Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tuti Nuraini
Abstrak :
Pada pasien pasca operasi, masalah sulit tidur merupakan masalah yang sering terjadi. Umumnya hal ini disebabkan karena nyeri (Kozier et all, 1995). Di Indonesia data tentang gangguan tidur pasca operasi belum ada, sehingga gambaran pasti tentang hal tersebut tidak diketahui. Hal ini mungkin disebabkan gangguan tidur tidak menjadi perhatian utama, sedangkan fungsi dari tidur adalah untuk sintesis pemulihan dan perilaku, waktu perbaikan tubuh dan otak (Kozier, et all, 1995). Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan gangguan pola tidur pada pasien 2-11 hari pasca operasi dan tindakan yang sudah dilakukan pasien agar dapat memenuhi kebutuhan tidur. Penelitian ini menggunakan desain eksploratif yang dilakukan pada 50 orang pasien 2-11 hari pasca operasi di Instalasi Rawat Inap lantai 3,4,5 dan ruang rawat E-RIA RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Selain itu, penelitian ini mengacu pada "The SMH Sleep Questionnaire" dengan skala 1-5, 1 untuk nilai terburuk dan 5 untuk nilai terbaik. Dari penelitian ini didapatkan hasil pada pasien dewasa awal (18-30 tahun): kesulitan untuk memulai tidur ("initial insomnia") dengan nilai 3,6, standar deviasi 1,4 dan untuk memulai tidur pasien perlu waktu rata-rata 1 jam 36 menit. Pada saat tidur pasien terbangun sekitar 2,7 kali; pasien yang terbangun dan sulit tidur kembali sebanyak 44 %; kualitas tidur rata-rata 3,35, standar deviasi 0,82. Jumlah jam tidur pads malam hari 6 jam 9 menit dan siang hari 1 jam 21 menit. Penyebab gangguan tidur umumnya berasal dari nyeri 34,5%, takut penyakit berulang 17,24%, cemas tidak kembali normal 10,34%, tindakan perawat 10,34%, demam 2% dan lain-lain (batuk, cemas pada keluarga di rumah, hujan, sulit ubah posisi dan sulit buang air) 27,58%. Sedangkan pada pasien dewasa menengah (31-60 tahun) didapatkan hasil: kesulitan untuk memulai tidur ("initial insomnia") dengan nilai 3,41, standar deviasi 1,2 dan untuk memulai tidur pasien perlu waktu rata-rata 1 jam 7 menit. Pada saat tidur pasien terbangun sekitar 2,5 kali; pasien yang terbangun dan sulit tidur kembali sebanyak 40.62 %; kualitas tidur rata-rata 3, standar deviasi 0,92. Jumlah jam tidur pada malam hari 5 jam dan siang hari 50 menit. Penyebab gangguan tidur umumnya berasal dari nyeri 32,8%, takut penyakit berulang 15,52%, cemas tidak kembali normal 15,5%, tindakan perawat 3,5%, pusing 5,2%, demam 5,2%, dan lain-lain (sesak nafa.s, berkeringat, buang air kecil, perut kembung, pasien lain teriak/ngamuk, gatal di vagina, batuk, udara panas dan dingin, magh, tidak nyaman) 22,36%. Manajernen pola tidur yang mereka lakukan antara lain: membentuk lingkungan yang nyaman 34,4%; medikasi 13,2%; melakukan kebiasaan sebelum tidur 11,8%; melakukan latihan 2 jam sebelum tidur 10,6%; makan tinggi protein dan menghindari kopi 7,2%; Massase atau pijat 5,2%; membersihkan dan mengeringkan kulit 9,9%; tidak melakukan apa-apa 4,6%; dikompres dan dikipas-kipas 2,6%; terapi sentuhan 2%; komunikasi yang baik 2%. Setelah dianalisa, ternyata manajemen pola tidur yang mereka lakukan masih kurang baik. Tentunya akan lebih baik bila perawat membantu pasien memenuhi kebutuhan tidurnya, seperti mengajarkan teknik relaksasi, guided imagery, batuk efektif, pengaturan jadwal tindakan perawat, dan lain-lain.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Efy Afifah
Abstrak :
ABSTRAK
Kebutuhan terhadap tenaga sumber daya manusia yang berkualifikasi baik yang diimbangi dengan sikap percaya diri yang baik akan semakin bertambah dengan semakin meningkatnya peradaban manusia, perkembangan teknologi pada berbagai bidang ilmu termasuk bidang kesehatan. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan menuntut adanya tenaga kerja di bidang kesehatan yang berkualifikasi baik disertai dengan sikap percaya diri yang baik.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara sikap percaya diri dengan nilai ujian praktek laboratorium yang diperoleh.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa KDM program angkatan 1999 diperoleh bahwa tingkat percaya diri mahasiswa dengan kualifikasi baik adalah sebesar 47%, sedangkan 50% cukup dan 3%. Untuk itu perlu diadakan upaya-upaya untuk meningkatkan sikap percaya diri mahasiswa selain meningkatkan kemampuan akademiknya baik teori maupun praktek.

Hasil uji korelasi Pearson memperlihatkan bahwa nilai korelasi yang diperoleh adalah sebesar r = - 0,125. Hal ini menunjukkan bahwa antara sikap percaya diri dengan nilai hasil ujian praktek di laboratorium adalah kecil sekali, dengan ketentuan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut adalah linear. Dengan Hipotesa tidak dapat diterima.

Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai hasil ujian tidak berpengaruh terhadap sikap percaya diri mahasiswa. Untuk itu perlu diidentifikasi faktor-faktor lain yang secara bersama-sama mempengaruhi sikap percaya diri mahasiswa.

Hal tersebut perlu dilakukan agar pada tahap selanjutnya bisa diketahui factor-faktor apa-apa saja yang perlu mendapat perhatian yang lebih besar yang pada akhirnya bisa memenuhi tujuan menghasilkan serta meningkatkan produktivitas SDM yang memenuhi kualifikasi baik dan mempunyai sikap percaya diri yang baik.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library