Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sri Kusumowati
Abstrak :
Perencanaan memegang peranan yang sangat penting dalam suatu perekonomian Perencanaan mi pada dasarnya menunjukkan target pertumbuhan ekonomi yang dminginkan pemerintah Perencanaan harus didukung oleh sistim data serta perangkat analisa yang makin sempurna Para perencana membutuhkan data yang dapat dijadikan -indikator untuk berbagai pengukuran dan untuk dapat menghasilkan suatu rencana yang lebih baik dibutuhkan berbagam peralatan analisa dan model Salah satu peralatan yang sering digunakan adalah tabel Input Output. Tabel Input Output memperlihatkan adanya hubungan dan keterkaitan antar sektor dalarn suatu perekonomian Dari hubungan in-i dapat disusun matniks myers Leontief yang merupakan dasar analisms pengganda dan daya penyebaran serta derajat kepekaan Manfaat utama dan analisms mi adalah untuk membuat prakmraan yang sangat berguna untuk perencanaan di bidang ekonomi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sembiring, Kompani
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S27297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suparmo
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini menelaah pengaruh faktor-faktor kesehatan, sosial demografi dan ekonomi terhadap mobilitas fisik pekerja. Kesehatan digambarkan oleh tingkat kesehatan umum; fisik. sosial dan psikologis responden sementara mobilitas pekerja di wakili oleh peubah kemampuan responden untuk mencurahkan daya dan waktu mereka pada pekerjaan yang tercermin antara lain pada jumlah jam kegiatan pekerja (seminggu terakhir) dan kualitas bekerja baik pada pekerjaan utama atau pekerjaan sampingan. Kualitas bekerja tercermin pada terganggu atau tidaknya proses pelaksanaan bekerja (sebulan yang lalu) di samping pada berapa hari terganggunya pelaksanaan bekerja selama waktu sebulan terakhir.

Jumlah responden yang diproses dalam pengolahan sekitar 20.000 orang yang disurvai dari dua propinsi; Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat. Kalimantan Timur menggambarkan propinsi yang relatif kaya daya dan memiliki tingkat perkembangan yang lebih cepat sementara Nusa Tenggara Barat mencerminkan daerah yang relatif miskin; miskin dalam artian terbatasnya sumber daya dan kegiatan ekonomi. Pendekatan peneilitian secara deskriptif antara lain dengan analisis deskriptif frekuensi dan persentasi. Secara inferensial data diolah dengan prosedur regresi biasa (OLS) dengan menggunakan paket program SAS untuk mengkaji pengaruh peubah kesehatan, sosial, ekonomi dan demografi.

Faktor-faktor kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh sangat kuat (signifikan). Faktor kesehatan total, misalnya, yang mencakup tingkat kesehatan umum, fisik, soisal dan psikologis yang memiliki pengaruh kuat yang positif terhadap jumlah jam kegiatan pekerja dan kualitas bekerja dan berpengaruh negatif-kuat terhadap jumlah hari gangguan untuk melakukan kegiatan. Hal ini berarti faktor kesehatan total memungkinkan efektifnya waktu bekerja dan perbaikan kualitas kesehatan dengan menurunkan .jumlah hari gangguan untuk melakukan kegiatan kerja. Derajat gangguan kesehatan dan pengalaman sakit masing-masing berpengaruh negatif dan positif terhadap jumlah jam kegiatan responden. Keduanya berpengaruh positif terhadap jumlah hari gangguan untuk melakukan pekerjaan. Kondisi tersebut memperlihatkan faktor-faktor kesehatan mendukung kemampuan pekerja untuk bekerja dengan jam kerja lebih panjang dan memperbaiki kualitas kegiatan pekerja dalam pekerjaan utama atau pekerjaan.
ABSTRACT
The Effect of Health Factor on WorkabilityThis is an analysis on the effects of health, socio-demographic and economic factors on physical labor mobility or workability. Health is represented by general, physical and socio-psychological health capacity, while physical labor mobility is reflected in respondent ability to the expend work quality or the decrease of work disturbances and time on work or time spend on the previous week, including time spent in side! ?extra" work (part time! ?moon lighting").

Data are processed from about 20,000 respondents, surveyed in to provinces in Indonesia: East Kalimantan and West Nusa Tenggara. East Kalimantan represents a resource rich province, with relatively high economic development; West Nusa Tenggara is relatively "poor" province, to represent a relatively poor in terms of resources and economic activity. Research approach is descriptive analytics i.e. frequency analytics and data is also processed with OLS procedure (SAS Packed Program, to discover relationship between physical labor mobility variable mentioned above and total health (including general health, physical and socio-psychological health), socio-demographic and economic variables.

Statistically, health factors are relatively strong determinants on work time and disturbances. One of those factors i.e. total health variable has positive effects on work time and quality, but has negative effect on work disturbances. It means total health variable supports time efficiency on work time, activity process quality and decreases work disturbances and affects indirectly on product quality. While disease or health disturbance quality and health experience variables have strong negative and positive effects on work time respectively but work disturbance has a strong positive responses with respect to the changes of disease or health disturbance quality and health experience variables. Therefore health factors support the capability of a relatively healthy labor to expend more work time and quality in one or more types of occupations.
1997
T7282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Rifai
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku pemakaian jenis kontrasepsi, suatu kajian yang dalam pengamatan penulis masih jarang dilakukan orang di Indonesia. Penelitian ini bersumber kepada data SPI 1987, dan dipilih DKI Jakarta sebagai daerah penelitian, dengan pertimbangan Jakarta memiliki keragaman sosial-budaya dan agama yang cukup variatif.

Permasalan pokok yang dikaji terbatas pada hubungan antara agama, status sosial-ekonomi dan demografi dengan pemakaian jenis kontrasepsi. Pembahasan terhadap hubungan antara agama dengan pemakaian jenis kontrasepsi dilakukan dengan cara membagi responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok responden Islam dan kelompok responden non Islam. Jenis alat kontrasepsi juga dikelompokkan menjadi kontrasepsi efektif (IUD, Susuk dan Kontap), kontrasepsi kurang efektif (Pil, Suntik dan kondom), dan kontrasepsi tradisional (Jamu, Pijat, Senggama terputus dan Pangtang berkala).

Teori yang menjadi dasar analisis dalam penelitian ini ialah proposisi teologi khusus dan proposisi karakteristik yang diajukan oleh Goldschider. Proposisi teologi khusus menyatakan bahwa perilaku fertilitas merupakan fungsi dari ajaran agama, sedang proposisi karakteristik menyatakan bahwa perbedaan perilaku antar kelompok agama merupakan akibat dari perbedaan karakteristik sosial-ekonomi dan demografi dari kelompok agama yang bersangkutan. Kedua proposisi ini digunakan secara serempak dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan cara mengamati persentase dalam tabel silang untuk melihat kecenderungan, Chi-Square untuk melihat signifikansi hubungan dan Koefisien Kontingensi untuk melihat keeratan hubungan.

Dari analisis terhadap hubungan antara kelompok responden berdasarkan afiliasi agama dengan pemakain Janis kontrasepsi sebelum. mempertimbangkan variabel sosial-ekonomi dan demografi ditemukan bahwa terdapat perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi antara kelompok responden Islam dan kelompok responden non Islam; kelompok responden Islam cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif dan kelompok responden non Islam cenderung memakai kontrasepsi efektif. Namun setelah variabel sosial-ekonomi dan demografi dipertimbangkan terlihat perbedaan itu melemah. Karena itu adanya perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi tersebut kemungkinan berkaitan dengan dua hal:

a. Aturan-aturan dalam masing--masing agama yang berkaitan dengan pemakaian kontrasepsi. Dalam Agama Islam tidak semua cara kontrasepsi yang dimasyarakatkan program KB dapat pakai oleh ummat Islam. Ada cara kontrasepsi yang dilarang yaitu IUD, vasektomi dan tubek tomi. IUD dilarang karena cara pemasangannya harus dengan melihat aurat besar wanita sedang sterilisasi dilarang karena mematikan fungsi reproduksi dan dilakukan dengan cara merusak organ tubuh suami atau isteri. Cara kontrasepsi yang diperbolehkan dalam Islam adalah: pil, suntik, kondom, senggama terputus, salep, diaphragma dan pantang berkala (cara-cara tersebut masuk katagori jenis kontrasepsi kurang efektif menurut BKKBN). Di kalangan non Islam boleh dikatakan tidak ada larangan yang tegas dalam hal pemakaian jenis kontrasepsi yang dimasyarakatkan oleh program KB, kecuali Katholik. Agama Khatolik pada dasarnya hanya membolehkan pantang berkala berdasarkan Humanae vitae yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI, tetapi dalam pelaksanaanya di Indonesia MAWI memberikan kelonggaran, sehingga pemeluk Khatolik dapat memakai kontrasepsi modern berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Alasan pertama ini didukung pula oleh adanya bukti bahwa hubungan antara agama dengan pemakaian jenis kontrasepsi tetap ada setelah dikontrol dengan variabel pendidikan isteri/suami, status bekerja, umur dan media.

b. Akibat dari perbedaan karakteristik sosial-ekonomi dan demografi antara responden Islam dan responden non Islam. Alasan kedua ini didukung oleh adanya bukti bahwa hubungan antara agama dengan pemakain jenis kontrasepsi menjadi tidak berarti lagi setelah dikontrol dengan variabel AMH (pada katagori jumlah anak lima atau lebih), pekerjaan suami (pada jenis pekerjaan suami profesional), dan variabel pendidikan-umur (pada katagori umur 35+ dan berpendidikan SMP+ ). Sedang pada katagori lainnya tetap menunjukkan adanya perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut kelompok agama. Jadi perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut kelompok agama menjadi tidak berarti lagi di kalangan responden dengan karakteristik sebagai berikut:

· berumur 35 tahun ke atas dan berpendidikan SMP+

· mempunyai anak lima atau lebih

· jenis pekerjaan suami profesional

Tidak adanya perbedaan itu diperlihatkan dengan kecenderungan pemakaian kontrasepsi efektif baik pada kelompok responden Islam maupun non Islam. Kemungkinan yang bisa diterangkan mengenai temuan ini ialah bahwa pada kelompok responden dengan jumlah anak lima atau lebih kontrasepsi efektif telah menjadi kebutuhan, karena jumlah anak yang dipunyai telah dirasa cukup dan ingin menghentikan kelahiran baru. Demikian juga pada kelompok responden dengan jenis pekerjaan profesional kontrasepsi efektif telah menjadi kebutuhan karena tuntutan status sosialnya dan pada kelompok responden yang berumur tua serta berpendidikan SMP atau lebih kemungkjnan karena mereka mampu lebih rasional dalam menerima dan menanggapi ajaran agama.

Kesimpulan yang diperoleh sesudah mempelajari hubungan antara variabel sosial-ekonomi dan demografi dengan pemakaian jenis kontrasepsi adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan menunjukkan hubungan yang positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi artinya semakin tinggi pendidikan cenderung memakai kontrasepsi efektif. Hal itu dikarenakan pendidikan dapat memperluas pengetahuan mengenai alat kontrasepsi, mengetahui keuntungan yang diperoleh dengan memakai kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam memilih alat kontrasepsi yang dibutuhkan dan juga kemampuan untuk mengetahui akibat sampingan dari masing-masing alat kontrasepsi.

Dari analisis hubungan antara pendidikan dan pemakaian jenis kontrasepsi pada masing-masing kelompok agama dapat disimpulkan bahwa di kalangan responden Islam pendidikan isteri lebih kuat menampakkan hubungannya dengan pemakaian jenis kontrasepsi dari pada pendidikan suami. Sebaliknya di kalangan responden non Islam pendidikan suami lebih kuat memperlihatkan hubungannya dengan pemakaian jenis kontrasepsi daripada pendidikan isteri. Kemungkinan yang bisa diterangkan mengenai temuan ini ialah bahwa di kalangan rersponden non Islam kesadaran akan pentingnya KB tidak hanya di kalangan isteri tetapi juga di kalangan para suami, sehingga para suami juga ikut mengambil peran dalam ber KB termasuk memilih Jenis kontrasepsi yang akan dipakai, hal mana

tidak terjadi di kalangan responden Islam.

b. Umur

Umur menunjukkan hubungan yang berarti dengan pemakaian jenis kontrasepsi, karena umur mempengaruhi kebutuhan alat yang diinginkan. Pada umur muda (umur 34 tahun kebawah) cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif seperti pil, suntik dan kondom. Ini diduga karena mereka masih ingin menunda kelahiran atau masih ingin menambah anak lagi dikemudian hari, sehingga memilih jenis kontrasepsi yang mudah dihentikan penggunaannya. Sedang pada umur tua (35 tahun atau lebih) cenderung memakai kontrasepsi efektif, karena anak yang dipunyai telah dirasa cukup dan ingin menghentikan kelahiran baru, maka mereka memilih kontrasepsi seperti IUD, susuk dan sterilisasi, karena selain efektif dalam mencegtah kehamilan juga tidak merepotkan.

Hubungan umur dengan pemakaian jenis kontrasepsi pada masing-masing kelompok agama adalah sebagai berikut: di kalangan responden Islam umur memperlihatkan adanya hubungan positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi, sedang di kalangan responden non Islam variabel umur kurang memperlihatkan adanya hubungan positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi, karena pada Umur muda sudah memperlihatkan kecenderungannya dalam memakai kontrasepsi efektif. Ini diduga pada kelompok umur muda dari kalangan responden non Islam telah bisa menerima program KB dengan dua anak, sehingga cenderung membatasi jumlah anak dengan memakai kontrasepsi efektif.

c. Pekerjaan

Faktor bekerja atau tidaknya responden tidak menunjukkanadanya perbedaan yang berarti dalam pemakain jenis kontrasepsi. Sebaliknya ditemukan perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami; responden dengan jenis pekerjaan suami profesional cenderung memakai kontrasepsi efektif dan responden dengan jenis pekerjaan jasa dan pekerja kasar cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif. Dengan demikian pekerjaan suami lebih dominan dalam menampakkan hubungan dengan pemakaian jenis kontrasepsi daripada status bekerja responden sendiri. Gambaran yang serupa juga ditemukan di Yogyakarta yang melaporkan bahwa macam alat kontrasepsi yang dipakai lebih menampakkan hubungan dengan status pekerjaan suami dari pada pekerjaan isteri. Hal itu dikarenakan pekerjaan suami lebih mencerminkan status sosial keluarga dan si isteri akan terdorong untuk mengikuti norma-norma yang berkaitan dengan status suaminya.

Analisis pada masing-masing kelompok agama diperoleh kesimpulan sebagai berikut: di kalangan responden Islam bekerja atau tidaknya seorang ibu memperlihatkan perbedaan dalam pemakaian jenis kontrasepsi, sedang di kalangan responden non Islam bekerja atau tidaknya seorang ibu tidak mempunyai hubungan dengan pemakaian jenis kontrasepsi.

Begitu juga dengan pekerjaan suami, di kalangan responden Islam perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami menunjukkan perbedaan yang berarti. Sedang di kalangan responden non Islam kurang mengesankan adanya perbedaan

pemakain jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami.

d. Jumlah Anak Masih Hidup

Jumlah anak masih hidup mempunyai hubungan dengan pemakain jenis kontrasepsi baik di kalangan responsden Islam maupun responden non Islam. Kecenderungan pemakain kontrasepsi efektif di kalangan responden Islam baru terlihat ketika jumlah anak yang dipunyai mencapai lima atau lebih, sedang pada kelompok responden non Islam kecenderungan pemakain kontrasepsi efektif sudah terlihat pada jumlah anak 3-4 orang anak. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah anak yang diinginkan, di mana proporsi yang menginginkan jumlah anak lebih dari empat lebih besar di kalangan responden Islam dari pada di kalangan responden non Islam.

e. Media

Semakin banyak media massa yang dimanfaatkan oleh responden maka cenderung memakai kontrasepsi efektif, ini ditemukan di kalangan responden Islam maupun di kalangan responden non Islam, namun keeratan hubungan itu lebih kuat terlihat dikalangan responden Islam daripada di kalangan penganut Agama non Islam.

1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sutji Rochani D., author
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh beberapa variabel sosial ekonomi dan demografi terhadap jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh wanita migran risen dan wanita non migran risen di DKI Jakarta. Data yang digunakan dalam menganalisis bersumber pada Survai Prevalensi Indonesia 1987 untuk daerah DKI Jakarta.

Dasar yang digunakan untuk menganalisis, adalah kerangka pemikiran Ronald Freedman (1975) yang mengembangkan suatu model yang disebut The sosiological analysis of fertility levels. Freedman menggunakan dasar pemikiran Davis and Blake dalam ruang lingkup sosiologis yang lebih luas. Variabel independen terdiri dari variabel sosial ekonomi, antara lain adalah pendidikan isteri/responden, pendidikan suami, pekerjaan suami, status bekerja isteri, tempat tinggal isteri waktu berumur kurang dari 12 tahun, status migrasi isteri/responden dan variabel demografi lainnya adalah umur isteri, umur kawin pertama, serta lama kawin. Sedangkan yang digunakan sebagai variabel dependen adalah jumlah anak yang dilahirkan hidup sampai saat survai.

Hasil analisis tesis ini adalah

1. Umur dan lama kawin mempunyai hubungan positif dengan paritas yang dipunyai baik wanita migran risen maupun wanita non migran risen.

2. Umur kawin pertama mempunyai hubungan negatif dengan paritas yang dipunyai baik wanita migran risen maupun wanita non migran risen.

3. Pendidikan isteri, wanita migran risen yang tamat SMA atau lebih mempunyai anak lebih sedikit dibandingkan dengan paritas wanita migran risen yang tamat SMP atau kurang. Sedangkan wanita non migran risen dengan pendidikan yang lebih rendah yaitu tamat SMP atau lebih cenderung mempunyai anak lebih sedikit dibandingkan dengan wanita non migran risen yang berpendidikan tamat SD atau kurang.

4. Pendidikan suami dari wanita migran tampaknya tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap paritasnya, sedangkan pendidikan suami wanita non migran cenderung mempunyai hubungan negatif terhadap paritasnya.

5. Wanita migran yang tidak pernah bekerja cenderung mempunyai anak lebih banyak dibandingkan dengan paritas wanita migran status kerja lainnya. Dan wanita non migran yang bekerja terus (maksud bekerja terus adalah sebelum kawin sampai saat wawancara masih bekerja) mempunyai paritas lebih sedikit dibandingkan dengan paritas wanita non migran status kerja lainnya.

6. Pekerjaan suami terlihat tidak mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap paritas yang dimiliki wanita migran maupun wanita non migran.

7. Tempat tinggal waktu kecil dari wanita migran cenderung tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap paritasnya, sedangkan wanita non migran yang waktu kecil tinggal di kota besar mempunyai paritas lebih banyak dibandingkan dengan paritas wanita non migran yang waktu kecil tidak tinggal di kota besar.

1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iban Sofyan
Abstrak :
ABSTRAK
Adanya keputusan pengusaha untuk menggunakan pembiayaan aktiva tetap dengan leasing adalah merupakan suatu hal yang penting karena kesalahan dalam membuat keputusan akan berpengaruh luas pada intern dan ekstern perusahaan yang bersangkutan.

Atas dasar pemikiran ini adalah penting untuk mengevaluasi keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menggunakan leasing dalam pembiayaan aktiva tetapnya, dengan cara ini diharapkan dapat memberi informasi bagaimana sebaiknya jika perusahaan-perusahaan ingin menggunakan pembiayaan aktiva tetapnya dengan cara leasing agar perusahaan- perusahaan yang menggunakan leasing dapat memetik suatu keuntungan real.

Berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah pembiayaan khususnya pembiayaan dengan leasing digali dalam studi ini untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu Apakah pembiayaan leasing yang telah diterapkan di Indonesia lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan jenis pembiayaan non leasing?; Apakah keputusan pengusaha-pengusaha di Indonesia untuk memilih alternatif pembiayaan aktiva tetapnya sudah rasional menurut kriteria penilaian investasi ? Apakah dengan semakin banyaknya lembaga leasing yang menawarkan jasanya kepada pengusaha di Indonesia akan membawa pengaruh pada praktek leasing di Indonesia ?.

Untuk menjawab persoalan diatas telah dilakukan survey yang menggunakan daftar pertanyaan penelitian. Ada 30 perusahaan yang berlokasi di Jakarta dan Lampung serta instansi/lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Hasil dari studi ini dapat diringkas berikut ini: Pembiayaan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dijadikan studi kasus untuk Indonesia ini secara finansial tidak rasional atau kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan pembiayaan non leasing; pembiayaan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan bukan berdasarkan pertimbangan kriteria penerimaan usulan investasi yang ada, tetapi lebih berat berdasarkan pertimbangan non finansial antara lain alternatif yang tersedia dan kemudahan; dan yang terakhir menunjukkan bahwa ada faktor dominan yang dipertimbangkan pengusaha dalam melakukan pembiayaan aktiva tetap melalui leasing yaitu aliran kas dan kemudahan.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Soewarto Citro Taruno
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengadakan kajian terhadap faktor-faktor sosial ekonomi dan faktor-faktor latar belakang yang mempengaruhi fertilitas, dan (2) mengadakan kajian terhadap bentuk-bentuk hubungan fertilitas dengan faktor-faktor tersebut. Studi tentang faktor-faktor penentu fertilitas di Irian Jaya ini menggunakan data sekunder hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 1985 yang telah dikumpulkan oleh Kantor Biro Pusat Statistik. Responden penelitian ini adalah wanita yang berstatus kawin (currently married women) berusia antara 15 - 49 tahun, yang berjumlah 1560 responden. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial. Teknik analisis yang dipergunakan untuk menduga pengaruh faktor-faktor penentu fertilitas di Irian Jaya adalah Teknik Analisis Regresi Linier Berganda yang Aditif. Hasil temuan mengenai pola pengaruh atau pola hubungan masing-masing variabel bebas terhadap fertilitas (anak lahir hidup) setelah dikontrol terhadap variabel-variabel lainnya di dalam persamaan garis regresi, adalah sebagai berikut: Pertama, umur perkawinan pertama dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan cenderung mempunyai hubungan atau pengaruh negatif dengan fertilitas. Kedua, umur wanita, pengeluaran rumah tangga sebulan sebagai proksi penghasilan.. dan banyaknya mengalami kematian bays cenderung mempunyai hubungan atau pengaruh positif dengan fertilitas. Ketiga, jenis pekerjaan, status pekerjaan, daerah tempat tinggal, agama, dan akseptor keluarga berencana mempunyai hubungan (asosiasi) dengan fertilitas, sebagai berikut: (1) Wanita yang bekerja di bidang profesional dan tata usaha memiliki anak lahir hidup lebih rendah dibandingkan wanita yang bekerja di bidang penjualan-jasa-produksi, dan wanita yang bekerja di bidang pertanian, serta wanita yang tidak bekerja. (2) Wanita yang status pekerjaan sebagai pegawai/karyawan dan status pekerjaan sebagai pekerja keluarga mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang status pekerjaan sendiri tanpa bantuan buruh dan yang bekerja dengan bantuan buruh, serta wanita yang statusnya tidak bekerja. (3) Wanita yang bertempat-tinggal di daerah perkotaan memiliki anak lahir hidup lebih sedikit dibandingkan dengan wanita yang bertempat tinggal di daerah pedesaan. (4) Wanita yang menganut agama Islam atau Katholik memiliki jumlah anak lahir hidup lebih sedikit dibandingkan dengan wanita yang beragama Protestan/Kristen lainnya. (5) Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi memiliki anak lahir hidup lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.
The purpose of this study was to investigate social economic and background variables which influence fertility, and to examine pattern of relationships between those variables and fertility. This study was about the province of Irian Jaya and utilized the 1985 Inter Cencal Population Survey (SUPAS 1985) data collected by The Central Bureau of Statistics (Biro Pusat Statistik). The respondents is considered in this study were currently married women only aged 15 to 49, i.e women in the reproductive ages. The total member of respondents analyzed was 1560. The data was analyzed using descriptive and inferential analysis methods. Multiple Linear Regression was used for estimating coeficients of the fertility determinants. The empirical result of this study after controlling for other variables in the model were as follows: 1. Age at first marriage and highest education attained affected fertility negatively. 2. Wive's age, income (proxied by household monthly expenditure) and frequency of infant mortality affected fertility positively or were positively associated with fertility. 3. Type of work, work status, recidence, religion and family planning acceptance affected or were associated with fertility: (i) Children ever born alive was lowest for women who were profesionals or were in administrative jobs. (ii) Female employees and unpaid family workers had less children ever born alive as compared to self employed women (with or without temporary help). (iii) Women living in the city had less children ever born alive as compared to women living in the villages. (iv) Islamic and Catholic women had less children ever born alive as compared to Protestant women. (v) Current acceptors (of family planning) had more children ever born alive as compared to women who had never been acceptors.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eben Sahlan
Abstrak :
Walaupun pertumbuhan penduduk di Indonesia secara relatif telah mengalami penurunan dari 2,32 persen pada periode 1971 - 1980, menjadi 1,97 persen pada periode 1980 - 1990, namun seraca absolut angka pertumbuhan itu masih cukup tinggi. Dan perkiraan terhadap pertumbuhan penduduk sampai akhir abad ini masih akan mengalami peningkatan. Kecenderungan ini terutama dipengaruhi oleh pertambahan alami yang masih tinggi. Sedangkan untuk daerah perkotaan di Indonesia, di samping pertambahan alami itu, juga ditambah dengan pertambahan karena terjadinya migrasi desa - kota atau urbanisasi (Soewartoyo : 1987).

Konsekuensi dari perkembangan jumlah penduduk adalah bertambahnya penduduk di setiap strata umur. Dengan begitu, jelas pertumbuhan jumlah penduduk usia kerja dan angkatan kerjapun akan semakin meningkat. Tenaga kerja bertambah dari 104,4 juta pada tahun 1980 menjadi 135,8 juta pada tahun 1990, dan diperkirakan akan menjadi sekitar 170,6 juta dalam tahun 2000. Demikian juga angkatan kerja bertambah dari 53,3 juta pada tahun 1980 menjadi 77 juta pada tahun 1990, dan diperkirakan menjadi sekitar 100 juta pada tahun 2000. Dengan demikian jelas semakin besar jumlah penduduk, semakin besar pula penyediaan tanaga kerja (Simanjuntak, 1985 : 21).
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library