Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harris Prabowo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan
"Telah dilakukan pene1itinuntuk mempelajari pengaruh
radiasi gamma pada sifat kimidan fisika serbuk Neomycin
su1fat dan Streptomycin sulfat dengan 'dosis radiasi 0, 10
20 dan 30 kGy dan penyimpanan2sampai 12 minggu.
Perubahan sifat kimia yang terjadi diamati dengan kró-.
matografi cairan-cairan tekann tinggi, sedangkan perubahan
sifat fisika diamati dengan spektroskopi resonansi spin
elektron.
Hasil pehguisn nenunjuk1an bahwa dosis radiasi dan
penyimpanan memberikan pengaruh yang bermakna ( p(O,Ol )
pada konsentrasiNeomycin sulfat. Pada Streptomycin sulfat,
dosis radiasi memberikan pengaruh yang bermakna ( p .(O,01 ),
sedangkan penyimpanan tidak memberikan pengaruh yang bermakna.
Dosis radiasi 10, 20 dan: 30 kGy menimbulkari radikal bebas
dengan konsentrasi masing.-masing 315,8 x 1o17 ; 375,3 X
1017 dan 500,6 x 1017 spin/g üntuk Neomycin sulfat dan
150 1 2X 1015 ; 182,5 x 1015 dan 205,5 x io spin/g untuk
streptomycin sulfat. Penyirnpanan menyebabkan penurunan konsentrasi
radikal bebas Neomycin sulfat den Streptomycin
sulfat mengikuti persamaan eksponensial.

The effects of gamma radiation on'•che
:•:? \
f_ J) \
•L
•.' 'T /
p1fsical
characteristic's of Neomycin sulphate and Streptomycin sulphate
powder with radiation doses of 0., 10 9 20 and 30 kGy
and storage periods of 2 to 12 weeks were isvestigated.
The chemical change was observed by high pressure liquid
chromatography, while physical change by electron spin
resonance spectroscopy.
The results of the test showed that radiation doses
gave significant effect ( p( 0,01 ) on Neomycin sulphate
concentration. For Streptomycin sulphate, radiation doses
gave significant effect ( p4(0 9 01 ), but storage periods
gave no significant effect.
Radiation doses of 10, 20 and 30 kGy produced free radicals
concentration of 315 9 8 X 1017 ; 3753 X 10 17 and
500 2 5 X 1017 spin/g for Neomycin sulphate respectively and
150 9 2 X 10 ; 182,5 X 1015 and 205,5 X spin/g for
Streptomycin sulphate. Storage periods caused the decrease
of Neomycin sulphate and Streptomycin sulphate free radicals
concentration following exponential equation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Suhandi
"Telah dilakukan penelitian komposit pelat bipolar berbasis grafit untuk aplikasi Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC). PEMFC merupakan sumber energi alternatif dengan bahan bakar H2 dan O2 tanpa menghasilkan emisi gas berbahaya (zero emission). Komposit terdiri dari grafit sebagai pengisi dan epoxy resin sebagai pengikatnya. Ada tiga tahap yang dilakukan pada penelitian ini: 1) optimasi komposisi, 2) penambahan karbon black, dan 3) penambahan Alumunium sebagai aditif. Pada optimasi komposisi digunakan, 60-90 wt% grafit dan 40-10 wt% epoxy resin. 5-20 wt% karbon black ditambahkan pada kompoisi optimum menggantikan grafit. Alumunium ditambahkan terhadap hasil terbaik hasil penambahan karbon black dengan variasi 2-10 wt% terhadap massa total pengisi. Komposit dibuat dengan metode pencetakan hot press dengan tekanan 300 kg/cm2, dipanaskan pada suhu 70 ºC selama 4 jam. Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui densitas, porositas dan serapan air, konduktivitas listrik, kuat lentur, sifat panas dan morfologi permukaan komposit. Proses optimasi menghasilkan 80 wt% grafit dan 20 wt% epoxy resin sebagai komposisi optimum. Konduktivitas listriknya 0,28 S/cm dan kuat lenturnya 19,97 MPa Penambahan karbon black menurunan konduktivitas listrik dan kekuatan lentur dan tetapi juga menurunkan porositasnya. Penambahan 2 wt% Alumunium menghasilkan komposit terbaik dengan densitas 1,833 gr/cm3, porositas dan serapan air < 0,5 %, konduktivitas listrik 0,29 S/cm, kuat lentur 22,75 MPa, dan stabil hingga suhu 180 ºC.

Bipolar plate composites based on graphite for Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) applications were investigated. PEMFC is alternative energy source fueled with H2 and O2 without emitting dangerous gases (zero emission). The composites consist of graphite as filler and epoxy resin as binder. There are three stages used for the investigation: 1) composition optimation, 2) carbon black addition, and 3) Aluminum addition as additive. For composition optimation, 60-90 wt% of graphite and 40-10 wt% epoxy resin were used. 5-20 wt% carbon black added to optimum composition to replaced graphite. Aluminum added to the best result from carbon black addition with variations 2-10 wt% to filler total mass. Composites were made using hot press casting with 300 kg/cm2 of pressure, heating in 70 ºC for 4 hours. Characterizations were carried out to know the density, porosity and water absorption, electrical conductivity, flexural strength, thermal property, and the surface morphology of composite. Optimation process resulting 80 wt% graphite and 20 wt% epoxy as optimum composition. It's electrical conductivity 0,28 S/cm and flexural strength 19,97 MPa. Addition of carbon black decreased the electrical conductivity and flexural strength but also decreasing the porosity. 2 wt% of Aluminum addition giving the best composite with density 1,833 gr/cm3, porosity and water absorption < 0,5 %, electrical conductivity 0,29 S/cm, flexural strength 22,75 MPa, and thermally stable to 180ºC.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T21626
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Adil Minita
"Pada penelitian ini akan dilakukan dengan pembuatan lapisan woka 3202 pada substrat sehingga memiliki kekerasan maksimal dan porositas yang kecil dengan menggunakan High Velocity Oxi-Fuel (HVOF) Thermal spraying dan di lakukan tempering dengan suhu tetap dan waktu temper dibuat yang bervariasi. Data hasil dari lapisan ini diuji kekerasannya dengan menggunakan uji kekerasan mikro vickers dan ukuran diameter butir grain pada lapisan woka 3202, dianalisa secara mikrostruktur bagaimana perubahan stuktur butiran sebelum dan sesudah dilakukan temper yang waktunya bervariasi dengan menggunakan, mikroskop optik, XRD dan SEM sehingga akan diperoleh hasil yang diharapkan oleh dunia industri."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia , 2007
T21211
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suroso
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Pembuatan dan Karakterisasi lapisan JK7112
yang dibuat dengan proses HVOF Thermal spray Coating. Sampel diteliti ukuran
butir,struktur kristal,pertumbuhan butir dan perubahan struktur yang akan
menentukan sifat mekanik seperti kekerasan.Pengujian dilakukan dengan Scaning
Electron Microscop(SEM),Vickers Hardness tester dan X-Ray
Difraction(XRD).Hasil yang diperoleh bahwa setelah sample dipanaskan sampai
suhu 600oC ,maka kekerasan lapisan bertambah dan terjadi perubahan phase
kristal."
2007
T21242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kus Hardoyo
"Komposit sudah banyak digunakan sebagai material substitusi, karena komposit mempuanyai sifat yang tahan terhadap cuaca, tahan terhadap korosi dari cairan kimia tertentu. Komposit juga mempunyai perbandingan strength terhadap berat ( specific strength ) yang tinggi, jika dibandingkan dengan baja. Komposit merupakan penggabungan dua material atau lebih yang mempunyai sifat mekanik berbeda untuk memperoleh sifat yang lebih baik dari masing-masing penyusunnya. Material yang lebih kuat biasanya disebut fiber dan yang lainnya sebagai pengikat fiber untuk mendistribusikan gaya yang bekerja. Berbagai macam bentuk fiber antara lain : Fiber Menerus, Fiber Lapisan dan Fiber Partikel. Konsep pembuatan komposit ini menggunakan matriks polyester sebagai bahan pengikat fiber berupa partikel SiO2 untuk mendapatkan sifat kekakuan yang baik. Sifat mekanik SiO2 yang lebih kuat dibanding matrik resin polyester dapat meningkatkan kekerasan dan kekakuan ( stiffness ). Pada penambahan 50% Silika dari berat resin diperoleh kenaikan Modulus Lentur sebesar 34.2% untuk proses Hand Lay Up dan pada 39% dari berat resin diperoleh kenaikan Faktor Kekakuan sebesar 112.6% untuk proses Filament Winding. Meskipun demikian untuk kuat tarik pada kedua kondisi diatas mengalami penurunan, sehingga hasil tersebut hanya dapat diaplikasikan untuk tangki atau pipa dengan tekanan rendah, tetapi membutuhkan kekakuan yang tinggi.

The composite was used as a substitute material, because the composite have weather resistant, chemical corrosion resistant. The composite also have high ratio between tensile strength and weight (high specific strength) if compared with steel. Composite is combining two or more of materials which have different of mechanical properties to fine better than each of material used. The strengthen of material usually called as a fiber and the others called as a matrix, it's to distribute of external force. Volume fractions of particle fiber will effluence to the mechanical properties of composite. The various form of fibers are Continous Fiber, Lamina Fiber, Particle Fiber. Basic concept of this composite made by using polyester resin matrix as a binder material and Silica Sand (SiO2) to get the good stiffness. With 50% added Silica by resin weight, the flexural modulus has 34.2% increase for Hand Lay Up process and 39% added Silica by resin weight, the stiffness factor has 112.6% increase for Filament winding process. The above is recommended for underground drain pipe and underground tank which have low internal pressure and high stiffness requirement."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21573
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Darmansyah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T39882
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deby Setiawan
"Sintesis material multiferroik Bismuth Ferrite (BiFeO3) hingga saat ini belum dapat dihasilkan dalam bentuk fasa tunggal. BiFeO3 dapat disintesis dari Fe dan Bi2O3 dengan metode pemaduan mekanik karena terdapat perbedaan jari-jari dan muatan ion Fe3+ dan Bi2+ sehingga mempengaruhi fasa dan sifat magnetik material hasil sintesis. Hasil sintesis perubahan komposisi Fe dan Bi2O3 menghasilkan material berfasa BiFeO3, Bi2O3, Fe2O3, Bi25FeO40, Fe3O4, Bi2O4 dan Fe karena proses pemaduan yang dilakukan belum sempurna sehingga terdapat material excess serta Fe dan Bi yang teroksidasi. Sifat magnetik pada material yang dihasilkan dipengaruhi oleh Fe2O3 dan Fe3O4 yang terbentuk.

Synthesis of Bismuth Ferrite (BiFeO3) Multiferroics materials up to date can not be produced in the form single phase. BiFeO3 can be synthesized with Fe and Bi2O3 by using mechanical alloying methods because of the differences of radius and ionic charge of Fe3+ and Bi2+ that influence the phase and magnetic properties of the result. The mole composition variation of Fe and Bi2O3 produced materials with any phase like BiFeO3, Bi2O3, Fe2O3, Bi25FeO40, Fe3O4, Bi2O4 dan Fe because of the mechanical alloying process was not perfect so that there is excess material and oxidized Fe and Bi. Magnetic properties of the material result is influenced by Fe2O3 and Fe3O4 phase."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudya Ruth Fransisca
"Paduan Aluminium Lithium ditargetkan menjadi advanced materials untuk industri dirgantara, karena memiliki densitas yang rendah, tahan korosi dan bersifat ringan. Paduan Aluminium lithium 2091 yang digunakan memiliki komposisi 94.87 wt% Al, 1.9 wt% Li dan 1.85 wt% Cu. Paduan ini digunakan sebagai material uji dan diberi heat treatment dan quenching dengan variasi waktu delay. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara delay quenching dengan sifat korosi aluminium lithium 2091. Aluminium lithium 2091 di solutionized pada temperatur 525°C selama 6 jam, lalu dilakukan proses quenching dengan media air pada temperatur ruang dengan variasi waktu delay mulai dari 0 detik, 30 detik, 60 detik dan 90 detik. Karakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction bertujuan untuk mempelajari fasa pada masing-masing sampel. Sedangkan pengujian korosi dilakukan dengan alat potensiostat dengan metode Linear Sweep Voltammetry (LSV) dan Cyclic Voltammetry (CV). Pengujian korosi menggunakan larutan bioethanol dengan variasi temperatur. Hasilnya sampel tanpa delay quenching memiliki laju korosi paling kecil, yaitu sebesar 0.0465 mm/year. Sedangkan hasil pengujian Cyclic Voltammetry ialah dapat diketahui reaksi yang terjadi adalah reaksi irreversible, dibuktikan dengan selisih potensial yang menunjukkan nilai ≠ 0.0183 V (T = 5℃), ≠ 0.0197 V (T = 25℃) dan ≠ 0.0209 V (T = 43℃).

Aluminum Lithium is targeted to be advanced materials for the aerospace industry, because it has a low density, good corrosion resistance and lightweight. Aluminum lithium 2091 has a composition of 94.87 wt% Al, 1.9 wt% Li and 1.85 wt% Cu. This alloy has been subjected to heat treatment and quenching with variations delay time. This study aims to find the relationship between delay quenching with the corrosion properties of aluminum lithium 2091. Aluminum lithium 2091 had solutionized at 525 °C for 6 hours and then have been quenched in water at room temperature with variations of delay time starting from 0 seconds, 30 seconds, 60 seconds and 90 seconds. Characterization using X-Ray Diffraction aims to study the phase in each sample. Meanwhile, corrosion testing was carried out using a potentiostat using the Linear Sweep Voltammetry (LSV) and Cyclic Voltammetry (CV) methods. Corrosion testing using bioethanol solution with temperature variations. The result show aluminium lithium 2091 without delay quenching has the lowest corrosion rate, which is 0.0465 mm/year. While the results of the Cyclic Voltammetry test are that it can be seen that the reaction that occurs is an irreversible reaction, as evidenced by the potential difference which shows the values of ΔE ≠ 0.0183 V (T = 5 ℃), ΔE ≠ 0.0197 V (T = 25 ℃) and ΔE ≠ 0.0209 V (T = 43 ℃).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Nur Cahyo
"Penggunaan paduan aluminium silikon sering kali digunakan pada bidang industri, terutama industri otomotif. Paduan aluminium silikon memiliki ketahanan aus dan korosi yang baik. Namun, perlunya untuk meningkatkan lagi sifat ketahanan korosi pada paduan tersebut. Penelitian ini menguji pada paduan aluminium silikon dalam kondisi melalui proses perlakuan panas dan tidak mengalami proses perlakuan panas. Perlakuan panas yang dilakukan Al-Si solution heat treatment dengan suhu 510°C dan artificial aging pada suhu 171°C. Pengujian yang dilakukan yaitu Fluoresensi sinar-X, Difraksi sinar-X, Uji Elektrokimia metode Linear Sweep Voltammetry (LSV) dan Cyclic Voltammetry (CV). Dengan dilakukannya perlakuan panas tanpa artificial aging mengakibatkan memiliki nilai laju korosi tertinggi dengan nilai 0,176 mm/tahun pada larutan 3,5 wt% NaCl dan 0,258 mm/tahun pada larutan 10.5 wt% NaCl. Dilakukannya proses artificial aging memiliki nilai laju korosi yang rendah dengan nilai 0,074 mm/tahun pada larutan 3,5 wt% NaCl selama 10 jam dan 0,154 mm/year pada larutan 10.5 wt% NaCl selama 5 jam. Hasilnya menunjukkan perlakuan panas dengan proses artificial aging berdampak pada bergesernya sudut peak dan meningkatkan ketahanan korosi yang baik.

The use of silicon aluminum alloys is often used in industrial fields, especially the automotive industry. Silicon aluminum alloys have good wear and corrosion resistance. However, it is necessary to increase the corrosion resistance properties of the alloy again. This study tested aluminum-silicon alloys under conditions of heat treatment and did not undergo heat treatment. The heat treatment carried out by Al-Si solution heat treatment with a temperature of 510°C and artificial aging at a temperature of 171°C. Tests carried out are X-ray Floresecence, X-ray Diffraction, Electrochemical Test Linear Sweep Voltammetry (LSV) and Cyclic Voltammetry (CV) methods. With heat treatment applied without artificial aging, it has the highest corrosion rate with a value of 0,176 mm/year in a solution of 3,5 wt% NaCl and 0,258 mm/year in a solution of 10,5wt% NaCl. The artificial aging process has a low corrosion rate with a value of 0,074 mm/year in a solution of 3,5 wt% NaCl on sample with 10 hours of aging and 0,154 mm/year in a solution of 10,5 wt% NaCl on sample with 5 hours of aging. The results show that heat treatment has an impact on shifting the peak angle and increases good corrosion resistance."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>