Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niswatul Jauharoh
"Peningkatan populasi di DKI jakarta mengakibatkan kenaikan kebutuhan air bersih. Hal ini menjadikan air laut sebagai pilihan sumber air alternatif. Teknologi pengolahan air laut desalinasi menggunakan reverse osmosis mampu mengolah menjadi air minum yang layak. Masalah yang kerap timbul pada RO adalah fouling yang dapat diatasi dengan pre-treatment menggunakan Powdered Activated Carbon (PAC). Adsorpsi PAC dapat menghilangkan bahan organik yang dapat mengakibatkan terjadinya fouling. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan efisiensi penyisihan bahan organik dari kadar dosis dan waktu kontak menggunakan PAC dan mengkaji pengaruh kondisi air sampel terhadap efisiensi penyisihan. Variabel terikat pada penelitian ini adalah bahan organik dalam absorbansi (Abs). Sedangkan variabel bebas berupa variasi dosis, waktu kontak, dan kondisi sampel. Hasil penelitian kondisi hujan menunjukkan waktu optimum terjadi pada 20 menit dan dosis optimum 250 mg/L dengan penyisihan organik sebesar 80,7%. Waktu dan dosis optimum tersebut diberlakukan dalam proses adsorpsi pada pengambilan sampel saat kondisi hujan. Dihasilkan penyisihan organik pada sampel kondisi hujan sebesar 82,7%. Diperoleh hasil isoterm adsorpsi kondisi normal terbesar 1.981,33 mg/g dan kondisi hujan sebesar 2.068,67 mg/g. Sehingga, PAC dapat menyisihkan organik pada air laut pada kondisi normal maupun hujan. 

The increase in population in DKI Jakarta has resulted in an increased demand for clean water. This has made seawater an alternative water source. Desalination technology using reverse osmosis is capable of treating seawater into drinkable water. A common problem in reverse osmosis is fouling, which can be addressed through pre-treatment using Powdered Activated Carbon (PAC). PAC adsorption can remove organic matter that can cause fouling. The aim of this research was to determine the efficiency of organic matter removal based on dosage and contact time using PAC and to assess the influence of sample water conditions on the removal efficiency. The dependent variable in this study is the organic matter in absorbance (Abs). The independent variables include dosage variation, contact time, and sample conditions. The research results under rainy conditions showed that the optimum time was 20 minutes and the optimum dosage was 250 mg/L, resulting in an organic removal efficiency of 80.7%. These optimum time and dosage were applied in the adsorption process for the rainy condition sample collection, resulting in an organic removal of 82.7%. The highest adsorption isotherm result under normal conditions was 1,981.33 mg/g, and under rainy conditions, it was 2,068.67 mg/g. Therefore, PAC is capable of removing organic matter from seawater under both normal and rainy conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fillia Rezki Fajri
"Industri air limbah wine menghasilkan air limbah yang memiliki karakteristik tinggi kandungan organik serta pH bersifat asam. Pengolahan konvensional dalam mengolah air limbah industri wine sangat kompleks, sehingga membutuhkan penanganan secara khusus. Saat ini, terdapat teknologi pengolahan yang sesuai dengan karakteristik air limbah wine yaitu proses oksidasi Fenton dan teknologi membran. Teknologi membran memiliki ukuran pori yang berbeda-beda, saat ini banyak pemanfaatan membran jenis nanofiltrasi dalam pengaplikasian pengolahan limbah industri. Membran nanofiltrasi memiliki kemampuan yang mirip dengan reverse osmosis yang dapat menyisihkan kandungan bahan organik serta anorganik. Proses filtrasi pada penelitian ini dilakukan secara konstan fluks dengan variasi fluks 40 LMH, 50 LMH, dan 60 LMH. Hasil penyisihan COD, besi, dan warna pada fluks 40 LMH, 50 LMH, dan 60 LMH secara berturut-turut adalah 64% ; 93%; 100%, 75%; 93% ; 100%, dan 76%; 94%; 100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan paling efektif pada fluks 60 LMH. Namun fluks 60 LMH rentan mengalami fouling yang menyebabkan permeabilitas menurun seiring berjalannya waktu. Selain itu, reversibility pada kondisi pengoperasian fluks 60 LMH didominasi oleh jenis irreversible fouling, sehingga proses mechanical backwash tidak cukup untuk mengembalikan performa membran dan membutuhkan chemical cleaning.

The wine wastewater industry produces wastewater that is characterized by high organic content and an acidic pH. Conventional processing of wine industry wastewater is very complex, so it requires special handling. Currently, there are processing technologies that suit the characteristics of wine wastewater, namely the Fenton oxidation process and membrane technology. Membrane technology has different pore sizes, currently many nanofiltration type membranes are used in industrial waste processing applications. Nanofiltration membranes have capabilities similar to reverse osmosis which can remove organic and inorganic materials. The filtration process in this study was carried out at constant flux with flux variations of 40 LMH, 50 LMH, and 60 LMH. The COD, iron and color removal results at fluxes of 40 LMH, 50 LMH and 60 LMH respectively were 64%; 93%; 100%, 75%; 93% ; 100%, and 76%; 94%; 100%. The results showed that the removal efficiency was most effective at a flux of 60 LMH. However, 60 LMH flux is susceptible to fouling which causes permeability to decrease over time. Apart from that, reversibility at 60 LMH flux operating conditions is dominated by irreversible fouling, so the mechanical backwash process is not enough to restore membrane performance and requires chemical cleaning."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riva Khansa Tsabita
"Industri minuman anggur di Indonesia mengalami peningkatan minat di kalangan masyarakat, di mana hal ini mendorong pertumbuhan pasar dalam negeri. Industri minuman anggur pasti menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai zat organik yakni senyawa-senyawa seperti polifenol, gula, asam organik, dan senyawa terkait lainnya sehingga pengolahan air limbah industri minuman anggur menjadi semakin penting. Teknologi pengolahan dengan menggunakan membran saat ini tengah berkembang pesat di beberapa dekade terakhir karena kelebihannya dalam mengolah air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan analisis terkait efisiensi penyisihan serta performa dari teknologi membran dengan jenis material yang berbeda (PES dan keramik) untuk proses ultrafiltrasi dan juga pore size yang berbeda dari membran keramik (50 KDa dan 1 KDa) untuk proses ultrafiltrasi dan nanofiltrasi pada air limbah wine sintetik. Metode penelitian dilakukan pada kondisi constant flux dan juga menggunakan metode single filtration serta multicycle filtration dengan backwash di tengah siklus. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa membran keramik memiliki efisiensi penyisihan senyawa organik yang lebih unggul dibandingkan dengan membran PES (penyisihan warna, COD, dan TOC). Selain itu, membran keramik juga memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap fouling. Terkait membran keramik dengan pore size berbeda, pada penelitian ini masih belum dapat didefinisikan mana membran dengan efisiensi penyisihan yang lebih baik. Namun, jika dilihat dari performa membran, membran keramik 50 KDa (ultrafiltrasi) masih lebih unggul dari segi efektivitas proses backwash dan ketahanan pada permeabilitas membran.

The wine beverage industry in Indonesia is experiencing increased interest among the public, which is driving the growth of the domestic market. This industry inevitably generates liquid waste containing various organic substances such as polyphenols, sugars, organic acids, and related compounds, making wastewater treatment become more important. Membrane treatment technology has rapidly developed over the past few decades due to its advantages in wastewater processing. This study aims to provide an analysis of the removal efficiency and performance of membrane technology using different materials (PES and ceramic) for ultrafiltration processes, as well as different pore sizes of ceramic membranes (50 KDa and 1 KDa) for ultrafiltration and nanofiltration processes on synthetic wine wastewater. The research methodology involved constant flux conditions and utilized both single filtration and multicycle filtration methods with backwash during the cycles. The results of the study indicate that ceramic membranes have superior organic compound removal efficiency compared to PES membranes (color, COD, and TOC removal). Additionally, ceramic membranes exhibit better resistance to fouling. Regarding ceramic membranes with different pore sizes, the study has not yet defined which membrane has better removal efficiency. However, in terms of membrane performance, the 50 KDa ceramic membrane (ultrafiltration) is superior in terms of backwash process effectiveness and membrane permeability resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Zytka Narindra
"Rumah sakit membutuhkan sistem pengolahan air khusus laboratorium, hemodialisis, dan unit perawatan intensif atau instalasi ultrapure water (UPW). Salah satu teknologi terkini untuk menyediakan air ultrapure adalah reverse osmosis (RO) meupun electrodeionisasi (EDI) dengan ketentuan air umpan sesuai dengan perusahaan manufaktur teknologi tersebut. Walaupun efektif, energi yang dibutuhkan untuk memproduksi air dengan kualitas tersebut tinggi akibat pencemar non-ionik yang menyebabkan fouling pada membran. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pre-treatment pengolahan antara lain dengan ozonasi dan adsorpsi karbon aktif . Pada penelitian menggunakan kedua matriks air yaitu air PAM dan air tanah, terdiri dari 3 tahap yaitu proses adsorpsi tunggal dengan GAC komersial batubara dengan ukuran pori <10 mikronmeter, ozonasi tunggal dari brand Diodel Ozone Purifie dengan laju 600 mg/jam, 11 watt dan waktu 60 menit dan hybrid ozon/GAC dengan proses ozonasi dan dilanjutkan adsorpsi GAC dengan dosis optimum. Hasil dari penelitian ini kedua matriks air, Pengolahan hybrid ozon/GAC lebih unggul dalam mengolah Fe terlarut, kekeruhan atau turbiditas dan absorbansi senyawa organik mencapai >50%. Sedangkan parameter RFC paling efektif dihilangkan dengan ozonasi tunggal dan hasil penyisihan TDS dinamis pada ketiga metode pengolahan. Namun, konsentrasi pencemar dalam air umpan sudah sangat rendah, perlu dilakukan kajian ulang terhadap efisiensi penyisihan yang tinggi. Hal ini disebabkan kekhawatiran bahwa efisiensinya tidak begitu signifikan.

Hospitals require specialized water treatment systems for laboratories, hemodialysis, and intensive care units or ultrapure water (UPW) installations. One of the latest technologies to provide ultrapure water is reverse osmosis (RO) or electrodeionization (EDI) with feed water requirements according to the manufacturing company of the technology. Although effective, the energy required to produce water of this quality is high due to non-ionic contaminants that cause fouling of the membrane. Therefore, a pre-treatment treatment is required, including ozonation and activated carbon adsorption. The study used both water matrices, namely PAM water and groundwater, consisting of 3 stages, namely a single adsorption process with coal commercial GAC with a pore size of <10 micronmeter, single ozonation with Diodel Ozone Purifier at a rate of 600 mg/hour, 11 watts and 60 minutes and hybrid ozone/GAC with an ozonation process and continued GAC adsorption with the optimum dose. The results of this study are both water matrices, hybrid ozone/GAC treatment is superior in treating dissolved Fe, turbidity or turbidity and absorbance of organic compounds reaching >50%. The RFC parameter is most effectively removed by single ozonation and dynamic TDS removal results in all three treatment methods. However, the concentration of contaminants in the feed water is already very low, it is necessary to reassess the high removal efficiency. This is due to the concern that the efficiency is not so significant."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Riva Ariella
"Ultrapure water merupakan air yang digunakan pada unit khusus di rumah sakit, seperti unit laboratorium dan unit hemodialisis, dengan standar kualitas yang diterapkan lebih ketat dibandingkan air minum. Dalam kaitannya dengan pengolahan ultrapure water, membran filtrasi merupakan metode yang paling banyak digunakan menghilangkan partikulat sampai ukuran nano dan lebih efektif apabila dibandingkan dengan teknologi konvensional. Teknologi pre-treatment tepat guna harus dilakukan untuk menjaga efektivitas Instalasi Ultrapure Water untuk operasi yang berkelanjutan. Optimalisasi proses dapat dilakukan dengan kombinasi hybrid menggunakan Activated Carbon (AC) komersial berbahan dasar tempurung kelapa/batubara dan membran ultrafiltrasi keramik yang memiliki keunggulan tahan terhadap fouling. Proses hybrid ini menggunakan karbon aktif bubuk tempurung kelapa dan di pre-coat permukaan membran keramik flat sheet skala lab luas permukaan 13,1 cm2, ukuran pori 10 – 20 nm dengan sistem batch selama 1 jam. Pada penelitian ini mengamati proses adsorpsi single, filtrasi membran keramik dan hybrid PAC/Membran Keramik UF dengan pre-coat dengan menggunakan kedua matriks air yaitu air tanah dan air PAM. Kombinasi PAC/Ceramic UF pada air tanah efektif menyisihkan kekeruhan, logam besi, TDS, senyawa organik, dan sisa klor dengan efisiensi penyisihan secara berturut-turut sebesar 53,8%; 78,57%; 2,56%; 47,5%; dan 8,33%. Sementara itu, kombinasi PAC/Ceramic UF pada air PAM efektif menyisihkan kekeruhan, logam besi, TDS, senyawa organik, dan sisa klor dengan efisiensi penyisihan secara berturut-turut sebesar 51,2%; 71,43%; 6,29%; 81,87%; 75%.

Ultrapure water is used in specialized units in hospitals, such as laboratory units and hemodialysis units, with quality standards that are stricter than those for drinking water.In the processing of ultra-pure water, membrane filtration is the most widely used method of removing particles to nanosize and is more effective when compared to conventional technology. Proper pre-treatment technology must be used to maintain the efficiency of the ultrapure water installation for sustainable operation. The process can be optimized with a combination of a commercial activated carbon (AC) base of coconut or coal and a ceramic ultrafiltration membrane that has the advantage of fouling resistance. The hybrid process uses coconut-coated activated carbon powder on a pre-coated surface of a ceramic membrane flat sheet of laboratory surface scale of 13.1 cm2, 10–20 nm porous size, with a batch system for 1 hour. This study investigated single adsorption with powder activated carbon (PAC), single filtration ceramic membrane UF and and hybrid PAC/Ceramic Membrane UF with precoat using both groundwater and PAM water matrices. The combination between PAC and Ceramic UF in groundwater effectively removes hardness, metal, TDS, organic compounds, and chlorine residues with a sequential cleaning efficiency of 53,8%; 78,5%; 2,56%; 47,5%; and 8.33%. Meanwhile, the combination PAC/Ceramic UF with PAM Water effectively removes hardness, metal, TDS, organic compounds, and chlorine residues with a sequential cleaning efficiency of 51,2%; 71,43%; 6,29%; 81,87%; 75%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adya Dipta Amari
"Air merupakan kebutuhan pokok bagi setiap makhluk hidup dan diperlukan dalam berbagai kegiatan manusia. Namun, pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang terus meningkat menyebabkan krisis air bersih di seluruh dunia. Sumber air bersih seperti air sungai dan air tanah yang semakin berkurang dan tercemar menyebabkan dibutuhkannya alternatif sumber air baku lainnya yang jumlahnya melimpah untuk diolah, seperti air laut. Pengolahan air laut dengan metode adsorpsi menggunakan adsorben menawarkan pengolahan yang lebih sederhana dan aman untuk lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan tongkol jagung dan grafit sebagai adsorben dalam menyisihkan kandungan senyawa organik dalam air laut dan brine. Proses adsorpsi senyawa organik dari air laut dan brine dilakukan dengan menghomogenkan adsorben dan sampel menggunakan orbital shaker sesuai dengan variasi dosis adsorben dan waktu kontak yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa grafit lebih baik dalam menyisihkan senyawa organik pada air laut dan brine, dengan dosis dan waktu optimum yaitu 20 g/L selama 45 menit, di mana menghasilkan efisiensi penyisihan tertinggi 33,66% pada air laut dengan kapasitas adsorpsi 4,67 mg/g dan efisiensi penyisihan 31,9% dengan kapasitas adsorpsi 4,38 pada brine. Selain itu, diperoleh bahwa proses adsorpsi dengan tongkol jagung dan grafit lebih mengikuti isoterm Langmuir. Adapun proses adsorpsi dengan tongkol jagung lebih mengikuti kinetika adsorpsi orde satu (pseudo-first order), sedangkan proses adsorpsi dengan grafit lebih mengikuti kinetika adsorpsi orde dua (pseudo-second order).

Water is a basic need for every living creature and is needed in various human activities. However, population growth and increasing urbanization are causing a clean water crisis throughout the world. Clean water sources such as river water and ground water are increasingly decreasing and being polluted, causing the need for alternative sources of raw water which are abundant for processing, such as sea water. Seawater processing using the adsorption method using adsorbents offers simpler and safer processing for the environment. This research aims to compare the ability of corn cobs and graphite as adsorbents in removing organic compounds in seawater and brine. The adsorption process of organic compounds from seawater and brine is carried out by homogenizing the adsorbent and sample using an orbital shaker according to predetermined variations in adsorbent dose and contact time. The results showed that graphite was better at removing organic compounds from seawater and brine, with an optimum dose and time of 20 g/L for 45 minutes, which resulted in the highest removal efficiency of 33.66% in seawater with an adsorption capacity of 4,67 mg/g and removal efficiency of 31.9% with an adsorption capacity of 4,38 in brine. In addition, it was found that the adsorption process with corn cob and graphite more closely followed the Langmuir isotherm. The adsorption process with corn cobs follows pseudo-first order adsorption kinetics, while the adsorption process with graphite follows pseudo-second order adsorption kinetics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kafka Alghifari
"Air bersih adalah suatu aset yang sangat berharga, tetapi jumlahnya terbatas dan tentunya tidak dapat mencukupi kebutuhan miliaran manusia seiring bertambahnya waktu. Untuk itu, urgensi pengolahan berbagai macam sumber alternatif air bersih meningkat, salah satunya adalah pengolahan air laut. Tantangan dalam pengolahan air laut pun juga menghadirkan permasalahan baru sehingga diperlukan adanya teknologi rendah biaya yang bisa menyisihkan polutan di dalam air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi metode desalinasi terbaru dengan menggunakan adsorben dengan bahan dasar biomassa, diantaranya adalah kulit pisang kepok dan tempurung kelapa. Kapabilitas kulit pisang kepok dan tempurung kelapa sebagai karbon aktif terbukti bisa menyisihkan berbagai macam polutan di dalam air laut. Namun, diperlukan analisis lebih lanjut terkait penyisihan senyawa organik. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi performa karbon aktif kulit pisang kepok dan tempurung kelapa dalam menyisihkan polutan di dalam air laut, yaitu senyawa organik berdasarkan karakteristik material, kapasitas, adsorpsi, hingga model adsorpsi yang ditempuh. Berdasarkan hasil penelitian, adsorben kulit pisang kepok mencapai penyisihan tertinggi pada variasi waktu kontak, spesifiknya pada waktu kontak 30 menit, dengan nilai sebesar 80,4% untuk sampel air laut dan 56,7% untuk sampel brine. Di satu sisi, pada kasus adsorben tempurung kelapa, penelitian mengenai variasi dosis mencapai penyisihan tertinggi pada dosis 20 g/L sebesar 4,69% untuk sampel air laut sedangkan pada variasi waktu kontak, diperoleh penyisihan tertinggi 80,4% pada waktu kontak 30 menit untuk sampel brine.

Clean water is a valuable asset, yet its quantity is limited and cannot meet the needs of billions of people as time progresses. Thus, processing alternative sources of clean water is an utmost priority. One proposed solution is desalination. However, the challenges in seawater treatment present new problems, necessitating low-cost technology that provides alternative desalination methods as a solution. A new desalination method using biomass-based adsorbents, such as kepok banana peels and coconut shells, has been proposed. The adsorption capability of these materials as activated carbon has been proven effective in removing various pollutants from seawater. However, the removal of Natural Organic Matter (NOM) as a pollutant in seawater remains unidentified. Consequently, this study was conducted to identify the adsorption performance of biomass-based activated carbon (or bioadsorbents) made from kepok banana peels and coconut shells in removing organic compounds or NOM from seawater based on its material characteristics, adsorption capacity, and adsorption model. Based on its results, the kepok banana peel adsorbent achieved the highest removal rate at a contact time variation, specifically at a contact time of 30 minutes, with a value of 80.4% for seawater samples and 56.7% for brine samples. On the other hand, in the case of coconut shell adsorbent, research on dose variation achieved the highest removal rate at a dose of 20 g/L of 4.69% for seawater samples, while in the contact time variation, the highest removal rate was 80.4% at a contact time of 30 minutes for brine samples."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Zhahirah Dadona
"Teknologi pengolahan air limbah wine terdapat banyak alternatif dan menggunakan berbagai kombinasi pengolahan untuk menghasilkan kualitas air yang lebih baik. Pada penelitian ini, dilakukan kombinasi pengolahan menggunakan Fenton heterogen dengan katalis fly ash serta membran ultrafiltrasi. Penelitian berorientasi pada performa membran ceramic UF sebagai teknologi pengolahan filtrasi. Performa yang ditinjau khususnya pada mekanisme serta efisiensi penyisihan COD, warna, UV274, dan besi serta pengaruhnya terhadap variasi fluks (80 LMH, 100 LMH, 120 LMH). Eksperimen yang dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan membran UF berbentuk flat sheet material ceramic dengan luas permukaan sebesar 13,1 cm2 yang akan difiltrasi dengan konsep multicycle sebanyak 8 siklus. Mekanisme fouling yang terbentuk dan keterkaitannya terhadap efisiensi penyisihan parameter menunjukkan hasil yang optimal pada fluks yang lebih tinggi. Pada keseluruhan eksperimen, didapatkan penurunan performa yang diindikasikan dari penurunan normalized permeability serta peningkatan besar energi (tekanan pompa) yang tidak lebih dari 35%. Sedangkan itu, didapatkan penurunan penyisihan keseluruhan eksperimen pada parameter warna >79%, COD >66%, dan besi >77%. Sedangkan itu, untuk parameter UV274 tidak efektif tersisihkan oleh membran ceramic UF, dengan maksimal penyisihan hanya berkisar pada 13%. Penggunaan fluks 100 LMH cenderung lebih optimal dengan mempertimbangkan besar tekanan (pompa) yang tepat serta mekanisme fouling yang lebih stabil dengan efisiensi penyisihan yang lebih baik.

There are many alternative wine wastewater treatment technologies and various treatment combinations are used to produce better water quality. In this study, a combination of treatment using heterogeneous Fenton with fly ash catalyst and ultrafiltration membrane was conducted. The research was oriented towards the performance of ceramic UF membrane as filtration treatment technology. The performance reviewed was specifically on the mechanism and efficiency of COD, colour, UV274, and iron removal and its effect on flux variations (80 LMH, 100 LMH, 120 LMH). Experiments were conducted on a laboratory scale using a UF membrane in the form of a flat sheet of ceramic material with a surface area of 13.1 cm2 which will be filtered with the concept of multicycle for 8 cycles. The fouling mechanism formed and its relationship to the parameter removal efficiency showed optimal results at higher fluxes. In all experiments, there was a decrease in performance indicated by a decrease in normalised permeability and an increase in energy (pump pressure) of no more than 35%. Meanwhile, a decrease in the overall experimental removal was obtained for colour parameters >79%, COD >66%, and iron >77%. Meanwhile, the UV274 parameter was not effectively removed by the ceramic UF membrane, with a maximum removal of only around 13%. The use of 100 LMH flux tends to be more optimal by considering the right amount of pressure (pump) and a more stable fouling mechanism with better removal efficiency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Budiningsih
"Tingginya konsentrasi polutan organik dalam air laut dan air payau dikaitkan dengan fakta bahwa tidak
dapat dihilangkan secara efektif oleh membrane MF/UF saja, kombinasi teknik filtrasi membrane
meningkatkan efisiensi filtrasi lebih baik dan mengurangi biaya operasional. Kombinasi Hybrid membrane
ultrafitrasi dan kombinasi dengan karbon aktif telah dilakukan studi dengan hasil lebih baik. Dalam skala
pilot/instalasi, karbon aktif dilakukan injeksi dosis secara kontinyu, partikel karbon dalam ukuran sub
mikrometer dengan cepat kinetikanya diterapkan. Studi ini melakukan eksperimen antara hybrid PAC/UF
dengan GAC/UF dalam skala pilot scale termasuk analisa membrane resistansi dan membrane retensi.
Hybrid Karbon Aktif memberikan dampak signifikan positif dalam meningkatkan kontrol irreversible
fouling, yang terlihat pada efek sinergis pada penyisihan COD 40%-98%, UV VIS 43%-92%, dan
Kekeruhan 73%-99%. Hybrid Karbon Aktif/UF dapat menerapkan kinetika adsorpsi dengan cepat yang
dapat mengurangi waktu filtrasi untuk mencapai efisiensi penyisihan optimum, dari 105 menit UF tanpa
karbon aktif menjadi 75 menit untuk hybrid GAC/UF dan 60 menit untuk hybrid PAC/UF.

The high concentration of organic contaminants in seawater and brackish water is attributed to the organic
fouling cannot be removed effectively by MF/UF membranes alone, Combination of techniques membrane
filtration is required to be better efficiency filtration. The Pre-treatment of SWRO was studied and
employed by combining Activated Carbon (AC) with Powdered Activated Carbon (PAC) /Granular
Activated Carbon (GAC) and Ultrafiltration membrane (UF) have positive impact for organic fouling
removal up to 70%-78%. This study investigated membrane performance with combination technique
PAC/UF and GAC/UF in Pilot scale experiments within resistance membrane and retention membrane.
Combination of Activated Carbon/Ultrafiltration had significantly enhanced the control of Irreversible
Resistance, which showed synergistic effects in the removal of organic content for COD 40%-96%, UV
VIS 43%-92% and Turbidity 73%-99%. The rapid application of hybrid Activated Carbon/UF adsorption
kinetics can reduces filtration times to achieved optimal removal efficiency (retention) in the object study.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah Winata
"Penurunan kualitas air laut menjadi masalah SWRO Ancol sehingga menyebabkan terjadinya penurunan performa instalasi dalam menghasilkan air yang memenuhi baku mutu Permenkes No 2 Tahun 2023. penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air baku dan air produksi melalui evaluasi performa unit di SWRO Ancol serta menganalisis terhadap peraturan yang berlaku, dan memberikan rekomendasi sesuai dengan hasil evaluasi. Penelitian dilakukan dengan menguji parameter pH, kekeruhan, ammonia, COD, TDS, konduktivitas lalu membandingkan dan menganalisisnya berdasarkan persentase penyisihan. Pengambilan sampel di intake dan outlet proses flokulator-dissolve air flotation (DAF), automatic filter screen (AFS) – Ultrafiltrasi (UF), dan reverse osmosis (RO) pada pagi, siang, dan sore di tiap titik kemudian dicampurkan untuk mengetahui rata-rata kualitas air dalam satu hari. Hasil menunjukkan flokulator-DAF dan AFS – UF tidak ditujukan dalam menyisihkan TDS berturut-turut 6% dan 5% tetapi optimal menyisihkan amonia berurutan 25% dan 45% sedangkan dalam menyisihkan kekeruhan dan COD kurang optimal dengan penyisihan kekeruhan berurutan 44% dan 29%, COD berturut-turut 6% dan 7%, RO bekerja optimal dalam menyisihkan kekeruhan, dan konduktivitas dengan 100% dan 94% sedangkan TDS hanya 95%. Rekomendasi yang diberikan adalah modifikasi unit flokulator dan memindahkan lokasi intake sebagai upaya mengembalikan kinerja instalasi dalam memproduksi air yang sesuai dengan baku mutu Permenkes No 02/2023

The decline in seawater quality has become a problem for SWRO Ancol, causing a decrease in installation performance in producing water that meets the quality standards of Permenkes No. 2 of 2023. This study aims to analyze the quality of raw water and production water through unit performance evaluation at SWRO Ancol and analyze against applicable regulations, and provide recommendations according to the evaluation results. The research was conducted testing the parameters of pH, turbidity, ammonia, COD, TDS, conductivity and then comparing and analyzing them based on percentage removal. Sampling in intake and outlet of the flocculatordissolve air flotation (DAF), automatic filter screen (AFS) - Ultrafiltration (UF), and reverse osmosis (RO) processes in the morning, afternoon, and evening at each point was then mixed to determine the average water quality in a day. The results showed that the flocculator-DAF and AFS-UF were not aimed removing TDS with 6% and 5% respectively but optimally removed ammonia with 25% and 45% respectively while in removing turbidity and COD less optimal with removal of turbidity with 44% and 29% respectively, COD with 6% and 7% respectively, RO worked optimally in removing turbidity, and conductivity with 100% and 94% while TDS was only 95%. Recommendation is modify flocculator unit and move intake location as effort to restore performance of installation in producing water that is in accordance with quality standards of Permenkes No. 02/2023."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>