Â
Hasil: Staf Pengajar dan peserta PPDS PA FKUI menunjukkan respons positif terhadap pelaksanaan ujian formatif DbK. Ujian formatif DbK dianggap memungkinkan proses diskusi mendalam antara staf pengajar dan peserta PPDS PA terkait proses penegakkan diagnosis dari suatu kasus. Staf pengajar dapat memantau kemajuan proses pembelajaran serta memberikan umpan balik yang spesifik terhadap peserta PPDS. Peserta PPDS dapat mempelajari suatu kasus dengan lebih komprehensif, memperoleh umpan balik yang spefisik, serta mendapatkan simulasi ujian sumatif.
Kesimpulan: Ujian DbK bermanfaat dalam proses pencapaian kompetensi dalam pendidikan yang menggunakan pendekatan competency- atau outcome-based curricula.Latar belakang: Pedikulosis kapitis merupakan masalah kesehatan yang umumnya terjadi pada anak-anak usia 3-12 tahun di seluruh dunia. Losio permetrin 1% merupakan terapi pilihan pertama untuk pedikulosis kapitis dan obat ini tersedia di Indonesia. Saat ini mulai ada laporan resistensi penggunaan permetrin 1% di beberapa negara. Di Indonesia belum ada data resistensi permetrin. Dilaporkan permetrin 5% dapat digunakan untuk pedikulosis kapitis yang resisten terhadap permetrin 1%. Sepengetahuan penulis belum pernah ada uji klinis dengan kontrol yang membandingkan losio permetrin 1% dengan 5% sebagai terapi pedikulosis kapitis.
Tujuan: Mengetahui efektivitas dan keamanan penggunaan losio permetrin 1% dan losio permetrin 5%.
Metode: Rancangan studi menggunakan uji klinis acak tersamar ganda. Subyek penelitian adalah santri perempuan di Pondok Pesantren di Cibinong. Subyek yang memenuhi kriteria penerimaan dialokasikan secara acak mendapatkan terapi losio permetrin 1% (LP1) dan losio permetrin 5% (LP5). Pengobatan dilakukan 2 kali dengan jarak 7 hari. Penilaian efektivitas dilakukan pada hari ke-7 dan hari ke-14. Subyek dinyatakan sembuh bila tidak ditemukan kutu hidup saat evaluasi. Penilaian efek samping dinilai pada hari ke-0 yaitu 10 menit setelah pengolesan, 7 hari setelah pengobatan pertama, 7 hari setelah pengobatan kedua yaitu hari ke-14.
Hasil:
Sebanyak 48 subyek ikut dalam penelitian ini. Terdapat 1 SP drop out dari kelompok LP5. SP yang sembuh pada kelompok LP1 di hari ke-7 dan ke-14 adalah sebanyak 15 SP (62,5%) dan 23 SP (95,8%), sedangkan pada kelompok LP5 adalah 15 SP (65,2%) dan 22 SP (95,7%). Tidak terdapat perbedaan angka kesembuhan yang bermakna secara statistik antara kedua kelompok pada hari ke-7 dan ke-14 (p=1,000). Efek samping subyektif pada kedua kelompok yang paling banyak ditemukan adalah rasa panas di kelompok LP1 sebanyak 3 orang dan di kelompok LP5 sebanyak 2 orang.
Simpulan:
Efektivitas LP1 dan LP5 pada pedikulosis kapitis tidak berbeda bermakna. Angka kesembuhan yang didapatkan pada hari ke-7 dan hari ke-14 serupa antara kedua kelompok. Selain itu tidak didapatkan perbedaan keamanan antara LP1 dan LP5 yang bermakna secara statistik.
Background: In the worldwide pediculosis capitis is a community disease commonly affected among children 3 to 12 years of age. Permethrin lotion 1% is drug of choice for pediculosis capitis and available in Indonesia. In many countries, there are reported resistency of permethrin 1%. There is no data of permethrin resistency in Indonesia. Permethrin 5% has been reported useful for resistance cases of permethrin 1%. As the author’s knowledge there is no previous clinical trial comparing permethrin lotion 1% and 5% as pediculosis capitis therapy.
Objective: To know the effectivity and safety of permethrin lotion 1% and 5% in the treatment of pediculosis capitis.
Methods: A randomized control study of woman boarding school student in Cibinong. Patient who fulfilled inclusion criteria, allocated to receive permethrin lotion 1% and 5% accordance with randomization. Treatment is done twice with distance 7 days. The effectivity assest at day-7th and day-14th. Cure, if there is no life lice on subject at the evaluation. The adverse effect assest 10 minutes after first application, day-7th, and seventh day after second application at day-14th.
Results:
A total of 48 subjects were enrolled. One subject dropped out. On day-7th and day-14th there were 15 subject (62,5%) and 23 subject (95,8%) cured at group LP1, likewise at group LP5 there were 15 subject (65,2%) and 22 subject (95,7%) cured. There was no statistical difference on the effectivity between both group on day-7th and day-14th (p=1,000). The most common subjective side effect on both group was burn, 3 subject on group LP1 and 2 subject on group LP5.
Conclusion:
There was no statistical differences on the effectivity between group LP5 and LP1. Cure rate on day-7th and day-14th on both group similar. There was no statistical differences on side effect between group LP1 and LP5.
"