Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budiyono
"ABSTRAK
Diazinon merupakan insektisida organofosfat yang masih digunakan di Indonesia dalam bidang pertanian. Beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Australian telah melakukan pemberhentian penggunaan pestisida diazinon secara bertahap dan pelarangan penggunaan pestisida diazinon di dalam ruangan, pada pemotongan rumput, kebun, dan hasil panen. Organisasi-organisasi internasional seperti EPA, WHO, IARC, dan ACGIH mengklasifikasikan diazinon sebagai pestisida non-karsinogenik. Penelitian ini menggunakan desain systematic review dan bertujuan untuk mengetahui dampak pestisida diazinon terhadap manusia, mamalia lainnya dan lingkungan serta kelayakan penggunaan pestisida diazinon di Indonesia. Data bersumber dari artikel jurnal pada 9 database elektronik dan ditemukan 43 jurnal penelitian yang sesuai dengan inklusi.
Studi ini menemukan adanya dampak pestisida diazinon pada manusia, mamalia lainnya dan lingkungan. Dampak pestisida diazinon pada manusia seperti efek akut dan efek kronis, efek pada masa perkembangan, efek imunotoksisitas, efek genotoksisitas, efek neurotoksisitas, efek reproduksi, dan efek sistemik. Dampak pestisida diazinon pada mamalia lainnya antara lain efek neurotoksisitas, efek reproduksi, efek imunotoksisitas, dan efek sistemik. Sedangkan, dampak pestisida diazinon pada lingkungan berupa residu pada udara, tanah, air, tanaman dan buah-buahan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa data yang dimiliki belum mencukupi untuk melakukan pelarangan penggunaan pestisida diazinon di Indonesia, tetapi hasil penelitian menunjukkan adanya dampak penggunaan pestisida diazinon pada manusia, mamalia lainnya dan lingkungan serta ditemukan beberapa negara sudah melarang penggunaan diazinon.

ABSTRAK
Diazinon is an organophosphate insecticide that is still used in Indonesia especially agriculture area. Some countries such as United States and Australian phase-out diazinon and ban the use of diazinon pesticides in indoors, on grass cutting, garden, and crops. International organizations such as EPA, WHO, IARC, and ACGIH classifying diazinon as a non-carcinogenic pesticides. This study using systematic review and aimed to determine the effect of diazinon pesticides on humans, other mammals and environment as well as the feasibility of use of the pesticide diazinon in Indonesia. Data sourced from 9 databases of journal articles in electronic database and found 43 studies corresponding to the inclusions.
This study found that there is effect of pesticide diazinon in humans, other mammals and the environment. The effect of pesticide diazinon in humans such as acute and chronic effects, developmental effects, imunotoxicity, genotoxicity, neurotoxicity, reproductive effects, and systemic effects. The effect of pesticide diazinon on other mammals such as neurotoxicity, reproductive effects, imunotoxicity, and systemic effects. Meanwhile, the environmental effect of pesticide diazinon are residue of diazinon in air, soil, water, plants and fruits. This study concludes that the data held are not enough to ban the use of pesticide diazinon in Indonesia, but the results showed the effects of diazinon pesticide in humans, other mammals and the environment, and found several countries have banned the use of diazinon.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suwandi Subki
"Malaria merupakan salah satu masalah paling serius yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Diperkirakan 1,2 milyar masyarakat Asia Tenggara bermukim di "Area Malaria". Pada tahun 1995, kasus malaria di wilayah tersebut diperkirakan 21,9 juta kasus dan harnpir 32.000 kasus kematian. Di Indonesia 70 juta (35 %) penduduk tinggal di daerah malaria (desa), setiap tahun 3,5 juta penderita, 200.000 SD Positif dan 108 jiwa kematian (0,05 %). Di Sumatera Selatan Parasite Rate (PR) tahun 1998/1999 antara 0,97 % - 3,53 %, Slide Positive Rate pada tahun 1995 menjadi 43,43 %. Angka Annual Malaria Insidence (AMI) di Kabupaten Belitung pada tahun 1998 menjadi 89 %o. Pada tahun 1998 AMI di Puskesmas Membalong 246,7 %o, di Puskesmas Gantung 128,9 %o dan di Puskesmas Manggar 125,09 %o dengan SPR (Slide Possitive Rate) 4 %.
Tingginya angka kesakitan malaria di ketiga wilayah kerja puskesmas tersebut bisa menghambat kegiatan pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Keberhasilan penanggulangan malaria tidak hanya tergantung pada parasit, vektor dan lingkungan tetapi juga tergantung pada faktor manusianya terutama perilaku pencegahan. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengaruh faktor perilaku dan pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian malaria.
Jenis Penelitian adalah studi observasional dengan disain kasus kontrol dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku seperti : pemakaian kelambu, cara berpakaian keluar rumah malam hari, pemasangan kawat kasa nyamuk, memakai obat anti nyamuk/repellant dan pembersihan sarang nyamuk sedangkan faktor lingkungan adalah tempat perindukan nyamuk , ternak besar, lama bermukim, perubahan Iingkungan, pekerjaan, pendidikan dan status sosial ekonomi yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmasn Membalong, Puskesmas Gantung dan Puskesmas Manggar Kabupaten Belitung Provinsi Sumatera Selatan.
Ada pengaruh pemakaian kawat kasa terhadap kejadian malaria (p = 0,002). Ada pengaruh pemakaian obat anti nyamuk terhadap kejadian malaria (p = 0,001). Ada pengaruh memelihara ternak besar terhadap kejadian malaria (p = 0,0363). Ada pengaruh pembukaan lahan baru terhadap kejadian malaria (p = 0,0000). Ada pengaruh pekerjaan terhadap kejadian malaria (p = 0,007). Ada pengaruh pemakaian kelambu terhadap kejadian malaria (p = 0,0103).
Analisa statistik dampak potensial digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh (kontribusi) masing-masing variabel dalam kaitannya dengan menurunkan kejadian malaria apabila dilakukan intervensi. Dengan mengetahui kontribusi masingmasing faktor maka dapat ditentukan skala prioritas dalam upaya pemberantasan malaria. Dari perhitungan dampak potensial maka faktor yang paling berpengaruh berdasarkan kontribusinya secara berurutan adalah pemakaian kelambu (90 %), pemakaian kawat kasa (63 %), pembukaan lahan baru (37 %), ternak besar (36 %), pekerjaan (33 %) dan obat anti nyamuk (21 %).
Dari hasil penelitian ini disarankan 1) Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit malaria sehingga masyarakat dapat berperilaku ideal berkaitan dengan pencegahan malaria (ideal behaviour). Seperti memakai kelambu kalau tidur terutama malam hart, memasang kawat kasa di rumah , memakai ()bat anti nyamuk dan seterusnya. 2) Meningkatkan kegiatan Gebrak Malaria Kabupaten Belitung. 3) Melaksanakan penelitian (Operasional Research) untuk mendapatkan model pemberantasan penyakit malaria yang cocok dengan situasi dan kondisi masyarakat di Kabupaten Belitung Provinsi Sumatera Selatan

Malaria is one of the most serious problems encountered by the developing countries. It is estimated that 1.2 billions of people in the South East Asia reside at the "Malaria Areas". In 1995, malaria cases in the areas is estimated to be 21.9 million cases and almost 32,000 cases ended up with death. In Indonesia, 70 millions of people (35%) live in the malaria vulnerable areas (villages) and there is 3.5 millions of people suffer from malaria annually and 200,000 positive SD and 108 people loss their lives caused by this disease (0.05%). In South Sumatra, Parasite Rate (PR) in the year of 1998/1999 ranges from 0.97% to 3.53 %, Slide Positive Rate in 1995 reached 43.43%. The Annual Malaria Incidence (AMI) in Belitung Regency in 1998 becomes 89 In 1998, AMI at the Membalong Public Health Center reached 246.7 °I°°, Gantung 128 °I°07 Manggar 125,09 with SPR (Slide Positive Rate) of 4%.
High Malaria Incidence at said three areas can hinder the social and economic development of the community. The success of the overcoming of the malaria problem does not only depend on the parasite, vector and environment, but also on the human factor, especially the preventive behaviors.
This research is observational in nature applying the case control design with the objective to identify the effect of the behavior factors such as the use of mosquito net, dressing manner during the night, mosquito wire net, mosquito repellants and mosquito hide clearance. While the environmental factors include mosquito production location, cattle, length of living, environmental changes, education and socio-economic status which relate to the malaria incidence at the working area of Membalong, Gantung and Manggar Public Health Centers in the Belitung Regency, South Sumatra Province.
It is identified that there is an effect of using the mosquito wire net to the malaria incidence (p = 0,0002). There is an effect of using the mosquito coil/mosquito repellents to the malaria incidence (p = 0,001). There is an effect of raising big cattle to the malaria incidence (p = 0,0363). There is an effect of opening new land to the malaria incidence (p = 0,0000). There is an effect of occupation to the malaria incidence (p = 0,007). There is an effect of using the mosquito net to the malaria incidence (p = 0,0103).
It is used the statistical analysis on the potential impacts to identify how much the effect (contribution) of each variable in relation to the decreased malaria incidence in case of any intervention. By identifying the contribution of each factor, it can be determined the priority scale in the efforts to prevent malaria incidence. On the basis of the calculation on the potential impact, the most significant factors based on its contribution are consecutively the use of the mosquito net (90%), the use of the mosquito wire net (63%), new land opening (37%), big cattle (36%), occupation (33%) and mosquito repellent (21%).
On the basis of the result of the research, it is recommended to (1) provide a health consultation regarding the malaria so that the public community are able to have the ideal behavior in relation to the malaria prevention such as using the mosquito net when sleeping at night, installing the mosquito wire net, using the mosquito repellent and so forth; (2) improve the Anti-Malaria Movement Activity at Belitung Regency; (3) carry out a research (operational research) to get a appropriate model of the malaria prevention activities in accordance to the situation and the condition of the community at Belitung Regency, South Sumatra Province."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Giri Wurjandaru
"Strategi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (SP2HBS) adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat secara terpadu untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat secara lebih berhasil guna dan berdaya guna dengan menggunakan tiga strategi umum, yaitu Advokasi kesehatan, Dukungan suasana, dan Pemberdayaan masyarakat. Program SP2HBS bukan saja ditujukan untuk sasaran primer tapi juga sasaran sekunder dan tersier yang dapat mendukung perubahan perilaku pada sasaran primer. Program ini telah dikembangkan oleh Direktorat Promosi Kesehatan sejak tahun 1996, dan mulai dilaksanakan pada tahun 1998. Sebagai daerah panduan ditunjuk 2 kabupaten, yaitu Tangerang dan Bekasi, namun sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang efektifitas program SP2HBS. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian ini.
Tujuan penelitian adalah untuk menguji pengaruh intervensi program SP2HBS terhadap peningkatan klasifikasi PUBS rumah tangga di Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang. Rancangan penelitian berupa pre-eksperimental dengan jenis static group comparisson. Sampel berjumlah 405 rumah tangga, yang terdiri dari 193 rumah tangga kelompok intervensi dan 212 rumah tangga kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan tentang PHBS lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun pengetahuan tentang penyakit akibat rokok dan manfaat JPKM tidak ada perbedaan. Sikap terhadap PHBS lebih positif pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Demikian pula dengan praktik PHBS lebih baik pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sebagian besar (60,1%) PHBS rumah tangga kelompok intervensi berada pada klasifikasi 3, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar (53,3%) berada pada klasifikasi-2. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa intervensi program SP2HBS merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap praktik PHBS rumah tangga di Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang. Intervensi program SP2HBS akan meningkatkan praktik PHBS sebesar kurang lebih 20 kali.
Atas dasar hasil penelitian tersebut, bagi Puskesmas Curug disarankan agar frekuensi penyuluhan tentang rokok dan JPKM ditingkatkan, metode penyuluhan juga diperkaya, misalnya dengan menghadirkan contoh nyata orang yang berhasil berhenti merokok dan sudah merasakan manfaat JPKM. Disamping itu penyuluhan tidak hanya ditujukan kepada ibu-ibu, tetapi juga kepada para suami mereka. Bagi Direktorat Promosi Kesehatan disarankan untuk membuat pedoman-pedoman aplikatif tentang pelaksanaan SP2HBS. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, agar memberikan reward kepada aparat desa yang aktif membantu pelaksanaan program ini, dan rumah tangga yang ber-PHBS.

Influence of the Strategy of Increasing Healthy Behavior (SP2HBS) Program to Healthy Behavior (PHBS) of the Household in Curug Sub District, District of TangerangThe strategy to improve healthy life behavior is one effort to increase awareness, willingness, and ability of the community. It conducts to increase healthy life of community by using three general strategies those are advocacy, social support and empowerment. From all those strategies, SP2HBS program is not only directed to primary target but also secondary and tertiary target to support primary target behavioral change. This program has been improved by health promotion directory since 1996 and the beginning is on 1998. As pilot project district we have two districts, those are Tangerang and Bekasi District. Up to now the research about this program affectivity has not been conducted yet. It attracts us to conduct to research about this program effect to household healthy life style in Curug Sub District, Tangerang District.
The aim of this research was to explore SP2HBS program intervention effects increase PHBS classification in household Curug Sub District, Tangerang District. It was pre-experiment with static group comparison. Outcome measurement is done to intervention group - they have got examination - and control group - they have not get examination. The number of samples was 405 households; insist of 193 households as intervention group and 212 households as control group.
The result show that generally intervention group has higher knowledge that control group, but the knowledge about disease caused by smoking and benefit of manage care is the same. Intervention group have positive attitude than control group.PHBS practice is better in intervention groups. 60,1% PHBS practice intervention group is in classification 3, but in control group, 53,3% is in classification 2. Conclusion of this research that SP2HBS program influence PHBS practice. After controlled with education level and attitude, SP2HBS program intervention will increase PHBS practice about twenty times.
Base on this result, Curug Public Health Center is suggest to increase the frequency of education conduct to benefit of manage care (JPKM) and disease caused by smoking using by mix communication. The target audience of this education trough their husband, not only to their wife. For Health District Office may give reward for the provider whom actively push for increasing the SP2HBS program, for example by traveling seminar to another village, and free in health care by Public Health Center for house hold which have a good healthy life. For Directorate of Health Promotion, Ministry of Health and Social Welfare suggest to supply the applicable guideline for SP2HBS program."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library