Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiffany Nurachmania
"Depresi postpartum merupakan kondisi gangguan kecemasan yang terjadi pada 25% hingga 80% ibu sehingga mampu melumpuhkan kemampuan ibu dalam merawat anak pasca melahirkan tetapi, salah satu kasus yang paling umum terjadi pada ibu melahirkan ini sebenarnya dapat dicegah. Masalah gangguan kejiwaan ini terjadi setelah 4 minggu postpartum dan ditandai dengan gejala kondisi mood atau perasaan sedih yang diikuti dengan kehilangan minat terhadap aktivitas, insomnia, penurunan berat badan, retardasi psikomotor, kehilangan tenaga, perasaan bersalah yang mendalam hingga pikiran tentang kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kejadian depresi postpartum pada ibu dalam forum ibu dan anak di Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deksriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Kota DKI Jakarta dengan memanfaatkan forum ibu dan anak online yang berisi ibu dengan keingintahuan dan pengalaman terkait depresi postpartum yang dialaminya. Responden dalam penelitian ini sebanyak 73 ibu dengan kriteria masa pasca persalinan 4 minggu (1 bulan) hingga 12 bulan. Hasil analisis menunjukan kasus depresi postpartum sebesar 67,1% dan tidak depresi sebesar 32,9% dengan karakteristik usia risiko rendah, pendidikan tinggi, status paritas primpara, berlokasi tempat tinggal khususnya di Jakarta Timur, berstatus ekonomi tinggi, bekerja sebelum melahirkan dan setelah melahirkan, tidak memiliki jaminan kesehatan, tingkat dukungan sosial rendah, menjalani 2 kali kehamilan, memiliki status kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan, riwayat kunjungan Antenatal Care (K1-K4) lengkap, tidak pernah mengikuti kelas ibu hamil, mengalami komplikasi kehamilan, metode melahirkan caesar atau dengan bantuan alat, status anak terakhir adalah anak ketiga, berat badan bayi lahir rendah <2500gr, tidak melakukan Insiasi Menyusui Dini (IMD) dan metode pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara tidak langsung.

Postpartum depression is a condition of anxiety disorder affect 25% to 80% of women that can paralyze the mother's ability to care for children after birth however, one of the most common causes of the motherhood issues period can be prevented. These psychiatric disorders in women occur after 4 weeks postpartum is characterized by symptoms of mood conditions or feelings of sadness followed by loss of interest in daily activities, insomnia, weight loss, psychomotor retardation, loss of energy, deep feelings of guilt to thoughts of death. This study aims to identify the picture of postpartum depression in mothers in the mother and child forum in Jakarta. The study design used was cross-sectional with univariate analysis. This research was conducted in the city of DKI Jakarta by utilizing an online mother and child forum that contained mothers with curiosity and experiences related to postpartum depression. A total of 73 mothers with criteria for a post-natal period of 4 weeks (1 month) to 12 months were included in this study. The results of the analysis showed that postpartum depression cases are 67,1% and 32,9% was found negative postpartum depression, it occured in mothers of low-risk age, high education, primipara parity status, location of residence especially in East Jakarta, high economic status, work before giving birth and after childbirth, no health insurance, low social support level, underwent two pregnancies, had an unwanted or unplanned pregnancy status, a history of antenatal care visits, never attended classes for pregnant women, had pregnancy complications, caesarean delivery method or with the help of a tool, status of the last child is the third child, low birth weight <2500gr, does not carry out early initiation of breastfeeding and indirect breastfeeding method."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indah Kusuma Dewi
"Kanker serviks merupakan kanker yang berkembang di bagian serviks wanita. Hampir 99% kasus kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Kematian tertinggi akibat kanker pada perempuan di Indonesia berasal dari kanker payudara 22.692 (11,0%) kasus kematian dan kanker serviks 18.279 (8,8%) kasus kematian (WHO IARC 2018). Berdasarkan penelitian Dewi, 2017 kanker serviks paling banyak ditemukan pada usia dewasa, dengan status menikah, dan hidup di perkotaan. Jumlah penderita kanker di kota 6,6% lebih banyak dari yang di desa. Kasus kanker serviks sebanyak 543 di kota dan 384 di desa.Usia menarche merupakan salah satu faktor terjadinya lesi prakanker serviks. Usia menarche dini memiliki risiko 14 kali untuk mengalami kanker serviks (Reis, Beji, and Kilic 2011). Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017 menyatakan bahwa Rentang usia pertama kali menstruasi wanita di Indonesia dari tahun ke tahun menurun dari usia 12 – 15 tahun menjadi 12 – 14 tahun. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data sekunder riset PTM tahun 2016. Jumlah sampel 9931 orang, yaitu memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan logistic regression.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari data riset Penyakit Tidak Menular (PTM) 2016 yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. Pada penelitian ini tidak ada hubungan signifikan secara statistik antara usia menarche dengan kejadian lesi prakanker serviks dimana perempuan dengan usia menarche < 12 tahun terproteksi 1,025 kali (POR = 0,975; 95% CI 0,689 – 1,380, p-value 0,888) untuk mengalami lesi prakanker serviks dibandingkan perempuan yang mengalami usia menarche ≥ 12 tahun.

Cervical cancer is cancer that develops in the cervix of women. Almost 99% of cervical cancer cases are caused by the Human Papilloma Virus (HPV). The highest mortality from cancer in women in Indonesia came from breast cancer, 22,692 (11.0%) cases of death and cervical cancer, 18,279 (8.8%) cases of death (WHO IARC 2018). Based on Dewi's research, in 2017, cervical cancer was mostly found in adulthood, married, and living in urban areas. The number of cancer sufferers in cities is 6.6% more than in villages. There were 543 cervical cancer cases in cities and 384 in villages. Menarche age is a factor in the occurrence of cervical precancerous lesions. Early menarche age has 14 times the risk of developing cervical cancer (Reis, Beji, and Kilic 2011). The results of the Indonesian Demographic Health Survey in 2017 stated that the age range for the first time menstruation for women in Indonesia from year to year decreased from 12-15 years old to 12-14 years old. This type of research is quantitative, with a cross sectional study design. This study used secondary data from PTM research in 2016. The number of samples was 9931 people, which met the inclusion and exclusion criteria. The analysis used logistic regression. The data used in this study is secondary data from the 2016 Non-Communicable Diseases (PTM) research data organized by the Health Research and Development Agency of the Ministry of Health. In this study, there was no statistically significant relationship between the age of menarche and the incidence of cervical precancerous lesions where women with menarche age <12 years were protected 1.025 times (POR = 0.975; 95% CI 0.689 - 1.380, p-value 0.888) to experience cervical precancerous lesions. compared to women who experienced menarche ≥ 12 years."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Bunga Anggraini
"Salah satu penilaian keberhasilan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) yang merupakan program rehabilitasi terhadap pengguna narkoba khususnya pengguna narkotika suntik adalah kualitas hidup klien. Penelitian yang bertujuan mengetahui kualitas hidup klien PTRM ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 62 responden di Puskesmas Kedung Badak dan BogorTimur. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor kualitas hidup klien PTRM di Kota Bogor pada domain fisik sebesar 57,6; domain psikologis sebesar 57,5; domain sosial sebesar 63,6; dan domain lingkungan 63,9. Dibandingkan rerata skor populasi sehat di Indonesia, domain fisik dan psikologis lebih rendah daripada populasi tersebut, sedangkan domain psikologis tidak berbeda dengan populasi tersebut. Adapun skor domain lingkungan lebih tinggi dibandingkan populasi sehat Indonesia. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidup pada domain fisik adalah tingkat pendidikan, sedangkan domain psikologis adalah dosis metadon. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidup domain sosial adalah adanya seseorang yang dapat diajak bicara, sedangkan domain lingkungan ditentukan oleh tingkat pendidikan. Perlu dilakukan evaluasi terhadap pemberian Take Home Dose THD dan penerapan aturan penghargaan dan sanksi terhadap klien PTRM di Puskesmas tersebut. Untuk meningkatkan kualitas hidup klien PTRM, diperlukan penanganan klien dengan pendekatan individual dan dibutuhkan dukungan sosial untuk meningkatkan motivasi serta kepatuhan klien dalam menjalani terapi metadon.

One of the achievement in Methadone Maintenance Therapy which is a rehabilitation program for injecting drug users is quality of life. The purpose of this study was to determine quality of life among MMT patients. Sixty two respondents from Kedung Badak and Bogor Timur Public Health Care were recruited in this cross sectional study. The results showed mean scores for physical domain was 57.6 psychological domain was 57.5 social domain was 63.6 and environmental domain was 63.9. Compared toquality of life of the Indonesian general population scores, physical and psychological domain scores were lower, while social domain had no different with the Indonesian population. Environmental domain had higher score than Indonesian general population. The dominant factor in determining physical and environmental domain was level of education, while the psychological domain was methadone dose, and the existence of some ones to talk to was dominant factor for social domain. Evaluation to Take Home Dose THD and application of 'reward and punishment' rule in these health providers. To improve MMT patients rsquo quality of life it is suggested to treat patients based on individual approach and social support to increase clients motivation and adherence to methadone therapy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nuraini
"Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang prevalensinya meningkat dari tahun ke tahun, pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) merupakan program nasional yang diselenggarakan pemerintah sebagai salah satu upaya penanggulangan kanker payudara. Namun sampai tahun 2017 cakupan SADANIS hanya 5,91% hasil tersebut belum mencapai target minimal program. Tenaga kesehatan selain mempunyai tugas melakukan pemeriksaan SADANIS, juga berperan melakukan penyebaran informasi terkait kaker payudara secara luas.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan sumber informasi dari tenaga kesehatan dengan perilaku deteksi dini kanker payduara menggunakan metode pemeriksaan payudara klinis di daerah perkotaan Indonesia bedasarkan analisis data riset penyakit tidak menular tahun 2016. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebesar 12.336, sample diambil berdasarkan total samping data yang masuk dalam kriteria inklusi dan eklusi penelitian.
Hasil penelitian ini menujukan bahwa prevalensi perilaku pemeriksaan payudara klinis pada perempuan usia 25-64 tahun yang memiliki pengetahuan baik terkait kanker payudara di daerah perkotaan Indonesia bedasarkan data riset PTM tahun 2016 sebesar 7,4% (916). Hasil multivariat hubungan sumber informasi dari tenaga kesehatan dengan perilaku deteksi dini kanker payudara memiliki P-value <0,000, Odds Ratio adjusted 2,02 (95% CI 1,757-2,337) ini berarti ada hubungan antara sumber informasi dari tenaga kesehatan dengan perilaku deteksi dini kanker payudara menggunakan metode pemeriksaan payudara klinis pada perempuan yang memiliki pengetahuan baik tentang payudara di daerah perkotaan Indoneisa. Perempuan yang memiliki pengetahuan baik tentang kanker payudara yang bersumber dari tenaga kesehatan memiliki peluang 2,02 kali lebih besar melakukan pemeriksaan payudara klinis dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan.

Cancer is one of the non-communicable diseases whose the prevalence is increasing year by year. Clinical breast examination (CBE) is a national program organized by the government as one of the efforts to overcome breast cancer. But until 2017 prevalence of CBE is only 5.91%, this results have not reached the program's minimum target. Besides having the task of doing CBE examinations, health workers also have the role of sharing information regarding breast cancer extensively.
This study aims to know the association between source of information from health workers with early detection of breast cancer used clinical breast examination in Indonesian urban areas based data analysis of non-communicable diseases research in 2016. Design of this research used cross sectional study, sample which suitable from inclusion and exclusion criteria was 12.336 respondents.
The results showed the prevalent of clinical breast examination in women aged 25-64 years with good knowledge about breast cancer was 7,4% (916). Multivariate analysis using logistic regression showed that there was a significant relationship between source of information from health workers with early detection of breast cancer used clinical breast examination in Indonesian urban areas, with p-value < 0,000 and Odds Ratio adjusted was 2,02 (CI 95% 1,757-2,337).
The conclusion was there was the significant relationship between source of information from health workers with early detection of breast cancer used clinical breast examination. Women who have knowledge of breast cancer from health workers had 2.02 more chance of doing clinical breast examinations than those who do not get information from health workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akemat
"Praktik pengikatan orang dengan skizofrenia masih dilakukan di rumah sakit jiwa.. Seringkali pengikatan didasarkan pada alasan subyektif, belum ada instrumen standar untuk menentukan keputusan tindakan pengikatan. ODGJ yang diikat mengeluh bahwa mereka tidak dapat memahami alasan mereka dilakukan diikat. ODGJ menjadi dendam dan tidak kooperatif ketika diikat, bahkan dapat meningkatkan tingkat agitasi. Tujuan penelitian adalah untuk menyusun instrumen prediktor pengikatan orang dengan skizofrenia (ODS) di rumah sakit jiwa. Metoda yang digunakan dalam penelitian adalah gabungan metode kualitatif dan kuantitatif.
Hasil yang diperoleh adalah tersusunnya instrumen prediktor pengikatan Akemat (IP2 Akemat) pada ODS di rumah sakit jiwa yang terdiri dari 4 instrumen meliputi Instrumen Perilaku ODS, Instrumen Kebijakan dan SOP, Instrumen Sarana dan Prasarana Pengikatan, dan Instrumen Keberadaan Petugas yang valid, reliabel, sensitif, dan spesifik dalam menentukan tindakan pengikatan ODS di rumah sakit jiwa. Studi memperoleh skor sebagai titik cutoff untuk menentukan tindakan pengikatan atau tidak melakukan tindakan pengikatan. Diskusi: Instrumen IP2 Akemat direkomendasikan untuk digunakan dalam menetapkan apakah ODS perlu diikat.

The practice of restraint people with schizophrenia is still carried out in mental hospitals. Often restraining is based on subjective reasons, there is no standard instrument to determine the decision of restraint. People with shyzophrenic (PWS) who were tied complained that they could not understand the reason they had been bound. PWS becomes vengeful and uncooperative when tied up, it can even increase the level of agitation. The aim of the study was to compile predictive instruments for restraint people with schizophrenia (ODS) in mental hospitals. The method used in the study is a combination of qualitative and quantitative methods.
The results obtained were the arrangement of Akemat restraint predictors (Akemat IP2) for PWS in mental hospitals consisting of 4 instruments that valid, reliable, sensitive , and specific including PWS Behavior Instruments, Policy and SOPs Instruments, Infrastructure for Restraint Instruments, and Health Provider Existence Instruments in determining restraint for PWS in mental hospitals. The study obtained a score as a cutoff point to determine the restraint or unrestraint. Discussion: The Akemat IP2 instrument is recommended for use in determining whether PWS needs to be restrained."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2630
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Dian Sulistiowati
"Remaja mengalami gangguan mental emosional sebanyak 4.3%, namun pelayanan kesehatan jiwa disekolah belum menjadi prioritas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas model promotif dan preventif dalam meningkatkan kesehatan jiwa pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain operational research yang terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap pertama studi kuantitatif dan kualitatif, tahap kedua pengembangan model, dan tahap ketiga studi kuantitatif quasy experiment pre-post test with control group pada remaja SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja memiliki kesejahteraan emosi, psikis dan sosial yang tinggi, namun 53.20% memiliki gejala prodromal. Remaja memiliki faktor risiko (masalah teman sebaya dan masalah berasal dari dalam diri), faktor protektif (remaja berupaya mengatasi masalah dengan kemampuan diri dan dukungan keluarga dalam perkembangan remaja), dan upaya pelayanan kesehatan jiwa remaja (guru memahami kebutuhan remaja dan puskesmas memberi edukasi, memantau dan menerima rujukan). Intervensi model P2KJ, kemampuan prososial, masalah emosi berpengaruh terhadap kesehatan jiwa remaja. Rekomendasi penggunaan model P2KJ untuk peningkatan kesehatan jiwa remaja dengan melaksanakan usaha kesehatan jiwa sekolah (UKJS). Pelibatan perawat sekolah, guru, orang tua diperlukan sehingga membentuk sistem dukungan yang baik secara berkelanjutan dalam menjaga kondisi kesehatan fisik, psikis dan sosial remaja disekolah.

Adolescents experience mental emotional disorders as much as 4.3%, but mental health services in schools have not become a priority. This study aims to determine the effectiveness of promotive and preventive models in improving mental health in adolescents. This study uses an operational research design which consists of 3 stages, namely the first stage of quantitative and qualitative studies, the second stage of model development, and the third stage of a quantitative study of quasi experiment pre-post test with control group in junior high school adolescents. The results showed that most of the adolescents had high emotional, psychological and social well-being, but 53.20% had prodromal symptoms. Adolescents have risk factors (peer problems and problems that come from within), protective factors (adolescents try to overcome problems with their own abilities and family support in adolescent development), and efforts to provide adolescent mental health services (teachers understand the needs of adolescents and health centers provide education, monitor and receive referrals). The P2KJ model intervention, prosocial abilities, emotional problems affect adolescent mental health. Recommendations for using the P2KJ model to improve adolescent mental health by implementing school mental health efforts (UKJS). The involvement of school nurses, teachers, parents is needed so as to form a good support system on an ongoing basis in maintaining the physical, psychological and social health of adolescents at school."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library