Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Naswandi
"
ABSTRAKUsaha menata sektor pertambangan di Indonesia di mulai sejak adanya usulan dari kalangan DPRS berupa mosi Teuku Muhamad Hasan pads bulan Agustus tahun 1951. Mosi ini mendesak pemerintah untuk segera membuat undang-undang pertambangan yang baru untuk mengantikan Indiche mijnwet(INNS). Dengan adanya mosi itu telah mengilhami pemerintah untuk terus pengadakan penataan pada sektor pertambangan (khususnya pertarnbangan minyak bumi). Terbukti dengan di bentuknya PNUP dan kemudian dua buah panitia ahli untuk membantu PNUP dalam menjalankan tugasnya. Barulah pada tahun 1960 kita berhasil membuat undang-undang pertambangan baru yang di kenal dengan UU no.44 tentang pertambangan minyak dan gas bumi. Berdasarkan undang-undang itulah kita mengadakan kontrak karya dengan beberapa perusahaan pertambangan minyak asing pada masa itu. Tidak lama setelah pemberlakuan undang-undang itu negara kita kembali mengalami kekacauan politik yang sangat menganggu perkembangan sektor perekonomian Nasional. Setelah Gestapu berhasil di tumpas dan Orde Barupun mulai berkuasa di Indonesia, kitapun segera mengadakan penataan kembali pada semua sektor perekonomian negara, termasuk sektor pertambangan. Seining dengan iklim pembangunan yang dihembuskan oleh Orde Baru, maka di bidang pertambanganpun terjadi banyak perubahan Semakin banyaknya perusahaan pertambangan asing (terutama minyak bumi) yang ingin mengadakan operasinya di Indonesia, maka pemerintahpun harus memikirkan kembali sistem kerjasama yang baru, karena kontrak karya yang selama ini menjadi model bagi kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan-perusahaan pertambangan asing tersebut dirasakan tidak cocok lagi dengan perkembangan dunia pertambangan (khususnya minyak bumi) pada saat itu yang sudah sedemikian maju. Berdasarkan alasan itu, maka Dr. Ibnu Sutowo (menteri pertambangan pada saat itu) merancang suatu model kerja sama baru yang kemudian dikenal dengan sistem bagi hasil. Dalam sistem baru ini perusahaan pertambangan milik negara memiliki peranan yang sangat besar dalam mengawasi jalannya operasi perusahaan pertambangan asing tersebut. Dan untuk lebih mengefesienkan peranan perusahaan negara tersebut, make pada Tanggal 20 Agustus 1968 di bentuklah PERTAMINA (Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional) yang merupakan hasil dari penggabungan dua buah perusahaan pertambangan milik negara yang ada pada saat itu. Dengan adanya penggabungan ini diharapkan efektipitas dan daya kerja dari perusahaan pertambangan milik negara tersebut semakin. meningkat. Dengan demikian Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan yang memegang hak kuasa pertambangan negara di bidang minyak bumi dan menjadikannya sebagai pengawas terhadap semua usaha pertambangan minyak dan gas bumi di seluruh kepulauan Indonesia.
"
1996
S12524
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bodi Purnomo
"
ABSTRAKPada masa pendudukan militer Jepang di Indonesia, 1942-1945, pengajaran Bahasa Jepang dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat penting oleh pemerintah Jepang. hal ini untuk menjalin agar komunikasi dapat berjalan antara orang Indonesia dengan pemerintah Jepang. Sehingga pada masa awal pendudukan Jepang banyak didirikan kursus-kursus dan sekolah-sekolah yang mengajarkan pelajaran Jepang. Dalam menyebarkan bahasanya ini, pemerintah militer Jepang tidak hanya melakukannya melalui lembaga pendidikan saja, tetapi juga menggunakan alat-alat media, seperti Radio dan Surat Kabar. Diantara surat kabar yang memunculkan pelajaran Bahasa Jepang, yaitu: Asia Raya,Soeara Asia, Sina Baroe,Sinar Matahari, Jawa Baroe,Tjahaja dan Pewarta Perniagaan. Dalam skripsi ini dibicarakan mengenai pelajaran Bahasa Jepang di surat kabar Asia Raya. Pengajaran Bahasa Jepang, tidak terlepas dari usaha Jepang untuk menyebarkan propagandanya. Berbeda dengan pelajaran bahasa Jepang yang terdapat di surat kabar lainnya, pelajaran Bahasa Jepang yang ada di surat kabar Asia Raya jelas sekali memperlihatkan usaha propaganda tersebut. hal ini dikarenakan surat kabar Asia raya merupakan surat kabar utama yang dijadikan alat propaganda Jepang. Alasan dalam mengajarkan pelajaran Bahasa Jepang, yang ternyata hanya usaha terselubung Jepang untuk menyebarkan propagandanya inilah yang menjadi pokok bahasan dalam skripsi ini.
"
1996
S11989
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ferkin Susanto
"
ABSTRAKPenulisan sejarah Indonesia pada masa pendudukan Jepang telah banyak ditulis oleh para sejarawan. Penulisan tersebut pada umumnya banyak mengambil topik sejarah social sejarah ekonomi dan sejarah militer. Khususnya mengenai sejarah militer pads masa pendudukan Jepang, biasanya berkisar tentang masalah pembentukan tentara PETA, pembentukan barisan pembantu tentara (Heiho) atau barisan pemuda lainya serta penulisan sejarah tentang pemberontakan bersenjata terhadap tentara pendudukan Jepang. Salah satu barisan pemuda yang dibentuk oleh Jepang adalah Seinen Dojo (Pusat Latihan Pemuda) yang terletak di Tangerang. Pembahasan dalam penulisan skripsi ini mengambil topik tentang pembentukan serta jalannya latihan pemuda dalam wadah Seinen Dojo tersebut. Kalau dilihat dari salah satu tujuan diselenggarakan latihan di Seinen Dojo, tidak terlepas dari kepentingan Jepang akan tenaga manusia. Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintahan Militer Jepang pada saat itu adalah kekurangan tenaga kerja. Permasalahan yang lebih akut lagi adalah personil militer yang terbatas. Hal ini terjadi karena kebanyakan personil militer yang ada terkonsentrasi untuk menempati pos-pos pertempuran di garis depan. Sehingga pertahanan untuk daerah yang telah dikuasai khususnya pulau Jawa amat rapuh karena kekurangan personil militer tadi. Oleh karena itu untuk menutupi kelemahan ini maka pihak Pemerintahan Militer Jepang mempunyai keinginan untuk membentuk barisan militer pribumi. Hal yang menjadi pertanyaan besar setelah ide pembentukan militer pribumi itu muncul adalah; apakah masyarakat peribumi khususnya kaum pemuda sanggup atau mampu menjadi tenaga militer sesuai dengan standarisasi militer Jepang? Untuk menjawab pertanyaan itu maka dibentuk satu latihan guna menguji kemampuan pemuda Indonesia dalam hal kemiliteran. Latihan pengujian pemuda ini dinamakan Seinen Dojo, tempat latihan dipilih kota Tangerang. Dalam latihan ini selain dipelajari ilmu kemiliteran jugs para siswa diberikan latihan intelejen. Dalam upaya mendapatkan data penelitian tentang sejarah terbentuknya Tangerang Seinen Dojo dilakukan dengan dua cara. Cara yang pertama, yaitu melalui studi kepustakaan di berbagai perpustakaan. Studi kepustakaan ini adalah suatu cara untuk menelusuri data primer maupun data sekunder tentang sumber penelitian yang akan digunakan. Melalui cara ini diharapkan dapat dituangkan latar belakang sejarah muncuinya ide terbentuknya Tangerang Seinen Dojo. Studi kepustakaan ini meliputi penyelusuran arsip-arsip, buku-buku, majalah-majalah serta koran-koran sejaman. Cara lain untuk mengisi sumber penulisan, digunakan metode Oral History (sejarah lisan). Oral History ini meliputi sejarah lisan yang sudah terekam dalam koleksi ANRI (Arsip Nasional Indonesia), serta wawancara langsung penulis dengan tokoh yang terlibat dalam peristiwa yang akan dibahas.Dalam pembahasan tersebut akhirnya dapat diketahui bahwa, pembentukan pusat latihan pemuda Tangerang Seinen Dojo adalah salah satu usaha dari Pemerintahan Militer Jepang untuk membentuk barisan militer pribumi yang lebih terkenal dengan nama PETA (Korps Perwira Pembela Tanah Air).
"
1996
S12324
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library