Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudarto
Abstrak :
Among the approximately 25,000 described fish species, 40% occur mostly in fresh water (Nelson, 1994). The majority of the World?s freshwater fish biodiversity is located in the tropical areas (Lowe-McConnell, 1987; Kottelat et al., 1993; Kottelat &. Whitten, 1996). South-east Asia has the highest number of freshwater fish families. In this area, Indonesia displays the highest number of species with more than 1300 (Kottelat & Whitten, 1996). World-wide freshwater fish species occur in only 0.01% of the Blue Planet's water and therefore are being threatened (Stiassny, 1996). Numerous recent publications from many countries clearly demonstrated this current crisis of freshwater fish diversity (Miller efal., 1989; Bianco, 1990; Mamyama &. Hiratsuka, 1992; Witte et ai., 1992; Moyle, 1994; Warren, &.Burr, 1994; Wilcove & Bean, 1994; Bruton, 1995; Elvira, 1996;.Lelek, 1996; Cambray, 11997; Stiassny, 1998; Cambray Bc Bianco, 1998). The rapid human population growth coupled with technological advances have 'released a "lethal cocktail oft hreats" against the freshwater ecosystems (Cambray & Bianco, 1998) The set of human disturbances is constituted by overexploitation, introductions of alien species, genetic contamination of native genes pools, environmental pollution, habitat degradation, hydrological manipulations and global effects as climatic changes. The compilers of the IUCN Red List of Threatened Animals point out that the major causes of threats are essentially the introduction of non-native fish species and the habitat modifications (Groombridge, 1993-1994). In Southeast Asia, particularly in Indonesia, threats of aquatic biodiversity above all, include loss of forest cover, pollution, exotic introductions and over-fishing, either for food or for aquarium trade (Kottelat ez al., 1993; Kottelat & Whitten, 1996).
Depok: Universitas Indonesia, 2002
D1256
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Suhana
Abstrak :
Pada penelitian ini telah dilakukan kultur darah yang berasal dari pria pasangan infertil dan pria fertil untuk mengetahui bagaimana hubungan spermiofag yang terbentuk in vitro (jika ke dalam medium kultur ditambahkan spermatozoa manusia ), dengan reaksi imun terhadap spermatozoa. Pria pasangan infertil dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: azoospermia, oligozoospermia dan normozoospermia. Pada pria pasangan infertil, maupun pada pria fertil, telah dilakaukan reaksi imunitas selular dengan menggunakan tea hambatan migarasi (THM), dan reaksi humoral dengan menggunakan tes aglutinasi Kibrick. Dalam Seri penelitian lain, 3 ekor kera (Ilacaca fascicuiaris) jantan dewasa telah disuntik spermatozoa manusia yang telah dicuci. Tea aglutinasi Kibrick untuk mengetahui titer antibodi antisperma demikian juga tea spermiofag untuk mengetahui adanya reaksi imunitas selular, telah pula dilakukan pada kera. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terbentuknya spermiofag in vitro berkorelasi dengan reaksi imunitas selular, jika ada apakah terbentuknya spermiofag in vitro dapat dijadikan tes imunitas selular terhadap spermatozoa. Penyuntikan kera dengan spermatozoa dimaksudkan untuk mengetahui apakah terinduksinya imun tubuh terhadap spermatozoa manusia dapat menyebabkan terjadinya orkitis pada kera? Hasil penelitian yang diperoleh, menunjukan bahwa: 1. Spermiofag dapat timbul in vitro jika darah pria pasangan infertil maupun fertil dikultur bersama spermatozoa homolog. 2. Ada perbedaan frekuensi timbulnya spermiofag in vitro antara pria pasangan infertil dengan pria fertil. 3. Ada perbedaan frekuensi timbulnya spermiofag in vitro antara berbagai kelompok pria pasangan infertil, kecuali antara kelompok oligozoospermia dengan normozoospermia. 4. Ada korelasi antara frekuensi timbulnya spermiofag in vitro dengan tes hambatan migrasi (status imunitas selular) pada kelompok pria pasangan infertil oligozoospermia dan normozoospermia, sedangkan pada kelompok pria pasangan infertil azoospermia tidak ada. 5. Tidak ada hubungan antara frekuensi timbulnya spermiofag in vitro dengan status imunitas humoral pada semua kelompok pria pasangan infertil. 6. Antibodi antisperma dapat timbul pada kera yang disuntik spermatozoa manusia beberapa hari setelah penyuntikan pertama, dan akan menurun setelah beberapa bulan penyuntikan dihentikan. 7. Spermiofag dapat timbul in vitro jika darah kera percobaan, maupun darah kera kontrol, dikultur bersama spermatozoa manusia. Perbedaan frekuensi timbulnya spermiofag in vitro antara kera percobaan dengan kera kontrol, hanya terjadi pada bulan kelima setelah penyuntikan. Degenerasi epitel tubulus seminiferus dapat timbul pada kera yang disuntik dengan spermatozoa manusia. Karena terdapat korelasi yang bermakna antara jumlah relatif spermiofag dengan tes habatan migrasi yang menggambarkan reaksi imunitas selular, maka tes spermiofag in vitro dapat dijadikan petunjuk adanya reaksi imunitas selular, sehingga tes tersebut dapat digunakan sebagai salah satu cara tes imunitas selular. Pada pria infertil azoospermia frekuensi reaksi imunitas humoral pada titer tinggi lebih sering daripada kelompok pria fertil, maupun pria pasangan infertil yang lain. Sebaliknya reaksi imunitas selularnya paling lemah, jika dibandingkan dengan kelompok yang lain. Pada penelitian ini semua kera percobaan mengalami degenerasi sel germinal, di samping itu juga semua kera percobaan memperlihatkan reaksi imunitas humoral yang cukup lama (kira-kira b bulan), sedangkan reaksi imunitas selularnya lemah dan berlangsung singkat. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diduga bahwa peranan reaksi imunitas humoral pada kera yang disuntik spermatozoa manusia lebih pelting daripada imunitas selular, dalam proses degenerasinya sel germinal, tubulus seminiferus.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
D337
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti R. Hadi
Abstrak :
Tungau trombikulid mendapat perhatian karena mendapat perhatian karena perannya dalam penularan penyakit scrub typhus yang disebabkan oleh rickettsia tsutsugasushi. Dari hasil survei dan penelusuran literatur, terdapat 128 jenis spesies trombikulid di Indonesia. Menurut distribusi geografisnya, tungau trombikulid yang ditemukan di Indonesia, dibagi ke dalam 5 kelompok: kelompok wilayah barat (30 spesies), wilayah timur (9 spesies), wilayah Sulawesi (20 spesies), wolayah barat dan timur (52 spesies), dan kelompok wilayah pegunungan Jawa (3 spesies).
Universitas Indonesia, 1989
D653
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Widiyono
Abstrak :
ABSTRAK
Embung adalah dam air buatan yang dibangun pada ?outIet' daerah tangkapan air untuk menampung air hujan dan aliran permukaan. Sebuah embung mempunyai kapasitas tampung Iebih kurang 30.000 m3 air yang digunakan untuk memenuhi keperluan konsumsi rumah tangga, irigasi pertanian skala kecil dan minum ternak. Selama periode tahun 1981 hingga 2006, telah dibangun 350 embung oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang tersebar di Pulau Timor, P. Sumba, and P. Flores, be-berapa di antaranya adalah embung di Oemasi, Oelomin, dan Oeltua, Kupang.

Permasalahan pelestarian embung meliputi tutupan vegetasi daerah tangkapan air yang rendah dan pengeiolaan masih kurang sehingga mengakibatkan Iaju erosi dan sedimentasi yang tinggi, dan pemanfaatan air masih kurang efisien.

Teiah dilakukan penelitian secara terpadu dengan pendekatan eko-hidrologi pada tiga buah embung, yaitu Oemasi, Oelomin and Oeltua-Kupang pada tahun 2000l2001, dan penelitian Ianjutan pada embung Desa Oemasi-Kupang serta beberapa embung di Pulau Timor, sejak tahun 2002 hingga tahun 2005.

Tujuan penlitian ialah untuk mendapatkan konsep model yang mengkaji hubungan antara vegetasi dan aliran permukaan, erosi dan kontribusinya terhadap neraca air embung sebagai pengetahuan dasar untuk konservasi ekosistem embung.

Penelitian dibagi dalam 3 (tiga) sub topik dan tujuan masing-masing adalah: 1. Model simulasi neraca air dan analisis vegetasi daerah tangkapan air embung Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui keanekaragaman hayati tumbuhan, struktur dan komposisi vegetasi, dan hubungannya dengan neraca air dan sustainabilitas embung. Analisis neraca air embung dibagi dalam sub model cadangan, sedimentasi, pemanfaatan air. Parameter yang diamati ialah hujan, aliran permukaan, evaporasi, perkolasi, air Iimpasan dari embung dan konsumsi air. Untuk mendukung analisis sumberdaya air embung, dilakukan survei vegetasi dan tata guna lahan, erosi dan sedimentasi, dan pemanfaatan air. Hasil simulasi neraca air embung dan beberapa sub model tersebut digunakan untuk: (1) memprediksi kedalaman air embung maksimum; (2) memprediksi rasio suplai dan keperluan air yang harus dipenuhi; dan (3) memprediksi tanggai kekurangan air.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, model simulasi neraca air embung dapat digunakan untuk mengkaji fluktuasi cadangan air dan memprediksi sustainabilitas embung. Keanekaragaman spesies flora di daerah tangkapan air embung sangat berpotensi untuk mengendalikan aliran permukaan dan erosi.

2. Hubungan antara vegetasi dan aliran permukaan erosi Tujuan penelitian ialah untuk mendapatkan model hubungan antara vegetasi dan aliran permukaan-erosi pada skala plot dan skala daerah tangkapan air sebagai upaya untuk memprediksi aliran permukaan dan erosi apabila terjadi perubahan Iansekap daerah tangkapan air.

Pada penelitian ini diamati karakter aliran permukaan dan erosi dalam 7 plot percobaan, yaitu: Plot 1 ?bambu' (Bambusa multiplex), Plot 2 rumput ?hunaka? (Diohantium caricosum), Plot 3 pohon ?dadap? (Erythrina orientalis), Plot 4 semak ?sufmuti? (Chromofaena odorata), Plot 5 budidaya ?jagung?, (Zea mays), dan Plots 6 & 7 pohon ?gmelina? (Gmelina arborea). Pada masing-masing plot tersebut, volume hujan, aliran permukaan dan erosi diamati setiap kejadian hujan dan dianalisis. Setiap tipe vegetasi dipasang sebuah plot aliran permukaan dan erosi, kecuali pada 'gmelina? diulang dua kali untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian

Skenario dampak perubahan lansekap terhadap aliran permukaan dan erosi adalah: (1). Skenario 1, jika diasumsikan terjadi penggundulan vegetasi termasuk penebangan bambu, pohon dan bahkan semak belukar sehingga menjadi padang rumput yang mudah terbakar,-akan meningkatkan aliran permukaan dan 66.325 m3 menjadi 71.703 m3 atau meningkat 8 %. (2). Skenario 2, jika diasumsikan terjadi program penghutanan daerah tangkapan air dengan penanaman pohon ?gmelina? akan dapat menurunkan aliran permukaan dari 66 325 m3 menjadi 56 559 ma atau menurun 15 %

Total erosi masing-masing plot pada musim hujan 2005-2006, yang diprediksi dengan menggunakan model adalah: (1). Prediksi total erosi terendah dihasilkan oleh Plot 4 semak ?sufmuti? (C. odorata) sebesar 3.064 kglha. (2). Prediksi nilai erosi pada Plot 1' B.multiplex dan Plot 3 pohon Eorienfalis keduanya tidak berbeda mencolok, tetapi lebih tinggi dari pada nilai prediksi erosi pada Plot 4 semak C. Odorata dan memiliki nilai prediksi erosi Iebih rendah dari pada Plot 5 Z. mays dan Plot 2 rumput D. canfscosum. (3). Prediksi erosi pada Plot 6&7 G. arborea hanya berbeda dengan nilai prediksi erosi pada PIot4 semak ?sufmuti? (C. odorata). (4). Prediksi erosi pada Plot 5 Z. mays dan Plot 2 rumput D. cariscosum keduanya hampir sama, dan bemilai paling tinggi di antara plot-plot yang lainnya.

Hasil penelitian memperoleh nilai Indek erosi tahunan sebesar 8,7 ton per ha.

Skenario dampak perubahan lanskap terhadap erosi berdasarkan Index erosi tersebut di atas, dapat diprediksikan sebagai berikut: (1). Skenario 1, diprediksikan akan meningkatkan erosi secara significan sebesar 50% dari Index erosi. (2). Skenario 2, akan dapat meningkatkan erosi secara signitikan sebesar 30% dari Index erosi. 3. Lansekap daerah tangkapan air dan implikasinya terhadap aliran permukaan-erosi dan neraca air ?embung?

Tujuan penelitian iaiah (1) untuk memberikan gambaran umum Iansekap dan mendeskripsi komunitas vegetasi daerah tangkapan air, (2)untuk memprediksi pengaruh kondisi landscape terhadap runoff-erosi dan neraca air 'embung'.

Penelitian ekologi kuantitatif telah dilaksanakan pada embung Desa Oemasi-Kupang. Pengarnatan daerah tangkapan secara kualitatif pada beberapa embung di Pulau Timor, yaitu: Embung Isa Oeiomin dan Oeltua (Kabupaten Kupang), Desa Bu?at (Kab. Timor Tengah Selatan), Desa Sasi dan Desa Benkoko (Kab. Timor Tengah Utara), dan Desa Leosama (Kab. Belu).

Dari hasil penelitian disimpulkan kondisi Iansekap di daerah ini terutama tersusun oieh matrik semak belukar (78 hingga 86 %), diselang-seling oleh bercak kebun, pertanian Iahan kenng, Iadang, dan hutan sekunder. Kondisi vegetasi dan Iansekap daerah tangkapan air embung Oemasi pada tahun 2000/2001 dan 2005, tidak banyak berubah. Hanya terdapat 18 spesies pohon per ha pada daerah tangkapan air embung Oemasi-Kupang. Perubahan yang mencolok terlihat pada tumbuhan bawah, disebabkan oleh kekeringan dan kebakaran.

Mealui Peta Spasiai Satelit Citra TM dan pengecekan di Iapangan dapat ditampilkan kondisi tutupan Iansekap embung Desa Oemasi tersusun oleh komunitas padang rumput, semak belukar, bambu, pohon alami, pohon penghijauan, dan lahan teiantar.

Dari hasil validasi aliran permukaan dan erosi dapat disimpulkan: (1). Terdapat hubungan yang signifikan antara potensi aliran permukaan hasil prediksi dan masukan aliran permukaan hasil estimasi pada oadangan air embung. (2). Prediksi erosi hasil penelitian sebesar 8,7 ton per ha, terbukti hampir sama dengan prediksi eros? berdasarkan metode USLE, sebesar 9.22 ton per ha.

Dari hasil sintesis 3 sub topik penelitian di atas, dapat disimpulkan: (1). Lansekap dan vegetasi daerah tangkapan air mempunyai peranar: yang tinggi daiam menngendalikan aliran permukaan, erosi, dan neraca air, dan sustainabilitas embung; (2). Model hubungan matematis di dalam penelitian ini secara nyata mampu untuk memprediksi potensi aliran permukaan dan erosi pada skala plot, skala daerah tangkapan, dan masukan aliran permukaan ke dalam embung dengan skenario perubahan Iansekap yang disebabkan oleh faktor alam dan manusia; (3). Model ini berguna untuk mengkaji dampak perubahan Iansekap, mengevaluasi sustainabilitas sumber daya air embung, dan mengkaji studi kelayakan untuk pembangunan embung-embung yang baru; (4). Untuk pengembangan dan peningkatan akurasi hasil prediksi, di masa mendatang model ini perlu ditambahkan pengamatan karakteristik spesies tumbuhan (kerapatan, kanopi, sistem perakaran), sifat tanah, dan kelerengan.
2007
D1236
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mochamad Indrawan
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik fauna burung Kepulauan Togian, Sulawesi Tengah. Dipostulasikan bahwa sangat sedikit yang telah diketahui mengenai Kepulauan Togian, sehingga di Kepulauan ini masih dapat ditemukan jenis dan anak jenis yang baru bagi ilmu pengetahuan. Sebagai pembanding, dilakukan upaya untuk menelaah distribusi spesies sebaran terbatas dengan yang ada di daratan utama Sulawesi, serta Kepulauan Banggai. Disertasi ini menghimpun data pengamatan lapangan yang dilakukan di Semenanjung Timur, serta Kepulauan Togian dan Banggai, dalam kurun waktu antara 1991 hingga 2003, dan dilengkapi dengan pengecekan specimen secara Iangsung maupun tidak Iangsung ke berbagai museum yang menyimpan koleksi dari Kepulauan Togian.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
D1244
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titien Suryanti
Abstrak :
Specific purposes of this research are to know suitable area spatial distribution of Javan Gibbon habitat at Mountain Halimun National Park (MHNP), to know vegetation structure and composition on Javan Gibbon habitat, to know disturbance happened on Javan Gibbon habitat, and making a planning model of Javan Gibbon habitat conservation area at MHNP.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
D1252
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library