Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Asti Melani Astari
"Perawat memiliki potensi dalam pencegahan primer dan melakukan pendidikan di masyarakat, ietapi dalam implementasi beberapa program utama rencana aksi percepatan penurunan angka kematian ibu di Indonesia peran perawat hanyalah sebagai pendukung bahkan pelibatannya sangat minimal.
Penelitian ini bertujuan mengoptimalkan kompetensi perawat dalam program perawat kesehatan masyarakat (Perkesrnas) terintegrasi pelayanan maternitas pada ibu hamil berisiko di Kabupaten Cianjur melalui pengembangan program pelatihan p~rkesmas maternitas. Penelitian tahap satu merupakan penelitian kualitatif fenomenologi. Penelitian tahap dua yaitu pengembangan program pelatihan dan modul perkesmas yang dilanjutkan dengan pelatihan pada 10 perawat puskesmasPenelitian tahap tiga, penelitian kuasi eksperimen menggunakan metode consecutive sampling dengan jumlah sampel 66 orang (33 orang kelompok intervePsi dan 33 orang kelompok kontrol).
Hasil penelitian kualitatif teridentifikasi tiga tema dan lima subtema yang dinyatakan partisipan. Hasil penelitian kuantitatif membuktikan bahwa pelatihan modul perkesmas mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan kegiatan perawat dalam implementasi perkesmas dengan nilai kemaknaan 0,00. Implementasi modul mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil berisiko paska intervensi dengan nilai kemaknaan 0,00. Melalui analisis regresi logistik dibuktikan ada pengaruh variabel pengetahuan , sikap dan perilaku ibu hamil berisiko kelompok interverisi terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan.
Kesimpulan bahwa melalui pelatihan perkesmas maternitas, perawat puskesmas mampu berkontribusi dalam pelayanan :maternitas pada ibu hamil berisiko.

Nurses have a potential role in primary prevention and health education in community. However their role in the main programs in planning to reduce mother's death number in Indonesia is only as a supporter, and even gives a minimum involvement.
This research was aimed to optimize nurse's competencies in community health nurses program (perkesrnas) which is integrated with maternity nursing care for high risk pregnant women in Cianjur Region through maternity perkesmas training program development. First stage of this research was a phenomenological qualitative. The second one was perkesmas training and module development which was followed by training for 10 primary health service nurses. The last stage was a quasi experiment research using consecutive sampling method with 66 respondents (33 each for intervention and controlled groups).
From the qualitative research, it was identified three themes and five subthemes. Meanwhile, the quantitative research proved that perkesmas module training was able to enhance nurse's knowledge, attitude and skills in perkesmas program with 0.00 significance. Module's implementation enhanced knowledge, attitude and skills among high risk pregnant women with 0.00 significance. Logistic regression analysis proved the influence of knowledge, attitude and skills variables among high risk pregnant women in intervention group on health facility usage.
In conclusion, through perkesmas maternity training, primary health service nurses were able to contribute in maternity nursing care for high risk pregnant women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
D2214
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Unedo Hence Markus
"Kanker ovarium merupakan kanker paling mematikan ke-8 pada perempuan di dunia. Pasien kanker ovarium umumnya akan mengalami kemoresistensi, kekambuhan dan prognosis buruk setelah operasi sitoreduktif dan kemoterapi berbasis platinum. Hal tersebut berhubungan dengan peningkatan ekspresi Cancer Stem Cells (CSCs) CD44+/CD24-, RAD6, dan penurunan DDB2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan ekspresi CSCs, RAD6 dan DDB2 dengan kemoresistensi kanker ovarium di jaringan kanker ovarium dan sirkulasi darah.
Penelitian kohort ambispektif ini dilakukan di RSUP Cipto Mangunkusumo, RSUD Tarakan, RSUP Dharmais, dan RSUP Fatmawati pada Februari 2018–Februari 2022. Subjek adalah 64 orang pasien yang dibagi menjadi dua kelompok. Semua subjek menjalani operasi sitoreduktif dan pemeriksaan histopatologi. Kemoterapi diberikan sebanyak enam seri diikuti enam bulan observasi, kemudian ditentukan respons terapi dengan kriteria Response Criteria in Solid Tumors (RECIST). Uji imunohistokimia dilakukan langsung ke jaringan kanker ovarium (retrospektif) dan uji flowsitometri darah (prospektif) untuk menilai Ekspresi CSCs, RAD6 dan DDB2.
Terdapat peningkatan Ekspresi CSCs, RAD6 serta penurunan bermakna ekspresi DDB2 (p < 0,05) di jaringan kanker ovarium kemoresisten, dan peningkatan bermakna Ekspresi CSCs, dan RAD6 yang bermakna (p < 0,05) di sirkulasi darah penderita kanker ovarium. Ekspresi DDB2 di uji imunohistokimia adalah protein dengan nilai AUC terbaik sedangkan di uji flowsitometri, CSCs memiliki nilai AUC terbaik. Disusun skor IHC-UNEDO (imunohistokimia) dan skor FCM- UNEDO (flowsitometri) untuk membantu memprediksi respons terapi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan Ekspresi CSCs, RAD6 dan penurunan DDB2 di jaringan kanker ovarium, serta peningkatan Ekspresi CSCs di sirkulasi darah penderita kanker ovarium dan protein tersebut merupakan prediktor respons terapi kanker ovarium yang baik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Darma Putra
"Kanker serviks merupakan salah satu kanker terbanyak pada perempuan dengan jumlah kasus dan kematian yang bermakna, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian terbaru menyoroti peran mikroRNA (miRNA) dalam karsinogenesis, terutama miR-21 yang terlibat dalam berbagai jenis kanker pada perempuan, termasuk kanker serviks. Selain itu, miR-145, LATS1, dan NF-κB dipercaya memiliki peran dalam radioresistensi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh konsentrasi miR-21, miR-145, Large Tumor Suppressor 1 (LATS1), dan Nuclear Factor Kappa B (NF-kB) serta usia terhadap respons kemoradiasi pada pasien kanker serviks stadium lanjut lokal. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang analitik yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari bulan Juli 2017 sampai Juni 2023. Sampel jaringan dari biopsi serviks diambil dan diperiksa menggunakan real-time reverse transcriptase quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR) untuk mendeteksi miR-21 dan miR-145, serta ELISA untuk mendeteksi konsentrasi LATS1 dan NF-kB sebelum pasien menerima terapi kemoradiasi. Pemeriksaan ultrasonografi kemudian dilakukan kembali untuk menilai respons radiasi dengan menggunakan kriteria RECIST 1.1. Dari 140 subjek, ditemukan gambaran histopatologi karsinoma sel skuamosa pada 119 (85%) sampel, dengan distribusi kanker serviks stadium IIIB pada 102 (72,9%) subjek dan stadium IVA pada 38 (27,1%) subjek. Ekspresi miR- 21 di atas cut-off lebih banyak ditemukan pada subjek yang radioresisten (p = 0,010; AUC = 67,6%). Ekspresi miR-145 dan LATS1 di atas cut-off lebih banyak ditemukan pada kelompok radioresisten, masing-masing dengan p = 0,132 (AUC = 38,8%) dan p = <0,001 (AUC = 32,7%). Ekspresi NF-kB di bawah cut-off ditemukan lebih banyak pada kelompok radioresisten (p = 0,009; AUC = 61%), dan usia di bawah cut-off juga lebih banyak ditemukan pada kelompok radioresisten (p = 0,138; AUC = 39,2%). Penelitian ini menunjukkan bahwa ekspresi miR-21 dan LATS1 pra-kemoradiasi yang tinggi serta ekspresi NF-κB yang rendah berhubungan dengan terjadinya radioresistensi. Sebaliknya, konsentrasi miR-145 dan usia tidak berhubungan dengan radioresistensi, sehingga dapat disimpulkan bahwa miR-21 memiliki potensi sebagai biomarker radioresisten pada pasien kanker serviks stadium lanjut lokal dan pemeriksaan kombinasi tidak disarankan.

Cervical cancer is one of the most common cancers in women with a significant number of cases and deaths, especially in developing countries such as Indonesia. Recent research highlights the role of microRNAs (miRNAs) in carcinogenesis, particularly miR-21, which is involved in various types of cancer in women, including cervical cancer. In addition, miR-145, LATS1 and NF-κB also considered to play a role in radioresistance. This study aims to determine the influence of miR- 21, miR-145, Large Tumor Suppressor 1 (LATS1), Nuclear Factor Kappa B (NF- κB), and age on chemoradiation response in locally advanced cervical cancer patients. This study used an analytical cross-sectional design conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital from July 2017 to June 2023. Cervical biopsy tissue samples were collected and examined using real-time reverse transcriptase quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR) to detect miR-21 and miR-145, and ELISA to measure LATS1 and NF-κB concentrations before patients underwent chemoradiation therapy. Ultrasound examination was then re-performed to assess radiation response using RECIST 1.1 criteria. This research obtained a total of 140 samples with histopathological subtype of squamous cell carcinoma found in 119 (85%) samples, with cervical cancer stage IIIB in 102 (72.9%) subjects and stage IVA in 38 (27.1%) subjects. Expression of miR-21 above the cut-off was more prevalent in radioresistant patients (p = 0.010; AUC = 67.6%). Expression of miR-145 and LATS1 above the cut-off were found to be higher in the radioresistant group with p = 0.132 (AUC = 38.8%) and p = <0.001 (AUC = 32.7%), respectively. NF-κB expression below the cut-off were found to be higher in the radioresistant group (p = 0.009; AUC = 61%), and age below the cut-off were also found to be higher in the radioresistant group (p = 0.138; AUC = 39.2%). This study showed that high expression of miR-21 and LATS1 pre-chemoradiation and low expression of NF-κB pre-chemoradiation were all associated with radioresistance, while miR- 145 concentration and age were not associated with radioresistance. This study concluded that miR-21 had the potential to be used as a radioresistant biomarker in patients with local advanced-stage cervical cancer and combination testing was not suggested."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyadi Kusuma
"Angka kematian kanker serviks masih tinggi karena banyak pasien datang berobat pada tahap lanjut. Respons terapi radiasi pada pasien kanker serviks stadium lanjut bervariasi walau dengan faktor klinikopatologi yang sama seperti stadium, massa tumor, jenis histopatologi, derajat diferensiasi, invasi limfovaskular, reaksi limfosit dan nekrosis. Oleh karena itu dipikirkan faktor prognosis lain seperti faktor apoptosis-survivin, telomerase dan sitokrom c.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran survivin, telomerase, dan sitokrom c sebagai prediktor respons terapi radiasi pada kanker serviks stadium lanjut khususnya stadium IIIB.Studi ini bersifat prospektif menggunakan metode nested case control. Pengambilan data dilakukan di Poliklinik Onkologi Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM serta Departemen Patologi Anatomi FKUI pada bulan Januari 2016 hingga Mei 2017. Pada subjek penelitian dilakukan wawancara, pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan biokimia secara ELISA untuk mengetahui kadar survivin, telomerase, sitokrom c, dan MRI pra-radiasi serta pasca-radiasi.
Dari 90 subjek penelitian didapatkan rerata usia pasien 50 tahun, rerata massa tumor 6,7 cm dan sebagian besar berkeratin 84,4 , berdiferensiasi baik 81,1 , reaksi limfosit negatif 75,6 dan nekrosis 74,4 . Rerata faktor apoptosis-survivin, telomerase dan sitokrom c adalah 591,2 pg/mL, 5.223,2 pg/mL dan 191,3 ng/mL. Dari analisis bivariat didapatkan variabel yang berhubungan dengan respons terapi secara independen adalah massa tumor p = 0,1 , diferensiasi p = 0,17 , kadar survivin p = 0,01 , kadar telomerase p = 0,08 dan kadar sitokrom c p = 0,47.
Hasil analisis multivariat didapatkan hubungan kadar survivin dan kadar telomerase dengan respons terapi radiasi p = 0,01 dan p = 0,07 . Tidak terdapat hubungan kadar sitokrom c dengan respons terapi radiasi p = 0,64 . Dengan model cox regresi survival didapatkan hazard ratio subjek dengan kadar survivin tinggi dan kadar telomerase tinggi terhadap respons terapi radiasi negatif adalah 4,20 dan 1,97.Simpulan: kadar survivin dan telomerase tinggi berhubungan dengan respons terapi radiasi negatif.

Cervical cancer mortality rate is still high mostly due to patients seeking for help in advanced stage of the disease. Even with the same clinicopathologic features such as stage of the diseases, size of the tumor, histopathological types, level of differentiation, lymphocyte reaction and tumor necrosis, the radiotherapy outcomes still vary from patient to patient. Therefore, we thought another predictive factors like apoptosis inducing factors i.e. survivin, telomerase and cytochrome c as a new predictor of therapeutic resp onses on patients with stage IIIB squamous cell carcinoma of cervix.
This is a prospective study with nested case control method. Data collection was conducted in Oncology Polyclinic, Department of Obstetrics and Gynecology RSCM and Department of Pathological Anatomy of FKUI from January 2016 to May 2017. Subjects were interviewed, conducted histopathological and biochemical examination with ELISA to determine levels of survivin, telomerase, cytochrome c, and patients undergo pre and post radiation MR imaging.
There were 90 patients in this study with the mean of ages was 50 years, mean of tumor size was 6.7 cm and most subjects were keratinizing 84.4 , well differentiated 81.1 , negative lymphocyte reaction 75.6 and tumor necrosis 74.4 . The mean levels of apoptosis inducing factors survivin, telomerase and cytochrome c were 591.2 pg mL, 5,223.2 pg mL, and 191.3 ng mL.
Bivariate analysis showed the independent association between tumor size, level of differentiation, levels of survivin and telomerase p 0.1, p 0.17, p 0.01, p 0.08 . Multivariate analysis showed the correlation between levels of survivin and telomerase with radiation therapeutic response p 0.01 and p 0.07 and there was no association with level of cytochrome c p 0.64 With the survival cox regression models, the hazard ratio of subjects with high levels of survivin and telomerase on the negative radiation therapy responses were 4.20 and 1.97.Conclusion there were association between high levels of survivin and telomerase on the negative radiation therapy response.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library