Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustinus Dwiutomo Pristya Putra
Abstrak :
Pada era new normal saat ini, secara khusus dalam menghadapi situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity) setelah masuknya wabah pandemi covid-19 di Indonesia, perusahaan rintisan startup harus mampu beradaptasi untuk memanfaatkan momentum yang ada dengan cara melakukan transformasi digital dalam menghadapi krisis yang terjadi. Dampak dari krisis tersebut menyebabkan ratio pencapaian target tahun 2020 atau setelah pandemi pada perusahaan tempat studi kasus tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan merumuskan strategi transformasi digital bagi perusahaan startup Goodeva dalam menghadapi kenormalan baru setelah pandemi Covid-19. Goodeva merupakan perusahaan startup berbasis teknologi informasi. Goodeva memiliki dua unit bisnis, yaitu unit bisnis project enterprise dan unit bisnis produk digital yang keduanya fokus pada segmen B2B. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan klasifikasi action research. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, studi dokumentasi, wawancara dan FGD. Perumusan strategi menggunakan teori Gupta yang diliterasikan dengan 5 penelitian lainnya menggunakan teknik 3C+2S untuk menghasilkan kerangka teoretis yang relevan dan memiliki kebaruan dalam merespons situasi new normal. Tahapan Proses dari penelitian ini adalah merancang bisnis model dengan menggunakan analisis PESTEL, Porter five forces, SWOT, Benchmarking, BMC, dan analisis tren. Tahapan selanjutnya adalah dengan mendefinisikan strategi dengan menggunakan Digital Leadership framework dari Gupta yang terdiri 4 tahapan yaitu: (1) reimagine your business, (2) reevaluate your value chain (3) reconnect with your customer dan (4) rebuild your organization. Hasil penelitian ini telah divalidasi oleh expert dan diharapkan dapat menjadi referensi manajemen dalam melakukan transformasi digital untuk menghadapi era new normal. ......In the current new normal era, specifically in dealing with the VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity) situation following the entry of the COVID-19 pandemic in Indonesia, startups company must be able to adapt to take advantage of the existing momentum through digital transformation in dealing with the crisis. The impact of the crisis caused the ratio target in 2020 or after the pandemic to the company where the case study was not reached as expected. The purpose of this research is to analyze and formulate a digital transformation strategy for startup company Goodeva in facing the new normal after the Covid-19 pandemic. Goodeva is an information technology-based startup. Goodeva has two business units, namely the project enterprise business unit and the digital products business unit, both are focus on the B2B segment. The research was conducted using qualitative methods with the classification of action research. The data collection process was carried out using observation, documentation studies, interviews, and FGDs. The strategy formulation uses Gupta's theory which is literate with 5 other studies using the 3C+2S technique to produce a theoretical framework that is relevant and up-to-date in responding to new normal situations. The stages of the process of this research are to design a business model using PESTEL analysis, Porter's five forces, SWOT, Benchmarking, BMC, and trend analysis. The next stage is to define a strategy using the Digital Leadership framework from Sunil Gupta which consists of 4 stages, namely: (1) reimagine your business, (2) reevaluating your value chain (3) reconnect with your customers, and (4) rebuild your organization organization. The results of this study are already validated by experts and are expected can be a reference for management in carrying out digital transformation to face the new normal era.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ade Putra
Abstrak :

Bisnis berita daring merupakan salah satu bentuk industri yang berkembang di Indonesia. Agar dapat bersaing, bisnis tersebut harus memiliki kemampuan untuk membuat sebuah inovasi. Inovasi dalam sebuah perusahaan bergantung pada kompetensi yang dimiliki oleh karyawannya. Knowledge management (KM) merupakan disiplin ilmu yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh karyawan. detikNetwork telah menerapkan dan mengimplementasi KM, tetapi tidak berjalan dengan sukses, kegagalan terjadi diakibatkan oleh kurangnya persiapan dan ketidakmampuan perusahaan dalam melakukan implementasi KM. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesiapan penerapan manajemen pengetahuan di detikNetwork dan memberikan rekomendasi berupa strategi perbaikan jika terdapat faktor yang belum siap. Penelitian ini menggunakan kerangka kerja yang terdiri dari variabel organization culture, organization structure, IT infrastructure, individual acceptance, dan intention to be involved in KM process. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner berskala likert yang ditujukan kepada karyawan detikNetwork. Berdasarkan hasil analisis dengan metode statistik deskriptif, perusahaan detikNetwork mempunyai rata-rata sebesar 3.7 (ready but needs a few improvement). Hal ini menandakan bahwa detikNetwork telah siap untuk mengimplementasikan manajemen pengetahuan, namun masih perlu melakukan beberapa perbaikan.

 


Online news business is one form of industry that is a growing in Indonesia. In order to be competitive, the business must have the ability to make an innovation. Innovation in a company depends on the competencies of its employees. Knowledge management (KM) is a discipline that can be used to improve employee competencies. detikNetwork has implemented KM, but did not run successfully, failure occurred due to lack of preparation and inability of the company to implement KM. This study aims to measure the level of readiness for the implementation of knowledge management in detikNetwork and provide recommendations in the form of improvement strategies if there are factors that are not ready. This study uses a framework consisting of organizational culture, organizational structure, IT infrastructure, individual acceptance, and intention to be involved in KM process variables. This research was conducted quantitatively using a Likert scale questionnaire aimed at detikNetwork employees. Based on the results of the analysis using descriptive statistical methods, detikNetwork has an average of 3.7 (ready but needs a few improvement). This indicates that detikNetwork is ready to implement knowledge management, but still needs to make some improvements.

 

Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilatifah Nur Hidayat
Abstrak :
Knowledge merupakan aspek penting di dalam suatu perusahaan. Knowledge juga menjadi dasar yang dalam proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan knowledge yang buruk dapat berdampak pada kinerja perusahaan. Divisi Information Technology (DIT) merupakan salah satu divisi di Telkom yang menyadari akan pentingnya pengelolaan knowledge. Saat ini pengelolaan knowledge di DIT belum dilakukan secara merata dan terstruktur. Hal tersebut berakibat pada banyaknya pengetahuan yang hilang, sulitnya mencari dan mengakuisisi pengetahuan, tidak ada repositori pengetahuan, dan proses pembelajaran terhambat. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukanlah penelitian ini dengan tujuan untuk merancang KMS yang sesuai dengan kebutuhan DIT Telkom. Penelitian ini menggunakan KMS design method dari Becerra Fernandez untuk mengidentifikasi KM solution. Kemudian untuk mendapatkan kebutuhan fungsional dan non-fungsional KMS, penulis melakukan wawancara dengan pihak terkait. Setelah requirement didapatkan, penulis merancang KMS dengan menggunakan teknik prototyping. Untuk analisis gamification, penulis menerapkan kaleidoskop gamification. Hasil rancangan KMS dievaluasi dengan menggunakan teknik PSSUQ. Penulis juga merancang arsitektur KMS dengan menerapkan seven-layer arsitektur KMS dari Tiwana. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa proses KM yang dibutuhkan oleh DIT Telkom adalah socialization (for knowledge discovery), direction, routines, dan combination. Kemudian elemen gamification yang dibutuhkan adalah point, reward, dan leaderboard. Hasil evaluasi rancangan KMS menunjukkan nilai PSSUQ sebesar 2,783 yang berarti rancangan dapat diterima oleh pegawai DIT. ......Knowledge is a fundamental component within a corporation. Insufficient management of knowledge can adversely affect firm performance as it serves as the foundation for the decision-making process. The Information Technology Division (DIT) is a division within Telkom that recognizes the significance of knowledge management. Presently, the implementation of knowledge management in DIT lacks uniformity and organization. Consequently, there is a significant loss of knowledge, challenges in locating and obtaining knowledge, absence of a knowledge repository, and hindered learning process. In order to address this issue, a study was carried out with the objective of developing a Knowledge Management System (KMS) that is tailored to the specific requirements of DIT Telkom. This study employs Becerra Fernandez's KMS design methodology to discern appropriate Knowledge Management (KM) solutions. To obtain the functional and non-functional requirements of KMS, the author conducted interviews with relevant stakeholders. Once the requirements were acquired, the author developed the KMS utilizing prototyping methodologies. The author utilized kaleidoscopic gamification for the purpose of analyzing gamification. The outcomes of the KMS design were assessed utilizing the PSSUQ methodology. The author implemented the KMS architecture by utilizing Tiwana's seven-layer KMS architecture. The research findings indicate that the KM processes required by DIT Telkom include socialization (for knowledge discovery), directions, procedures, and combination. The necessary gamification components are points, awards, and leaderboards. The evaluation findings of the KMS design indicate a PSSUQ value of 2.783, signifying that the design is acceptable to DIT personnel.
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiemas Rangga Yonathan Sembor
Abstrak :
PT XYZ adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri keamanan identitas. Penelitian ini mengangkat tema permasalahan pengelolaan pengetahuan yang kurang efektif di Unit Bisnis MO PT XYZ. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan Knowledge Management System (KMS) di Unit Bisnis MO PT XYZ serta merancang sistemnya. Analisis kebutuhan knowledge management system menggunakan metodologi Becerra-Fernandez dan analisis Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI). Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed method) dalam pengumpulan dan analisis data. Instrumen pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, focus group discussion, dan survei kuesioner. Analisis OCAI pada penelitian ini menunjukkan bahwa organisasi memiliki budaya pasar. Selain itu, analisis metodologi Becerra-Fernandez menghasilkan prioritas proses manajemen pengetahuan di organisasi penelitian, yaitu sosialisasi baik itu knowledge discovery maupun knowledge sharing, pertukaran, arahan, dan kombinasi. Fitur KMS yang dikembangkan pada penelitian ini adalah grup chat, manajemen dokumen, dan case-based reasoning. Perancangan KMS menggunakan metode prototyping, diagram UML, dan arsitektur sistem Tiwana. Diagram UML yang digunakan meliputi use case diagram, activity diagram, class diagram, sequence diagram, dan behavioral state machine diagram. Rancangan sistem menghasilkan 12 use-case dan 4 aktor. Arsitektur sistem yang dirancang meliputi interface layer, access and authentication layer, collobarative intellignce and filtering, application layer, transport layer, middleware and legacy integration layer, dan repository layer. Prototipe sistem divalidasi dengan menggunakan pendekatan user acceptance test. .......XYZ is a company engaged in the identity security industry. This study raises the theme of less effective knowledge management problems in MO Business Unit. This study aims to analyze the needs of Knowledge Management System (KMS) in MO Business Unit XYZ and design the system. The analysis of the knowledge management system used the Becerra-Fernandez methodology and analysis of the Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI). This study used a mixed method in data collection and analysis. The data collection instruments used included interviews, focus group discussions, and questionnaire surveys. The OCAI analysis in this study shows that organizations have a market culture. In addition, the analysis of the Becerra-Fernandez methodology resulted in a priority of knowledge management processes in research organizations, namely socialization for both knowledge discovery and knowledge sharing, exchange, direction, and combination. The KMS features developed in this study are chat group, document management, and case-based reasoning. KMS design used prototyping methods, UML diagrams, and Tiwana system architecture. UML diagrams used include use case diagram, activity diagram, class diagram, sequence diagram, and behavioral state machine diagram. The system design produced 12 use cases and 4 actors. System architecture are designed include interface layer interface, access and authentication layer, collobarative intelligence and filtering, application layer, transport layer, middleware and legacy integration layer, and repository layer. The system prototype is validated using the user acceptance test approach.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Univeristas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cholid Ridwan
Abstrak :
PT Indonesia Power Unit Jasa Pemeliharaan (UJH) menyadari pentingnya mengelola pengetahuan yang dimiliki oleh para pegawainya, khususnya dalam hal pemeliharaan pembangkit, agar menjadi aset perusahaan yang dapat berguna bagi kelangsungan bisnis perusahaan. Salah satu upaya menjaga pengetahuan ini adalah dengan menggunakan sistem manajemen pengetahuan Indonesia Power Knowledge Management System (IPKMS) atau lebih dikenal dengan Knowlede Center sebagai sarana untuk berbagi pengetahuan. Namun demikian, antusias para pegawai dalam penggunaan aplikasi ini dirasakan masih kurang, dimana baru sekitar 30% dari total pegawai yang menggunakan aplikasi ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi para pegawai dalam menggunakan Knowledge Center beserta rekomendasi perbaikannya. Pendekatan mixed method digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan model penerimaan teknologi unified theory of acceptance and use of technology (UTAUT) dan tambahan variabel organizational factors (budaya perusahaan dan struktur organisasi) serta KMS self-efficacy. Jumlah data yang berhasil dikumpulkan sebanyak 174 buah, kemudian dianalisis menggunakan metode partial least squares structural equation modelling (PLS-SEM). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi para pegawai dalam penerimaan aplikasi Knowlede Center adalah effort expectancy, organization culture, organization structure, facilitating condition, KMS self-efficacy dan behavioral intention. Focus Group Discussion dilakukan dengan bidang terkait untuk menguatkan hasil penelitian dan penyusunan rekomendasi perbaikannya. ...... PT Indonesia Power Unit Jasa Pemeliharaan (UJH) realizes the importance of managing the knowledge possessed by its employees, especially in terms of plant maintenance, to become a company asset that can be useful for the continuity of the company's business. One effort to maintain this knowledge is using Indonesia Power Knowledge Management System (IPKMS) known as the Knowledge Center as a means to share knowledge. However, the enthusiasm of the employees in the use of this application is felt to be lacking, where only about 30% of the total employees use this application. This research was conducted to determine factors are influencing employees in using the Knowledge Center along with recommendations for improvement. The mixed method approach is used in this study by using the model of the unified theory of acceptance and use of technology (UTAUT) and additional variables of organizational factors (organization culture and organization structure) and KMS self-efficacy. About 174 data was collected and analyzed by PLS-SEM method. Results of this study conclude that the factors influencing employees in Knowledge Center application acceptance are effort expectancy, organization culture, organization structure, facilitating condition, KMS self-efficacy and behavioral intention. Focus Group Discussion was then conducted with representatives of related fields to strengthen the results of research and formulation of recommendations for improvement.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianto Budi Prabowo
Abstrak :
Politeknik Statistika STIS (Polstat STIS) merupakan perguruan tinggi kedinasan di lingkungan Badan Pusat Statistik (BPS). Polstat STIS memegang peranan penting untuk menghasilkan sumber daya aparatur yang profesional, berintegritas, dan amanah dalam bidang statistik bagi BPS. Sesuai dengan fungsinya, Polstat STIS berkewajiban mengembangkan sivitas akademika melalui pelaksanaan tridharma perguruan tinggi. Namun, laporan kinerja menunjukkan masih terhambatnya pelaksanaan tridharma perguruan tinggi di Polstat STIS. Permasalahan terkait kurangnya berbagi pengetahuan, akses sumber daya ilmiah, dan kolaborasi mengindikasikan perlunya manajemen pengetahuan (MP). Hal ini sejalan dengan program reformasi birokrasi BPS yaitu penerapan MP. Agar MP berhasil diterapkan, langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengukur tingkat kesiapannya terlebih dahulu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesiapan Polstat STIS dalam menerapkan MP serta memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kesiapannya. Untuk itu, dalam penelitian ini dilakukan penyusunan model kesiapan MP, pengukuran tingkat kesiapan, analisis hasil pengukuran, dan penyusunan rekomendasi. Model kesiapan disusun berdasarkan faktor penentu keberhasilan MP yang dikelompokkan ke dalam aspek individu, organisasi, budaya, teknologi, dan lingkungan fisik. Pembobotan melalui Analytic Hierachy Process (AHP) dilakukan pada aspek dan faktor. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada dosen dan tenaga kependidikan. Selanjutnya, tingkat kesiapan diukur dengan mengacu pada skala Rao. Dari hasil analisis, aspek individu dan teknologi berada pada tingkat siap, sedangkan aspek organisasi, budaya, dan lingkungan fisik berada pada tingkat permulaan. Secara keseluruhan nilai kesiapan MP Polstat STIS adalah 71% atau berada pada tingkat permulaan. Ini berarti Polstat STIS sudah mulai memiliki kesiapan dalam menerapkan MP. Faktor yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan adalah tempat berbagi pengetahuan, kepemimpinan, komunikasi, strategi, dan kolaborasi. Rekomendasi yang diberikan di antaranya menyediakan tempat khusus dan memaksimalkan area untuk bertemu dan berbagi pengetahuan, membentuk unit atau tim untuk mengelola pengetahuan, mengalokasikan anggaran untuk penerapan MP, serta menyusun strategi dan peraturan terkait MP. ......Polytechnic of Statistics (Polstat STIS) is an official college of Statistics Indonesia (BPS). Polstat STIS plays an important role in producing professional, integrity, and trustworthy apparatus resources in the statistical field for BPS. In accordance with its function, Polstat STIS is obliged to develop academicians through the implementation of the three pillars of higher education. However, the performance report shows that the implementation of the three pillars of higher education is still hampered in the Polstat STIS. Problems related to lack of knowledge sharing, access to scientific resources, and collaboration indicate the need for knowledge management (KM). This is in line with the BPS bureaucracy reform program, namely the application of KM. In order for KM to be successfully implemented, the first step that needs to be done is to measure the level of readiness first. The purpose of this study is to determine the level of readiness of Polstat STIS in implementing KM as well as providing recommendations to improve its readiness. For this reason, in this study, formation of the KM readiness model, measurement of readiness level, analysis of measurement results, and establishment of recommendations are prepared. The readiness model is compiled based on the KM critical success factors grouped into individual, organization, culture, technology, and physical environment aspects. Weighting through the Analytic Hierarchy Process (AHP) is carried out on aspects and factors. Data collection is done by distributing questionnaires to lecturers and staffs. Furthermore, the level of readiness is measured by referring to the Rao scale. From the results of the analysis, individual and technology aspects are at the ready level, while organization, culture, and physical environment aspects are at the preliminary level. Overall the score of Polstat STIS KM readiness is 71% or at the preliminary level. This means that Polstat STIS has begun to have readiness in implementing KM. The main priority factors to be improved are places for sharing knowledge, leadership, communication, strategy, and collaboration. Recommendations given include providing a special place and maximizing the area to meet and share knowledge, form a unit or team to manage knowledge, allocate a budget for implementing KM, and develop strategies and regulations related to KM.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rohmayani
Abstrak :
ABSTRAK Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) mempunyai tugas dan fungsi di bidang hak asasi manusia, peraturan perundang-undangan, administrasi hukum umum, hak kekayaan intelektual, pemasyarakatan, dan keimigrasian. Laporan kinerja instansi pemerintah (LAKIP) Kemenkumham tahun 2017 menyebutkan bahwa 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) Kemenkumham, yaitu indeks integritas memiliki target nilai 3.3 dan indeks reformasi birokrasi memiliki target nilai 85. Hasil evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi Kemenkumham tahun 2017 menyebutkan bahwa nilai indeks integritas adalah 3.14 dan nilai indeks reformasi birokrasi adalah 76.33, sehingga target IKU yang sudah ditetapkan tidak tercapai. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesiapan Kemenkumham dalam mengimplementasikan manajemen pengetahuan dan rekomendasi apa yang perlu diberikan terhadap hasil analisis untuk meningkatkannilaipenyelenggaraanreformasibirokrasidiKemenkumham. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi yang menggabungkan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif digunakan pada saat penyusunan kerangka teoretis dan penyusunan rekomendasi. Metode kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan pendapat pegawai Kemenkumham dan melakukan pembobotan faktor dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumennya. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan analitycal hierarchy process (AHP). Berdasarkan hasil analisis, tingkat kesiapan Kemenkumham berada pada nilai 3.995 yang berarti Kemenkumham siap mengimplementasikan manajemen pengetahuan dengan sedikit peningkatan. Rekomendasi perbaikan diberikan kepada indikator dengan nilai kesiapan di bawah 4.2 atau indikator di bawah tingkat siap untuk mengimplementasikan manajeme n pengetahuan.
ABSTRACT The Ministry of Law and Human Rights (Kemenkumham) has duties and functions in the fields of human rights, legislation, general law administration, intellectual property rights, correctional and immigration. The 2017 Kemenkumham government agency performance report (LAKIP) states that 2 (two) key performance indicators (IKU) of Kemenkumham, namely the integrity index has a target value of 3.3 and the bureaucratic reform index has a target value of 85. The results of 2017 Kemenkumham bureaucratic reform implementation mention that the integrity index value is 3.14 and the bureaucratic reform index value is 76.33, so the target IKU that has been set is not achieved. The study was conducted to determine the extent of Kemenkumham readiness in implementing knowledge management and what recommendations need to be given to the results of the analysis to increase the value of implementing bureaucratic reform at Kemenkumham. This study uses a combination research method that combines qualitative methods and quantitative methods. Qualitative methods are used when compiling theoretical frameworks and formulating recommendations. The quantitative method is used to collect the opinions of Kemenkumham employees and do factor weighting using a questionnaire as an instrument. Weighting is done using the analitycal hierarchy process (AHP). Based on the results of the analysis, the level of readiness of Kemenkumham is at the value of 3,995 which means that the Ministry of Law and Human Rights is ready to implement knowledge management with a slight increase. Improvement recommendations are given to indicators with readiness values below 4.2 or indicators below the level ready to implement knowledge management.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Denovi Rahmawati
Abstrak :
Manajemen pengetahuan (MP) menjadi hal yang penting dalam proses pembelajaran di organisasi. Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai lembaga pemerintah non departemen yang bertugas melaksanakan kegiatan statistik mulai menyadari pentingnya pengetahuan sebagai aset penting organisasi dalam mencapai visi misinya. Berdasarkan Rencana Transformasi Digital BPS, penerapan MP di BPS diharapkan dapat mendukung strategi organisasi. Namun, berdasarkan data penerapan MP di BPS yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan berbagai inisiatif MP di BPS belum optimal. Untuk mencapai keberhasilan program MP maka diperlukan adanya strategi MP. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penyusunan sebuah strategi MP berdasarkan hasil pengukuran kematangan MP di BPS. Pengukuran tingkat kematangan MP pada penelitian ini menggunakan kerangka kerja MP oleh Asian Productivity Organization (APO). Perumusan strategi MP ini dibantu dengan kerangka kerja MP oleh APO, strategi pengetahuan oleh Zack serta KM solutions dan foundations oleh Becerra. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan metode kuantitatif untuk pengukuran kematangan MP melalui survei kemudian analisis datanya menggunakan analisis deskriptif. Selanjutnya, metode kualitatif dilakukan untuk penyusunan strategi peningkatan MP melalui wawancara, observasi dan studi literatur kemudian analisis datanya menggunakan analisis tematik. Dari hasil analisis, kategori kematangan MP dengan nilai tertinggi yaitu teknologi sedangkan kategori dengan nilai terendah yaitu proses pengetahuan. Secara keseluruhan, total skor seluruh kategori kematangan MP BPS adalah 145,91 atau berada pada level 3 (introduction). Hal ini menunjukkan bahwa praktik MP sudah dilakukan di beberapa area organisasi. Perumusan strategi MP BPS dari penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Hasil strategi MP ini diharapkan dapat mewujudkan keberhasilan program MP di BPS. ......Knowledge management (KM) becomes important in the learning process in organizations. The Central Bureau of Statistics (BPS) as a non-departmental government agency tasked with carrying out the statistical activities began to realize the importance of knowledge as an important asset of the organization in achieving its vision and mission. Based on the BPS Digital Transformation Plan, the implementation of KM in BPS is expected to support the organization`s strategy. However, based on the data of the KM implementation obtained at BPS, it shows that the implementation of various KM initiatives at BPS is not optimal. To achieve the success of the KM program, the KM strategy is needed. This study aims to develop the KM strategy based on the results of measuring its KM maturity at BPS. The measurement of KM maturity level in this study uses the KM framework by the Asian Productivity Organization (APO). This KM strategy formulation is aided by the APO KM framework, the knowledge strategy by Zack and KM solutions and foundations by Becerra. This research is a case study research with the quantitative methods to measure the KM maturity through surveys and then analyze the data using the descriptive analysis. Furthermore, a qualitative method is carried out for the design of strategies to increase KM through interviews, observation, and literature review and then analyze the data using the thematic analysis. From the analysis results, the KM maturity category with the highest value is the technology while the category with the lowest value is the knowledge process. Overall, the total score of the KM maturity categories at BPS is 145.91 or at level 3 (introduction). This shows that the KM practices have been carried out in several areas of the organization. The formulation of the KM strategy at BPS from this study is categorized into 3 stages, namely planning, implementation, and evaluation. The results of this KM strategy are expected to realize the success of the KM program at BPS.
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Viktor Suwiyanto
Abstrak :
ABSTRAK BPS adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertugas menjalankan fungsi-fungsi kegiatan statistik. Misi pertama BPS yang dirumuskan dalam Rencana Strategis (Renstra) BPS adalah menyediakan data statistik berkualitas melalui kegiatan statistik yang terintegrasi dan berstandar nasional maupun internasional. Berdasarkan penjabaran dari misi tersebut BPS memiliki harapan dalam pelaksanaan kegiatan statistik di BPS yang terintegrasi, terkoordinasi dan tersosialisasikan dengan efektif dan efisien. Berdasarkan LAKIN Kedeputian BPS, permasalahan tidak terintegrasi, kurang koordinasi, tidak berbagi pengalaman dan permasalahan-permasalahan lain terkait knowledge sharing sering terjadi. Berdasarkan analisis akar masalah, ditemukan akar permasalahan dari masalah tersebut adalah belum adanya sistem knowledge sharing pada kegiatan statistik di BPS. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan sistem knowledge sharing pada kegiatan statistik tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Design Science Research (DSR) untuk membangun rancangan sistem yang diusulkan. Pada pelaksanaan tahapan DSR penelitian ini mengadopsi beberapa temuan dari penelitian sebelumnya. Untuk tahapan awareness of problem dan suggestion penelitian ini mengadopsi tiga tahap awal dari Soft Systes Methodology (SSM). Untuk tahapan development penelitian ini mengadopsi penelitian tentang membangun Sistem Manajemen Pengetahuan yang berorientasi pada proses bisnis menggunakan B-KIDE framework. Untuk menguji apakah rancangan yang dibangun sesuai dengan kriteria sistem yang diinginkan BPS, prototipe sistem knowledge sharing berdasarkan rancangan penelitian ini diimplementasikan dan dievaluasi menggunakan statistik fleiss kappa. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, prototipe sistem knowledge sharing sudah sesuai dengan kriteria BPS. Dari tahapan-tahapan DSR yang telah dilakukan pada penelitian ini dihasilkan output yang dijadikan artefak penelitian ini. Selain artefak tersebut hasil akhir dari penelitian ini adalah rancangan sistem knowledge sharing yang diharapkan mampu mendukung setiap proses knowledge sharing yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan statistik. Dengan adanya rancangan ini diharapkan sistem knowledge sharing dapat diimplementasikan di BPS untuk menjadikan kegiatan statistik di BPS lebih terintegrasi, terkoordinasi dan tersosialisasikan secara efektif dan efisien.
ABSTRACT Central Bureau of Statistics (BPS) is a Non-Ministerial Government Institution whose job is to carry out the functions of statistical activities. The first mission of BPS, as formulated in the BPS Strategic Plan (Renstra), is to provide high quality statistical data through integrated statistical activities that uses national and international standard. Based on the elaboration of the mission, BPS has hopes in implementing statistical activities that are integrated, coordinated and socialized effectively and efficiently. Based on BPS performance report, problems are not integrated, lack of coordination, not sharing experiences and other problems related to knowledge sharing still happens often. Based on the root cause analysis, root cause of the problem was found. The root cause of the problem is that there is no knowledge sharing system in statistical activities in BPS. This study aims to build a knowledge sharing system design in these statistical activities. This study uses the Design Science Research (DSR) method. In the implementation of the DSR stages this study adopted several findings from previous studies. For the stage of awareness of problems and suggestions this study adopted three initial stages of Soft Systems Methodology (SSM). For the development phase of this research, it adopts research on building a business process-oriented Knowledge Sharing System using the B-KIDE framework. To test whether the design was fit with BPS criteria, a prototype of a knowledge sharing system based on the design of this study was implemented and evaluated using statistics Fleiss Kappa. Based on the evaluation results, the prototype of the knowledge sharing system was fit with BPS criteria. From the stages of DSR, this research delivered artifacts as outputs of this study. In addition to these artifacts, the final result of this study is a knowledge sharing system design that is expected to be able to support any knowledge sharing process carried out during statistical activities. With this design this study hoped that the knowledge sharing system can be implemented at BPS to make statistical activities at BPS more effectively and efficiently integrated, coordinated and socialized.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ima Zanu Setyaningrum
Abstrak :
ABSTRAK Permasalahan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) dan pengadaan dapat terjadi setiap tahun dengan objek berbeda namun terdapat kesamaan topik. Penerapan manajemen pengetahuan merupakan salah satu strategi untuk memberikan pilihan kepada manajemen dalam pengambilan keputusan yang lebih baik untuk menghadapi permasalahan yang rutin terjadi. Manajemen pengetahuan perlu didahului dengan mengetahui kesiapan organisasi dalam menerapkan konsep manajemen pengetahuan agar dapat memberikan manfaat yang diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat kesiapan penerapan manajemen pengetahuan dan mengidentifikasi perbaikan-perbaikannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Tingkat kesiapan diperoleh dengan menghitung bobot faktor dari pendapat 11 ahli dihitung menggunakan metode Entropy dan nilai kesiapan dihitung dari hasil kuesioner metode statistik deskriptif rata-rata. Uji kehandalan menggunakan SPSS versi 25 dengan nilai Cronbachs Alpha untuk Entropy sebesar 0.861 dan untuk kuesioner sebesar 0.920. Hasil perhitungan tingkat kesiapan organisasi memiliki nilai 75,29% yaitu berada pada tingkat 3 (siap dengan perbaikan). Guna meningkatkan kesiapan penerapan manajemen pengetahuan, maka perbaikan yang diusulkan dibagi menjadi tiga prioritas. Prioritas pertama untuk memperbaiki faktor kepemimpinan dan komitmen sumber daya, prioritas kedua untuk memperbaiki faktor budaya dan strategi, dan prioritas ketiga untuk memperbaiki faktor pengukuran, pembelajaran, lingkungan fisik, teknologi informasi dan komunikasi, kepercayaan dan harapan kinerja.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>