Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wael Oemar Al Jaidy
"Latar belakang: Infertilitas merupakan gangguan dalam sistem reproduksi berupa tidak tercapainya kehamilan secara klinis setelah hubungan seksual dilakukan secara reguler selama minimal 12 bulan tanpa menggunakan kontrasepsi. Salah satu pilihan tatalaksana adalah fertilisasi in vitro. Dalam melakukan FIV, salah satu tahap yang menunjang keberhasilan adalah stimulasi ovarium terkendali dengan menggunakan gonadotropin seperti rekombinan FSH atau human menopausal gonadotropin.
Tujuan: Mengetahui hubungan stimulasi ovarium terkendali yang mendapatkan sediaan gonadotropin berupa rFSH dan hMG dengan luaran FIV berupa jumlah oosit, jumlah embrio, dan fertilization rate pada periode 2013– 2019
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang menggunakan data rekam medis yang menjalani program FIV di Klinik Melati Harapan Kita tahun 2013 – 2019. Data yang digunakan adalah data pasien yang menjalani program dengan protokol rFSH dan hMG dibandingkan dengan luaran jumlah oosit, fertilization rate, dan jumlah embrio.
Hasil: Dari 454 pasien yang memenuhi kriteria, 309 pasien menggunakan rFSH sebagai obat stimulasi ovarium dan 145 pasien menggunakan hMG sebagai obat stimulasi ovarium. Hasil uji non parametrik lebih tinggi pada kelompok pengguna rFSH dengan ketiga variabel yang diteliti ditemukan bermakana secara signifikan dengan hasil p < 0,05.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah oosit, fertilization rate, dan jumlah embrio pada kelompok rFSH dan hMG (P < 0,05) dengan rata-rata oosit, fertilization rate, dan jumlah embrio kelompok rFSH lebih besar daripada kelompok hMG

Background: Infertility is a reproductive disorder characterized by inability of a married couple to be clinically pregnant after regular sexual intercourse of 12 months duration without using any contraceptive method. One of the therapeutic options to solve the problem is in vitro fertilization. Controlled ovarian stimulation is one of the most important steps which determine the success of the procedure. Gonadotropin has been used as the drug which stimulates the ovary to produce egg. Recombinant FSH and human menopausal gonadotropin are extensively used as the drug of choice.
Aim: This research aimed to explore the relationship between gonadotropin which is used in the process of controlled ovarian stimulation, rFSH and hMG, and the in vitro fertilization outcome, which are oocyte number, embrio number, and fertilization rate during the period of 2013 – 2019.
Methods: This research was a cross sectional study. Data from medical record of patients who underwent the in vitro fertilization procedure at Melati Clinic, Harapan Kita Child and Mother Hospital were obtained. This research collected the oocyte number, embryo number, and fertilization rate of eligible patients who received rFSH or hMG stimulation.
Results: 454 patients were eligible for the research, further divided into 309 patients who received rFSH and 145 patients who received hMG. Non-parametric test revealed that patients who belong to the rFSH group had a statistically significant oocyte number, embryo number, and fertilization rate compared to hMG group with p < 0.05.
Conclusion: Significant difference of oocyte number, embryo number, and fertilization rate exists between rFSH and hMG group (p < 0.05) with the mean oocyte number, embryo number, and fertilization rate are consistently observed higher in the rFSH group compared to hMG group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dasti Anditiarina
"Latar belakang: Stres kerja pada pramugari mengurangi tingkat konsentrasi dan kinerja dalam tugas terbang,serta menimbulkan gangguan fisiologis berupa gangguan siklus haid. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi stres kerja dan faktor lainnya terhadap risiko gangguan siklus haid pada pramugari.
Metode: Desain potong lintang dengan sampling purposif pada pramugari usia 19-50tahun yang melaksanakan pengujian kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan dan Garuda Sentra Medika tanggal 18-29 Mei 2015. Data untuk gangguan siklus haid dikumpulkan melalui kuesioner. Stres kerja diidentifikasi dengan National Institute for Occupational Safety and Health generic job stress questionnaire mental demands.
Hasil: Di antara 521 pramugari yang melaksanakan pengujian kesehatan, tersedia 251 subyek yang terpilih. Stres kerja, jenis penerbangan long haul dan pernah merokok merupakan faktor risiko dominan yang berhubungan dengan gangguan siklus haid. Subyek dengan stres kerja berisiko 2 kali lebih tinggi mengalami gangguan siklus haid [risiko relatif suaian (RRa)= 2,03; p= 0,104]. Subyek dengan jenis penerbangan jarak jauh 1 tahun terakhir berisiko 79% mengalami gangguan siklus haid (RRa= 1,79; p= 0,041). Subyek yang pernah merokok berisiko 70% mengalami gangguan siklus haid (RRa= 1,70; p= 0,072).
Kesimpulan: Pramugari penerbangan sipil dengan stres kerja, jenis penerbangan jarak jauh dalam 1 tahun dan pernah merokok, memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan siklus haid.

Background: Job stress among female flight attendants reduce level of concentration and flight duty performance, also cause physiological disorder such as menstrual cycle disorder. This study aimed to identify risk factors related to menstrual cycle disorder on female flight attendants.
Methods: A cross-sectional with purposive sampling was conducted on female flight attendants age 19-50 years who underwent periodic medical examination at Civil Aviation Medical Center and Garuda Sentra Medika on May 18-29,2015. Menstrual cycle disorder data collected with questionnaire. Job stress was identified by using National Institute for Occupational Safety and Health generic job stress questionnaire mental demands.
Results: Among 521 flight attendants, 251 subjects to analyze. Job stress,flight type and ever smoked were the risk factors related to menstrual cycle disorder. Subjects who had job stress had 2 times higher risk to menstrual cycle disorder [adjusted relative risk (RRa)= 2.03; p= 0.104]. Subject who had long haul flight had 79% higher risk to menstrual cycle disorder (RRa= 1.79; p= 0.041). Subject who ever smoke had 70% higher risk to be menstrual cycle disorder (RRa= 1.70; p= 0.072).
Conclusions: Female civilian flight attendant who had job stress, long haul flight within the last one year, and who ever smoked had higher risk to be menstrual cycle disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library