Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marthen Pali
Abstrak :
ABSTRAK Salah satu indikator meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya faktor psikologis dalam pendidikan dan perusahaan ialah makin banyaknya permintaan akan pengukuran tes psikologi termasuk tes Matriks Progresif dan perangkat tes Bakat Diferensial. Bermacam-macam tes dan alat ukur psikologis telah diadaptasi dan bahkan telah luas digunakan oleh para profesional di bidang ini. Akan tetapi, penelitian terhadap tes Matriks Progresif dan seluruh subtes Bakat Diferensial belum banyak dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mengadakan studi validitas prediktif tes Matrik Progresif dengan kriteria prestasi belajar siswa SMA dan validitas sintetik tes tersebut pada tiga jenis pekerjaan di perusahaan. Studi validitas prediktif diharapkan dapat memberikan informasi tentang tes/subtes manakah yang memiliki nilai prediksi yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa SMA pada Jurusan Al, A2, dan A3, dan Kelas T. Selain itu, juga diharapkan dapat diperoleh informasi tentang tes/subtes yang memberikan sumbangan efektif dalam memprediksikan prestasi belajar siswa SMA baik di Kelas 1 maupun di Jurusan Al, A2, dan A3. Studi validitas sintetik diharapkan dapat memberikan informasi tentang gabungan tes/subtes yang dapat digunakan dalam penyeleksian dan penempatan karyawan di perusahaan. Sampel penelitian ini adalah siswa SMA Negeri di tujuh propinsi sebanyak 2804 orang siswa dan 110 orang karyawan pemegang pekerjaan teknisi, wartawan, dan kasir, serta masing-masing lima orang supervisor dari tiga perusahaan yang karyawannya terpilih sebagai subjek penelitian. Instrumen pengumpul data yang digunakan dan sekaligus diteliti ialah tes Matriks Progresif dan delapan subtes Bakat Diferensial. Instrumen lainnya ialah Skala Penilaian Unjuk Kerja Karyawan dan Skala Nilai Kepentingan Aspek-aspek yang Dinilai. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari dokumen-laporan nilai prasemester. Teknik analisis data yang digunakan ialah Product-moment Pearson, Multiple Regression, ANOVA, dan Synthetic Validity. Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tes Matriks Progresif dan perangkat tes Bakat Diferensial memiliki nilai prediksi yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa SMA. Berdasarkan pembuktian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa tes/subtes Matriks Progresif, Numerikal, Relasi Ruang, Mekanik, dan Berpikir Abstrak merupakan prediktor yang memiliki nilai prediksi yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa Jurusan Al. Tes/subtes yang sama juga memiliki nilai prediksi yang bermakna pada Jurusan A2, kecuali tes Mekanik. Untuk Jurusan A3, tes/subtes yang memiliki nilai prediksi yang bermakna ialah tes/subtes Matriks Progresif, Verbal, Kecepatan Ketelitian, Bahasa Asing, dan Bahasa Indonesia. Di kelas I tes/subtes yang memiliki nilai prediksi yang bermakna ialah tes/subtes Matriks Progresif, Verbal, Numerikal, dan Skolastik. Selain itu, juga telah ditemukan tes/subtes yang memberikan sumbangan efektif yang bermakna dalam memprediksikan prestasi belajar siswa di Jurusan Al, A2, A3, dan di kelas I. Pembuktian hipotesis dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa bakat verbal dan bahasa Indonesia wartawan berbeda secara bermakna dengan bakat verbal dan bahasa Indonesia teknisi dan kasir. Bakat mekanik, relasi ruang, dan berpikir abstrak teknisi tidak berbeda secara bermakna dengan bakat mekanik, relasi ruang dan berpikir abstrak wartawan. Temuan ini merupakan hasil penelitian yang menolak hipotesis yang diajukan. Berbeda dengan wartawan, bakat mekanik, relasi ruang dan berpikir abstrak berbeda secara bermakna antara teknisi dan kasir. Bakat numerikal kasir tidak berbeda dengan teknisi. Temuan ini merupakan suatu penolakan terhadap hipotesis penelitian, sedangkan antara kasir dengan wartawan berbeda bakat numerikalnya. Suatu perbedaan yang terjadi kebalikannya ialah bahwa wartawan lebih tinggi daripada kasir. Berdasarkan analisis validitas sintetik, telah ditemukan tes/subtes tertentu yang dapat dipergunakan untuk penyeleksian dan penempatan yang berkaitan dengan pekerjaan teknisi, wartawan, dan kasir di perusahaan. Untuk pekerjaan teknisi, empat dari sembilan tes/subtes menunjukkan validitas sintetik yang cukup tinggi. Keempat subtes tersebut adalah Mekanik, Relasi Ruang, Numerikal, dan Kecepatan dan Ketelitian Klerikal. Besarnya koefisien validitas sintetik sub-subtes tersebut berkisar antara 0.415 sampai 0.499. Pada pekerjaan wartawan, enam tes/subtes menunjukkan validitas sintetik cukup tinggi. Keenam subtes tersebut adalah tes Matriks Progresif, Verbal, Mekanik, Kecepatan dan Ketelitian Klerikal, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Asing. Masing-masing subtes tersebut memiliki koefisien validitas sintetik 0.404, 0.418, 0.573, 0.475, 0.421, dan 0.459. Dengan demikian, gabungan keenam subtes di atas dapat digunakan untuk penyeleksian dan penempatan wartawan di perusahaan. Pada pekerjaan kasir, terdapat tiga tes/subtes yang memliki koefisien validitas sintetik yang cukup tinggi. Tes/subtes tersebut adalah Matriks Progresif, Numerikal, dan Kecepatan dan Ketelitian Kierikal. Koefisien validitas sintetik ketiga tes/subtes masing-masing adalah 0.412, 0.396, dan 0.486. Berdasarkan besarnya koefisien validitas sintetik tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiga tessubtes di atas dapat digunakan untuk penyeleksian dan penempatan kasir di perusahaan. Berbagai temuan yang didiskusikan baik penolakan hipotesis maupun ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dengan tujuan tes yang diteliti dapat ditelusuri pada faktor kriteria, keadaan sampel, dan kemungkinan berpengaruhnya faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Sejumlah saran telah dirumuskan dan ditujukan kepada peneliti lain, Pusat-Pusat Penelitian Perguruan Tinggi dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kepada para Psikolog dan Konselor atau pihak lain yang menggunakan hasil penelitian ini, disarankan agar menggunakannya secara profesional dan selalu mendasarinya dengan etika profesi.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D1784
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggadewi Moesono
Abstrak :
ABSTRAK
Pengasuhan "nurturant" bukan sekedar berarti mengasuh anak atau " child rearing", meerawat anak atau "care giving", perlindungan anak oleh keluarga atau "protection". Kelekatan ibu-anak juga berkembang menurut tingkatan tahap-tahap. Dalam proses perkembangan ini kualitas strukturnyapun ditentukan oleh bagaimana perlakuan lingkungannya (oleh ibu dalam konteks lingkungannya). Variabel pengasuhan yang diteliti adalah cariable rangsangan "inanimate", variabel lingkungan pengasuhan ibu, rangsangan suasana lingkungan yang dilakukan oleh ibu. Subyek penelitian ini adalah sejumlah 203 bayi berumur antara 6-12 bulan, dari lima wilayah kota DKI, yang diasuh oleh ibunya sendiri dalam keluarga yang utuh (ada ayah). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenali variable-variabel penentu dalam pengasuhan "nurturant" yang mempengaruhi perkembangan kemampuan kognitif anak berumur 6-12 bulan.
1993
D216
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho
Abstrak :
Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan model peningkatan self regulated Iearning siswa di sekolah favorit. Penelitian ini dilakukan di sekolah-sekolah favorit di kota Semarang dengan pertimbangan bahwa sejumlah atribut variabel yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini lebih mudah diperoleh ketimbang di sekolah-sekolah umum. Sekolah favorit menjadi sentrum perhatian dalam penelitian ini mengingat bahwa meskipun jumlahnya kecil sedikit namun dalam kenyataanya sekolah favorit memiliki pengaruh yang besar terhadap sekolah-sekolah lain khususnya dalam hal praktek pembelajaran. Meskipun keberadaannya banyak mengundang kontroversi namun apa yang dilakukan sekolah favorit sering ditiru oleh sekolah Iain. Kehadiran sekolah favorit menjadi trends setter bagi sekolah lain karena kenyataannya sekolah-sekolah favorit memberikan kontribusi yang besar terhadap usaha pengembangan sumber daya mansula. Siswa-slswa yang berada dl sekolah favorit umumnya siswa yang berbakat yang dapat dipahami sebagai anugerah Tuhan dan anugerah alam (Semiawan, 2000) dan jika mendapatkan layanan pendidikan yang bagus maka mereka bisa disebut anugerah dari pengasuhan. Pertanyaan dasar penenltiian ini adalah: a. Bagaimanakah model hubungan struktural antar variabel penelitian yang tepat yang bisa mendeskripsikan peningkatan self regulated learning siswa; b. Seberapa besar sumbangan masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen ? Dengan menggunakan teknik analisis statistik LISREL saya melakukan pengujian terhadap model hubungan struktural antar variabel sekaligus menguji sembilan hipotesis yang diajukan sesuai konstruk terotitik yang disusun. Hasil analisis data menggunakan LISREL menunjukkan bahwa diantara variabel penelitian yang dikaji mebuktikan bahwa model pembelajaran konstruktivistik yang dihayati siswa dan kemampuan berpikir kreatif merupakan variabel yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap terbentuknya self regulated Iearning siswa. Hal ini berarti untuk sampel penelitian siswa di sekolah favorit bentuk hubungan struktural antar variabel yang signifikan positif adalah model pembelajaran konstruktivisme dan kemampuan berpikir kreatif yang mampu meningkatkan self regulated Iearning siswa. Temuan ini menunjukkan bahwa ternyata kekuatan utama yang dimiliki oleh sekolah favorit (SMA) adalah kemampuannnya dalam meningkatkan self regulated Iearning melalui proses pembelajaran yang bersifat konstruktivlstik dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kontribusi yang esensial dari temuan penelitian ini untuk dunia pendidikan dan pengembangan sumberdaya manusia adalah bagaimana seharusnya pendidikan membentuk individu-individu yang memiliki karakteristik mampu mengelola diri sendiri dalam belajar (self regulated learning) yang akhirnya mampu menjadi pribadi yang otonom dan authentic sehingga mampu mengembangkan potensi keberbakatan yang dimiliki. lndividu yang memiliki self regulated learning tinggi akan dapat membebaskan diri dari sikap benci dan permusuhan serta terbebas dari kecenderungan suka menyalahkan orang lain. Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat diajukan rekomendasi sebagai berikut: 1) sangat penting untuk bisa mengembangkan desain proses pembelajaran khususnya yang bersifat konstruktivistik dan kaya rangsang emosional sehinga mampu menumbuhkan self regulated learning siswa. 2) sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam diri siswa melalui desain pembelajaran konstruktivism sebagai usaha untuk meningkatkan Self regulated learning siswa. 3). Diperlukan penelitian lanjutan untuk menguji seberapa kuat model yang ditemukan dalam penelitian ini dengan melibatkan sampel yang lebih luas bukan hanya di SMA favorit saja. 4). Diperlukan orientasi ideologi baru dalam praksis pendidikan dengan maksud untuk membangun karakter individu yang bercirikan self regulated Ieamlng ketimbang pemerolehan pengetahuan siap pakai secara instan. ......This study was aimed at inventing a proposed model to enhance students' self-regulated learning at favorite schools. The study was conducted at favorite schools with respect to the fact that the number of attributes to be studied was more abundant and easily available than those in common schools. Favorite schools have challenging magnitude to explore in spite of the fact that they are small in number, however, their influence is very dominant in addressing determinant changes of teaming practices. Although they have called for controversies, they have been much imitated by other schools. Their presence has been a trend setter for changes at other public schools; what is more, their contribution to human resources development is factual. At such schools, the students, regarded as a giit of God or gifi of nature (Semiawan, 200), and when given excellent education, deserve the label ofa gin of nurture. The fundamental questions of the study are: a) what is the model of the structured relationship among appropriate and significant variables under study like? b) how big is the contribution of each exogenous variables to the endogenous ones' By applying the statistical analysis technique of LISREL, I conducted a test on the structural equation model of interrelated variables by way of examining nine proposed hypotheses compatible with the proposed theoretical construct. The result of the data analysis based on LISREL technique proves that the really significant predicted contribution to the variety of self-regulated Ieaming is the constructivism leaming as perceived by the students besides their creative thinking competency. It means that for the sampled students of favorite schools, the form of the appropriate structural equation is the leaming processes which are perceived by students as the eonstructivism leaming and creative thinking competency contributive to the self-regulated learning style. It is, therefore, obvious that one of the strong points possessed by favorite senior public schools is their capacity to enhance students self-regulated learning through the teaming processes perceived as constructivism teaming style and creative thinking competency of the students. The essential contribution to education for the sake of human resources development is to shape individuals characterized by their highly acquired self-regulated teaming so that they become autonomous and authentic individuals capable to actualize their giiied potentials. Individuals with highly self-regulated learning possess high self-esteem alike so that they are free from hostile attitude and tendency to blame other people. Based on the research findings, the following recommendations are offered here: 1) it is important to design learning processes, especially the constructivism one due to its rich emotional stimulation so as to generate students' self-regulated leaming. 2) It is important to enhance students? creativity through the constructivism leaming style so as to generate basal development for self-regulated learning. 3) It is necessary to conduct a further study to test the rigor of this discovered model by involving a wider sample size not only from favorite schools. 4) It is necessary to orient the ideological, educational praxis to attempts of individual character building featured with self-regulated learning rather than acquired knowledge ready for instant use.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lie Tjun Tjie
Abstrak :
ABSTRAK
Munculnya isu penelitian ini diawali dengan adanya tingkat kesenjangan yang signifikan di bidang studi perancangan arsitektur, yaitu antara konsep verbal yang diinginkan oleh seorang perancang dengan konsep figural yang dihasilkan. Hasil pengamatan banyak menunjukan pola hubungan yang tidak signifikan atau tidak sejalan. Peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh terhadap fenomena tersebut.

Melalui kajian bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan, peneliti menganalisis beberapa teori yang relevan seperti; teori kreativitas khususnya pada proses berpikir kreatif teori perancangan arsitektur, dasar-dasar teori neurologi, dan teori belajar. Hasil analisis beberapa teori tersebut disintesakan oleh peneliti dalam bentuk model pembelajaran yaitu ?model pembelajaran transfomasi kreatif dalam proses berpikir?.

Tujuan penelitian adalah ingin membuktikan pengaruh model pembelajaran transformasi kreatif dalam proses berpikir terhadap prestasi belajar di bidang perancangan arsitektur (bangunan). Sedangkan masalah utama penelitian ini adalah ?apakah ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar pada matakuliah perancangan arsitektur yang disebabkan oleh model pembelajaran transformasi kreatif dalam proses berpikir dan model pernbelajaran konvensional (analisis tugas)?.

Prosedur penelitian meliputi: sampel berasal dari mahasiswa arsitektur, metode yang digunakan untuk interpretasi hasil penelitian menggunakan rancangan eksperimen, alat analisis datanya menggunakan Uji-U, dan koefisien jalur atau path analysis.

Dari hasil analisis atau olah data, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar antara kelompok yang diberi model pembelajaran transformasi kreatif dalam proses berpikir dan model pembelajaran konvensional (analisis tugas), disamping itu terdapat juga peningkatan yang signifikan pada kemampuan berpikir transformasi kreatif pada kelompok yang diberi model pembelajaran transformasi kreatif dalam proses berpikir serta mampu menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif.

Model pembelajaran transformasi kreatif dalam proses berpikir ini merupakan inovasi terkini (2005) dalam ilmu psikologi khususnya bidang kreativitas dan perancangan arsitektur.
Abstract
The emergence of the research topic was initiated by the significant discrepancies found in the field of architectural designs, particularly between the verbal concept, which is desired by a designer and the figural concept, which results in. The results of the observation have indicated that the relationship is not significant or inconsistent. The researcher is interested to explore such phenomena further.

Based on the analysis in the psychological Held, particularly the educational psychology, the researcher attempted to analyze some relevant theories, such as: creativity theory - particularly the creative thinking process, theory of architectural designs, basic theory of neurology, and theory of learning. The results of the analysis on the theories are synthesized by the researcher in the form of a learning model, which is ?the creative transformational learning model of the thinking process".

The objective of the research is to prove the influence of the creative transformational learning model of the thinking processes on the academic achievements in the areas of architectural designs. Whereas the main problem of this research is whether there is a significant difference between the academic achievements in the architectural design class, caused by the creative transformational learning model of the thinking process and the conventional learning model (based on the assignment analysis)

The research procedure includes the following aspects: samples taken from the architect students. The research methods used to interpret the data were based on the experimental design. The data analysis tools used were the U-Test and path analysis.

Based on the data analysis, it is indicated that there is a significant difference towards die academic achievements between the groups where the creative transformational learning model was applied and the groups where the conventional learning model was applied. Some significant components, which have contributed to the academic achievements, are as follows: the improvement of the creative transformational abilities and the works produced are innovative and original.

The creative transformational learning model of the thinking process is the most recent innovation in Psychology, specifically in the areas of creativity and architectural designs.
2005
D684
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukiat
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah meneliti faktor-faktor apa saja yang terkandung pada konsep tanggung jawab, dan mengembangkan alat ukurnya. Penelitian ini dilakukan oleh karena sejauh ini konsep tentang tanggung jawab perlu diperjelas mengingat tanggung jawab sangat berperan daIam setiap aspek kehidupan manusia, khususnya dalam bidang profesi psikologi. Dalam kaitannya dengan profesi psikologi sangat esensial bahwa para ahli psikologi mampu menjalankan profesinya secara bertanggung jawab sesuai dengan Kode Etik Sarjana Psikologi dan mampu memberikan pelayanan kepada pemakai jasa psikologi dalam mengidentifikasikan secara tepat kemampuan dan tanggung jawab yang dimiliki calon karyawan, karyawan yang hendak ditempatkan di posisi tertentu, promosi karyawan, serta usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia menjadi tenaga yang Iebih produktif dalam pembangunan nasional. Hal tersebut di atas merupakan partisipasi para ahli psikologi pada pembangunan nasional yang pada saat ini sedang digalakkan di Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa hakekat dari pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (GBHN 1988). Manusia Indonesia seutuhnya antara lain memiliki rasa tanggurlg jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pembangunan nasional memiliki dua faktor yaitu, 1) subjek yang menjadi sasaran pernbangunan agar menjadi manusia seutuhnya yang antara lain memiliki rasa tanggung jawab, dan 2) subjek sebagai manusia yang melaksanakan pembangunan. Dari para pelaksana pembangunan ini salah satunya dituntut suatu kualitas kepribadian tanggungjawab. Kualitas tanggung jawab menurut Frankl (1973) rnerupakan suatu karakteristik dari eksistensi manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain seperti, hewan. Sejalan dengan pendapat Frankl, Yalom (1980) mengemukakan bahwa penghindaran diri untuk memiliki tanggung jawab akan menyebabkan manusia mengalami gangguan-gangguan psikis. Selanjutnya ia mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa dari sepuiuh faktor kuratif terpenting dari terapi yang dilakukannya secara kelompok, salah satunya adalah belajar memiliki tanggung jawab dalam menjalani kehidupan. Shoben (dalam Blocher, 1966 dan Severin, 1965) menyatakan bahwa tanggung jawab merupakan kriteria dari kematangan kepribadian. Jadi pendapat para ahli di atas, menunjukkan bahwa salah satu indicator dari manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang memiliki tanggung jawab. Yang menjadi permasalahan adalah, upaya-upaya apakah untuk memperkirakan (assessment) sejauh mana individu memiliki tanggung jawab, dan upaya-upaya apakah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan tanggung jawab pada individu agar menjadi manusia seutuhnya sebagai sumber daya manusia yang produktif bagi pembangunan. Permasalahan ini muncul karena para ahli membahas tanggung jawab hanya melihat dari faktor tertentu saja. Sehingga konsep tentang tanggung jawab belum memberikan gambaran yang komprehensif Misalnya Renzulli (1981) melihat tanggung jawab dalam kaitannya dengan pengikatan diri pada tugas. Mc Clelland (1971) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa Salah satu ciri orang yang memiliki motif berprestasi tinggi adalah mempunyai tanggung jawab pribadi dalam setiap tindakannya baik yang sukses maupun yang gagal. Hal ini berarti Mc Clelland memandang tanggung jawab sebagai suatu kesediaan menanggung resiko. Certo (1985), Hellziegel (1978) mengemukakan bahwa tanggung jawab adalah kewajiban untuk menyelesaikan suatu tugas secara tuntas. Bagi Spiro (1969) tanggungjawab merupakan kewajiban (obligation), tanggung gugat (accountabilily) dan penyebab terjadinya suatu akibat (cause). Mengingat belum jelasnya konsep tanggung jawab maka dilakukan kajian kepustakaan, yang hasilnya dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang terkandung dalam tanggung jawab adalah 1) Usaha melaksanakan kewajiban degan hasil kerja yang bermutu; 2) Kesediaan menanggung resiko; 3) Pengikatan diri pada tugas; 4) Keterikatan sosial. Di mana tindakannya harus memberikan dampak yang positif bagi kehidupan sosial, orang lain dan masyarakat. Selain dari itu disimpulkan pula bahwa sumber dari tanggung jawab adalah di dalam diri individu sendiri. Hal ini menunjukkan suatu kemandirian yang menurut Shoben mencirikan adanya suatu kematangan kepribadian bagi individu tersebut. Kesimpulan lainnya adalah bahwa tanggung jawab mempunyai suatu orientasi yaitu orientasi tanggung jawab unluk menentukan sikap, pilihan, keputusan dan orientasi tanggung jawab kepada dirinya sendiri maupun sesuatu yang di luar dinnya atas tindakan-tindakan yang telah di|akukannya. Hasil kajian kepustakaan lainnya adalah dinamika terjadinya tingkah laku tanggung jawab pada individu, yang dikaitkan dengan teori dari Dollard dan Ternyata terbentuknya tanggung jawab pada diri individu adalah melalui suatu proses belajar yang sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan antropologi. Namun demikian telaah dan bahasan kepustakaan yang dilakukan di atas, mengungkapkan belum tuntasnya kajian teoritis tentang tanggung jawab. Untuk keperluan itu perlu dilakukan suatu kajian empiris. Salah satu pendekatan empiris adalah analisis faktor. Cattell (dikutip Hall dan Lindzey, 1978) menggunakan metode analisis faktor untuk aspek kepribadian. Kepribadian menurut Cattell adalah semua tingkah laku individu, yang nampak maupun yang tidak nampak. Kajian empiris ini terhadap populasi mahasiswa Universitas Indonesia yang berjumlah l2,823 orang dan 50 orang ahli psikologi. Hasil temuan kajian empiris menunjukkan bahwa faktor-faktor yang terkandung dalam tanggung jawab adalah 1) Hasil kelja yang bermutu, 2) Kesediaan menanggung resiko, 3) Pengikatan diri pada tugas, 4) Tujuan hidup, 5) Kedirian, dan 6) Keterikatan sosial. Keenam faktor ini merupakan suatu totalitas, yang tidak dapat dikurangi satu faktorpun. Temuan empiris ini menujukan bahwa faktor yang terkandung pada tingkah laku tanggung jawab lebih banyak daripada yang terungkap pada telaah dan kajian kepustakaan yang hanya mengandung empat faktor. Faktor-faktor yang tidak terdapat pada telaah dan kajian pustaka adalah faktor tujuan hidup dan faktor kedirian. Selanjutnya atas dasar faktor-faktor dari temuan tentang tanggung jawab itu dikonstruk suatu alat ukur dan diuji cobakan pada sampel mahasiswa Universitas Indonesia. Hasilnya temyata alat ukur itu memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang dapat diandalkan. Temuan-temuan penelitian empiris ini memberi manfaat yang besar sebagai masukan untuk memperkaya teori tentang tingkah laku tanggung jawab, bagi para profesional yang berkecimpung dalam sumber daya manusia dan khususnya bagi para ahli psikologi dalam partisipasinya dalam pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjut Rifameutia Umar Ali
Abstrak :
Perguruan tinggi merupakan salah satu institusi yang ?mempersiapkan? sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. Interaksi pengajar dengan mahasiswa, khususnya dalam pembelajaran, perlu mendapat perhatian agar tercapai kualitas pada hasil belajar rnahasiswa. Dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, pemberian umpan balik oleh mahasiswa tanpa tindak lanjut nyata merupakan inefisiensi dalam pelaksanaan pendidikan, dan tidak efektif dalam usaha pencapaian akuntabilitas pelaksanaan pendidikan serta lulusan yang berkualitas. Bila institusi memiliki komitmen pembelajaran yang berorientasi kcpada pembelajar, maka seyogyanya evaluasi pengajaran berfokus pada usaha yang dilakukan pengajar untuk membangun atmosfir pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik, dalam hal ini mahasiswa. Bagaimana pengajaran dan pengajar yang berhasil menurut pendapat mahasiswa seharusnya ditelaah. Bila tidak, umpan balik dari mahasiswa yang diperoleh pengajar akan tidak akurat dan sia-sia sebagai pendukung pemelajaran aktif. Menurut Biggs (199l) belajar melibatkan tiga variabel yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu variabel masukan (presagc), variabel proses (process), dan variabel hasil (product). Setelah mengikuti pembelajaran dalam instilusi perguruan tinggi, mahasiswa memiliki pengalaman belajar dan pendapat tertentu mengenai pengajar yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan model teoritik pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) membuktikan bahwa konsep belajar dan orientasi belajar mahasiswa memiliki pengaruh Iangsung yang bermakna terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif (2) membuktikan bahwa motif mahasiswa memiliki pengaruh tidak langsung yang bermakna, yaitu melalui orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan ulama pengajar yang efektif; (3) membuktikan bahwa focus of control mahasiswa memiliki pengaruh tidak langsung yang bermakna, yaitu melalui orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif; (4) membuktikan bahwa konsep belajar mahasiswa memiliki pengaruh tidak langsung yang bermakna, yaitu melalui orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif; (5) membuktikan bahwa lamanya mahasiswa belajar di perguruan tinggi memiliki pengaruh tidak langsung yang bernakna, yaitu melalui konsep belajar dan orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengaiar yang efektif. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori motif mahasiswa ke perguruan tinggi dari Gibbs, Morgan dan Taylor (Morgan, 1993), teori locus of control dari Rotter (Robinson Shaver, 1973), teori orientasi belajar dari Ramsden (1992), teori konsep belajar clari Marten, dall? Alba, dan Beary (Chalmers & Fuller, 1996), dan teori keterampilan pengajar yang efektif dari Centra (1993). Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan teknik pengambilan sampel convenience sampling (Schwab, 1999). Responden penelitian ini berjumlah 360 yang mewakili 12 fakultas di Universitas Lndoncsiag terdiri dari laki-laki (49.2%) dan perempuan (50.8%) Alat ukur yang digunakan adalah Internal. Poweful others, and Chance Scales (or untuk internal scale=0.73, or untuk external scale=0.76), Skala Orientasi Belajar (cr meaning 0rientation= 0.79, 0. reproduction orientation=0.74, or. achievement orientation?-?0.72). Alat ukur konsep belajar dan lama belajar adalah pilihan jawaban. Pendapat mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif diperoleh dari peringkat pertama yang diberikan responden terhadap keterampilan pengajar efektif yang dikemukakannya. Analisis jalur (path analysis) dengan bantuan perangkat lunak Linear Structural Relations (LISREL) terhadap model utama menunjukkan bahwa model teoritik utama yang diajukan dapat diterima, artinya variabel karakteristik mahasiswa (motif locus of control, dan konsep belajar), Serta variabel orientasi belajar dan variabel lama belajar dapat digunakan untuk memprediksi dan menerangkan variabel pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep belajar mahasiswa paling besar pengaruhnya terhadap pendapat mereka mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif. Makin konstruktif konsep belajar mahasiswa, maka pendapat mereka mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif adalah keterampilan motivasional. Dari analisis tambahan untuk masing-masing semester, hanya data dari mahasiswa semester empat dan enam yang dapat digunakan untuk memprediksi model yang dikemukakan pada penelitian ini. Mahasiswa semester dua sangat beragam dalam motif dan pengalaman belajar. Pengaruh pembelajaran di pendidikan menengah masing-masing diperkirakan masih sangat besar, sehingga data yang diperoleh pada semester dua menjadi sangat beragam. Mereka cenderung tidak tahu secara pasti tujuan mereka melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa semester delapan pada penelitian ini motifnya kembali kuat pada motif vokasional. Diperkirakan ada kecenderungan pada mereka untuk mencari Jalan menyelesaikan pendidikannya, sehingga usaha belajar mereka menjadi sangat bcrvariasi, tergantung yang menurut mereka akan mempermudah cara mereka untuk selesai dan bekerja. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan membuat alat ukur yang diujicobakan untuk mahasiswa dari berbagai program studi. memasukkan faktor konteks pengajaran agar dapat diteliti secara lebih komprehensif pengaruh variabel presage dan process terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang elektif dan melakukan penelitian tidak saat mahasiswa menghadapi ujian tengah semester, agar dapat diperoleh data yang lebih akurat. ...... This research was aimed to prove a theoretical model of students opinion about the primary skills of ejective teachers. Specyically, the objectives of this research are ( I ) to prove that student 's learning conception and learning orientation will have direct and significant eject to the student 's opinion about the primary skills of ejfective teachers, (2) to prove that student?s motivation has indirect yet signyicant effect, through the learning orientation, to the students opinion about the primary skills of ejjective teachers, (3) to prove that student 's locus of control has indirect yet signwcant effect. through the learning orientation, to student 's opinion about the primary skills of effective teachers, (4) to prove that students learning conception has indirect yet significant eject, through the learning orientation, to student 's opinion about the primary skills of effective teachers, (5) to prove that the duration of study at the university will have indirect yet significant effect, through learning conception and learning orientation, to students opinion about the primary skills of effective teachers. Path Analysis, with the help of software called Linear Structural Relations (LISREL), to the model .showed that the primary theoretical model can be accepted. It means that the student 's characteristic (motivation, locus of control, and learning conception), learning orientation and duration ofstudy are variables that can be used to predict and explain the student 's opinion about the primary skills of effective teachers. The result of this research showed that student?s learning conception has the strongest eject on their opinion about the primary skills of ejective teachers. Students with constructive learning conception consider motivational skills as the primary skills of effective teachers. In the additional analysis of data from students in dyferent semesters, only the data from the students who are in their 4 and 6 .semester that can be used to predict the model proposed in this research. ln the analysis of data from students of different branch of science, only the data from the students ofthe humanities science that can be used to predict the model proposed in this research.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
D681
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rose Mini Adi Prianto
Abstrak :
Penelitian ini dilaksanakan untuk menguji tesis mengenai pentingnya peran gaya pengasuhan dalam perkembangan moral anak. Latar belakang masalah menunjukkan bahwa dibutuhkan bengembangan moral sejak anak-anak, dan pentingnya stimulasi moral diberikan oleh ibu. Dari berbagai pustaka diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor psikologis ibu (empati, nurani, perkembangan moral ibu) berperan dalam meningkatkan perkembangan moral anak (antara lain Berkowitz, 1982; Eisenberg, dalam Bigner, 1994). Namun demikian, faktor-faktor tersebut saja tidak cukup membuat anak berkembang moralnya, terutama bila ditinjau dari perkembangan moral berdasar tahap-tahapnya (Kohlberg, 1984; Rest, 1994). Melalui gaya pengasuhan, yaitu induction, demandingness, responsiveness, dan modeling, (Hoffman, 1998; Baumrind, dalam Berk, 1994; serta Hetherington & Parke, 1993). Faktor-faktor psikologis ibu berperan dalam meningkatkan pertimbangan moral anak agar optimal (sesuai usianya). Penelitian ini juga dilakukan untuk menguji bahwa gaya pengasuhan induction yang paling besar perannya dalam menstimulasi perkembangan moral anak. Menggunakan gaya pengasuhan induction seorang ibu akan mejelaskan mengapa suatu tindakan diperbolehkan dengan penekanan pada akibatnya pada orang Iain. Jadi, ada komunikasi dua arah pada saat ibu mengajarkan moral kepada anak. lni menyebabkan anak lebih memahami sebab akibat tindakan, bila dibandingkan dengan ibu yang mengajarkan moral melalui menuntut, merespons, dan meneladani demandingness, responsiveness, dan modeling). Penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 191 orang anak (usia sepuluh sampai 12 tahun) dan ibu dari anak-anak tersebut. Sampel penelitian, yang diambil dengan teknik nonprobability sampling, berasal dari dua sekolah dasar swasta. Data variabel empati, nurani, dan perkembangan moral ibu (diukur dengan The Defining Issues Test, disingkat DIT) diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh ibu. Data gaya pengasuhan diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh anak (jadi berdasar persepsi/penerimaan anak) untuk menghindari faking good. Perkembangan moral anak diukur melalui kuesioner yang diisi sendiri oleh anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model teoritik yang dluji dalam penelitian ini terbukti sesuai (Ht) dengan data. Dengan demikian empati, nurani, dan perkembangan moral ibu memiliki pengaruh yang bermakna terhadap perkembangan moral anak melalui gaya pengasuhan (induction, responsiveness, demandingness, modeling). Gaya pengasuhan induction memberi sumbangan yang paling besar dalam perkembangan moral anak. Dalam diskusi dibahas antara lain mengenai DlT yang sulit dikerjakan. Padahal DIT ini menuntut konsistensi jawaban yang tinggi. Akibatnya, cukup banyak sampel ibu yang terpaksa digugurkan akibat jawaban DlT di bawah tuntutan konsistensi. Saran yang diajukan untuk penelitian Iebih Ianjut adalah penggunaan sampel penelitian yang Iebih bervariasi dan lebih luas wilayah penelitiannya agar dapat digeneralisasikan secara Iebih Iuas. Saran praktis adalah membuat modul-modul penelitian untuk orang tua (pendidik) agar dapat belajar cara menstimulasi moral anak dengan benar. ......This research carried out was to test the theses about the important role of parenting style for children moral development. The background of the problem shows that stimulating moral development is needed during childhood, and the importance of mothers in the role of this stimulation. Various literature obtained gave conclusion that psychological factors belong to the mother (i.e. her empathy, conscience and moral development) contribute in enhancing the moral development of her child (e.g. Berkowitz, 1982; Eisenberg, in Bigneh 1994). However these factors only are not enough to elevate the moral development stage of the child (Kohlberg, 1984; Rest, 1994). Style of parenting, i.e. induction, responsiveness, demandingness, and modeling (Hoffman, 1998; Baumrind, in Berk; 1994; and Hetheiington & Parke, 1993) must be the mediators of mothers psychological factors in increasing the optimal stage of moral development (suitable to the age of the child). This research also tested that among the styles of parenting, induction has the most important role in stimulating the moral development of a child. Through induction, a mother explains why a given action is wrong, with emphasis on its consequences to others. lt gives the child more understanding of the reasons and consequences of action, compared with the child whose mother use other parenting styles (demanding, responding and modeling). Using a non probability sampling technique, the research data were collected from 191 children (10 to 12 years of age) and their mothers, this sample came from two private elementary schools in Jakarta. Data obtained through questionnaires that measure empathy, conscience and moral development of mothers (the later by The Denning Issues Test, shortened as Dil] filled by the mothers. Data of the parenting styles obtained through a questionnaire tilted by the children (based on perception of the children) to avoid mothers faking good. The children moral development measured through a questionnaire tilted by the children themselves. The result of the research showed that the tested theoretical model in this research fits with the data. So, empathy, conscience, and moral development of mothers have a significant influence on the moral development of children through the mother parenting style (induction, responsiveness, demandingness, and modeling), and induction gives a biggest contribution to the moral development of children. The difficulty of obtaining a big sample is discussed in relation to the difficulty of answering the DIZ with its high demands of consistency resulting many DIT protocols had to be discarded,. As a consequence it decreased the sample size of mothers (and the whole sample). One of the suggestions is that further researches are needed to extend the external validity of the theses. A practical suggestion includes constructing training modules for parents and educators, to enable them to stimulate children's morality properly.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
D685
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library