Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Hidayat
Abstrak :
ABSTRAK
Tinggi rendahnya nilai suhu permukaan tanah dipengaruhi oleh sesuatu diatas permukaan bumi, yaitu penutup lahan, wilayah penelitian ini dalam skala regional, yaitu pulau Jawa. Suhu permukaan tanah secara spasial dapat diketahui menggunakan data penginderaan jauh dengan kanal thermal pada citra MODIS. Dari pengolahan citra ini didapatkan sebaran suhu permukaan tanah baik siang dan malam hari yang kemudian dihubungkan dengan penutup lahan. Hasilnya adalah rata-rata suhu permukaan tanah baik siang maupun malam hari pada bagian utara memiliki nilai tertinggi dibandingkan bagian tengah dan bagian selatan. Selanjutnya nilai rata-rata suhu permukaan tanah dari tertinggi sampai terendah berturut-turut yaitu bagian selatan dan bagian tengah. Adapun hubungan suhu permukaan tanah dengan penutup lahan menggunakan uji statistik ANOVA yaitu rata-rata suhu permukaan tanah tertinngi pada siang hari adalah lahan terbangun (36.43℃) selanjutnya diikuti oleh tegalan/ladang (34.74℃), sawah (33.75℃), kebun/perkebunan (33.44℃), semak belukar (30.95℃), dan hutan (23.43℃) tetapi antara kebun/perkebunan, sawah, dan tegalan/ladang tidak mempunyai perbedaan rata-rata secara nyata, sedangkan rata-rata suhu permukaan tanah tertinggi pada malam hari adalah lahan terbangun (22.78℃) selanjutnya diikuti oleh sawah (22.50℃), tegalan/ladang (21.32℃), kebun/perkebunan (21.19℃), semak belukar (20.28℃), dan hutan (15.16℃) tetapi antara kebun/perkebunan dan tegalan/ladang tidak mempunyai perbedaan rata-rata secara nyata begitupun antara sawah dan lahan terbangun. Sehingga sebaran dan pola suhu permukaan tanah mengikuti pola penutup lahan.
ABSTRAK
High and low value of land surface temperature (LST) is influenced by a matter above the surface of the earth, ie land cover. The area of research is regional, the Island of Java. Spatially, LST can be obtained by using remote sensing data with thermal channel on MODIS imagery. This image is processed to obtain LST distribution both day and night, then correlated with land cover. The result is an average LST both day and night in the north have the highest value compared to the middle and southern parts. Furthermore, the second highest average value of LST is the southern, followed by the middle part as the lowest. The relationship between LST and land cover (is analysed/obtained by) using ANOVA statistical test. From the test, the highest average LST during the day is built-up land (36.43℃), followed by cropland (34.74℃), paddy field (33.75℃), plantations (33.44℃), underbrush (30.95℃) and forest (23.43℃). There is no significant average difference between plantations, paddyfield and cropland. Meanwhile, the highest average LST at night is built-up land (22.78℃), paddy field (22.50℃), cropland (21.32℃), plantations (21.19℃), underbrush (20.28℃), forest (15.16℃). There is no significant average difference between plantation and cropland as well as paddy field and built-up land. In conclusion, the distribution of LST follows the pattern of land cover.
2015
S60426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Ayu Riandini Bulkia
Abstrak :
Orang Arab datang ke Indonesia sejak abad ke-19 untuk berdagang dan menyiarkan agama Islam. Orang-orang Arab tinggal menyebar hampir di seluruh kota besar di Indonesia, salah satunya di Surakarta. Mereka tinggal berkelompok membentuk perkampungan Arab yang terletak di Kecamatan Pasar Kliwon. Meski telah hidup lama membaur bersama pribumi, orang Arab masih mampu melestarikan budaya yang dimilikinya. Salah satu contoh budaya dalam masyarakat etnis Arab yaitu adanya aturan bagi seorang wanita etnis Arab yang tidak boleh bepergian keluar rumah tanpa ditemani ayah atau saudaranya yang lain agar terlindungi dan terjaga kehormatannya. Budaya Arab tersebut mempengaruhi pergerakan masyarakat etnis Arab di kota Surakarta yang kental dengan budaya Jawanya. Budaya yang dianut oleh masyarakat etnis Arab di Surakarta menyebabkan terbentuknya pola pergerakan yang khusus. Perbedaan tidak hanya terjadi antara masyarakat etnis Arab dengan masyarakat pribumi di Surakarta, akan tetapi juga adanya perbedaan antara laki-laki dan wanita etnis Arab itu sendiri. Laki-laki etnis Arab memiliki ruang gerak yang lebih luas dibandingkan dengan wanita etnis Arab. Antar wanita etnis Arab pun memiliki ruang gerak yang berbeda-beda berdasarkan status sosial yang disandangnya. ......Arabian came to Indonesia since the 19th century for trading and spreading Islam. The Arabian spread out to every big city in Indonesia, such as Surakarta. They have been living in group and created Arabian village located in Pasar Kliwon sub-district. Despite having lived long with natives, the Arabs are still able to keep its culture. As Arab culture in the ethnic community that have rule for an Arab ethnic women should not be traveling out of the house without his father or other relatives order to be protected and preserved his honor. Arab culture affects the mobillity of Arab ethnic communities in the city of Surakarta with Javanese culture. Culture that embraced by the ethnic Arab community in Surakarta forming a specific mobility patterns. There is a difference in mobility patterns between men and women of ethnic Arab. Ethnic Arab men have a wider space than the ethnic Arab women. Among ethnic Arab women also have differences in mobility pattern based on social status.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42472
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Yogatama
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang tingkat kerentanan letusan Gunung Gede pada daerah sekitar Gunung Gede dan juga tingkat risiko bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas dengan menghitung pengaruh faktor bahaya, kerentanan dan kapasitas. Untuk menghasilkan kelompok desa rentan yang memiliki kemiripan data digunakan metode K-Means Cluster. Terdapat 44 desa/kelurahan di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi yang berada di wilayah bahaya letusan Gunung Gede. Desa yang memiliki tingkat kerentanan tinggi memiliki karateristik lokasi berbatasan langsung dengan lokasi puncak Gunung Gede sehingga faktor bahaya menjadi faktor utama tingginya tingkat kerentanan disuatu desa, karateristik ini dimiliki oleh desa-desa di Kabupaten CIanjur. Kerentanan tinggi juga ditemukan pada daerah - daerah yang tidak berbatasan langsung dengan lokasi Gunung Gede namun memiliki tingkat kerentanan tinggi dikarenakan faktor kerentanan sosial,ekonomi dan fisik yang lebih tinggi dibandingkan desa lain, karateristik ini dimiliki oleh desa-desa di Kabupaten Sukabumi yang berbatasan langsung dengan Kota Sukabumi. Nilai perkiraan kerugian akibat letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas diperkirakan sebesar Rp 251,29 MilIar. Risiko letusan gunung gede dengan kelas risiko tinggi memiliki karateristik kerugian yang tinggi akibat bahaya letusan dan memiliki tingkat kerentanan tinggi. Desa dengan risiko rendah memiliki karateristik sebagian besar variabelnya memiliki nilai dibawah rata-rata dan juga memiliki kapasitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa lain. ......This study discusses the vulnerability of the eruption of Mount Gede in the area around Mount Gede and also the level of risk of the eruption of Mount Gede in District Cipanas with calculate the influence of factors hazards, vulnerabilities and capacities. The generate of susceptible vilages that have similar data using KMeans Cluster. There are 44 villages in Cianjur and Sukabumi district who are in the danger zone eruption of Mount Gede. Villages that have a high of vulnerability has a characteristic location immediately adjacent to the location of the summit of Mount Gede, so the main danger factor to the high level of vulnerability factors sector in the village, this characteristic is owned by the village - the village in Cianjur. And also high vulnerability was found in the area - areas not directly adjacent to the location of Mount Gede, but has a high degree of vulnerability due to the vulnerability factors of social, economic and physical higher than other villages, this characteristic is owned by the village - the village in Sukabumi district directly adjacent to the Sukabumi City. Estimated value losses due to the eruption of Mount Gede in Cipanas district is estimated at Rp 251.29 billion. The risk of big volcanic eruptions with a high risk class has a characteristic high losses due to the danger of the eruption and has a high of vulnerability. Villages with a low risk of having most of the characteristics variables have a value below the average and also has a higher capacity than the other villages.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42618
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyanti Kusumaningrum
Abstrak :
Deurbanisasi Jakarta mengakibatkan dominasi demografik perlahan mulai teralihkan ke pinggiran Jakarta (Bodetabek). Spill over atau pelimpahan penduduk kota ke pinggiran inilah yang kemudian memberi dampak langsung terhadap penduduk kampung asli daerah pinggiran. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana bentuk dan seberapa jauh transisi urban yang terjadi pada penduduk kampung di daerah Karawaci akibat deurbanisasi dalam hal kegiatan konsumsi. Metodologi yang dilakukan bersifat kualitatif berupa wawancara mendalam terhadap tiga generasi pada keluarga informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola konsumsi penduduk kampung berubah dari generasi ke generasi. Perubahan pola konsumsi tersebut berubah mengikuti perkembangan wilayah. Selain itu, jarak fisik dan jarak sosial yang muncul di antara penduduk kampung dan penduduk pendatang mempengaruhi proses perubahan pola konsumsi pada generasi ketiga. Interaksi yang terjadi pada jarak fisik dan jarak sosial itulah yang menyebabkan perubahan pola konsumsi penduduk kampung, ketika penduduk pendatang secara tidak langsung mempengaruhi proses pengambilan keputusan penduduk kampung dalam berbelanja. ......Deurbanization of Jakarta has involved the demographic domination gradually overtaken by the districts and municipalities (Bodetabek). The spillover of urban people to urban periphery has shown the direct effects to the kampung dwellers (local people) in urban periphery. This research aims to look at how far the urban transition happen to local people at Karawaci especially the dynamics in consumption patterns. This research uses qualitative methods to answer the research questions, with in depth interview as the key to dig out the informations based on 3 generations. The result shows that the consumption pattern changes based on regional development. The first generation's consumption pattern was accompanied by the paddys and vegetables production. The second generation's consumption pattern was relatively same as the first generation, but the difference is, now the fulfillment of the consumption of rice and vegetables obtained from the market, unlike the first generation. The third generation's consumption pattern is now more complex caused by the spillover of urban people and the shopping centres that grow rapidly. The local consumption dynamics is affected by the social distance an physical distance between local people and urban people especially at the third generation, where the third generation is the generation which most local people interact with urban people.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43003
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni
Abstrak :
Kota Depok menghadapi permasalahan terkait penyediaan lahan permukiman bagi penduduknya yang mengakibatkan terbentuk dan berkembangnya permukiman kumuh. Skripsi ini membahas tentang pola keruangan permukiman kumuh Kota Depok berdasarkan tingkat kekumuhannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan dengan tema analisis pola keruangan dan unit analisis berupa tingkat kekumuhan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kekumuhan permukiman kumuh di Kota Depok erat hubungannya dengan jarak terhadap badan air, rel kereta api dan lokasi aktifitas ekonomi; serta tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status kependudukan mempengaruhi tingkat kekumuhan dari aspek sosial ekonomi. ......Depok City experiencing problems related to housing land supply for its residents which resulted in forming and growing of slum areas. This Undergraduate thesis discusses about the spatial pattern of Depok's slum areas based on its slums level. In this research, spatial approach, especially spatial pattern analysis is used to analyse the spatial pattern of slum area in Depok City. The result of this research indicate that level of slum areas in Depok City closely related to the distance from the water bodies, the distance from the railway, and the distance from the economic aktivities; as well as the educational levels, employment, and residential status influence the slum level of Depok's slum areas from the socio-economic aspect.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43019
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pranda Mulya Putra Garniwa
Abstrak :
Permasalahan sampah di perkotaan merupakan permasalahan yang kerap terjadi karena ketersediaan tempat pembuangan sampah selalu bertautan dengan ketersediaan lahan, penggunaan tanah, dan biaya operasional-non operasional yang harus dikeluarkan. Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang baru memisahkan diri dari kota pusat, yaitu Kota Tangerang. Sebagai kota yang baru, Tangerang Selatan belum siap menghadapi masalah pengelolaan sampah. Ada 3 sumber penghasil sampah utama di Tangerang Selatan, yaitu permukiman, kawasan komersial, dan industri. Industri merupakan sumber penghasil sampah yang memiliki jenis sampah yang lebih bervariasi dibanding kedua sumber yang lain. Penelitian ini ingin mengkaji bagaimana pengelolaan sampah padat industri di Kota Tangerang Selatan ditinjau dari aspek spasial dengan menggunakan variabel lokasi industri, jenis industri, produksi sampah, sebaran tempat pembuangan sampah, dan tipe pengelolaan sampah. Dengan menggunakan analisis spatial maka variabel tersebut dapat dikategorikan berdasarkan jalur pembuangan, arah, dan tahap pengelolaan sampahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri Kota Tangerang Selatan memiliki dua tipe pengelolaan yaitu Pola Langsung Buang (sumber à Tempat Pembuangan) Akhir dan Pola Reuse (sumber à Agen Penerima Sampah (reuser)à Tempat Pembuangan Akhir). Industri makanan hanya memiliki pola Langsung Buang , industri garmen dan industri furnitur kayu memiliki 2 pola yaitu Langsung Buang dan Pola Reuse. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jarak TPA dengan industri tidak mempengaruhi pengelolaan sampah padat. Jenis sampah sangat mempengaruhi pola pengelolaan sampah padat industri Kota Tangerang Selatan. ......Waste problems have always been a problem because of the availability of the disposal sites is always linked with the availability of land, land use, and operating-non operating costs incurred. South Tangerang city is a new separating city from the main city, Kota Tangerang. As a new city, Tangerang Selatan is not ready yet to face waste management problem. There are 3 main waste producers, they are settlements, commercial areas, and industry. Industri is main waste producer whose more varied types of waste than other two sources. The purpose of this research is to review how industrial solid waste management in Tangerang Selatan City in terms of spatial aspects using variables such as location of the industries, types of industri, waste production, distribution of disposal site, and types of waste management. By using spatial analysist, Those variables can be categorized based on route, direction and waste management steps. The research result shows that there are only two types of waste management in South Tangerang city, they are type Direct Disposing (Source à Final Disposal Sites) and Type Reuse (Source à Waste Receiver Agent/reuser à Final Disposal Sites). Food industry only has one type of waste management, Direct Disposing. Garment Industry and Wood Furniture Industry have 2 types of waste management, they are Direct Disposing type and Reuse type. The research result also shows that distance between Final Disposal Sites and Industry don't effect solid waste management, but the types of waste do effect to industrial solid waste management in South Tangerang City.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43619
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Mentari D.C.
Abstrak :
Pulau Jawa merupakan pulau dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia sehingga rentan dalam isu kesejahteraan. Dalam hal ini, digunakan angka beban tanggungan yang merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran wilayah beban tanggungan dan hubungannya dengan faktor demografi dan ekonomi. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dan analisis statistik. Hasil penelitian yang diperoleh wilayah beban tanggungan di Pulau Jawa bervariasi dimana beban tanggungan tinggi cenderung mengelompok di Pulau Jawa bagian barat daya dan wilayah beban tanggungan rendah cenderung mengelompok di Pulau Jawa bagian barat laut. Angka beban tanggungan tinggi didominasi oleh kabupaten, sedangkan untuk beban tanggungan rendah didominasi oleh tingkat kota. Adapun faktor yang memiliki hubungan dengan angka beban tanggungan pada tingkat kota adalah angka produk domestik regional bruto dan angka kematian kasar, sedangkan untuk tingkat kabupaten adalah angka migrasi keluar dan angka migrasi bersih.
Java Island is the island with most populated people in Indonesia, thus make this island susceptible to social welfare issue. In this case, Dependency Ratio is been using as one of indicator to determine the level of welfare. The purpose of this research is to know how the spread of Dependency Ratio Region on Java Island and its correlation with demography and economy. The methods are using spatial and statistic analysis. The result of this research is that the Region of Dependency Ratio on Java Island is variated, where the high Dependency Ratio Region is mostly clustered in southwest of Java Island while the low Dependency Ratio Region is dominated in northwest of Java Island. The result make us know that the high Dependency Ratio is dominated by the regencies while low Dependency Ratio is dominated by the cities. The factors that correlate with the levels of Dependency Ratio in cities are Gross Regional Domestic Product and Crude Death Rate while in regencies are Out Migration and Netto Migration.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S1211
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library