Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asri Mutiara Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu masalah akademik yang sering dialami anak ADHD adalah masalah dalam keterampilan menulis dasar yaitu mengeja. Anak ADHD tidak melakukan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap kegiatan menulis sehingga hasil tulisannya sering tidak akurat (kurang, salah atau kelebihan huruf dalam kata). Dalam penelitian ini intervensi dilakukan untuk meningkatkan keterampilan mengeja anak ADHD saat menulis dengan mengembangkan strategi metakognisi melalui teknik scaffolding. Intervensi yang dirancang diharapkan dapat membantu anak ADHD mengembangkan kemampuannya meregulasi proses menulis secara mandiri. Penelitian menggunakan single subject design dengan melibatkan satu orang subyek, yaitu anak laki-laki berusia 8 tahun yang menyandang ADHD dan memiliki kesulitan dalam menulis khususnya mengeja. Setelah dilakukan analisis perbandingan hasil pre-test dan post-test, diketahui bahwa teknik scaffolding yang diberikan efektif dalam mengembangkan strategi metakognisi dan meningkatkan keterampilan mengeja saat menulis.
ABSTRACT
One of academic problem experienced by children with ADHD is problem in spelling as part of basic writing skills. Children with ADHD do not perform planning, monitoring, and evaluating process during writing task, therefore their writing product usually has low spelling accuracy. In this study, intervention was designed to improve spelling skill of children with ADHD while doing writing task by developing metacognitive strategy through scaffolding technique. This intervention expected to help ADHD children to develop their skill in regulating writing process independently. This study is a single subject research with one student involved in the process. Subject is an eight year old boy who shows ADHD symptom and has spelling difficulty. Qualitative analysis was applied to measure changes of behavior before and after intervention. The result of this study shows that scaffolding technique is effective in developing metacognitive strategy and improving spelling skill in writing task.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuny Zalikhatul Mardhiyah
Abstrak :
Remaja perlu melakukan aktivitas eksplorasi sebelum berkomitmen terhadap pilihan karier, akan tetapi masih banyak siswa SMA yang belum melakukan eksplorasi karier dan tidak yakin dengan pilihan kariernya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran konsep diri akademik dalam memperantarai hubungan antara regulasi diri dalam belajar dan komitmen terhadap pilihan karier pada siswa SMA. Komitmen terhadap pilihan karier adalah kondisi ketika seseorang yakin pada pilihan kariernya, optimis dengan masa depan kariernya dan sadar akan adanya hambatan karier. Komitmen terhadap pilihan karier penting dimiliki siswa SMA karena merupakan komponen utama dalam pembentukan identitas diri. Penelitian ini memfokuskan pada dimensi vocational exploration and commitment, yaitu keterbukaan untuk mengeksplorasi berbagai pilihan karier sebelum berkomitmen pada pilihan karier tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan partisipan penelitian berjumlah 315 orang siswa SMA kelas X-XI. Pengukuran komitmen terhadap pilihan karier dilakukan dengan alat ukur Commitment to Career Choices Scale skala vocational exploraton and commitment. Pengukuran regulasi diri dalam belajar menggunakan Motivated Strategies and Learning Questionnaire, sedangkan konsep diri akademik diukur dengan menggunakan Academic Self Concept for Adolescents Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa regulasi diri dalam belajar memengaruhi komitmen terhadap pilihan karier melalui konsep diri akademik. Keterampilan regulasi diri dalam belajar yang diterapkan dengan konsisten akan membentuk konsep diri akademik yang positif dan berdampak pada meningkatnya komitmen terhadap pilihan karier pada siswa SMA. ...... Adolescents need to explore before committing to career choice, but there are still many high school students who have not done career exploration and are unsure of their career choices. This study aims to determine the role of academic self concept in mediating the relationship between self regulation learning and commitment to career choice among high school students.Commitment to career choice is a condition includes self confident of one's career choice, a positive sense of one's vocational future and an awareness of potential obstacles. Commitment to career choice is important for high school students because it is a major component in the identity formation process. This research focuses on the dimensions of vocational exploration and commitment, namely openness to explore career choices before committing to a particular career choice. This research uses quantitative approach with 315 students of high school students of X XI class. Measurement of commitment to career choice is done by measuring tool Commitment to Career Choices Scale vocational exploraton scale and commitment. Measurement of self regulation in learning using Motivated Strategies and Learning Questionnaire, while the academic self concept was measured using the Academic Self Concept for Adolescents Scale. The results show that self regulation in learning affects commitment to career choice through academic self concept. The self regulated skills in applied learning consistently will shape the positive academic self concept and impact on the increased commitment to career choice among high school students.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nur Oktafia
Abstrak :
Penelitian mengenai emotional intelligence telah banyak dilakukan khususnya pada remaja ( misalnya Bracket & Katulak, 2006). Sayangnya, hingga saat ini belum ada penelitian mengenai hubungan emotional intelligence dan prestasi akademik pada siswa SMA yang dikhususkan berdasarkan jurusan mereka di sekolah. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa tingkat emotional intelligence remaja, menentukan hasil prestasi akademik mereka (Nasir & Masru, 2010; Nasir & Munaf, 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran, perbedaan serta hubungan antara emotional intelligence dan prestasi akademik pada siswa SMA kelas XI jurusan IPA dan jurusan IPS, serta untuk melihat perbedaan gender dalam emotional intelligence dan prestasi akademik. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif, pada 236 orang siswa SMAN 71. Untuk alat ukur emotional intelligence, digunakan Self-Report Emotional Intelligence Scale (SREIS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara emotional intelligence dengan prestasi akademik pada siswa SMA pada jurusan IPA maupun IPS. Pada emotional intelligence tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan baik pada jurusan IPA maupun IPS. Sedangkan pada prestasi akademik, secara signifikan siswa perempuan memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki.baik pada jurusan IPA maupun IPS, dimana siswa perempuan memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki. ......Research about emotional intelligence has been done especially among adolescents (look for example Bracket & Katulak, 2006). Unfortunately, until now there has been no research about the relationship between emotional intelligence and academic achievement among high school students. Several studies have described that the level of emotional intelligence in adolescents determines their achievement performance (Nasir & Masru, 2010; Nasir & Munaf, 2011). This research aims to find the relationship between emotional intelligence and academic achievement among the high school students, and to determine whether or not there is gender difference in emotional intelligence and academic achievement. Using quantitative approach, 236 high school student from SMA 71 participated in this study. For emotional intelligence measurement, the Self- Report Emotional Intelligence Scale (SREIS) was used. The result shows that there is no significant correlation between emotional intelligence and academic achievement. For the gender difference, there is no significant difference between male and female students on emotional intelligence, both among science major students and social major students. But significant differences on academic achievement were found between male students and female students academic score, both among science major students and social major students with females have higher scores.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariza Latifa Chusna
Abstrak :
Penelitian ini melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan komitmen emerging adult dalam hubungan berpacaran. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan komitmen emerging adult yang berpacaran. Sampel penelitian ini melibatkan 254 emerging adult yang berusia 18-25 tahun, sedang menjalin hubungan berpacaran, dan memiliki figur ayah. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan menggunakan Father Involvement Scale FIS dan Nurturant Fathering Scale NFS oleh Finley dan Schwartz 2004. Pengukuran komitmen dilakukan dengan menggunakan Commitment Inventory CI oleh Arriaga dan Agnew 2001 yang diadaptasi oleh Wardani 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner luring dan daring kepada sampel penelitian berdasarkan ketersediaan mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil analisis menggunakan teknik korelasi Pearson menunjukkan bahwa keterlibatan ayah memiliki hubungan positif yang signifikan dengan komitmen emerging adult yang sedang berpacaran r= 0.13, p ...... This study examined the correlation between father involvement and emerging adults rsquo commitment in dating relationship. The suggested hypothesis is that there is a significant positive relationship between father involvement and commitment among dating emerging adults. The research sample involved 254 emerging adults aged between 18 25, who is in a dating relationship at the moment and have a father figure. Father involvement is measured with Father Involvement Scale FIS and Nurturant Fathering Scale by Finley and Schwartz 2004. Commitment is measured with Commitment Inventory CI by Arriaga and Agnew 2001 and adapted by Wardani 2015. The data is collected using online and offline questionnaires distributed to the research sample based on their availability to participate in this research. The Pearson correlation analysis shows a significant positive relationship between father involvement and commitment among dating emerging adult r 0.13, p
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmalia Agustina
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara keterlibatan belajar dan adaptabilitas karier pada siswa kelas 9. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 611 siswa yang berasal dari dua SMPN di Depok yang termasuk pada tahap perkembangan remaja. Untuk mengukur adaptabilitas karier digunakan alat ukur Career Adapt-Abilities Scale CAAS yang dikembangkan oleh Savickas dan Porfeli 2012. Keterlibatan belajar diukur menggunakan alat ukur School Engagement Measurement SEM -MacArthur yang dikembangkan oleh Fredricks, Blumenfeld, Friedel, dan Paris 2005. Untuk melihat hubungan antara keterlibatan belajar dan adaptabilitas karier, peneliti menggunakan teknik statistik Pearson Correlation. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan belajar dengan adaptabilitas karier. Dimensi keterlibatan belajar yang memiliki hubungan paling kuat dengan adaptabilitas karier adalah keterlibatan kognitif. ......This research was conducted to find the relationship between learning engagement and career adaptability on 9th grade students. Participants in this study were 611 students from two junior high schools in Depok, West Java, Indonesia, who are classified as adolescents in development stage theories Papalia Feldmand, 2012. To measure career adaptability, the Career Adapt Abilities Scale CAAS developed by Savickas dan Porfeli 2012 was used. The School Engagement Measurement SEM MacArthur developed by Fredricks, Blumenfeld, Friedel, and Paris 2005 was implemented to measure learning engagement. To identify the relationship between learning engagement and career adaptability The Pearson Correlation statistical method was used. The results showed that there was a significant positive relationship between learning engagement and career adaptability. Cognitive engagement was the dimension of learning engagement with the strongest relation to career adaptability.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Wibowo
Abstrak :
Pada era globalisasi, persaingan peningkatan kualitas sumber daya manusia antar negara semakin ketat. Pendidikan formal sampai saat ini masih menjadi sarana utama terwujudnya bangsa mandiri yang memiliki daya saing tinggi. Salah satu bentuk dari pendidikan formal adalah universitas. Berhubungan dengan ini, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Creative Self-Efficacy CSE, motivasi intrinsik, dan prestasi akademik pada mahasiswa. Creative self-efficacy memiliki dua dimensi yaitu, Creative Thinking Self-Efficacy CTSE, dan Creative Performance Self-Efficacy CPSE. Pengukuran CSE menggunakan alat ukur Revised Model of CTSE II and CPSE II Abbot, 2010. Pengukuran motivasi intrinsik menggunakan Academic Motivation Scale khususnya pada dimensi motivasi intrinsik yang dikembangkan oleh Vallerand dan Bissonnette 1992, serta prestasi akademik dilihat melalui indeks prestasi kumulatif IPK pada mahasiswa. Responden penelitian berjumlah 245 mahasiswa Universitas Indonesia. Dari hasil uji statistik Pearson Correlation membuktikan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara motivasi intrinsik dan prestasi akademik r=0,199. ......In the era of globalization, the competition among countries to improve the quality of its human resource seems to be more competitive. Until now, formal education is still the main source for the realization of an independent nation with high competitiveness. One form of a formal education is university. Correspondingly, this present study was conducted to examine the relationship between creative self efficacy CSE, intrinsic motivation, and academic achievement in college students. There are two dimensions of CSE, which include Creative Thinking Self Efficacy CTSE and Creative Performance Self Efficacy CPSE. To measure CSE, the Revised Model of CTSE II and CPSE II instrument was used Abbot, 2010. To measure intrinsic motivation, Academic Motivation Scale particularly in the dimension of intrinsic motivation developed by Vallerand dan Bissonnette 1992 was used, and academic achievement was measured using grade point average GPA. The study participants consisted of 245 college students enrolled in Universitas Indonesia. Pearson Correlation analysis revealed that there is a significant positive correlation between intrinsic motivation and academic achievement r 0,199.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasyani Karima
Abstrak :
Guru dikatakan sebagai penentu keberhasilan dalam pendidikan. Meskipun begitu, masih banyak guru yang belum kompeten dan berkualitas di Indonesia dan kurangnya antusiasme guru dianggap sebagai salah satu penyebabnya. Hal ini menjadi dasar pengembangan alat ukur Skala Antusiasme Guru SAG di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun alat ukur yang konsisten secara internal, valid mengukur antusiasme guru, memiliki item yang mampu membedakan individu, serta menyusun norma. Penelitian dilakukan kepada guru sekolah menengah di 15 sekolah di Jabodetabek n=299. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ukur SAG memiliki tingkat konsistensi internal yang baik ?=0,886, valid mengukur antusiasme guru melalui uji validitas konstruk dengan alat ukur new general self-efficacy pada dimensi antusiasme dalam mata pelajaran r=0,379, p. ...... Teachers are said to be the determinants of academic success. However, there are still many teachers who are not competent and qualified in Indonesia with lack of teacher enthusiasm is considered as one of the main cause. This became the basis for the development of Skala Antusiasme Guru SAG in Indonesia. This study aims to construct a test that internally consistent, validly measure teacher 39 s enthusiasm, have items that able to discriminate individuals, and set the norms. The study was conducted on secondary teachers in 15 schools in Jabodetabek area n 299. Result of the study shown that SAG has good internal consistency 0,886, validly measure teacher 39s enthusiasm through construct validity check with new general self efficacy test in subject enthusiasm r 0,379.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Alamsyah
Abstrak :
Guru sebagai tenaga pendidik di Indonesia harus mampu memanfaatkan teknologi dalam kegiatan belajar dan mengajarnya. Keinginan guru dalam menggunakan teknologi dalam pendidikan disebut dengan behavioral intention. Akan tetapi, penelitian mengenai behavioral intention belum banyak dilakukan pada sektor pendidikan Chang, Lieu, Liang, Liu, Wong, 2011. Berdasarkan penelitian sebelumnya, behavioral intention berhubungan dengan technology readiness dan kepuasan Soderlund Ohman, 2002; 2003, Lin Hsieh, 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran moderasi kepuasan pada hubungan technology readiness dan behavioral intention guru dalam menggunakan teknologi pada pendidikan. Adapun partisipan dalam penelitian ini berjumlah 119 guru yang berasal dari SMP di Jakarta, Depok, dan Bogor. Pengukuran dilakukan dengan Technology Readiness Index TRI 2.0, barometer kepuasan dari Johnson, et al. 2001 ditambah dengan dua pre-liminary question dari Soderlund dan Ohman 2003, dan behavioral intention multi-item dari Soderlund dan Ohman 2002. Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa technology readiness memiliki hubungan dengan behavioral intention secara signifikan R=0,359.
Teachers as educators in Indonesia should be able to take advantage of technology in learning and teaching activities. The willingness of teachers in using technology in education is called behavioral intention. However, research on behavioral intention has not been widely practiced in the education sector Chang, Lieu, Liang, Liu, Wong, 2011. Based on previous research, behavioral intention have relationship with technology readiness and satisfaction Soderlund Ohman, 2002 2003, Lin Hsieh, 2007. This study aims to determine the role satisfaction as moderator on relationship of technology readiness and teacher rsquo s intention to use technology on education. The participants are 119 teachers from junior high schools in Jakarta, Depok, and Bogor. Measurements were made with Technology Readiness Index TRI 2.0, a satisfaction barometer from Johnson, et al. 2001 added with two pre liminary questions from Soderlund and Ohman 2003, and behavioral intention multi items from Soderlund and Ohman 2002. Based on analysis, it was found that technology readiness had significant relationship with behavioral intention R 0.359.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dania Agusta Dwiastuti
Abstrak :
ABSTRACT
Globalisasi berdampak pada ketatnya persaingan yang terjadi antar perusahaan di dunia. Inovasi adalah hal penting bagi perusahaan untuk dilakukan. Inovasi dalam perusahaan dapat dilakukan oleh karyawan sehingga karyawan yang dapat berinovasi menjadi sumber daya penting bagi organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara sikap hypercompetitive dan perilaku kerja inovatif di antara karyawan. Pengambilan data akan dilakukan untuk karyawan tetap perusahaan yang memprioritaskan inovasi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 53 orang yang telah menjadi karyawan tetap. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif di mana peserta diminta untuk mengisi Skala Perilaku Kerja Inovatif (α = .92) dan Skala Sikap Hypercompetitive (α = .74). Hasilnya menunjukkan bahwa sikap hiperkompetitif tidak berkorelasi signifikan dengan perilaku kerja inovatif (r =, 04, n = 53, p>, 05, dua sisi). Penelitian ini membahas alasan teoritis dan metodologis untuk hasil ini dan menawarkan arah penelitian di masa depan. Hasil penelitian dibahas sesuai dengan tujuan penelitian. Keterbatasan dan saran diberikan untuk studi lebih lanjut
ABSTRACT
Globalization has an impact on the intense competition between companies in the world. Innovation is an important thing for companies to do. Innovation within the company can be done by employees so that employees who can innovate become important resources for the organization. This study aims to examine the relationship between hypercompetitive attitudes and innovative work behavior among employees. Data retrieval will be done for permanent employees of companies that prioritize innovation. The number of participants in this study were 53 people who have become permanent employees. This research is a quantitative study in which participants are asked to fill in the Innovative Work Behavior Scale (α = .92) and the Hypercompetitive Attitude Scale (α = .74). The results show that hypercompetitive attitude does not significantly correlate with innovative work behavior (r =, 04, n = 53, p>, 05, two sides). This study discusses theoretical and methodological reasons for these results and offers future research directions. Research results are discussed in accordance with the objectives of the study. Limitations and advice are given for further study.
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asiah Cantika
Abstrak :
Kepuasan hidup karyawan Generasi Y merupakan hal yang penting untuk dijaga karena banyaknya jumlah karyawan Generasi Y di angkatan kerja Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara work-life balance dengan kepuasan hidup pada karyawan Generasi Y. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat ukur Satisfaction with Life Scale untuk mengukur kepuasan hidup, dan Work / Non Work Scale untuk mengukur work-life balance. . Penelitian ini dilakukan pada 109 karyawan Generasi Y yang saat ini bekerja minimal enam bulan di perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan hidup karyawan Generasi Y akan meningkat jika dua dimensi work-life balance, peningkatan kehidupan pribadi kerja dan peningkatan kehidupan pribadi peningkatan pekerjaan meningkat. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa kepuasan hidup pada karyawan Generasi Y tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan dua dimensi work-life balance, gangguan kerja dengan kehidupan pribadi dan gangguan kehidupan pribadi dengan pekerjaan. ...... The life satisfaction of Generation Y employees is an important thing to maintain because of the large number of Generation Y employees in the Indonesian workforce. This study aims to see the relationship between work-life balance and life satisfaction in Generation Y employees. This research is a quantitative study that uses the Satisfaction with Life Scale measurement tool to measure life satisfaction, and the Work / Non Work Scale to measure work-life balance. . This research was conducted on 109 Generation Y employees who currently work for at least six months at the company. The results of this study indicate that the life satisfaction of Generation Y employees will increase if the two dimensions of work-life balance, an increase in personal work life and an increase in personal life increase in work. The results of this study also found that life satisfaction among Generation Y employees did not have a significant relationship with the two dimensions of work-life balance, disruption of work with personal life and disruption of personal life with work.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>