Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daradjatun M.
Abstrak :
ABSTRAK
Laporan pendahuluan dari patah tulang tibia terbuka derajat 3 didapat 5 kasus dengan 2 kasus derajat III A, 2 kasus derajat III B dan 1 kasus derajat III C. Walaupun belum dapat diambil kesimpulan karena belum lengkap jumlah kasus dan waktu yang diperlukan, namun pengamatan sementara dari lima kasus yang mendapat pengobatan Cypro Floxacin 2 x 750 mg maupun 2 x 500 mg secara klinis umum dan lokal dinilai baik.

Perlunya mempercepat penutupan jaringan granulasi dan "Bone expose" oleh tandur alih kulit dan flap serta mengevaluasi kuman yang muncul apakah merupakan nosokomial infeksi atau penyebab osteomyelitis di kemudian hari terutama jenis pseudomonas aerogenosa.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryana Ugahary
Abstrak :
Latar Belakang Penelitian. Warm up merupakan suatu latihan pendahuluan yang dirancang mempersiapkan tubuh untuk mengikuti aktivitas olah raga. Terdapat beberapa macam warm up yaitu: 1. Warm up pasif : pemanasan tubuh dengan sumber dari, luar seperti mandi air hangat, pancuran air hangat, diatermi. 2. Warm up aktif : pemanasan tubuh dengan cara melakukan gerakan tubuh seperti berlari-lari, bersenam, bersepeda dan lain-lain. Warm up aktif dapat terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a) Jalan atau lari perlahan (jogging), untuk meningkatkan aliran darah sehingga menghasilkan suhu tubuh yang lebih tinggi di seluruh tubuh. b) Latihan kalistenik yaitu gerakan tubuh yang ritmis sistematik yang biasanya dilakukan tanpa alat atau beban, terdiri dari gerakan melengkung (bending), berputar (twisting), mengayun (swinging), menendang (kicking) dan melompat (jumping) dan latihan lain seperti push up, sit up, chin up (7). Latihan kalistenik biasanya dilakukan dari atas ke bawah mulai leper, lengan dan bahu, abdomen, punggung dan tungkai. c) Latihan peregangan ,(stretching) untuk otot otot yang diperlukan dalam olah raga yang bersangkutan. Untuk pelari diperlukan peregangan otot bahu dan tricep, punggung, panggul, quadricep, hamstring, gastrocnimeus dan achilles_ Latihan peregangan yang dipakai sebaiknya yang secara statik yaitu setelah otot diregang penuh secara aktif, maka otot dipertahankan pada posisi ini selama beberapa waktu. Waktu yang diperlukan untuk mempertahankan peregangan ini sekurangnya 6 detik agar serabut kolagen dalam otot, tendon, ligamen, mendapatkan perobahan plastisitasnya. d) Tahap terakhir yaitu tahap koordinasi, dipusatkan pada teknik olah raga yang bersangkutan dengan mempraktekkan gerakan-gerakan spesifik, misalnya untuk olah raga lari jarak pendek dapat berupa latihan start dan beberapa sprint pendek 20 ? 40 meter. Seluruh warm up dapat berlangsung sekurangnya 15 - 20 menit sebagai akibat dari warm up suhu tubuh ditingkatkan. Hal ini merupakan satu dari beberapa faktor yang meningkatkan kemampuan (performance), karena meningkatnya suhu tubuh menyebabkan : 1. Meningkatnya kecepatan kontraksi dan relaksasi otot sehingga otot akan bekerja lebih efisien. 2. Hemoglobin membawa lebih banyak oksigen serta dissosiasinya juga lebih cepat. 3. Efek yang sama dengan hemoglobin juga terjadi pada myoglobin. 4. Proses metabolisme meningkat. 5. Hambatan pada pembuluh darah menurun. Pada latihan peregangan yang merupakan bagian dari warm up, memberi kelenturan otot yang periting untuk meningkatkan kemampuan pada olah raga atau perlombaan terutama pada pelari jarak pendek yang memerlukan kecepatan. Hogberg dan Ljunggren memeriksa efek warm up (dalam bentuk lari kecepatan sedang dikombinasi dengan kalistenik) terhadap kecepatan lari 100 meter, 400 meter, 800 meter, pada atlet yang terlatih baik. Didapatkan untuk lari 100 meter perbaikan 0,5 - 0,6 detik, untuk lari 400 meter perbaikan 1,5 - 3 detik, untuk lari 800 meter perbaikan 4 - 6 detik dibandingkan tanpa warm up. Sebagian besar penyelidik membuat kesimpulan bahwa suatu warm up cenderung meningkatkan kemampuan, meskipun belum ada kesamaan dalam menentukan Jenis, intensitas dan lama warm up. Mengenai lamanya warm up, Hogberg dan Ljunggren juga mengamati hasil lebih baik sesudah warm up 15 menit dibanding sesudah 5 menit pada lomba lari 100 m, tetapi selanjutnya perbaikan tidak bermakna bila warm up diperpanjang dari 15 menit - 30 menit. Lari sprint 400 meter yang merupakan endurance sprinter memerlukan energi aerobik + 30%, energi anaerobik ± 70% sedangkan sprint 100 meter hampir seluruhnya memerlukan energi anaerobik. Sebagai cara yang mudah untuk menentukan apakah intensitas dan lama warm up sudah cukup, yang merupakan tanda adanya kenaikan suhu tubuh yaitu dengan melihat apakah atlet yang menjalankan warm up sudah mulai berkeringat. Bila diinginkan cara yang lebih ilmiah yaitu dengan mengukur kenaikan suhu tubuh. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin melakukan penelitian sampai seberapa jauh pengaruh intensitas dan lama warm up terhadap kecepatan lari pada pelari jarak pendek.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T58508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Bambang Darwono
Abstrak :
ABSTRAK
Dilakukan penelitian pengukuran Anthropometri pada foto tulang belakang secara radiografi standar dari 30 orang dewasa Indonesia dengan sampel acak ?selected population" untuk tujuan mendapatkan ukuran baku tulang belakang orang Indonesia.

Ukuran yang diteliti adalah: interpedicular distance (IPD); Intervertebral pedicular distance (IVPD), Diameter pedicle (PP),diameter body (DCLV), AP spinal cannal diameter (SC), ratio antara spinal canal dan body (RSCC).

Peneliti mendapatkan bahwa ukuran tulang belakang dari orang Indonesia ini mempunyai kecenderungan lebih kecil dibanding hasil penelitian sebelumnya di Eropa, Amerika dan Afrika, serta didapatkan variasi anatomi.

Ukuran ini dapat dipergunakan sebagai pertimbangan untuk memilih pelat atau sekrup yang lebih sesuai untuk orang Indonesia.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ino Gandasena
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joserizal Jurnalis
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradewi Indriyastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Amputasi anggota gerak bawah, merupakan keadaan yang mempengaruhi kehidupan pasien yang tidak terpikirkan sebelumnya. Amputasi dilakukan akibat trauma , infeksi, keganasan atau gangguan metabolisme selain itu amputee juga bisa terjadi akibat kelainan kongenital. Untuk penanggulangan penderita amputee, banyak disiplin kerja yang terkait agar dapat tercapai kemampuan fungsional yang mandiri, antara lain peranan dokter, perawat, psikolog, pekerja sosial medik & pembuat protesa. Peran mereka sangat besar dalam usaha membuat seseorang mandiri ini.

Dengan melakukan latihan-latihan amputee anggota gerak bawah dapat mencapai kemandirian. Kemampuan penderita amputasi untuk mencapai kemandirian, perlu melalui beberapa tahapan. Beberapa tahapan (fase) yang perlu ditempuh seorang amputee yaitu : fase I : selama di Rumah sakit, persiapan pasien yang diamputasi dari segi medis, psikososial dan prostetik yang disebut fase urus diri (selfcare);fase III setelah pulang dari Rumah sakit disebut fase penyesuaian diri yaitu penyesuaian pemakaian protesa, untuk dapat melakukan kegiatan sehari - hari (?ADM') secara optimal untuk komunikasi luas, fase III meningkatkan kemampuan lebih luas untuk mengatasi keterbatasan (handicap) melalui berbagai jenis kegiatan sehari-hari, bergaul dan beradaptasi, sehingga tercapai kepuasan diri seperti sebelum amputasi atau bahkan lebih.
(1) Hal ini telah lama mendapat perhatian para ahli (pakar) dan sampai saat ini masih terus merupakan tantangan, baik bagi setiap amputee, maupun pakar-pakar untuk mencapai cita-cita ini. Banyak penderita amputasi yang belum dapat melakukan kemampuan-kemampuan ini, sehingga kemampuan ini dapat digunakan sebagai contoh bagi amputee lainnya.

Di Indonesia belum ada data mengenai cacat amputasi. Di RSCM sendiri baru tercatat 40 kasus amputee sejak tahun 1986-1989.terdiri dart Laki-laki . 37 kasus (93 %),dan perempuan 3 kasus (7%). Etimologi amputasi adalah sebagai berikut : kongenital 4 kasus (.O%), trauma 21 kasus (52%), vascular 3 kasus (8%), dan yang sampai mendapatkan protesa 12 amputee (30%).

Salah satu usaha yang dapat dilakukan bagi penderita amputee untuk mencapai peningkatan kemampuan untuk mencapai kemandirian ialah melalui latihan kesegaran jasmani berupa latihan-latihan aerobik; latihan ini dipakai untuk menentukan tingkat kemampuan jalan penderita amputee dengan mempergunakan protesa, sehingga dapat tercapai kesegaran jasmani dengan penilaian secara kardiologis dan penilaian kecepatan berjalan menurut jenis amputasi pada penderita amputee ini. Kemampuan ini yang diteliti dan dinilai.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pakar untuk mencapai usaha menolong "amputee" pada segi kemandiriannya dalam waktu yang secepatnya.

Penelitian ini hanyalah merupakan penelitian pasca amputasi, baik atas lutut maupun bawah lutut.

Yang dianalisa adalah :
--Berapa lama penderita mencapai fase self care (fase urus diri) di rumah sakit.
--Alat bantu yang diperlukan setelah fase urus diri di rumah sakit.
--Mencari patokan aktivitas sehari-hari di rumah pada fase II (penyesuaian diri) dengan keadaan panjang puntung dengan menggunakan protesa, dalam kegiatan aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan panjang puntung yang optimal dengan"menentukan banyak langkah permenit yang sesuai dengan jenis amputasi?
akan berlangsung lama dan sudah dapat dijadikan pelajaran untuk melakukan tindakan yang tepat di kemudian hari. Penulis mempunyai kesimpulan bahwa instrumen Stock Index Option LQ-45 dengan kontrak Call option dapat diperdagangkan di BEJ. Syarat untuk meluluskannya adalah dibuat transaksi dengan harga patokan lebih variatif lagi. Diperkenaikan juga transaksi kontrak dengan Put Option. Pencarian terhadap strategi-strategi hedging juga alcan menjadi motivator untuk diperdagangkannya instrumen Stock Index Option LQ-45 di Bursa Efek Jakarta.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emir Soendoro
Abstrak :
Sejak didemonstrasikan adanya pengaruh potensial induksi arus listrik pada tulang awal tahun 1950 (15), kecenderungan untuk melakukan penelitian pengaruh bioelectric pada proses penyembuhan patah tulang dan pengaruh rangsangan listrik pada frakture non union dan pseudoarthrosis (6,7), sangat tinggi. Tetapi, penelitian tentang pengaruh arus listrik pada proses penyembuhan jaringan lunak sangat sedikit dilakukan. Pengaruh Piezoelectric yang hampir sama pada tulang tampak juga pada tulang rawan dan tendon (1,2,4) dan medan listrik juga ditemukan pada proses polarisasi sel (9). Penulis lain mengatakan bahwa rangsangan arus listrik juga mempunyai pengaruh pada proses penyembuhan saraf dan jaringan lunak pada binatang percobaan (5,14). Frank dan kawan-kawan (8) meneliti pengaruh rangsangan elektromagnet pada proses penyembuhan ligamen collateral medial pada kelinci dan mendapatkan hasil meningkatnya kecepatan kesembuhan luka dan peningkatan kekuatan lentur pada ligamen tersebut. Stanish (11) berdasarkan penemuannya menduga bahwa pengaruh arus listrik akan meningkatkan kekuatan robekan tendon patela pada anjing pecobaan. Atas dasar inilah kami mencoba melakukan penelitian pengaruh aliran listrik terhadap penyembuhan tendon dengan menggunakan kelinci sebagai binatang percobaan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1980
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abidin
Abstrak :
Dari hasil pemeriksaan histology, radiolagy, biomekanik dan biokimia pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa proses penyembuhan patah tulang pada tibia kanan adalah lebih cepat di banding tibia kiri atau proses penyembuhan patah tulang dengan pencucian larutan NaCl lebih cepat dari pada pencucian dengan larutan povidone iodine encer. Ini menunjukkan kemungkinan adanya pengaruh larutan povidone iodine pada proses penyembuhan patah tulang
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widjaja Laksmi Kusumaningsih
Abstrak :
Telah di selidiki secara retrospektif 95 kasus amputasi bawah lutut dengan pemasangan protesa bawah lutut selama tiga setengah tahun dari 1 Januari 1984 - 1 Juli 1987 di Departemen Rehabilitasi Medik, RSPQD, Jakarta. Dicari faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis protesa bawah lutut pada pasien-pasien amputasi bawah lutut. Disusun tahel-tabel yang kiranya bisa menggambarkan faktor-faktor apa saja yang menentukan pemilihan jenis prmtesa bawah lutut. Dicari pula faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan jenis protesa bawah lutut. Didapat hasil bahwa pfotesa bawah lutut jenis P T B palinq banyak diberikan pada penderita amputasi bawah lutut (77,9%). Dan dari segi penggunaannya protesa bawah lutut jenis PTB paling banyak digunakan. Masih diperlukannya penyempurnaan catatan medik penderita amputasi khususnya amputa5i bawah lutut untuk mengetahui indikasi amputasi, penyulit ambutasi, kondisi puntung (stump), indikasi pemilihan jenis prmtesa bawah lutut dan faktur-faktor yang mempengaruhi penggunaan jenis protesa bawah lutut.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T3476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>