Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monty P. Satiadarma
Abstrak :
ABSTRAK
Penampilan puncak adalah perilaku seseorang yang lebih superior daripada perilakunya pada umumnya. Dalam bidang olahraga, indikator penampilan puncak seorang atlet adalah prestasi terbaiknya yang paling sesuai dengan hasil latihan dan potensi yang dimilikinya. Dimensi penampilan puncak meliputi perasaan a)relaks fisik dan b) mental, c) optimis, d) terpusat pada kekinian, e) merasa tergugah, f) waspada, g) terkendali h) in the cocoon (terseludang). Selama ini hanya sebagian kecil atlet yang berhasil mencapai penampilan puncak dan usaha untuk membantu atlet mencapai penampilan puncak dilakukan antara lain dengan latihan self hypnosis dan visualisasi yang diselenggarakan secara terpisah. Self hypnosis bersifat konvergen, dan bersifat divergen. Padahal, dalam gelanggang pertandingan, aspek konvergen dan divergen berlangsung secara simultan. Oleh karena itu latihan self-hypnosis dan visualisasi harus dijalankan secara simultan dan terintegrasi agar mampu membantu lebih banyak atlet mencapai penampilan puncak.

Penelitian kualitatif ini diikuti oleh 10 atlet nasional (7 atlet panahan dan 3 atlet angkat besi). Para atlet diberikan pelatihan self-hypnosis dan visualisasi. Mereka diminta uniuk menjelaskan pengalaman mereka selama menjalani latihan tersebut. Enam dari 10 atlet mengalami delapan dimensi penampilau puncak dan semua atlet menunjukkan peningkatan prestasi. Tiga atlet angkat besi yang melanjutkan sendiri latihan tersebut memecahkan rekor nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa latihan self hypnosis dan visualisasi harus dilakukan secara simultan dan terintegratif guna membantu atlet untuk mencapai penampilan puncak.
Abstract
Peak performance is behavior which exceeds one's average performance (Privette, 1982) or an episode of superior functioning (Privette, 1983). The highest sport achievement obtained based on the athlete?s optimum capacity and training program indicates athlete?s peak performance. An athlete?s peak performance contains eight aspects which are (a) physically relaxed, (13) mentally relaxed, (c) feeling optimist, (d) feeling at present, (e) feeling (f) alert, (g) in control, and (h) in the cocoon. Currently only small numbers of athletes experience peak performance. Many athletes try to experience peak performance by engaging- in self-hypnosis or visualization training separately. These two training programs are usually conducted separately since the characteristic of self-hypnosis is convergent, and visualization is divergent. Self-hypnosis converts one?s sensation and cognition into a particular-spot within the self; and visualization expands one's) imagination into alternatives of action. However, in sport competition these convergent and divergent aspects interact simultaneously. Therefore, for the sake of peak performance in sport, self-hypnosis and visualization training should not be given and practiced separately.

These two training programs must be integrated. In order to help more athletes to achieve peak performance. Ten (10) national athletes (7 archers and 3 weight-lifters) participate in this research. All participants practice the integrated program of self-hypnosis and visualization. They were asked to explain their subjective -during the All athletes improved their score in sport achievement 'Six (6) of 10 athlete experienced the 8 aspects of peak performance. All 3 weight-litters break records. These conditions indicate that the integrated program of self hypnosis and visualization is necessary to help athletes achieve peak performance.
2006
D1240
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Maksum
Abstrak :
ABSTRAK
Olahraga, khususnya pada olahraga prestasi, adalah arena dengan tingkat persaingan yang sangat tinggi Individu yang berhasil pada dasarnya adalah mereka yang Inemiliki keunggulan, tidak saja dalam hal fisik tetapi juga mental. Menurunnya prestasi olahraga Indonesia secara makro dewasa ini diyakini karena kita lemah, terutama pada faktor mental, atau karakteristik mental seperti apakah yang pada dasarnya dibutuhkan untuk meraih prestasi tinggi? Bagaimana menumbuh kembangkan ciri atau karakteristik tersebut? Lingkungan seperti apakah yang kondusif untuk memunculkan atlet berprestasi tinggi? Inilah sebetulnya yang menjadi titik tolak penulisan disertasi ini. Sudah barang tentu, mengingat ini disertasi psikologi, maka kajian ditinjau dari disiplin psikologi dengan menjadikan teori kepribadian sebagai kerangka berpikir yang utama.

Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap I untuk mendapatkan jawaban tentang ciri kepribadian yang menunjang pencapaian prestasi dan lingkungan yang mempengaruhi atlet yang bersangkutan dalam meraih prestasi. Pada tahap ini penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan subjek sebanyak 10 atlet Indonesia yang memiliki prestasi tingkat dunia. Pengumpulan data diiakukan dengan wawancara mendalam (in-depth interview) kepada atlet yang bersangkutan dan orang-orang yang memiliki interaksi intensif dengan atlet seperti pelatih dan orang tua; Serta didukung dengan data sekunder seperti autobiografi, artikel berita media masa, dan dokumen lain yang relevan. Pada tahap II, penelitian dilakukan untuk mendapatkan jawaban tentang sejauhmana ciri kepribadian yang oleh atlet yang berprestasi tinggi berbeda dengan atlet yang berprestasi rendah atau mereka yang bukan atlet. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Inventori Kepribadjan Atlet yang dikembangkan berdasarkan hasil studi kualitatif dan teori kepribadian dari Allport. Pengolahan data dilakukan dengan analisis faktor dan Analisis Varian Multivariat.

Secara umum, hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Terdapat tujuh ciri kepribadian yang menunjang prestasi atlet, yakni: ambisi prestatif, kerja keras, gigih, mandiri, komitmen, cerdas dan swakendali. (2) Ketujuh ciri kepribadian tersebut juga telah diuji secara empirik dan terbukti merupakan prediktor keberhasilan atlet meraih prestasi tinggi. Secara berturut-turut, peringkat kontribusi dari sangat menentukan ke kurang menentukan adalah komitmen, ambisi prestatif, gigih, kerja keras, mandiri, cerdas dan swakendali. (3) Lingkungan keluarga dan lingkungan olahraga memiliki pengaruh besar pada terbentuknya ciri kepribadian dan munculnya prestasi atlet. Di lingkungan keluarga, individu yang memiliki pengaruh besar adalah orang tua, terutama ayah. Sementara itu, di lingkungan olahraga, individu yang berpengaruh besar adalah pelatih dan sesama atlet. (4) Pengaruh orang tua dilakukan melalui pembudayaan olahraga di lingkungan keluarga, pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, dukungan finansial dan model. Pengaruh pelatih dilakukan melalui pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, model dan pemberian kesempatan. Sementara itu pengaruh sesama atlet dilakukan melalui dukungan sosial, model dan sparring partner.

Sehubungan dengan temuan studi ini, perlu disarankan hal-hal berikut. Pertama, ketujuh ciri kepribadian di atas perlu dijadikan rujukan dalam pembinaan atlet Indonesia ke depan dan pada saat yang sama juga dijadikan inclikator psikologis dalam melakukan seleksi atlet Indonesia. Kedua, lingkungan keluarga dan lingkungan olahraga yang merupakan lingkungan utama atlet perlu dioptimalkan fungsi dan perannya untuk menumbuh-kembangkan ciri-ciri kepribadian dan prestasi atlet. Ketiga, budaya olahraga yang berintikan partisipasi perlu dibangkitkan dalam masyarakat yang dimulai dari institusi keluarga. Keempat, atlet perlu diberikan pembinaan kepribadian. Kelima, pembinaan atlet perlu dilakukan dengan menempatkan atlet sebagai individu yang utuh, bukan sekadar menuntut mereka untuk berlatih dan berprestasi, tetapi juga responsif terhadap kebutuhan dan kepentingan mereka.
2006
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library