Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Fitri Hapsari
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Berbagai keluhan yang muncul pada masa menopause sebagian disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Salah satu keluhan yang muncul adalah xerostomia. Xerostomia dapat terjadi akibat laju aliran & produksi liur yang tidak adekuat. Hal ini mungkin terjadi karena kelenjar liur tidak berfungsi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ovariektomi (ovx) bilateral (yang diasumsikan sebagai penurunan kadar estrogen) terhadap gambaran histologis kelenjar parotis dan kapan terjadinya perubahan tersebut. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Wistar betina berumur ± 3 bulan dengan berat badan 150-250 g, yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok I (ovx 50 hari), kelompok II (kontrol 50 hari), kelompok III (ovx 100 hari), kelompok IV (kontrol 100 hari). Kelompok I & II dibedah pada hari ke 50, sedangkan kelompok III & IV dibedah pads hari ke 100. Organ yang diperoleh dibuat sajian histologis dengan pewarnaan HE. Hasil dan Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara jumlah asinus perlapangan pandang, diameter asinus, dan tinggi epitel asinus kelenjar parotis tikus 50 hari dan 100 hari ovariektomi dibandingkan dengan kontrol. Perbedaan bennakna hanya tampak pada diameter dan tinggi epitel asinus tikes 50 hari ovariektomi dibandingkan dengan tikus ovariektomi 100 hari. Hasil ini kemungkinan disebabkan karena estrogen yang berkurang akibat ovariektomi digantikan oleh estrogen hasil kenaikan berat badan tikus, dan kemungkinan kompensasi estrogen ekstra ovarium 50 hari pascaovariektomi terjadi secara berlebihan. Penelitian ini akan lebih akurat jika diperoleh data kadar estrogen darah. ......Effect of Bilateral Ovariectomy on the Histology of Parotid Gland in Wistar RatsMenopause may comes with complaints, most of which are caused by decreased estrogen concentration. Xerostomia is one of the complaints, as the result of inadequate production and flow rates of saliva due to salivary gland dysfunction. Ovariectomy that will decrease in estrogen levels could lead to xerostomia. The aim of this study was to investigate the effect of bilateral ovariectomy, on histological structure of the parotid gland. Twenty-four female Wistar rats, aged ± 3 months, weighing 150-250 g, were divided into 4 groups, each group content of 6 rats. Group I, which are sacrificed 50 days after ovariectomy, and Group IT., as unovariectomized control group, was sacrificed on day 50. Group III, which are sacrificed 100 days after ovariectomy, and Group ITT as unovariectomized control group, was sacrificed on day 100. The histological specimens of the organs obtained were stained with HE. This study found no significant differences in the number of acini per visual field, diameter of acini, and height of acini epithelium at 50 days and 100 days after ovariectomy compare with control. The only differences are in the diameter of acini and height of acini epithelium at 50 days after ovariectomy comparing with 100 days after ovariectomy. These results might be caused by the effect of estrogen produced by nonovarial tissues, as increase body weight was found, and over compensation of estrogen at 50 days after ovariectomy. This study would be more accurate if the blood estrogen concentration was also measured.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasanthy Kusumaningtyas
Abstrak :
Latar belakang : Kelenjar eksoktin pankreas mensekresikan amilase, protease dan lipase yang disimpan dalam bentuk granula zimogen pada bagian apikal sel asinus pankreas. Regulasi sekresi setiap enzim pencernaan diduga diatur tersendiri. Hal ini menyiratkan dugaan bahwa dalam satu granula zimogen mengandung satu jenis enzim, namun belum ada penelitian yang mengungkapkannya. Penetitian ini bertujuan untuk menemukan pola sekresi granula zimogen yang berbeda pada pemberian karbohidrat, protein, dan lemak. Bahan dan cara kerja : 30 ekor tikus Wistar jantan dibagi dalam 5 kelompok, yaitu: kelompok I (kontrol), kelompok II (sukrosa), kelompok III (putih telur), kelompok IV (minyak jagung), dan kelompok V (campuran ketiganya). Hewan coba dicekok makanan yang sesuai 3x sehari selama 1 hari untuk adaptasi pankreas. Hewan kontrol diberi pellet ad libitum masing-masing selama 1 jam sebanyak 3 kali. Pada saat perlakuan, hewan coba dicekok 1 x dan hewan kontroi dipuasakan. Setelah 7 jam keduanya dibedah dan diambil pankreasnya lalu dibuat sediaan histotogi dengan pulasan Gomori's krom alum hematoksilin floksin. Asinus pankreas diamati dibawah mikroskop dan diukur diameter apikobasal dan laterolateral sel asinus serta diameter asinusnya. Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan uji Levene dan uji anova same multiple comparison untuk menguji perbedaan diameter apikobasal, dan diameter asinus antar perlakuan sedangkan untuk menguji perbedaan diameter laterolateral antar perlakuan ditakukan uji nonparametrik Kruskat Wallis dilanjutkan dengan uji Mann Withney. Hasil dan kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna (p <0,01) diameter apikobasal, laterolaterat set dan diameter asinus pankreas tikus kontrol dengan yang dicekok sukrosa dan minyak jagung. Hal ini menunjukkan bahwa sekresi enzim pencernaan dipengaruhi oleh diet. Ada perbedaan yang bermakna (p < 0,01) diameter apikobasal dan diameter asinus antara tikus yang dicekok sukrosa dengan tikus yang dicekok putih telur, tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0,01) diameter apikobasal, taterolaterat sel asinus dan diameter asinus pada tikus kontrol dibandingkan dengan tikus yang dicekok putih telur dan campuran dan antara tikus yang dicekok sukrosa dengan tikus yang dicekok campuran. Hal ini terjadi karena pengaruh protease inhibitor yang meningkatkan sintesis protease dan amilase. Dapat disimpulkan bahwa pemberian lemak (minyak jagung) mengakibatkan sekresi lebih banyak granula zimogen yang mengandung lipase, dibandingkan dengan pemberian karbohidrat, protein, dan campuran ketiganya. Sedangkan protease inhibitor yang terdapat di dalam putih telur diduga meningkatkan produksi protease dan amilase dan menstimutasi pembentukan granula zimogen yang hanya mengandung tripsinogen, kimotripsinogen dan amilase. Hal ini membawa dugaan bahwa satu granula zimogen hanya mengandung satu jenis enzim saja.
Background: The pancreatic exocrine gland secretes amylase, protease and lipase, which are stored in the form of zymogen granules at apical site of pancreatic acinl cell. The secretion of each digestive enzyme is thought to regulate in different manner. It is assumed that one zymogen granule contains only one specific enzyme. But until now, there is no supporting data explaining about that. The aim of this study is to observe the secretory pattern of zymogen granules as a reaction of carbohydrate, protein and fat administration. Method of investigation: 30 male Wistar rats were used and divided in 5 groups: group ((control), II (sucrose), Ill (white part of egg), IV (corn oil), V (mixed of sucrose, white part of egg and corn oil). In adaptation stage of pancreas, the experimental rats were administered with appropriate food 3 times daily for one day while control rats were administered with pellet ad libitum 3 times daily for hour each. On the day of experiment, the experimental rats were administered with the appropriate food land the control rats were fasted. After 7 hour, all of the rats were sacrified and pancreatic glands were isolated. The pancreatic glands were processed for histological slides and were stained with Gomori's Chrome Alum Hematoxiliin Phioxine. The pancreatic glands were examined under light microscope. The diameter of apicobasal, laterolateral and acinus from acini cells were measured. The data than were tested with Levene's homogeneity test, anova test and multiple comparison to analyze the difference in apicobasal and acini diameter between groups. Laterolateral diameter was tested with Kruskat Wallis nonparametric test and Mann Wdhney test to analyze the difference in laterolateral diameter between groups. Result and conclusion: there were significant differences (p<0.01) in apicobasal, lateroteral cells and pancreatic acinus diameter between control rats and sucrose administration rat and corn oil administration rat. The result showed that the digestive enzyme secretion are influenced by the diet. There were significant differences (p < 0.01) in apicobasat cells and acinus diameters between sucrose administration rat and white part of egg administration rat, but there were no significant differences (p > 0.01) in apicobasal, laterolateral cells and pancreatic acinus between white part of egg administration rat and mixture food administration rat; and between sucrose administration rat and mixture food administration rat. These results might be occurred due to the presence of protease inhibitor, which increased the synthesis of protease and amylase. We concluded that the administration of fat (corn oil) would cause higher secretion of zymogen granules which contain the lipase than the administration of carbohydrate, protein and mix of the aboves. it assumed that the protein inhibitor in white part of egg increase the production of protease and amylase and resulting the formation of zymogen granules which contain only trypsinogen, chymotrypsinogen or amylase enzymes. The results of our experiment suggested that one zymogen granule may contain only one specific enzyme.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Imelda
Abstrak :
Norplant sudah cukup lama digunakan di seluruh dunia, sayangnya kurang lebih 60% menimbulkan rasa tidak nyaman berupa gangguan pola perdarahan yang terutama timbul pada tahun pertama pemakaian. Akibatnya lebih dari 50% menginginkan pencabutan implant.

Salah satu faktor yang diduga berperan pada perdarahan endometrium akseptor Norplant adalah gangguan integritas epitel permukaan baik fungsional dan struktural. Secara struktural ditentukan oleh sitokeratin yang merupakan salah satu jenis filamen intermediant dan berfungsi mempertahankan bentuk sel. Dalam endomentrium ditemukan sitokeratin 7, 8, 18 dan 19. Pada akseptor Norplant ekspresi sitokeratin menurun dan ditemukan pula gambaran atrofit endometrium yang ditandai dengan memendeknya tinggi epitel.

Salah satu obat yang cukup efektif terbukti mengatasi gangguan pola perdarahan akibat Norplant yaitu etinil estradiol. Walaupun secara klinis perdarahan berkurang tetapi beberapa penelitian melaporkan secara mikroskopik tisak ada perubahan struktur endometrium.

Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah data tentang integritas epitel permukaan sehingga dapat mengungkap mekanisme perdarahan dan menemukan pengobatannya yang efektif.
2001
T3183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kalangi, Sonny John Ruddy
Abstrak :
Aloe vera dan madu dianggap dapat mempercepat reepltelisasl Iuka sekalipun masih terdapat beberapa perbedaan pendapat. Penelltian ini hendak membandingkan khasiat aloe vera. madu, dan larutan garam lisiologis yang diberikan secara topikal dalam proses reepitelisasi dan pembentukan jarlngan granulasl pada proses penyembuhan Iuka eksisi kulit telinga kelinci. Sebanyak enam ekor kelinci putih jantan dipakal sebagai sampel. Pada telinga kelinci dibuat Iuka eksisi sedalam tebal kulit berbentuk bundar dengan diameter 6 mm. Pada tiap telinga dibuat empat buah luka pada permukaan dalam telinga. Luka kemudian mendapat perlakuan pemberian aplikasi topikal larutan NaCl 0.9%, madu, dan aloe vera, serta kontrol yang ticlak diobati. Tujuh hari kemudlan dilakukan biopsi pada sediaan Iuka. Jaringan dlproses menjadi sediaan hlstologlk dan dipulas dengan pulasan rutin hematoksilin eosin untuk penilalan secara kuantitatif terhadap proses reepltellsasl dan pembentukan jaringan granulasi. Reepitelisasi dinllai dengan cara mengukur jarak Celah epitel. Pembentukan jaringan granulasi dinilai dengan cara mengukur tinggl jaringan granulasi, jarak celah granulasi, total jarak lateral-medial (lebar) jaringan granulasl, Serta perhitungan besar volume jaringan granulasi. Ditemukan percepatan reepithelisasi yang bennakna secara statlstik (p<0,05) pada olesan dengan aloe vera (p=0,003) dan madu (p=0,004). Pada pembentukan jaringan granulasi kecuali tinggi jaringan granulasi yang tidak oerbeda bermakna (p=0,054) semuanya menunjukkan hasil yang berbeda bermakna secara statlstik. Percepatan pembentukan jaringan granulasi yang ditemukan pada olesan aloe vera dan madu berupa proses pembentukan jaringan granulasi dengan arah lateral-medial menuju pusat Iuka. Dislmpulkan bahwa proses reepitelisasi dan pembentukan jaringan granulasi Iuka eksisi full-thickness pada telinga kellnci secara signitlkan meningkat oleh pemberian aloe vera dan madu secara topikal, juga pemberian aloe vera sama efektifnya dengan madu dalam proses reepitelissl dan pembentukan jarlngan granulasi.
Aloe vera and honey were thougwh to accelerate wound reepithelialization although there were still varying reports on this matter. This study aims to compare the of topicaI application of honey, aloe vera, and normal saline solution on the process of reepithelialization and granulation tissue formation on skin wound healing. Six white rabbits were used for evaluation. Four full-thickness excisional wound were made on the interior surface of each ear with a 6-mm tissue punch. Wounds on each ear were applied with aloe vera, honey, normal saline, and no treatment as wound control. On day 7 after wounding, wound tissue was processed for histological examination. Histological cross sections. stained with hematoxylin-eosin, were used for quantitative evaluation of reepithelialization and granulation tissue formation. Reepithelialization were evaluated by measuring the distance of epithelial gap. Granulation tissue formation were followed-up by measuring the height of granulation tissue. the distance of granulation tissue gap. total lateral-medial distance of granulation tissue, and by calculating the value of granulation tissue volume. The values of the acceleration rate of the reepithelialization were found to be statistically significant {p<0.05) in the aloe vera (p=0.003) and in the honey (p=0.004) given in the topical manner. Except for the height of the granulation tissue (p=0.054), all other values of that tissue showed the results which were significantly different. The acceleration in the formation of the granulation tissue found in the tissue treated with the aloe vera and the honey generated in the medio-lateral direction toward to the central of the wound. We concluded that the reepithelialization processes and the formation of the granulation tissue in the full-thickness wound performed on the rabbit ear were significantly increased by the topical treatment with aloe vera and honey. The treatment with aloe vera on those processes gave the results with the same effectiveness with that of honey.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T3724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenconoviyati
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian: Asap rokok merupakan salah satu polutan udara yang mendapat sorotan karena menimbulkan berbagai masalah kesehatan karena banyaknya senyawa yang dikandungnya. Di antara senyawa kimia tersebut adalah NO2 dan OH. Diketahui bahwa NO2 merupakan radikal bebas yang dapat merusak jaringan elastis paru (Halliwell,1999) sedangkan NO2 dan OH diperkirakan oleh banyak peneliti memicu terbentuknya lipid peroksida, serta adanya hipotesa bahwa asap rokok dapat menyebabkan makrofag mengeluarkan enzim proteolitik sehingga kolagen akan rusak (Rubins, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah asap rokok yang dipaparkan pada hewan coba dapat merusak jaringan kolagen dan meningkatkan kadar malondialdehid pada paru. Hewan coba tikus sebanyak 10 ekor dipaparkan asap rokok 5 batang perhari selama 12 .minggu kecuali hari minggu, kemudian pada hari pengambilan sampel jaringan paru tikus untuk pemeriksaan kadar malondialdehid dibekukan secara langsung dengan menggunakan aseton dan es kering untuk menghindari metabolisme selanjutnya. Penetapan kadar peroksida lipid dengan cara memeriksa kandungan malondialdehid homogenat paru yang direaksikan dengan asam tiobarbiturat Untuk pemeriksaan mikroskopis, jaringan paru diwarnai dengan pulasan rutin Hematoksilin Eosin untuk menghitung sel radang dan fibroblas serta pulasan khusus Elastica van Gieson untuk melihat ketebalan kolagen. Perhitungan ketebalan pulasan kolagen diukur dengan program Adobe photoshop 6.0 dengan menghitung derajat warna merah, hijau, biru (RGB), sedangkan penghitungan statistik untuk ketebalan kolagen, jumlah sel radang dan fibroblas serta kadar malondialdehid dengan SPSS 10.0 for windows, dilakukan uji distribusi dengan Kolmogorov-Smimov (KS), dan kemaknaan dengan uji t test. Hasil dan kesimpulan: Jumlah sel radang dan fibroblas pada hewan perlakuan meningkat secara bermakna dibanding dengan hewan kontrol (p=0,000), ketebalan kolagen alveolus pada hewan perlakuan juga berbeda bermakna dibanding dengan kontrol (p=4,011),sedangkan pada jaringan kolagen bronkiolus tidak berbeda bermakna (p=0,779) dan kadar malondialdehid hewan perlakuan meningkat bermakna dibanding hewan kontrol (p=4,445).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmasari Sartono
Abstrak :
Ruang lingkup dan Cara penelitian : Salah satu penyebab gangguan pernapasan adalah asap rokok. Asap rokok yang berasal dari ujung rokok yang terbakar (sidestream) juga mengandung bahan toksik dan karsinogenik yang sama seperti asap rokok utama (mainstream), sehingga efek pada perokok pasif hampir sama dengan efek yang timbul pada perokok aktif. Bahan berbahaya yang terdapat dalam rokok. Seperti CO, NO, Hydrogen Cyanida dapat menyebabkan kerusakan jaringan saluran napas yaitu menebalnya lapisan mukosa, hilang atau rusaknya silia dan kelainan integritas epitel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah asap rokok yang dipajankan pada tikus secara pasif dapat mempengaruhi tinggi epitel bronkiolus dan kandungan GSH pada jaringan paru. Sebagai model perokok pasif digunakan 10 ekor tikus yang dipajankan asap rokok 5 batang/20 menit setiap hari selama 12 minggu dan selama pengasapan 10 ekor tikus kontrol dikeluarkan, Kemudian diambil jaringan bronkiolus tikus untuk dibuat sediaan histologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) yang selanjutnya diamati dibawah mikroskop cahaya untuk mengukur tinggi epitel bronkiolus. Penentuan kandungan GSH dilakukan dengan cara memeriksa homogenat paru dengan metode Ellman setelah direaksikan dengan DTNB (Asam DitiobisNitroBenzoat). Perhitungan statistik tinggi epitel bronkiolus dan kandungan GSH dilakukan dengan Uji distribusi dengan Kolmogorov Smirnov (KS) dan kemaknaan dengan uji t. Hasil dan Kesimpulan : Tinggi epitel bronkiolus pada hewan perlakuan lebih rendah bermakna dibandingkan dengan hewan kontrol (p= 0,004 ) , sedangkan kandungan GSH jaringan paru lebih tinggi bermakna dibandingkan kandungan GSH paru tikus kontrol (p--0,OO). Terjadinya penurunan tinggi epitel bronkiolus disebabkan karena adanya peningkatan pembentukan radikal bebas yang dapat merusak makromolekul di dalam sel epitel bronkiolus. Sedangkan peningkatan kandungan GS1-1 pada jaringan paru diduga disebabkan oleh mekanisme kompensasi jaringan paru dalam menanggulangi jumlah Radikal Babas yang terbentuk.
Background and method of investigation: One etiology of the respiratory disease is cigarette smoking. The smoke from the tip of burning cigarette, the side stream smoke , contain the toxic and carscinogenic agents as the main stream smoke. Hence, the effect of the passive smoking is almost the same as the active smoking. The substances such as CO,NO and hydrogen cyanide in cigarette's smoke can induced the respiroatory tissue damage such as thickening of epithelial mucosa, loss cilia and impairment of ephithelial integrity. The aim of this study was to analyze the effect of passive cigarette kretek smoking on the epithelial height of bronchioles an GSH content of lung tissue. This study was carried on 20 swiss Webster rats which divided into 2 groups. The fisns group was control group the second group were exposured to cigarette kretek smoke, 5 cigarette 20 minutes per day. After i 2 weeks treatment the rats were sacrified. Histological slides were made from bronchiole epithelium and stained with Haemotoxiline-Eosine ( HE) and using light microscope the height of the bronchioles, epithelium were measured. The GSH content of lung tissue was measured with Ellman Method, The result of the study the study were analyzed statistically. Result and Conclusion: The height of bronchiols epithelium of the treatmaent group were decreased significantly compared to the control group. The GSH content lung tissue of the treatment group were significantly higher compared to the control group. It was concluded thet passive cigarette smoking will increased the free radicals which caused the macromolecules damage of the bronchioles epithelium and with the consequences increased of endogen antioxidant level such as GSH.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T17680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Damayanti
Abstrak :

Perubahan yang terjadi pada endometrium akibat penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin hingga kini masih belum dieksplorasi lebih jauh, sehingga mekanisme perdarahan abnormal yang dialami para pemakainya masih belum jelas diketahui mekanismenya. Untuk itu telah dilakukan penelitian yang melihat ekspresi (intensitas pulasan dan kontinuitas) kolagen IV membran basal epitel permukaan endometrium pengguna Norplant® secara imunohistokimia. Tujuh belas jaringan endometrium pengguna Norplante hasil biopsi didapatkan dari Klinik Raden Saleh Jakarta, sedangkan 12 endometrium normal didapatkan dari Monash Medical Centre, Victoria, Australia. Penelitian difokuskan pada 3 kelompok subjek, yaitu kelompok normal, kelompok Light Bleeders dan kelompok Heavy Bleeders. Dikemukakan hipotesis bahwa terdapat perbedaan ekspresi kolagen IV membran basal epitel permukaan antara endometrium normal dengan pengguna Norplanto. Analisis statistik dengan uji Chi Kuadrat dan uji korelasi Spearman dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan ekspresi kolagen IV dan hubungan di antara kelompok-kelompok tersebut di atas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolagen IV membran basal epitel permukaan diekspresikan sepanjang siklus menstruasi endometrium normal. Intensitas pulasan kuat di sepanjang fase proliferasi awal hingga fase sekresi pertengahan dan menurun pada fase sekresi akhir dengan kontinuitas dipertahankan di sepanjang waktu tersebut. Tidak terdapat perbedaan intensitas pulasan kolagen IV antara endometrium normal dengan pengguna Norplant®, tetapi endometrium pengguna Norplant® tampak mengalami diskontinuitas (p=0,011) dengan kecenderungan diskontinuitas terjadi pada kelompok Norplant® yang mengalami perdarahan ringan (Light Bleeders) (p=0,059). Tidak terdapat hubungan antara lama pemakaian Norplant® dengan intensitas pulasan dan kontinuitas membran basal epitel permukaan endometrium.


The Expression of Collagen IV Of the Surface Epithelium Basement Membrane among Norplant® Users

The changes of endometrium morphology among progestin only contraception users have not been explored so far so that the mechanism responsible for progestogen-induced breakthrough bleeding remain unexplained. The aim of this study was to examine the expression of collagen IV as one of basement membrane components by im m unohistoche m istry In section of endometrium from women receiving the subdermal levonorgestrel implant (Norplant@) and normally cycling women. Twelve Control biopsies were obtained from normal subjects from Melbourne, Australia, and Norplant® biopsies were obtained from 17 women from Klinik Raden Saleh, Jakarta. It was hypothesized that in Norplant users, changes in basement membrane collagen IV expression were present.

Biopsies of Norplant® users showed that collagen IV immnostaining intensity were at least as intense as that found in the mid-late secretory phase of the normal cycle, but it exhibited discontinuity (p=0,011)_ The light bleeders though tends to exhibit discontinuity compared to the heavy bleeders (p=8,059). There was no correlation between the length of Norplant® exposure to the expression of collagen IV of basement membrane.

2001
T1406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vengky Tanuwijono
Abstrak :
Latar belakang dan cara penelitian : Kontrasepsi implan merupakan salah satu metoda dalam pemakaian kontrasepsi, walaupun relative masih baru namun akseptabilitasnya cukup tinggi. MPA sebagai bahan kontrasepsi telah lama digunakan dan terbukti aman, efektif, jangka panjang dan reversibel serta dapat digunakan oleh wanita setelah melahirkan dan menyusui. Namun, MPA baik dalam bentuk oral maupun injeksi, masa kerjanya masih relatif singkat. Dengan mengubah metoda pemberiannya, sebagai contoh: dalam bentuk implan subdermal, masa kerjanya dapat diperpanjang. Untuk itu dilakukan penelitian implan MPA subdermal. Penelitian ini merupakan studi awal untuk meneliti efek implan MPA pada hewan Macaca fascicularis dengan mengamati beberapa parameter klinik yaitu: pola perdarahan haid, berat badan dan gambaran sitologik usap vaginanya. Empat ekor dari Macaca tersebut ditanamkan implan MPA subdermal di bagian tengkuk dengan berbagai kadar: 15,5 - 28,8 - 47,4 dan 50,7 mg MPA, dan satu ekor sisanya diperlakukan sebagai kontrol. Data yang diperoleh akan diuji dengan uji-T data berpasangan. Hasil dan kesnnpulan : Hasil penelitian memperlihatkan. bahwa selama perlakuan (penanaman implan MPA) tidak terjadi perdarahan haid, yang menandakan kemungkinan terjadi atrofi endometrium. Tidak ditemukan kenaikan berat badan pada Macaca fascicularis yang ditanamkan implan MPA, justru terjadi penurunan berat badan, yang mungkin disebabkan oleh pendeknya masa pemantauan dan pengaruh stress perlakuan pada binatang percobaan (p < 0,05). Gambaran sitologik usap vagina menunjukkan penurunan jumlah sel piknotik selama perlakuan karena pengaruh estrogen yang menurun, yang menandakan bahwa mungkin akibat perkembangan folikel yang terganggu (p<0,05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T9348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Anggraini
Abstrak :
Latar betakang dan cara penelitian : Penurunan densitas tulang pada wanita pascamenopause diyakini sebagai akibat defisiensi estrogen. Efek defisiensi estrogen terhadap tulang adalah peningkatan perubahan tulang (bone remodelling), yang mencapai osteopenia sampai dengan osteoporosis. Pasien wanita pasca-menopause, sering mengeluh Geligi Tiruan Penuh-nya (GTP) cepat gail (longgar). Penyebab GTP gail adalah resorpsi sisa tulang alveolar yang berkelanjutan. Di dalam penelitian ini hendak dicari hubungan antara densitas tulang di beberapa bagian rangka badan dengan bentuk anatomi mandibula tidak bergigi pada wanita pasca-menopause. Penelitian dilakukan pada 14 orang wanita pasca-menopause. Pemeriksaan densitas tulang memakai DPX-L Bone Densitometer. Observasi pada mandibula dilakukan melalui gambaran ronsen panoramik dan model cetakan. Parameter yang diteliti adalah: tinggi sisa tulang alveolar mandibula dan tebal kortikal sudut mandibula pada ronsen panoramik serta tinggi sisa tulang alveolar dan bentuk sisa tulang alveolar pada model cetakan. Data yang diperoleh diuji korelasinya dengan uji korelasi produk momen dari Pearson, uji T data mandiri dan analisis regresi multipel. Hasil dan kesimpulan : Densitas tulang di L1-L4, femur proksimalis dan radius distalis tidak berkorelasi dengan tinggi sisa tulang alveolar (p>0,05). Densitas tulang di radius distalis berkorelasi dengan bentuk sisa tulang alveolar (p<0,0I). Densitas tulang di L1-L4, kolum femoris dan segitiga Ward pada femur berkorelasi dengan tebal kortikal sudut mandibula kiri (p
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiralda Sjahfirdi
Abstrak :
ABSTRAK Ruang lingkup dan cara penelitian: Fenomena "ferning'', yaitu gambaran mirip daun pakis yang dibentuk oleh garam-garam khususnya NaCl, bila saliva atau lendir serviks dikeringanginkan, akan muncul jika terdapat hormon estrogen. Fenomena ini akan menghilang jika estrogen berada dalam kadar yang amat rendah, atau akibat pengaruh keberadaan hormon progesteron pada fase luteal siklus haid. Konsentrasi kedua hormon tersebut dalam saliva berkorelasi amat erat dengan konsentrasinya dalam darah. Fenomena ini mudah diamati dan cukup dapat diandalkan untuk memperkirakan ovulasi. "Ferning" saliva dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal termasuk aktivitas menggosok gigi, namun sampai saat ini belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kapan pengambilan saliva yang paling baik guna memperoleh hasil yang memuaskan. Penelitian untuk menjelaskan pengaruh menggosok gigi terhadap fenomena "Ferning" amat penting untuk mendapatkan hasil terbaik dalam memantau face fertil siklus haid. Tujuan penelitian ini adalah menilai kemunculan "ferning" saliva pagi hari sebelum dan sesudah menggosok gigi, dengan hipotesis bahwa "ferning" muncul pada saliva sebelum dan sesudah menggosok gigi. Penelitian ini menggunakan metode observasi pada satu kelompok wanita dengan siklus haid normal yang diambil sampel salivanya dua kali berturut-turut pada pagi hari sebelum menggosok gigi dan satu jam kemudian sesudah menggosok gigi sebelum makan apapun, pada hari ke-7, 8, 9, 13, 14, 15, dan 22 siklus haid antara pk.05.00 - 08.00. Gelas saji yang telah berisi cairan saliva yang telah dikeringanginkan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa di bawah mikroskop, dibuat sajian fotomikrograf dan dicetak untuk dinilai. Penilaian hasil foto dilakukan secara buta. Kode pada foto dibuat oleh pembimbing. Selanjutnya foto dinilai dengan memberi tanda positif (+) pada foto yang memiliki "ferning", dan tanda negatif (-) pada foto tanpa "ferning". Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik McNemar dengan batas kemaknaan α= 5%. Hasil dan Kesimpulan: Fenomena "ferning" saliva pagi hari sebelum dan sesudah menggosok gigi muncul hanya pada hari ke-7 dan 8 siklus, sesuai dengan uji statistik nonparametrik McNemar (p = 0,4265). Dari segi kliinis berdasarkan uji sensitivitas dan spesifisitas, keberadaan "ferning" saliva sebelum dan sesudah menggosok gigi dapat dimanfaatkan untuk memantau kesuburan siklus, khususnya bagi pasangan yang menghindari kehamilan. Berdasarkan persentase hilangnya "ferning" sesudah menggosok gigi yang cukup tinggi pada fase periovulasi, pemanfaatan "ferning" saliva untuk memantau kesuburan siklus sebaiknya diambil dari sampel saliva sebelum menggosok gigi.
ABSTRACT Scope and method of study: Ferning phenomenon, "fern-like pattern" configuration of NaCl, when the saliva or cervical mucus where air-dried naturally, will normally show up in the present of estrogen. This phenomenon will disappear in the absent of estrogen or in the influence of progesterone in luteal phase of menstrual cycle. The salivary concentration of these hormones are correlated strongly with their blood concentration. The phenomenon can be used to predict ovulation quite easily and reliable. Salivary ferning could be affected by several external factors included tooth brushing activity, but until presently, no study has been made in determining the best time for salivary sample collection to obtain best results. Research to elucidate the effect of tooth brushing on the ferning phenomenon is considered very important to get the best way in monitoring fertile phase of menstrual cycle. The purpose of this study is to observed the existence of salivary ferning early in the morning before and after tooth brushing. It was hypothesized that the ferning phenomena will show up similarly before and after tooth brushing. Observational method was applied in this study to a group of women with normal cycle. The salivary samples were taken 2 times in the morning before tooth brushing and one hour after tooth brushing, before meal on the 7th, 8th, 9eh, 13th, 14th, 15th, and 22" days of cycles between 05:00 and 08:00 am. The glass slides containing salivary sample were air-dried naturally in room temperature and assessed microscopically. Photomicrographs were then produced and coded by the supervisor to be evaluated blindly thereafter. Positive marks (+) were given to the photomicrographs in which the ferning pattern can be found, and negative marks (-) to the others in which the ferning pattern can not be identified. McNemar nonparametric statistical test was applied on α = 5%. Result and conclusion: Salivary ferning phenomena before and after tooth brushing were found to be imilarly good only on day 7th and 8th and were supported by McNemar nonparametric statistical test (p = 0,4265). On the clinical point of view, based on sensitivity and specificity test, salivary ferning before and after tooth brushing can be used to monitor ovulatory cycle, if pregnancy is to be avoided. Using salivary.ferning for monitoring ovulatory cycle are better taken before tooth brushing because the percentage of losing salivary ferning phenomena after tooth brushing is quite high in periovulatory phase.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>