Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tazkiyannisa
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah sumber gangguan eksternal (misalnya, gangguan non-sosial) menimbulkan defisit dalam performa seseorang di hadapan publik (yang diukur melalui tugas membaca dengan keras). Penelitian sebelumnya mengenai teori distraction-conflict hanya berfokus pada audiens sebagai sumber gangguan. Empat puluh partisipan direkrut dari area kampus sebuah universitas dan diminta untuk berpartisipasi secara sukarela. Penelitian ini menggunakan desain independent group. Partisipan diminta untuk membaca dengan suara lantang kutipan dari sebuah novel dalam kehadiran atau tanpa kehadiran audiens. Selama membaca, sebagian partisipan diberi `gangguan` berbentuk bunyi bel secara berkala sedangkan partisipan lainnya tidak diberi gangguan.
Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya interaksi antara audiensi dan gangguan bunyi bel. Tidak ada pula perbedaan signifikan dalam jumlah kesalahan membaca yang dibuat antara kondisi ada audiens dan tanpa audiens, maupun antara kondisi gangguan bunyi bel dan kondisi tanpa gangguan bunyi bel. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini tidak mendukung hipotesis. Selain itu, penelitian ini memiliki. beberapa implikasi yang dapat diterapkan dalam konteks pendidikan dan public speaking

The aim of this study is to investigate whether other external sources of distractions (e.g., non-social) create deficits in an individual's public performance (i.e., reading aloud task). Previous research on distraction-conflict theory has focused only on the audience as the source of distraction. Forty participants were recruited from a university campus area and asked to participate voluntarily. This study used an independent group design. The participants were asked to read aloud an excerpt from a novel with or without the presence of an audience. Some of the participants were periodically distracted throughout the task with the sound of a bell, while the remaining participants were not.
The result shows no significant interaction between audience and bell distraction. There was neither a significant difference in the number of reading task errors made between the audience conditions nor between the bell distraction conditions. Thus, the result did not support the hypothesis. Furthermore, this study suggests several implications that can be applied to education and public speaking settings."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Utari Dwi Zaharani
"ABSTRAK
Penelitian ini melihat efek dari ekspektasi audiens terhadap kinerja individu saat mereka diawasi oleh audiens.
Individu yang menerima ekspektasi rendah dari audiens diperkirakan menunjukkan performa yang lebih baik
dari individu yang menerima ekspektasi tinggi dari audiens maupun dari individu yang melakukan tugas tanpa
kehadiran audiens. Selain itu, penelitian ini juga memprediksi bahwa partisipan yang melakukan tugas pada
kondisi sendirian akan menunjukan kinerja yang lebih baik dibandingkan partisipan yang diawasi oleh audiens
dengan ekspektasi tinggi. Untuk menguji hipotesa ini, 30 partisipan mengikuti eksperimen di mana mereka
diminta mengerjakan dua sesi tes anagram Bahasa Inggris. Dalam penelitian ini, kehadiran audiens digantikan
dengan keberadaan kamera video. Hasil penelitian ini mendukung sebagian dari hipotesis. Individu dalam
kondisi ekspektasi audiens yang rendah menunjukkan kinerja lebih baik daripada individu dalam kondisi sendiri.
Namun, tidak ada perbedaan kinerja yang berarti antara partisipan dalam kondisi ekspektasi rendah dan
ekspektasi tinggi, maupun antara partisipan dalam kondisi sendiri dan ekspektasi tinggi. Temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa kehadiran audiens dapat mendorong seseorang untuk berkinerja lebih baik, dan adanya
tambahan ekspektasi yang rendah dari audiens dapat mendorong orang tersebut untuk melakukan tugas dengan
lebih unggul lagi.

ABSTRACT
The present study addresses the effect of audience expectation on individual performance while being observed
by an aware audience. It was proposed that individuals in low expectation condition will perform better than
those in high expectation and alone conditions. In addition, the current study hypothesised that participants in
alone condition would perform better than those in high expectation condition. To test the hypothesis, 30
participants participated in an experiment where they were asked to work on two rounds of anagram test. The
presence of an audience holding high and low expectation was replaced by the presence of a video camera. The
result partially supported the hypothesis. Individuals in the low expectation condition performed better than
those in alone condition. However, there was no significant difference between the low expectation and high
expectation conditions, and no difference between the alone and high expectation conditions. These findings
indicate that the presence of audience may push a person to perform better, and that an additional low
expectation from the audience may push them further to excellence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adizsa Nurulhuda Noerwitjaksono
"Model Attentional-Overload menjelaskan bagaimana kehadiran audiens menjadi faktor fasilitatif yang dapat meningkatkan performa pada tugas sederhana. Di sisi lain, teori Process-Efficiency menganggap kehadiran audiens sebagai faktor yang menghambat performa. Namun, masih sedikit studi yang meneliti hubungan antara kehadiran audiens kecemasan sesaat, serta efek keduanya pada performa kognitif.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami apakah kehadiran audiens dan kecemasan sesaat dapat mempengaruhi performa kognitif pada tugas aritmatika sederhana. Partisipan riset adalah mahasiswa dari University of Queensland (N = 40, laki-laki = 14) yang direkrut menggunakan metode convenience sampling. Partisipan dikelompokkan ke dalam empat kondisi eksperimental (n =10) lalu ditugaskan untuk menjawab serangkaian pertanyaan aritmatika sederhana selama satu menit.
Hasil analisis independent t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada performa kognitif peserta dalam kondisi audiens dan kondisi non-audiens. Selain itu, hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan performa kognitif peserta di kondisi anxiety-audience dan no anxiety-audience. Studi ini menunjukkan pentingnya bagi studi lain untuk meneliti lebih dalam faktor perbedaan individu yang dapat mempengaruhi performa kognitif.

The Attentional-Overload Model has outlined the presence of an audience as a facilitative factor of performance on simple tasks. On the other hand, the Processing Efficiency Theory views the presence of an audience as an inhibiting factor of performance. Yet, a limited amount of studies has discussed the relations between the presence of an audience and state anxiety, and their combined effects on cognitive task performance.
This study aims to investigate whether the presence of an audience, as well as state anxiety, influences cognitive performance on a simple arithmetic task. Students from the University of Queensland (N=40, males = 14) were recruited through convenience sampling and tasked to answer a set of simple arithmetic questions under one minute in one out of the four experimental conditions (n=10).
An independent sample t-test indicated that there were no significant differences in performance between participants in audience condition and in no audience condition, as well as between participants in anxiety-audience and in no anxiety-audience condition. The study highlights the necessity for future studies to explore factors of individual differences that may influence cognitive performance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kallista Astri
"Penelitian terdahulu telah menelaah efek dari evaluasi yang diharapkan (saat peserta percaya mereka sedang dievaluasi tanpa diawasi langsung oleh seorang penilai) dan koaksi (saat peserta bekerja secara individu dalam kelompok) pada kreativitas. Namun, belum ada studi yang menyelidiki pengaruh evaluasi secara langsung (yaitu, evaluasi kinerja secara langsung oleh penilai yang tidak dikenal) terhadap kreativitas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari evaluasi secara langsung oleh pemirsa terhadap output kreatif (yaitu, kreativitas hasil tugas). Berdasarkan teori pemahaman evaluasi, kreativitas pada tugas sederhana akan meningkat di hadapan pemirsa yang memberikan perhatian penuh.
Desain penelitian 3-level independent digunakan, dengan variasi kondisi tanpa pemirsa, pemirsa yang hadir tanpa memerhatikan, dan pemirsa dengan perhatian penuh. Tiga puluh mahasiswa (10 lelaki, 20 perempuan) berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan 10 partisipan di setiap kondisi pemirsa. Partisipan ditugaskan untuk menulis sebanyak mungkin nama aplikasi kencan yang kreatif dalam dua menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan dengan pemirsa dengan perhatian penuh secara signifikan menghasilkan lebih banyak nama daripada mereka yang tanpa pemirsa, tetapi tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara kondisi pemirsa yang hanya hadir tanpa memerhatikan dengan kondisi pemirsa dengan perhatian penuh. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi dari pemirsa memengaruhi output kreatif. Namun, evaluasi dan kehadiran pemirsa tidak menghasilkan dampak yang jauh berbeda.

Past studies have examined the effect of expected evaluation (i.e., participants believed they were being evaluated without directly being watched by an evaluator) and coaction (i.e., participants worked individually in groups) on creativity. Nonetheless, none have investigated the influence of direct evaluation (i.e., in person performance evaluation by an unacquainted evaluator) on creativity. Hence, this study aimed to investigate the impact of audience direct evaluation on creative output (i.e., task result creativity). Based on evaluation apprehension theory, creativity on simple tasks would improve in the presence of attentive audience.
A 3-level independent design was used, with audience conditions that include no audience, merely present audience, and attentive audience. All thirty participants were university students (10 males, 20 females), with 10 participants in each audience condition. Participants were tasked to write as many creative dating app names within two minutes.
Results indicated that participants with attentive audience significantly produced more names than those with no audience, but no significant difference between merely present and attentive audiences was found. In conclusion, evaluation from audience influenced creative output. However, evaluation and mere presence of audience did not produce significantly different impacts."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Athalla Hartiana Putri Hardian
"Ajang pencarian bakat di televisi melibatkan para peserta yang bersaing mendapatkan hadiah berdasarkan keahlian atau bakat unik masing-masing. Para juri menilai pertunjukkan para kontestan, dan banyak pula acara yang mengandalkan suara penonton atau pemirsa untuk menentukan peserta yang akan lolos atau tersisih. Penelitian ini bertujuan melihat peran dari kemampuan bernyanyi dan penampilan peserta dalam kecenderungan penonton  untuk memberikan suaranya (voting) pada kontes The Voice. Responden (n = 90, 63 perempuan; 26 laki-laki; 1 non-biner) direkrut menggunakan metode convenience sampling dan diminta untuk mengisi kuesioner anonim seputar kemampuan bernyanyi kontestan dan penampilan mereka. Diperkirakan bahwa penonton akan lebih cenderung memilih kontestan yang berpenampilan unik dan memiliki kemampuan bernyanyi yang luar biasa, dengan efek kemampuan bernyanyi yang lebih menonjol pada peserta dengan penampilan yang unik. Analisis statistik menggunakan ANOVA dan perbandingan Post-hoc menemukan pengaruh penampilan fisik kontestan dan kemampuan bernyanyi pada perilaku memilih. Kontestan dengan kemampuan bernyanyi yang luar biasa lebih banyak menerima voting, yang menunjukkan bahwa semakin besar kemampuan atau bakat seorang penampil, terlepas dari penampilan fisik mereka, semakin besar pula pengaruhnya terhadap audiens mereka.

Talent-based television programmes involve contestants competing for rewards based on their unique skills or talents. Judges evaluate contestants' performances, and many programs also rely on audience or viewers to determine which participants advance or are eliminated. This study is aimed at investigating the role of  singing ability and physical appearance of contestants audience's voting behaviour in The Voice. Respondents (n = 90, 63 females; 26 males; 1 non-binary) were recruited via convenience sampling and asked to complete an anonymous questionnaire regarding contestants’ singing ability and their appearance. It was predicted individuals are more likely to vote for contestants with quirky appearances and outstanding singing ability, with the effect of singing ability being more pronounced in those with quirky appearances. Statistical analyses using ANOVA and Post-hoc comparisons found a significant effect of contestant physical appearance and singing ability on voting behavior. The result partially supported the hypothesis listed. Contestants with outstanding singing ability were more likely to receive votes, suggesting that the greater a performer's ability or talent, regardless of their physical appearance, the greater their influence over their audience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ananta Devi
"Media sosial menjadi suatu hal penting dalam ranah perilaku prososial dan empati. Selain memberi penggunanya cara baru untuk berkomunikasi dan berbagi informasi, media sosial juga menyediakan ruang bagi pengguna untuk meningkatkan kesadaran, menyebarkan informasi, dan memobilisasi dukungan selama krisis. Mengingat prevalensi penggunaan media sosial di masyarakat saat ini, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran empati dan penggunaan media sosial dalam bantuan bencana alam. Responden (n=327, 68% perempuan) direkrut melalui metode convenience sampling. Responden diminta untuk mengisi kuesioner online yang diadaptasi dari Toronto Empathy Questionniares (Mckinnon et al., 2009) dan Media and Technology Usage and Attitude Scale (Rosen et al., 2008). Uji statistika dengan Pearson’s r menunjukkan korelasi yang tidak signifikan antara penggunaan media sosial dan bantuan bencana alam. Namun, empati berkorelasi positif dengan bantuan bencana alam. Hasil menunjukkan bahwa empati dapat memiliki peran yang lebih penting dalam memotivasi orang untuk membantu selama bencana alam. Implikasi dari studi ini menyiratkan pentingnya empati dan menekankan keterbatasan media sosial sebagai alat untuk memobilisasi bantuan. Keterbatasan dari penelitian ini dan saran untuk penelitian selanjutnya dibahas lebih lanjut.

Social media has gained significance in the realms of prosocial behaviour and empathy. Providing individuals with new avenues for communication, social media also provides a space for users to raise awareness, disseminate information, and mobilize support during times of crisis. Given the prevalence of social media platforms particularly during times of crisis, this study seeks to examine the interplay between empathy, social media use, and natural disaster helping. Respondents (n=327, 68% female) were recruited via convenience sampling. Respondents were asked to fill out an online questionnaire adapted from Toronto Empathy Questionnaires (Mckinnon et al., 2009) and Media and Technology Usage and Attitude Scale (Rosen et al., 2008). Statistical analysis using Pearson’s r revealed a non-significant correlation between social media use and natural disaster helping. However, empathy was positively correlated with natural disaster helping. This suggests that empathy may be more important for motivating people to help during natural disasters. The result implies the importance of empathy and emphasizes social media's limitations as a tool for mobilizing help. Limitations of the study and suggestions for further research are discussed further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayesha Dzikraa Fahira Gunawan
"Bencana alam adalah suatu hal tidak terhindarkan yang dapat terjadi di sekitar kita, dan perilaku saling membantu merupakan salah satu hal yang seringkali muncul setelahnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi korelasi antara empati dan ekstraversi dengan kecenderungan untuk melakukan perilaku prososial dalam keadaan bencana alam. Partisipan (n=327, 67.8% perempuan) direkrut melalui convenience sampling dan diminta untuk mengisi kuesioner daring mengenai faktor psikologis dan pertolongan bencana alam. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan korelasi Pearson dan menunjukkan bahwa empati dan ekstraversi berkorelasi positif dengan pemberian pertolongan bencana alam. Implikasi teoritis penelitian ini mengindikasikan pentingnya kedua komponen dalam stage model terhadap perilaku prososial. Keterbatasan dari penelitian ini adalah metode convenience sampling yang berakibat pada ketidakseimbangan dalam proporsi jenis kelamin partisipan dan perbedaan budaya. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat melibatkan sampel yang lebih representatif untuk memastikan hasil yang diperoleh dapat digeneralisasikan.

Natural disaster is an unavoidable circumstance that could happen around us, with helping one another as one of the lights that surfaced. This study is conducted to identify the correlation of empathy and extraversion with the tendency to do prosocial behavior in natural disaster settings. Participants (n=327, 67.8% female) were recruited via convenience sampling and completed an online survey on psychological factors and natural disaster helping. Results obtained were analyzed using Pearson’s correlations and revealed that empathy and extraversion were positively correlated with natural disaster helping. The theoretical implication of this study is the support for the two key components of the stage model leading to prosocial behaviors. The limitation of the study includes the convenience sampling method resulting in imbalance of gender proportion and cultural differences. Future research should involve a more representative sample to ensure generalizability of the findings."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sipahutar, Aurora Calista H.
"Bertambah banyaknya platform media sosial telah sangat memfasilitasi keterlibatan dalam kegiatan prososial seperti meningkatkan kesadaran di Twitter, berbagi informasi tentang peluang menjadi sukarelawan, dan menandatangani petisi online. Namun penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tidak semua individu yang melakukan perilaku prososial semata-mata didorong oleh altruisme murni. Sebaliknya, beberapa orang mungkin berpartisipasi dengan tujuan meningkatkan citra publik mereka, yang dapat dengan mudah dipenuhi melalui media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara peningkatan kesan diri, penggunaan media sosial, dan perilaku membantu, khususnya dalam konteks bencana alam. Data dikumpulkan melalui survei online dengan desain korelasional yang diisi oleh 327 peserta. Namun, karena keterbatasan dalam desain penelitian, hasil yang ditemukan tidak signifikan secara statistik untuk kedua hubungan yang diteliti. Meskipun demikian, penelitian ini menggali implikasi teoretis, metodologis, dan praktis yang relevan untuk penelitian di masa depan.

The growing number of social media platforms has greatly facilitated engagement in prosocial activities such as raising awareness on Twitter, sharing information about volunteering opportunities, and signing online petitions. Nevertheless, previous research has indicated that not all individuals engage in such acts solely driven by genuine altruism. Instead, some may participate with the primary intention of enhancing their public image, a motivation that can be easily fulfilled through social media channels. Consequently, the present study aims to investigate the association between impression self-enhancement, social media usage, and helping behaviour, particularly within the context of natural disasters. Data for this study were collected through an online correlational survey completed by a total of 327 participants. However, due to limitations in the research design, the obtained results did not yield statistically significant findings for either of the examined relationships. Nonetheless, the study delves into the relevant theoretical, methodological, and practical implications that can inform future investigations in this field."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuga Kalani Rizal
"Kerusakan akibat bencana alam seringkali menjadi pemicu bagi solidaritas masyarakat melalui upaya bantuan di dalam komunitas. Altruisme dan empati merupakan faktor yang terkait dengan respons individu terhadap bencana alam dan upaya rekonstruksi yang diperlukan untuk memulihkan komunitas yang terdampak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran altruisme dan empati dalam pemberian pertolongan bencana alam. Diasumsikan bahwa adanya altruisme dan empati secara positif dengan kontribusi bantuan selama bencana alam. Penelitian dilakukan dengan desain korelasional pada 327 partisipan yang direkrut melalui metode convenience sampling. Altruisme diukur melalui Self-Report Altruism Scale, sedangkan empati diukur melalui Toronto Empathy Questionnaire. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif antara kedua variabel tersebut dan bantuan selama bencana alam. Meskipun tidak ada alasan tunggal yang menjelaskan fenomena ini secara tegas, literatur menyajikan berbagai teori yang memberikan pemahaman terhadap hasil yang menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara altruisme serta empati dengan bantuan selama bencana alam.

The devastation that comes with natural disasters brings people together through the help within the community. Altruism and empathy are variables found to be related to how individuals who respond to natural disasters and the rebuilding needed to fix the damaged community. The current study attempts to investigate the role of altruism and empathy in natural disaster helping. Altruism and empathy are hypothesized to positively correlate with providing help during natural disasters. A correlational study was conducted on a convenience sample of 327 participants. Altruism was measured from Self-Report Altruism Scale, while empathy was measured using Toronto Empathy Questionnaire. In this study, it was found that these variables do have a positive correlation with natural disaster helping. There is no clear one reason why this is true, however, many theories through various literatures provides an insight on the results indicates the positive and significant correlation with both altruism and empathy with natural disaster helping."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeth Christina Dewi
"https://lib.ui.ac.id/unggah/node/126044#:~:text=Perkembangan%20drastis%20dari,menjaga%20kontak%20sosial.

The drastic advancements of technology and social media have modified how individuals socialise. Facebook is one of the most widely used social media platforms at present. Different personality traits of individuals have influenced the way people manage their Facebook use. The present study examined the correlation between The Big Five Personality: extraversion, neuroticism, conscientiousness, and Facebook usage. Eight hundred and fifty-two participants were recruited through an online convenience sampling. Participants completed an online survey assessing the levels of extraversion, neuroticism, conscientiousness, and Facebook use. Pearson’s correlation analyses revealed that both extraversion and conscientiousness were positively correlated with Facebook use, while neuroticism yielded no significant result. Results suggest that extroverted individuals use Facebook due to their preference for social interaction, while conscientious individuals utilise Facebook to maintain personal relationships. The findings suggest the influence of COVID-19 pandemic in changing the relationship between Facebook use and the Big Five Personality traits, implying a higher need of social contact"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>