Ditemukan 54 dokumen yang sesuai dengan query
Fahmi Lutfi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S48235
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tanjung, Purbowati
Abstrak :
Kegiatan utama mahasiswa jurusan arsitektur pada studio arsitekur adalah menggambar, membaca, dan menulis. Agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar, diperlukan sarana-sarana pendukung, antara lain pencahayaan ruang yang sesuai dengan kebutuhan.
Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa pencahayaan buatan dapat menggantikan pencahayaan alam. Namun, bukankah akan lebih baik bila kita yang berada di daerah tropis ini, berusaha menggunakan poiensi alam yang sangat berlimpah, yaitu cahaya matahari, sebagai salah satu pendukung jalannya kegiatan-kegiatan yang kita lakukan?
Studi kasus yang diambil, adalah studio-arsitektur Universitas Indonesia dan Universitas Pelita Harapan karena memiliki karakter ruang yang hampir sama, antara lain bukaan jendela di satu sisi dan luas ruang sekitar seratus meter persegi. Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif.
Skripsi ini akan memperlihatkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perencanaan pencahayaan dalam studio arsitektur, yaitu perencanaan luas, strategi jendela; jenis,jumlah, dan kekuatan lampu. Faktor-faktor inilah yang harus diperhatikan dalam perencanaan pencahayaan sehingga turut mendukung kenyamanan melakukan kegiatan dalam studio arsitektur.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49028
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fietrysia Leonita
Abstrak :
Permasalahan kondisi Iingkungan sekitar tidak dapat dipisahkan dari perancangan bangunan karena kondisi dalam ruang juga dipengaruhi oleh Iingkungan sekitar. Perancang berusaha memodifikasi kondisi Iingkungan sekitar untuk menciptakan kondisi dalam ruang yang nyaman. Salah satunya yaitu kenyamanan thermal di dalam ruang. Upaya perancang untuk menciptakan ruang yang nyaman secara thermal adalah dengan melakukan pengolahan elemen bangunan sehingga dapat memanfaatkan faktor iklim pada lingkungan semaksimal mungkin.
Pasar sebagai tempat berkumpulnya banyak orang untuk melakukan kegiatan jual beli, merupakan fasilitas kota yang penting bagi masyarakat. Sebagai tempat berkumpulnya orang banyak faktor kenyamanan thermaI perlu diperhatikan agar orang merasa nyaman saat berada di dalam pasar. Pasar tradisional umumnya menggunakan sistem pengudaraan alami untuk memberikan aliran dalam ruang. Oleh karena itu pengolahan elemen bangunan sangat menentukan pencapaian kenyamanan thermal dalam ruang.
Untuk mengetahui kondisi thermal pada pasar, maka dilakukan pengukuran temperatur dan RH, pencatatan arah aliran angin, dan penyebaran kuesioner pada beberapa pengguna pasar. Proses tersebut akan menghasilkan data-data yang digunakan dasar untuk mengetahui tingkat kenyamanan thermal pada pasar dan faktor apa yang menyebabkannya.
Dari hasil analisis yang diIakukan, penulis membuat studi banding elemen bangunan yang menjadi faktor positif dan negatif pada kedua kasus. Sehingga pada perancangan berikutnya dapat dilakukan perbaikan pada elemen yang kurang menguntungkan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48263
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Esti Paramita
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48274
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ita Maisyarah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48228
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Daniati Lestari Dewi
Abstrak :
Rumah adalah tempat tinggal keluarga. Di dalam rumah kita melakukan berbagai kegiatan, seperti tidur, makan, dan mandi. Tiga kegiatan ini adalah kegiatan dasar yang dilakukan manusia dalam hidup. Berdasarkan tiga kegiatan dasar ini, sebuah rumah dibangun untuk memenuhi kebutuhan ruang dalam melakukan kegiatan tersebut. Rumah yang dapat memenuhi kebutuhan dasar ini disebut Rumah Inti, yang terdiri dari ruang tidur, dapur, dan kamar mandi.
Seiring dengan waktu, kebutuhan manusia semakin meningkat Kebutuhan hidup tidak lagi terbatas hanya untuk tidur, makan dan mandi saja. Kebutuhan untuk berinteraksi sosial muncut selain bertambahnya kebutuhan dasar. Di Indonesia, yang mendiami sebuah rumah tingga1 bukan hanya keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak anaknya menantu sampai cucu dapat tinggal bersama dalam satu rumah. Untuk dapat memenuhi kebutuhan ruang, manusia perlu tambahan ruang dalam tempat tinggainya. Salah satu cara untuk memcnuhi kebutuhan ini adalah dengan menambah ruangan di dalam rumah tinggal.
Dalam skripsi ini penulis ingin mengemukakan tentang bagaimana pengembangan rumah tinggal dilakukan, dari persiapan apa yang harus dilakukan sampai teknis pengerjaannya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48314
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Umbas, Rangga
Abstrak :
Indonesia terletak di wilayah khatulistiwa dengan cahaya matahari yang bersinar selama 12 jam dalam satu hari, dari pukul 6:00 pagi sampai pukul 6:00 sore. Sesuatu yang terus-menerus disinari oleh matahari akan menyerap radiasi matahari dan menjadi sumber panas itu sendiri_ hal ini disebut sebagai heat transfer atau perpindahan panas. Pada bangunan_ atap dan kulit adalah bagian-bagian yang mengalami perpindahan panas. lni merupakan salah satu penyebab panas dalam ruangan.
Cara mengatasinya ada bermacam-macam_ Salah satunya adalah dengan menggunakan shading device atau tritisan yang digunakan untuk menghalau matahari sebelum mengenai kulit bangunan. Sehingga perpindahan panas dapat diperkecil. Dengan ini diharapkan mang dalam bangunan menjadi lebih dingin.
Sekolah adalah tempat untuk menuntut ilmu. Di dalamnya rerdapat ruang-ruang kelas yang digunakan untuk belajar-mengajar. Karena itu ruang kelas harus nyaman dari berbagai segi termasuk juga suhu. Ruang kelas sebaiknya memiliki pencahayaan yang cukup. untuk itu biasanya digunakan bukaan yang besar. Sementara bukaan atau jendela yang terbuat dari kaca mengalami perpindahan panas yang cukup besar. Maka digunakan tritisan agar radiasi tidak Iangsung jatuh pada kaca.
Tritisan sendiri memiliki bermacam-macam bentuk dimana setiap variasinya akan memiiiki pengaruh yang berbeda-beda pada suhu dalam ruangan yang dilindunginya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48293
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Johan Maharta Chan
Abstrak :
Seiring dengan perubahan jantan, hiburan telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi orang-orang yang tinggal di kota-kota besar, bukan lagi sekedar kebutuhan sampingan. Salah satu tempat hiburan yang sering dikunjungi adalah game center, baik tua maupun muda, orang tua maupun anak kecil. Orang-orang yang sedang merasa tertekan, stress, maupun yang sedang santai semuanya bermain di game center.
Game center sebagai sarana rekreasi dan bersantai bagi segala lapisan masyarakat perlu menciptakan kondisi yang nyaman bagi setiap pengunjungnya. Hal ini sangat disadari oleh para pengelola dengan mendirikan game center di dalam bangunan yang mudah dikunjungi, yaitu di mal dan plaza. Penempatan mesin-mesin permainan yang campur aduk, gaung dari mesin-mesin permainan lainnya, semua itu adalah hal-hal yang cukup mengganggu orang-orang dalam menikmati permainannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka diadakan penelitian untuk mengetahui tingkat kebisingan yang ada pada game center tersebut, dengan mengambil sample 4 game center yang berada di wilayah Jakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan aktual yang terdapat pada game center yang ada, didasari pada penempatan mesin-mesin permainan.
Kiranya hasil yang diperoleh dapat memberikan informasi mengenai tingkat kenyamanan akustik dan menjadi titik tolak untuk perbaikan tingkat kenyamanan pada game center yang ada.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48357
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Guntur
Abstrak :
Ilmu akustik telah berkembang dari abad ke-19 hingga sekarang. Penerapan ilmu akustik sudah meluas pada beberapa bangunan. Di Indonesia penerapan akustik pada bangunan masih tergolong kurang. Masjid yang merupakan bangunan ibadah yang juga merupakan bangunan umum telah banyak dibangun_ Tetapi walaupun menjadi mayoritas diantara bangunan - bangunan lainnya, masjid kadang hanya sebuah bangunan yang asal bisa berdiri sehingga yang terjadi bangunan masjid-masjid tersebut menjadi kurang kualitas keindahannya Bangunan masjid membutuhkan kualitas suara yang baik agar jamaah dapat menerima dengan baik mendengarkan suara yang disampaikan oleh penceramah atau pun dalam khutbah. Penggunaan ilmu akustik pada bangunan masjid tidak hanya membuat suara dapat terdengar Iebih baik akan tetapi suasana dalam rnasjid tidak menjadi bising oleh suara-suara dari Iuar bangunan. Sehingga menjadikan suasana yang hening untuk Iebih konsentrasi menjalankan ibadah.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48306
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anni Kurniawati
Abstrak :
Cahaya mempakan bagian yang tak tarpisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Tanpa adanya cahaya, manusia tidak dapat melihat apa-apa. Dalam dunia arsitektur, cahaya memainkan peranan yang cukup peming sebagai salah satu faktor yang perlu diperahtikan dalam perancangan suatu ruang daIam. Dengan keberadaan cahayalah suatu karya arsitektur dapat dinikmati. Sejauh mana sebenamya pengaruh cahaya dalam suatu kawa arsitektur.
Dalam mendesain pencahayaan suaiu ruang, umumnya para arsitek hanya memandang dari segi fungsi (sebagai penerangan). Apakah pencahayaan dalam ruang hanya berpengaruh terhadap terang-gelapnya ruang. Ternyata tidak, cahaya sebenamya mempunyai pengaruh Iebih dari sekedar untuk kejelasan melihat suatu obiek dalam ruang. Cahaya memiliki nilai-nilai psikologis yang dapat digunakan untuk mempengaruhi suasana dalam ruang.
Dalam kesempatan ini, penulis berusaha menggali lebih jauh mengenai sistem pencahayaan dalam suatu ruang dan meninjau bagaimana pengaruhnya terhadap suasana dalam ruang tersebut. Untuk memberikan contoh mengenai pengaruh sistem penoahayaan terhadap suasana dalam ruang, penulis menyertakan studi kasus tiga bangunan yang berbeda jenis, yaitu bangunan privat (rumah Puzzle), semi publik (galen Gedung 28), dan publik (hotel The Bale). Ketiga bangunan ini memiliki sistem pencahayaan yang telah dipikirkan dengan seksama.
Data-data studi kasus diperoleh dari data-data primer dan sekunder. Uraian mengenai pengaruh sistem pencahayaan terhadap suasana dalam ruang ini, ditujukan agar para arsitek atau calon arsitek mengetahui bahwa suatu sistem pencahayaan mempunyai pengaruh terhadap suasana dalam ruang tersebut Bagaimana sistem pencahayaan alami berupa bukaan dan perlindungan terhadap cahaya matahari , dan sistem pencahayaan buatan yang digunakan mempengamhi suasana dalam ruang.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48284
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library