu pencampuran dan pemadatan yang digunakan, yaitu suhu panas (HMA) dan suhu hangat (WMA). Terdapat empat spesifikasi campuran, yaitu G1-HMA, G1-WMA, G2-HMA, dan G2-WMA. Kadar aspal terbaik untuk G1-HMA dan G1-WMA sebesar 6,5%, sedangkan untuk G2-HMA dan G2-WMA sebesar 9%. Pengujian skid resistance menggunakan alat British Pendulum Tester. Berubahnya suhu pencampuran dan pemadatan dari panas ke hangat pada gradasi batas bawah membuat nilai skid resistance semakin turun, tetapi VFA semakin naik. Pada gradasi batas atas, nilai skid resistance dan VFA semakin turun.
The wet road surface due to rain can affect the skid resistance ability. It can endanger driver because vehicle tires can slip. The asphalt-concrete part that rubs directly againts vehicle tires is Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC). One of the characteristics of AC-WC based on Marshall test is Voids Filled with Asphalt (VFA). This research analyzes the VFA in mixture with changes of aggregate gradation, mixing and compaction temperature to skid resistance value. One of the materials used is Buton asphalt (Asbuton) which from Buton Island, Indonesia. Asbuton was modified with used vehicle oil and mixed with oil asphalt. Types of aggregat gradation used are lower limit (G1) and upper limit gradation (G2). Types of mixing and compaction temperature used are Hot (HMA) and Warm (WMA). There are four mixture specifications, namely G1-HMA, G1-WMA, G2-HMA, and G2-WMA. The best asphalt content for G1-HMA and G1-WMA is 6,5%, while for G2-HMA and G2-WMA is 9%. The skid resistance test that using British Pendulum Tester. The change in mixing and compaction temperature from HMA to WMA at the lower limit gradation makes the skid resistance value decrease, but VFA increases. At the upper limit gradation, the skid resistance value and VFA decreases."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Dokumentasi Universitas Indonesia Library
Suka, Jordan Ibrena Ginting
"Nilai Skid Resistance adalah suatu parameter uji kelayakan suatu perkerasan jalan, untuk dibuatnya sebuah jalan dengan kondisi tertentu dengan memenuhi nilai standar yang berlaku. Penelitian ini untuk mengetahui kekesatan dari suatu perkerasan jalan dimana dalam kondisi suhu permukaan yang berbeda, dapat mempengaruhi nilai British Pendulum Number (BPN) yang berasal dari pengujian menggunakan alat British Pendulum Tester (BPT). Campuran dalam pengujian ini menggunakan dua campuran berbeda dengan suhu pencampuran dan pemadatan yang berbeda. Campuran terdiri dari Asbuton sebagai sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai pengganti dari aspal minyak, aspal minyak, oli bekas, dan agregat. Untuk mendapatkan kadar aspal terbaik, dilakukan uji marshall untuk pengolahan data dimana kadar aspal terbaik merupakan kadar aspal yang memenuhi nilai-nilai standar volumetric terbanyak. Nilai marshall quotient didapatkan dari pembagian nilan stabilitas dengan kelelehan. Pengujian Skid Resistance terdiri dari dua metode yaitu metode kenaikan suhu dan penurunan suhu dimana variasi suhu dalam penelitian ini adalah 26 °C, 30 °C, 35 °C, 40 °C, 45 °C, dan 50 °C. Gradasi agregat terbaik dalam penelitian ini merupakan spek atas campuran hot mix (G2-HMA) dengan nilai marshall quotient sebesar 483,92 kg/mm.
Skid Resistance value is a parameter to test the feasibility of a road pavement, to make a road with certain conditions by meeting the applicable standard values. This study is to determine the roughness of a road pavement which in different surface temperature conditions can affect the value of the British Pendulum Number (BPN) derived from testing using the British Pendulum Tester (BPT). The mixture in this test uses two different mixtures with different mixing and solidification temperatures. The mixture consists of Asbuton as a natural resource which is used as a substitute for oil asphalt, oil asphalt, used oil, and aggregates. To get the best asphalt content, a Marshall test was carried out for data processing where the best asphalt content was the asphalt content that met the highest volumetric standard values. The Marshall quotient value is obtained from the division of the stability value by the melting point. Skid Resistance testing consists of two methods, namely the method of increasing temperature and decreasing temperature where the temperature variations in this study are 26 °C, 30 °C, 35 °C, 40 °C, 45 °C, and 50 °C. The best aggregate gradation in this study is the spec of hot mix mixture (G2- HMA) with a marshall quotient value of 483,92 kg/mm."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Dokumentasi Universitas Indonesia Library