Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jumanto
"Judul penelitian disertasi ini adalah Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa Inggris. Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menjelaskan komunikasi fatis di kalangan penutur jati bahasa Inggris, sementara tujuan khususnya adalah untuk menjelaskan fungsi dan bentuk komunikasi fatis di kalangan penutur jati bahasa Inggris serta kaitan keduanya dengan faktor kuasa dan solidaritas di dalam diri petutur, faktor situasi, dan kesantunan berbahasa. Empat tipe petutur yang dilibatkan di dalam penelitian ini adalah superior akrab, superior tidak akrab, subordinat akrab, dan subordinat tidak akrab.
Penelitian disertasi ini bersifat kualitatif, empiris, dan sinkronis, yang bertujuan untuk mencari makna, yaitu untuk melihat komunikasi fatis dari sudut pandang penutur jati bahasa Inggris. Dan tiga ragam bahasa Inggris terbesar di dunia, yaitu bahasa Inggris ragam Amerika, bahasa Inggris ragam Britania, dan bahasa Inggris ragam Australia, diambil sembilan penutur jati yang dilibatkan sebagai informan penelitian. Pemilihan informan dilakukan berdasarkan dialek yang berbeda untuk bahasa Inggris ragam Amerika dan bahasa Inggris ragam Britania, dan berdasarkan teritori yang berbeda untuk bahasa Inggris ragam Australia.
Penelitian disertasi ini menggunakan tiga metode penelitian kualitatif, yaitu wawancara, transkripsi, dan analisis tekstual (Silverman, 2000). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) kepada informan dan teknik eksplorasi. Panduan wawancara atau kuesioner berbentuk formal dan semiterstruktur, yang berisi duabelas fungsi komunikasi fatis. Masing-masing fungsi di dalam kuesioner divariasikan dengan menggunakan prompts, yaitu pertanyaan pendek yang lebih spesifik dan mengarahkan yang digunakan untuk membangun keduabelas fungsi komunikasi fatis tersebut. Persiapan wawancara dilakukan sebelumnya, dan wawancara direkam. Sementara itu, materi dan data dari sumber-sumber tertulis lain basil eksplorasi nantinya dilibatkan di dalam proses triangulasi. Dengan demikian, validitas atau nilai sebenmmya dan reliabilitas atau otentisitas penelitian dapat dijaga.
Analisis tekstual di dalam penelitian disertasi ini dilakukan dengan teknik pengodean, yang terbagi menjadi tiga langkah yaitu pengodean terbuka, pengodean aksial, dan pengodean selektif (Strauss dan Corbin, 1990; Holloway, 1997). Pengodean terbuka digunakan untuk menganalisis basil wawancara dengan masing-masing informan secara terpisah, dan pengodean aksial untuk menyatukan ide-ide dari masing-masing informan untuk membangun kategori besar. Sementara itu, pengodean selektif digunakan untuk menemukan fenomena utama atau kategori inti penelitian, yang berfungsi memadukan dan menghasilkan alur cerita, yaitu duabelas fungsi komunikasi fatis. Setelah proses pengodean selesai, data dianalisis dengan menggunakan metode interpretasi dengan perangkat pengujian asumsi kritis teoretis dan asumsi logis empiris. Literatur atau kepustakaan yang terkait digunakan sebagai konfinnasi atau refutasi. Semua elemen dari teori yang muncul dan ide-ide yang signifikan dari informan dipadukan di dalam sebuah sintesis. Sintesis tersebut berupa deskripsi yang rinci basil penelitian sehingga peneliti lain dapat memeroleh pengetahuan yang cukup untuk melakukan penilaian.
Hasil penelitian disertasi ini menunjukkan bahwa komunikasi fatis di kalangan penutur jati bahasa Inggris digunakan untuk menyatakan duabelas fungsi, yaitu (1) untuk memecahkan kesenyapan, (2) untuk memulai percakapan, (3) untuk melakukan basa-basi, (4) untuk melakukan gosip, (5) untuk menjaga agar percakapan tetap berlangsung, (6) untuk mengungkapkan solidaritas, (7) untuk menciptakan harmoni, (8) untuk menciptakan perasaan nyaman, (9) untuk mengungkapkan empati, (10) untuk mengungkapkan persahabatan, (11) untuk mengungkapkan penghormatan, dan (12) untuk mengungkapkan kesantunan. Fungsi dan bentuk komunikasi fatis di kalangan penutur jati bahasa Inggris dipengaruhi oleh faktor kuasa dan solidaritas yang ada pads petutur yang berbeda dan faktor situasi informal dan formal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa komunikasi fatis di kalangan penutur jati bahasa Inggris digunakan untuk mengungkapkan kesantunan (memertahankan jarak sosial), untuk mengungkapkan kesantunan dan persahabatan (memerpendek jarak sosial), dan untuk mengungkapkan persahabatan (menghilangkan jarak sosial) kepada petutur yang berbeda-beda dalam hal kuasa dan solidaritas. Komunikasi fatis di kalangan penutur jati bahasa Inggris adalah kesantunan yang bersifat strategis volisional, yaitu merupakan pilihan aktif dari kemauan penutur dan merupakan sistem komunikasi terbuka yang dinamis dengan pertimbangan kepada petutur yang berbeda-beda dalam hal kuasa dan solidaritas.
Temuan penelitian disertasi ini juga menunjukkan bahwa komunikasi fatis di kalangan penutur jati bahasa Inggris sesuai dengan teori komuni fatis dari Malinowski (1923), teori fungsi bahasa ekspresif dan apelatif dari Biihler (1918), teori fungsi bahasa fatis dari Jakobson (1960), dan teori fungsi bahasa interpersonal dari Halliday (1978), Komunikasi fatis di kalangan penutur jati bahasa Inggris juga sejalan dengan teori Jendela Johari (Johari Window) dalam konteks komunikasi dua orang. Komunikasi fatis juga merupakan realitas sosiokultural di dalam masyarakat penutur jati bahasa Inggris yang relatif berbeda dari masyarakat bahasa lainnya dan merupakan bagian dari kompetensi komunikatif yang ada di dalam diri penutur jati bahasa Inggris. Komunikasi fatis di kalangan penutur jati bahasa Inggris adalah sebuah wacana yang terdiri dari teks dan konteks. Teks komunikasi fatis tersebut adalah berbagai ungkapan yang digunakan penutur jati bahasa Inggris untuk memelihara hubungan sosial di kalangan mereka, sementara konteks komunikasi tersebut di antaranya adalah fungsi komunikatif yang berbeda, petutur yang berbeda dalam hal kuasa dan solidaritas, dan situasi yang berbeda. Teks komunikasi fatis di kalangan penutur jati bahasa Inggris diikat oleh konteks dari komunikasi fatis tersebut.

This dissertation research is entitled Phatic Communication among English Native Speakers. In general, this research is aimed at describing phatic communication among English native speakers, while, in particular, it is aimed at describing the functions and forms of phatic communication among English native speakers, and the relation of the functions and forms with the power and solidarity factor in the hearer, situation factor, and linguistic politeness. Four types of hearer are involved in this research, i.e. close superior, not close superior, close subordinate, and not close subordinate.
This dissertation research is qualitative, empirical, and synchronic in nature, the aim of which is to try to seek meaning, i.e. to see phatic communication from the viewpoint of English native speakers. From the three biggest varieties of English in the world, i.e. American English, British English, and Australian English, nine native speakers have been involved as the research informants. The selection of informants is based on the existing different dialects for American English and British English and on different territories for Australian English.
This dissertation research employs three qualitative methods, i.e. interview, transcription, and textual analysis (Silverman, 2000). The data collection for this research is done by an in-depth interview) to the informants and an exploration technique. The questionnaire or interview guide is of the formal and semi-structured type. Each function in the questionnaire is varied by using prompts, Le. shorter, more specific and directing questions to build the proposed twelve functions of phatic communication. The preparation for the interview is done before, and the interview is recorded. Meanwhile, other material and data from other written sources by the exploration technique are later involved in a triangulation process. Thus, the validity or the truth value and the reliability or the authenticity of the research can be maintained.
The textual analysis in this research is done through a coding technique, which is divided into three steps, i.e. open coding, axial coding, and selective coding (Strauss and Corbin, 1990; Holloway, 1997). The open coding is used to analyze the interview transcript of each informant separately, and the axial coding to combine the ideas from each informant to build bigger categories. Meanwhile, the selective coding is to find out the main phenomena or the core categories of the research. These core categories function to unite and create a story line, i.e. the proposed twelve functions of phatic communication. After the coding process, the data are analyzed by using the method of interpretation with the two testing devices, the theoretical, critical assumptions and the empirical, logical assumptions. Related literature is used to confirm or to refute. All emerging elements of the theories and significant ideas from the informants are combined into a synthesis. The synthesis is a thick description on the research findings so that other researchers are equipped with enough knowledge to give judgments.
The results of this dissertation research show that phatic communication among English native speakers is used for twelve functions, i.e. (1) to break the silence, (2) to start a conversation, (3) to make small talk, (4) to make gossip, (5) to keep talking, (6) to express solidarity, (7) to create harmony, (8) to create comfort, (9) to express empathy, (11) to express friendship, and (12) to express politeness. The functions and forms of phatic communication among English native speakers are influenced by the factor of power and solidarity in the four different types of hearer and the factor of informal and formal situations. The research findings also show that phatic communication among English native speakers is used to express politeness only (to maintain social distance), to express politeness and friendship at the same time (to shorten social distance), and to express friendship only (to eliminate social distance) to the four types of hearer different in power and solidarity. Phatic communication among English native speakers is a volitional, strategic politeness, i.e. an active choice from the hearer's will and an open, dynamic communication system with the considerations to the types of hearer different in power and solidarity.
The findings of the research also show that phatic communication among English native speakers is in line with the theory of phatic communion from Malinowski (1923), the theory of expressive and appeal functions from Buhler (1918), the theory of phatic function from Jakobson (1960), and the theory of interpersonal function from Halliday (1978). Phatic communication among English native speakers is also in line with the theory of Johari Window in the context of person-to-person communication. Phatic communication is also a sociocultural reality in the community of English native speakers, which is relatively different from those in other language communities, and a part of communicative competence in English native speakers. Phatic communication among English native speakers is a discourse consisting of text and context. The text of phatic communication comprises various expressions used by English native speakers to maintain social relationship among them, while the context of the communication is among others different communicative functions, types of hearer different in power and solidarity, and different situations. The text of phatic communication among English native speakers is bound to the context of the phatic communication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
D611
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Syamsuar
"ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan penyelarasan dalam realisasi fonologis (RF) satuan leksikal Indonesia yang disalin dari bahasa Inggris. Satuan leksikal salinan (SLS) itu digunakan dalam bahasa Indonesia ragam tulis berlaras ilmiah, yakni disertasi yang dipertahankan oleh mahasiswa program doktor sebuah perguruan tinggi terkemuka di Jakarta. RF SLS itu adalah tuturan para akademisi di perguruan tinggi tempat disertasi itu dipertahankan.
Penyelarasan, yang merupakan perbedaan RF antara satuan leksikal asal (SLA) dan SLS-nya, berupa pemecahan bunyi, penambahan bunyi, penggabungan bunyi, penghilangan bunyi, perbedaan realisasi bunyi, pengenduran bunyi, pelemahan bunyi, penguatan bunyi, asimilasi, disimilasi, metatesis, dan realisasi prosodi sebagai bunyi segmental. Kaidah fonotaktis memengaruhi penyelarasan itu. Probabilitas fonotaktis (PF) dalam struktur silabis (SS) berkait dengan kelewahan ortografis (KO) dalam SLS. Kaitan antara PF dan KO itu berkait dengan kaidah korespondensi grafem-fonem (KGF) dalam pembentukan SLS.
SLS didapati berbentuk (1) kata salinan, (2) paduan salinan, dan (3) frasa salinan. Asimilasi dalam SLS menunjukkan (1) keproduktifan vokal kendur dan (2) realisasi konsonan dalam prefiks yang berhomorgan dengan konsonan awal pada suku kata awal bentuk dasar paduan salinan. Perbedaan realisasi konsonan menunjukkan dominasi konsonan fortis dalam SLS. Disimilasi dalam SLS terjadi beriringan dengan (1) pemecahan serta penambahan bunyi, (2) penggabungan serta penghilangan bunyi, dan (3) perbedaan realisasi bunyi. Ketiga perihal tersebut terakhir pada umumnya menyebabkan perbedaan SS antara SLS dan SLA. Terjadi monoftongisasi dalam penggabungan bunyi dan penghilangan bunyi. Berkontras dengan itu, diftongisasi terjadi dalam pemecahan bunyi dan penambahan bunyi. Terdapat perbedaan antara tipe diftong dalam SLS dan SLA. KGF dalam SLS lebih ajek daripada KFG dalam SLA. Penyelarasan dalam RF SLS menunjukkan pola tertentu. Selain itu, analogi dan ketaklaziman juga terjadi dalam RF SLS.

ABSTRACT
This research describes adaptations found in phonological realizations (PR) of Indonesian lexical items copied from English. The copied lexical items (CLI-s) were used in Indonesian academic writings, i.e. dissertations defended by doctorate-program students of a reputable university in Jakarta. The PR of the CLI-s were the utterances of academicians in the university where the dissertations were defended.
The adaptations, i.e. the PR differences between the CLI-s and their English equivalents, were in forms of sound fission, sound additions, sound fusions, sound deletions, replacements, sound laxings, lenitions, fortitions, assimilations, dissimilations, metatheses, and the realization of prosody as a segmental sound. Phonotactic rules governed the adaptations. Phonotactic probabilities (PP) in syllabic structures (SS) were found to be related to orthographic redundancies (OR) in the CLI-s. The relations between the PP and the OR were found to be related to the rules of grapheme-phoneme correspondences (GPC) in CLI constructions.
CLI-s were found to be in forms of (1) copied words, (2) loan blends, and (3) copied phrases. Assimilations in CLI-s showed (1) productivity of lax vowels and (2) realization of consonants in prefixes being homorganic with the initial consonants occurring in the initial syllable of the base forms of loan blends. Consonant replacements showed the dominance of fortis consonants in CLI-s. Dissimilations in CLI-s happened along with (1) sound fissions and additions, (2) sound fusions and deletions, and (3) sound replacements. The three points last-mentioned normally caused differences between SS of CLI-s and their English equivalents. Monophthongizations happened in sound fusions and sound deletions. In contrast, diphthongizations happened in sound fissions and sound additions. Differences were found between diphthong types in CLI-s and the ones in their English equivalents. GPC in CLI-s were found to be more consistent than CPC their English equivalents. The adaptations in the PR of CLI-s showed certain patterns. Meanwhile, analogies and irregularities also happened in the PR of CLI-s.
"
2015
D2142
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Widiawati
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada pandangan bahwa pagar merupakan peranti bahasa yang digunakan oleh penulis akademik untuk menghindari ketidakpastian penulis akademik terhadap isi klaim yang diajukan kepada pembaca. Penggunaan pagar ini juga dimaksudkan untuk melakukan mitigasi (memperlunak) klaim yang dianggap keras untuk menghindari konflik yang mungkin muncul pada pembaca karena isi klaim yang diajukan masih bersifat sementara.
Mengetahui bagaimana akademisi Indonesia menyampaikan klaim ilmiahnya dalam tulisan akademik berbahasa Inggris merupakan tujuan utama penelitian ini. Korpus Data diambil dari 10 disertasi berbahasa Inggris dari sebuah universitas di Jakarta. Korpus data yang diteliti bukan merupakan teks utuh tetapi hanya berupa kalimat-kalimat yang mengandung peranti pagar. Penelitian ini tidak dikaitkan dengan kompetensi bahasa Inggris penulis yang menjadi objek penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan pisau analisis yang terdiri dari prinsip kerjasama (PKS) yang dikemukakan oleh Grice (1975, 1991), teori klaim dari Toulmin (1962, 2003), serta teori klasifikasi pemagaran dan sikap yang dikemukakan oleh Hyland (1996a, 1996b, 1998, 2004). Teori PKS digunakan untuk menganalisis pematuhan bidal yang dipersyaratkan dalam proses komunikasi, sedangkan teori Toulmin digunakan untuk melihat keakurasian isi klaim. Teori Hyland digunakan untuk melihat strategi pemagaran yang digunakan penulis sesungguhnya menyiratkan sikap ilmiah penulis Indonesia terhadap klaim yang dibuat.
Temuan yang sangat penting dari penelitian ini adalah temuan tentang sikap ilmiah akademisi Indonesia yang berada pada posisi netral (gradasi keyakinan menurut Hyland adalah yakin, netral, dan tidak yakin) yang tampak dari attitudinal markers yang tercantum pada tingkat gradasi tersebut. Hal ini berarti bahwa akademisi Indonesia berusaha menempatkan dirinya pada posisi aman.
"
2017
D2427
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library