Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Joyce S.H. Djaelani
Depok: Universitas Indonesia, 1991
S2437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tri Ambarsari H.
Abstrak :
ABSTRAK
Keberhasilan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial berkaitan erat dengan Iaju pertumbuhan penduduk. Saat ini jumlah penduduk indonesia sudah mencapai 200 juta jiwa dan menempati urutan ke-empat terbesar di dunia. Untuk menekan Iaju pertumbuhan penduduk sehingga mencapai kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS), maka pemerintah mencanangkan program nasional gerakan Keluarga Berencana (KB). Usaha dari program KB tidak hanya ditekankan pada cara-cara klinis saja, tetapi juga dengan memberi pengertian dengan harapan terjadi perubahan sikap hidup masyarakat dari berkeluarga besar menjadi berkeluarga kecil. Hasil survey menunjukkan bahwa jumlah akseptor KB dari tahun ke tahun terus meningkat, bahkan kadang-kadang malahan melebihi jumlah yang telah ditargetkan untuk suatu periode tertentu.

Walaupun program KB telah menunjukkan hasil nyata dalam menekan Iaju perrtumbuhan penduduk dengan memasyarakatkan keiuarga kecil (keluarga dengan 2 anak) sebagai ukuran keluarga ideal, namun masih terdapat masalah dalam usaha-usaha untuk mencapai kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS). Masalah tersebut adalah kenyataan bahwa penelitian-penelitian menunjukkan masih banyak pasangan nikah di Indonesia yang cenderung menginginkan keluarga besar yaitu keluarga dengan anak banyak, karena mereka berpandangan bahwa ukuran keluarga ideal adalah keluarga dengan jumlah anak 4-5 orang.

Menurut para ahli, preferensi keluarga besar sebagai ukuran keluarga ideal yang masih dianut oleh sebagian masyarakat disebabkan karena anak mempunyai nilai tertentu bagi orangtua (value of children). Usaha untuk membentuk keluarga kecil akan mengalami kesulitan seandainya anak bagi orangtua mempunyai nilai atau arti yang tinggi. Secara teoritis, semakin tinggi nilai anak, makin besar keinginan untuk punya anak banyak. Dengan kata Iain jumlah anak dalam suatu keluarga dipengaruhi nilai anak bagi orang tua. Para ahli mengatakan mengatakan bahwa nilai anak bagi orang tua bisa ?berharga" positif (positive values/ satisfactions), yaitu memberikan kepuasan atau manfaat, tetapi bisa juga ?berharga? negatif (negative valuesfcosts), yaitu merupakan biaya atau beban. Dengan kata lain, nilai anak adalah kegunaan dan kepuasaan yang dapat diberikan seorang anak kepada orang tuanya dan biaya atau beban yang harus ditanggung orang tuanya dari konsekuensi memiliki anak.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melihat bagaimakah hubungan sikap terhadap nilai anak dengan preferensi terhadap ukuran keluarga, karena menurut para ahli, nilai anak dalam keluarga tergantung pada sikap orang tua terhadap anak. Sedangkan jumlah anak dalam suatu keluarga dipengaruhi nilai anak bagi orang tua. Penelitian tentang sikap ini, khususnya sikap individu yang berada pada tahapan usia dewasa muda yang belum menikah, merupakan hal penting karena diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kecenderungan perilaku fertilitas individu tersebut. Dengan demikian, perilaku fertilitas mereka di masa yang akan datang dapat diantisipasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Zanden (1984) yang mengatakan bahwa dengan memahami sikap seseorang maka dapat diperkirakan kecenderungan tingkah laku apa yang akan muncul.

Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan pada 223 subyek. Dalam penelitian ini, ada 2 instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data. lnstrumen pertama untuk mengukur sikap terhadap nilai anak dan instrumen yang kedua untuk mengukur preferensi terhadap ukuran keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap nilai anak dan preferensi terhadap ukuran keluarga, dimana subyek yang cenderung bersikap negatif terhadap nilai anak mempunyai preferensi keluarga kecil dan sebaliknya subyek yang cenderung bersikap positif mempunyai preferensi keluarga besar.

Untuk penelitian lebih lanjut peneliti menyarankan untuk melakukan pada sampel dengan karakteristik yang beragam misalnya pendidikan dan jenis kelamin sehingga hasilnya bisa dibandingkan dan semakin jelas sasaran perubahan sikap yang akan dilakukan. Menurut para ahli, sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar sehingga bisa dibentuk, dikembangkan dan diubah. Dengan demikian pemerintah dapat merencanakan intervensi psikologis yang memungkinkan, untuk mengubah sikap dewasa muda sehingga Iebih sesuai dengan kondisi ideal, yang dapat menunjang program pemerintah dalam menekan Iaju pertumbuhan penduduk sekaligus melembagakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
1997
S2458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Adji
Abstrak :
Profesi sebagai wartawan memiliki cukup banyak tekanan dan tuntutan yang dapat berasal dari luar dirinya maupun yang berasal dari dalam diri wartawan itu sendiri. Tekanan dan tuntutan tersebut dapat merupakan sumber stres atau stressor bagi seorang wartawan dalam melakukan pekerjaannya, sehingga tidak dapat dibiarkan berlarut-larut. Seorang wartawan, terutama yang bekerja di organisasi media berbentuk surat kabar, memilliki deskripsi kerja yang ketat, seperti misalnya deadline penulisan berita setiap hari, jam kerja yang panjang dan setiap saat harus bersedia mengejar sumber berita. Perlu dilakukan suatu usaha untuk mengatasi tekanan-tekanan maupun tuntutan yang dihadapi tersebut. Menurut Lazarus (1976), usaha untuk mengatasi berbagai tekanan itu disebut sebagai perilaku coping. Para ahli yang menelaah masalah coping sepakat untuk membedakan perilaku coping ini menjadi dua kategori besar, yaitu usaha yang bertujuan urituk menyelesaikan masalah yang dihadapi {Problem focused Coping atau / dan usaha yang bertujuan untuk mengurangi perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh masalah yang dihadapi Emotion-Focused Coping atau EFC. Dari kedua jenis coping di atas, beberapa ahli berusaha untuk mengembangkan strategi-strategi coping. Aldwin dan Revenson (1987) menyatakan bahwa terdapat delapan macam strategi coping, di mana 3 strategi mengarah pada masalah (PFC), 4 strategi mengarah pada emosi (EFC), dan 1 strategi mengarah pada PFC maupun EFC. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk mengetahui sumber stres apa saja yang dihadapi oleh wartawan surat kabar sehubungan dengan pekerjaannya, dan bagaimana perilaku coping yang ditampilkannva untuk mengatasi sumber-sumber stres tersebut. Maksud dari diadakannva penelitian ini adalah untuk memberi masukan dalam hal pengembangan sumber daya manusia di dunia pers atau kewartawanan. mengingat di Indonesia sekarano ,n, terdapat lebih dari 5000 orang yang bekerja sebagai wartawan serta semakin pesatnya industri penerbitan pers. Untuk mengetahui sumber stres yang dihadapi dan bagaimana perilaku coping yang ditampilkan oleh wartawan surat kabar, digunakan alat penelitian berupa kuesioner. Kuesioner ini disebarkan kepada para wartawan yang bekerja di surat kabar harian dengan karakteristik tertentu yang teiah ditentukan sebelumnya. Dari penyebaran kuesioner tersebut akan dilihat sumber stres apa saja yang dihadapi oleh wartawan surat kabar dalam melakukan pekerjaannya serta jenis dan strategi coping apa yang akan ditampilkannya dalam menghadapi sumber stres tersebut. Kemudian akan dilihat pula keterkaitan antara kedua hal tersebut. Dari hasil penelitian tersebut, diketahul bahwa terdapat sebelas sumber stres yang dihadapi wartawan surat kabar dalam menghadapi pekerjaannya, di mana kesebelas sumber stres tersebut termasuk ke dalam 2 jenis stressor. yaitu stressor internal dan stressor eksternal. Sumber stres yang paling banyak dihadapi oleh wartawan surat kabar adalah kesulitan untuk dapat menuliskan berita secara objektif. Sumber stres ini juga sekaligus dianggap sebagai stressor yang paling menekan. Jenis coping yang paling sering ditampilkan dalam menghadapi sumber stres adalah coping yang mengarah pada pemecahan masalah (PFC) dibandingkan dengan EFC. Sedangkan strategi coping yang paling banyak ditampilkan adalah usaha-usaha untuk mencari suatu keyakinan baru atau mengubah diri sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam penelitian ini tidak terlihat adanya keterkaitan antara jenis coping yang ditampilkan dengan stressor yang dihadapi, baik itu stressor internal maupun eksternal. Namun demikian, jika dilihat hubungan antara salah satu diantara delapan strategi coping (yaitu usaha untuk mencari kesepakatan dengan orang yang dianggap menimbulkan masalah) dengan stressor yang dihadapi, terlihat adanya suatu keterkaitan. Hal ini dapat diartikan bahwa secara umum tidak ada keterkaitan antara perilaku coping yang ditampilkan dengan sfressor yang dihadapi, baik yang internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan kepada mereka yang berminat untuk membahas permasalahan ini lebih lanjut, untuk membuat suatu alat ukur yang secara khusus dibuat untuk menelaah masalah wartawan, terutama yang bekerja dan tinggal di Indonesia, sehingga dapat dimungkinkan suatu hasil yang mampu menggambarkan keadaan wartawan Indonesia secara lebih baik.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Prima Dara
Abstrak :
ABSTRAK
Saat ini Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kembali mengembangkan pelayanan dokter keluarga. Walaupun sudah berkali-kali dicoba untuk dikembangkan, tetap saja pelayanan dokter keluarga belum dikenal masyarakat sampai saat ini. Hal ini menyebabkan timbul dugaan bahwa pelayanan dokter keluarga tidak sesuai dengan harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Apalagi kehidupan di kota besar dimana individu tidak terbiasa membina komunikasi secara mendalam, sangat mementingkan privacy dan tidak ingin orang lain mengetahui masalah pribadi (Milgram dalam Pines dan Maslach, 1993) dianggap tidak mendulcung pelayanan dokter keluarga.

Penelitian ini mencoba menggambarkan rnengenai harapan masyarakat Jakarta terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai dengan pelayanan dokter keluarga, dan selanjutnya mengggambarkan karakteristik mana dalam pelayanan dokter keluarga yang dianggap paling sesuai dengan harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam memasyarakatkan pelayanan dokter keluarga.

Sampel penelitian ini adalah 98 orang pengguna jasa pelayanan kesehatan di Jakarta, yang diperoleh melalui tehnik accidental sampling (Guilford & Fruchter, 1987). Alat yang digunakan yaitu kuesioner yang mengukur harapan terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai dengan pelayanan dokter keluarga. Perhitungan statistik dilakukan dengan mencari skor total, persentase dan chi-kuadrat. Berdasarkan skor totalnya, responden dibagi dalam kelompok responden yang memiliki kesesuaian harapan yang rendah, sedang dan tinggi.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai dengan pelayanan dokter keluarga adalah tinggi. Adapun karakteristik pelayanan dokter keluarga yang dianggap paling sesuai dengan harapan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat manusiawi.

Hal ini dapat menjadi masukan bagi pihak IDI yang sedang mengembangkan pelayanan dokter keluarga. Diperkirakan pelayanan dokter keluarga dapat berhasil karena karakteristik pelayanannya sesuai dengan harapan masyarakat. Bila ingin mengenalkan pelayanan dokter keluarga disarankan untuk menekankan pada karakteristik pelayanan yang bersifat manusiawi.
1998
S2496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mattalitti, Sitti Fatimah U.
Abstrak :
Dalam kelompok etnik Bugis/Makassar, dikenal istilah siri'. Walaupun merupakan suatu konsep yang sulit didefinisikan secara tepat, namun umumnya para ahli sepakat bahwa siri ' berarti rasa malu dan harga diri. Siri' adalah inti kehidupan adat manusia Bugis/Makassar (Abdullah. 1985). Maksudnya. siri' merupakan unsur yang sangat prinsipil dalam diri mereka; merupakan nilai yang paling berharga untuk dibela dan dipertahankan. Berdasarkan beberapa literatur, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar manifestasi siri' dapat dibagi dua, yaitu manifestasi positif dan manifestasi negatif. Dalam bentuk manifestasi positif, siri' mcmpakan pendorong bagi orang Bugis/Makassar untuk melakukan suatu perbuatan terpuji dan pengekang untuk melakukan sesuatu yang dapat melanggar siri'-nya. Sementara dan segi negatifnya, siri' sering menjurus pada tindakan "main hakim sendiri" yang pada dasarnya bertujuan menegakkan siri'. Sejalan dengan pembagian di atas, Abidin, 1979, 1983, 1988a, 1988b (dalam Marzuki, 1995) menyebut kedua sisi siri' itu dengan istilah reaksi siri' yang bersifat internal (reaksi yang dilakukan untuk menjaga/menegakkan siri' ditujukan ke dalam diri orang ybs) dan reaksi siri' yang bersifat eksternal (reaksi yang dilakukan untuk menjaga/meneggakkan siri' ditujukan ke luar diri orang ybs). Sejalan dengan waktu, perkembangan siri' dalam prakteknya te1ah mengarah negatif. Kasus pembunuhan dan penganiayaan yang disebabkan oleh siri' cukup besar, pengetahuan generasi muda tampak samar-samar terhadap siri' (Effendy, 1977) dan mereka cenderung memberikan penilaian negatif terhadap siri' (Hardonn, 1977). Sementara di sisi lain, hingga kini pemerintah masih sering menganjurkan untuk mempertahan siri'. Anjuran itu tampaknya didasarkan pada anggapan bahwa masyarakan Bugis/Makassar (termasuk generasi muda) masih menilai siri' sebagai suatu hal yang positif atau setidaknya masih memiliki pengetahuan menganai konsep siri' secara luas. Mengingat perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, makan tampaknya anjuran pemerinah untuk melestarikan siri' tampak "tidak relevan" lagi, padahal sebenarnya anjuran itu adalah suatu hal yang positif. Oleh karena itu dirasa perlu untuk mengumpulkan kembali data empiris menganai pengetahuan dan penilaian (sikap) generasi muda Bugis/Makassar (selanjutnya disingkat GMBM di UP) terhadap rekasi siri' eksternal dan internal. Selain itu juga ingin dilihat kekuatan sikap yang dipegang oleh subjek penelitian. Untuk menguji kekuatan sikap ini, maka ada satu variabel lagi yang perlu diukur (variabel yang dianggap paling mendekati tingkah laku) yaitu intensi. Menurut Tesser (1995), Davidson dalam Petty & Krosnick (1995), sikap yang kuat adalah sikap yang dapat meramalkan tingkah laku atau konsisten dengan tingkah laku. Salah satu faktor yang dapat menentukan kekuatan sikap adalah jumlah pengetahuan yang dimiliki subjek tentang objek sikapnya. Jadi tujuan utama penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang pengetahuan tentang siri', sikap terhadap reaksi siri' eksternal dan reaksi siri' internal serta intesnsi untuk melakukan reaksi siri' eksternal dan reaksi siri' internal. Selain itu juga ingin dilihat hubungan antara variabel-variabel itu. Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dan hasil yang diperoleh diolah dengan menggunakan teknik perhitungan statistik deskriptif, i-test, korelasi Pearson dan one-way anova. Sampel penelitian ini adalah GMIBM di UP (yang diwakili oleh siswa-siswi beberapa SMUN di UP). Secara garis besar, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek hanya memiliki sedikit pengetahuan dasar tentang siri', pengetahuan tentang hal positif yang dapat ditimbulkan siri' dan pengetahuan tentang penyebab timbulnya siri'. Untuk pengetahuan tentang ungkapan Bugis/Makassar yang berhubungan dengan siri' dan pengetahuan tentang hal negatif yang dapat ditimbulkan oleh siri', subjek tergolong tidak tahu. Bila dilihat secara keseluruhan, subjek penelitian hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang siri'. Sikap subjek terhadap reaksi siri' eksternal cendenderung negatif sementara sikap mereka terhadap reaksi siri' intemal cenderung positif. Terdapat perbedaan yang signitikan dalam mengevaluasi kedua bentuk reaksi siri' itu. Sedangkan intensi mereka untuk melakukan reaksi siri' eksternal cenderung Iemah dan intensi untuk melakukan reaksi siri' internal cenderung kuat. Hanya terdapat hubungan yang signifikan antara total pengetahuan tentang siri' dengan sikap terhadap reaksi siri' internal. Sementara itu, hanya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap reaksi siri' eksternal dengan intensi untuk melakukan reaksi siri eksternal dan internal. Berarti sikap yang secara teoritis seharusnya kuat (didasari oleh pengetahuan yang banyak akan konsisten dengan intensinya), dalam penelitian tentang siri' ini tidak demikian Sementara sikap yang berhubungan secara signifikan dengan intensi, ternyata tidak berhubungan dengan jumlah pengetahuan yang dimiliki. Ada beberapa hal yang mungkin terjadi. Adapun saran yang dapat diberikan setelah penelitian ini dilakukan antara lain adalah diharapkan pihak-pihak yang terkait dapat lebih menggalakkan pengajaran tentang reaksi siri' internal. Langkah awal sebaiknya dilakukan oleh pemerintah dan instansi terkait. Dalam melakukan kampanye untuk melestarikan siri', perlu ditekankan masalah yang mungkin timbul bila reaksi siri' eksternal tetap dinilai positif. Diharapkan juga agar dalam penelitian selanjutnya, konsep pacce sebagai suatu konsep yang seringkali digandengkan dengan siri' juga diteliti.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Hamdi
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 1997
S2684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismarli Muis
Abstrak :
ABSTRAK
Siri adalah suatu konsep abstrak yang meliputi banyak aspek dalam kehidupan masyarakat Bugis dan Makassar. Di dalam siri? terdapat sejumlah nilai-nilai yang bisa disebut sebagai nilai-nilai utama suku Bugis dan Makassar. Dewasa ini, siri semakin sering dibicarakan baik melalui penulisan-penulisan karya ilmiah, penelitian-penelitian, maupun dalam seminar-seminar atau dibahas dalam surat kabar-surat kabar. Dari berbagai pembahasan tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa siri pada masa sekarang cenderung dikonotasikan negatif oleh banyak orang. Siri hanya dilihat sebatas akibat-akibat yang ditimbulkannya, yang justru bersifat destruktif, misalnya menghilangkan nyawa orang yang melakukan kawin lari sebagai sanksi atas perbuatan mereka. Fenomena ini lah yang mendorong peneliti untuk mengangkat masalah siri tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh nilai-nilai siri yang pada dasarnya bersifat motivasional dan menjadi nilai-nilai utama suku Bugis Makassar, masih bertahan dalam kehidupan masyarakat tersebut saat ini. Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa setiap orang memiliki nilai-nilai pribadi, apabila siri dilihat sebagai nilai-nilai utama yang ada pada masyarakat Bugis Makassar, berarti individu-individu yang ada pada masyarakat tersebut seharusnya juga memiliki nilai-nilai pribadi yang mencerminkan siri . Dasar pemikiran tersebut membawa pada rumusan permasalahan di mana penelitian ini dilakukan untuk melihat makna siri dengan mengkaitkan antara nilai-nilai yang dikandung oleh siri menurut Marzuki (1995), Moein (1990), dan Rahim (1985) dengan nilai-nilai pribadi yang berlaku secara universal menurut Schwartz & Bilsky (1994), seberapa jauh kedua nilai-nilai tersebut masih saling berkaitan.

Penelitian dilakukan di tiga daerah, yaitu Kotamadya Ujung Pandang sebagai ibukota propinsi (mewakili daerah perkotaan), dan Kabupaten Gowa serta Kabupaten Sinjai (mewakili daerah pedesaan). Selain itu, juga dibandingkan antara generasi orangtua dan generasi anak untuk melihat seberapa jauh proses penanaman nilai-nilai siri tersebut pada diri masing-masing individu.

Dalam memperoleh data digunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara yang ditunjang observasi terhadap 16 orang responden. Hasil analisa menyimpulkan bahwa makna siri semakin menyempit ke arah kesusilaan, di mana siri lebih banyak dipahami sebagai suatu akibat atau konsekuensi terhadap pelanggaran adat istiadat. Hal ini mengindikasikan bahwa kedudukan siri sebagai nilai-nilai utama pada masyarakat suku Bugis dan Makassar mulai bergeser. Hasil lain yang ditemukan adalah hampir seluruh responden (terutama dari generasi anak) tidak menyetujui pemberian sanksi mati bagi pelaku siri?, karena hal tersebut bertentangan dengan ajaran agama. Terlihat bahwa nilai-nilai agama merupakan salah satu nilai utama yang berlaku bagi mayoritas penduduk Indonesia.
1998
S2603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library