Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anti Dharmayanti
"In the past couple of years, several studies have demonstrated that T- helper cells play an important role in the induction and reaction process of allergy. The T-helper cell (T-h) is a kind of T lymphocyte. At first, in the year 1921 Praustniz and Kustner, as quoted by Romagnani, stated the concept that allergy is an interaction between allergens and the IgE (Immunoglobulin E) specific antibody that is attached to IgE receptors on mast cells or mastocytes, which would then release its mediators. Other factors that also play a role in the development of allergy is lymphokine, produced by T-cells, which regulate IgE antibody production by the B-cell.1 Lymphokine or cytokine is a hormone-like substance released by T-cells, B-cells, or other cells, that function as intercellular signaling substances in the regulation of immune responses towards outside stimuli.'"
2001
AMIN-XXXIII-3-JuliSept2001-107
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yusra
"Human Immunodeficiency Virus (HIV) causes damage to the human immune system and the disease known as Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). This virus is a member of the Lentivirus group of viruses of the Retrovirus subfamily, which has a reverse tran-scriptase enzyme. HIV infects cells which expres CD4, mediated by gp 120. HIV infection changes the lymphocyte migration pattern, the activity of cytotoxic T cells and CD4 T cell count. The T cell CD4+ count is related to the progressivity of the disease.
Anti gp 120 is the antibody most abundantly produced during HIV infection. Spesific antibody concentration for the antigens vary among individuals and single individual at different stages of the infection. Expression of the HIV antigen and/or antibody can be used to establishing the diagnosis and determine the stage of the disease. CD4+ cells count can be used to determine the stage of HIV infection, to predict the occurance of opportunistic infection and other complications, and to determine as well as to monitor therapy"
2002
AMIN-XXXIV-2-AprJun2002-76
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rezeki S. Harun Hadinegoro
"Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dengan nyamuk Aedes aegypti sebagai perantara Gejala klinis DBD yang penting adalah demam, manifestasi perdarahan, dan kecenderungan terjadi syok. Demam berdarah dengue bersifat endemis, terutama di daerah yang mempunyai transmisi nyamuk Aedes aegypti tinggi dan terdapat empat jenis serotipe virus dengue bersama-sama, keadaan tersebut dijumpai di Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
D197
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Boentoro Hadiwidjaja
"ABSTRAK
Mekanisme pertahanan tubuh diperankan oleh empat sistem besar, setelah melewati perlindungan kulit dan selaput lendir. Keempat sistem itu ialah sistem fagositosis, kamplemen, humoral dan seluler. Perlindungan kulit dan selaput lendir dengan gerak cilia yang aktip, bersama beberapa faktor, merupakan pertahanan nonspesifik. Peranan sistem humoral dan seluler edalah pertahanan yang spesifik. Sedangkan sistem fagositosis dan kamplemen merupakan pertahanan yang nonspesifik, yang mempunyai hubungan dengan pertahanan spesifik.
Tujuan akhir dari mekanisme pertahanan ini, adalah melindungi tubuh dari organisme penyebab infeksi atau penyakit. organisme tersebut dapat berupa virus,bakteri,jamur,protozoa atau Benda lainnya. Kekurangan pada jumlah maupun fungsi, salah satu atau lebih dari ke 4 sistem pertahanan tersebut menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, atau infeksi berulang pada penderita. Keadaan itu, disebut "defisiensi imun".
Defisiensi imun primer terdapat pada satu diantara 2.500 penduduk umum, sedangkan pada penderita yang dirawat di rumah sakit, didapatkan prevalensi kurang lebih 1% . Dua pertiga dari penderita defisiensi imun berusia dibawah 15 tahun, 80% daripadanya adalah pria.
Defisiensi imun dapat terjadi sekunder, karena keganasan, malnutrisi, pemakaian chat sitostatik, penyakit metabolik, bermacam macam keadaan patolcgik dan infeksi sendiri dengan penyebab bermacarn macam. Sebagian besar penduduk dunia sedang dilanda penyakit infeksi,infestasi parasit dan malnutrisi. Diperkirakan prevalensi defisiensi imun sekunder beberapa kali lebih banyak dari yang primer. Kemajuan pengetahuan tentang defisiensi imun primer memungkinkan diterapkannya pola diagnostik yang sama pada defisiensi imun sekunder.
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis defisiensi imun, pada ummnya canggih dan tidak dapat dilakukan di semua rumah sakit. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan penyaring yang dapat dikerjakan di semua rumah sakit dan dapat dilakukan oleh seorang dengan latihan yang minimal, serta efektif dari segi keamanan dan biaya. Pemeriksaan penyaring yang dianjurkan, dapat menyaring kemungkinan diagnosis 75-98% kasus defisiensi imun.
Diabetes melitus adalah penyakit yang menyerang 1% dari penduduk dunia (6). Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan angka prevalensi sebesar 1.53-2.30%. Penyakit ini merupakan salah satu dari 20 penyakit terbesar, yang dirawat di bangsal penyakit dalam RSQ4. Salah satu tujuan pengontrolan penyakit ini adalah mencegah penyulit. Penyulit tersebut akan menjadi beban bagi penderita sendiri maupun petugas kesehatan yang menanganinya. Salah satu penyulit yang menambah beratnya penyakit dan paling banyak menyebabkan kematian penderita adalah infeksi. Infeksi merupakan salah satu faktor terjadi nya gangren diabetis pada kaki, yang memerlukan biaya yang tinggi dan waktu perawatan yang lama.
Hasil penelitian dari Daydade dkk, menyatakan bahwa fungsi fagositosis granulosit menurun pada diabetes tidak terkontrol, dan fungsi itu akan menbaik bila penyakit dapat dikontrol. "Pusat Diabetes Joslin" menganjurkan kriteria dan tujuan jangka pendek serta jangka panjang untuk pengontrolan penyakit diabetes. Salah satu diantaranya adalah mencegah penurunan fungsi fagositosis."
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Hardjadinata
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lillah
"ABSTRAK
Pada waktu sekarang VDRL dan TPHA telah direkomendasi oleh WHO sebagai pemeriksaan penyaring penyakit sifilis dan FTA ? Abs sebagai tes konfirmasi.
Dengan tujuan untuk mendapatkan prevalensi VDRL reaktif, maka dilakukan pemeriksaan VDRL terhadap 2531 sampel yang berasal dari kelompok risiko tinggi. Kelompok WTS, pramuria dari kelab malam dan panti pijat, serta waria sejumlah 1973 sampel, penghuni lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan 509 sampel, serta panti asuhan yang merawat penderita ketergantungan obat 49 sampel.
Persentase VDRL positif terbesar ditemukan pada waria. Terlihat kecenderungan peningkatan VDRL positif pada kelompok WTS. Pada penghuni lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan VDRL positif cukup tinggi. Dari penghuni panti asuhan tidak ditemukan hasil reaktif
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Sagung Seto, 2018
616.994 1 IMU
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayuningsih Dharma Setiabudy
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Soehartati Argadikoesoemo Gondhowiardjo
"Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan salah satu jenis keganasan yang sering ditemukan di Indonesia.' Data yang diperoleh dari registrasi kanker berdasarkan Patologi di Indonesia pada tahun 1991 menunjukkan adanya 1059 (5,6%) kasus KNF di antara 18,770 kasus keganasan. Hal ini menempatkan KNF pada urutan ke empat setelah karsinoma mulut rahim, payudara, dan kulit.
Di Sub.Bagian Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) I Rumah Sakit Umum Pusat Nasional - Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM) dalam kurun waktu 5 tahun, periode 1980 - 1984, terdapat 748 pasien KNF. Angka ini menyatakan bahwa KNF merupakan kasus ke tiga terbanyak setelah keganasan mulut rahim dan payudara. Sejumlah 74,5% kasus datang pada stadium IV, 18,6% kasus pada stadium III dan hanya 6,9% di antaranya yang berada pada stadium I dan 1I.' Data dari Bagian Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT) FKUII RSUPN-CM memperlihatkan bahwa KNF merupakan kasus keganasan terbanyak (71,8%) dari semua jenis keganasan THT yang dijumpai.
Jenis keganasan ini sangat jarang ditemukan di daratan Eropa dan Amerika Utara, yaitu dengan angka kejadian kurang dari 1 di antara 100,000 penduduk. Sebaliknya, di daerah Asia Timur dan Tenggara didapatkan angka kejadian yang tinggi, bahkan angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di propinsi Cina Tenggara, yaitu sebesar 40-50 kasus KNF di antara 100.000 penduduk."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
D43
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paul Zakaria DaGomez
"ABSTRAK
Prevalensi rinitis alergi dan asma alergi (RA3) Cukup tingi. Dermatophogoldes pteronysstnus (DP) dan dog dander (DD) sering menimbulkan alergi. Alergi sering dihubungkan dengan peningkamn kadar IgE dan adanya IgE spesifik. Penderita alergi yang diimunoterapi hiposensitisasi dan secara klinis membaik, terjadi penurunan kadar IgE dan peningkatan kadar 1gG4. IgG4 dikenal sebagai blocking antibody yang menghambat reaksi alergi. Dugaan bahwa IgG4 juga berperan sebagai IgE menimbulkan alergi masih kontroversial.
Tujuan peneiitian ini untuk mengetahui pola reaksi IgG penderita RA3 terhadap DP clan DD dengan alergennya serta kemungkinan ada fraksi antigen(f-Ag) DP dan DD yang sama BMnya dan sama antigenisitasnya. Untuk ini ada tiga kelompok serum yaitu I, senim penderita RA3 dengnn skin prick test,(SPT)+ terhadnp DP dan DD serta mempunyai aktivitas IgE anti-DP (lgmbp) dan Ig; ami-DD (1gE¢DD); II, mm RA; dengan SPT- terhadap DP dan DD serta tanpa IgEotDP dan IgEa.DD; III, serum orang sehat tanpn riwayat alergi. "
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>