Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aida Argaputri
Abstrak :
Self-confidence adalah keyakinan terhadap diri serta kemampuan yang dimiliki (Webster's Dictionary, 1996). Gejala tidak percaya diri pada anak erat kaitannya dengan persepsi anak terhadap konsep dirinya (Surya. 2007). Orangtua yang mempersepsikan anaknya sebagai 'segalanya buruk'dapat menciptakan konsep diri yang menekankan pada anak bahwa anak kurang diterima, buruk, den tindakannya tidak disetujui oleh orangtuanya (Frenkei-Bronswilk, dalam Burns, 1993) Cognitille-llehavior Therapy (CB1) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan bentuk intervensi yang bersifat psikoterapeutik den bertujuan untuk mengurangi distress paikologis dan perilaku mal adaptif dengan cara mengganti proses kognitif (Kaplan et al., dalam Stallard, 2002). Program CBT pada dasamya didasari oleh pemyataan bahwa keyakinan negatif mengenai hidup dan seseorang adalah hasil dari self-talk negatif yang berujung pada perasaan negatif mengenai diri sendiri, selfesteem rendah, dan kepada perilaku yang bersifat menghambat individu mencapai basil yang diinginkan (Burnett, 1996). lntervensi cognitive behavioral dinilai paling snkses meningkatkan harga diri dan konsep diri.Program diososiasikan dengan peningkatan positive self talk dan CBT dihuhungken dengan penganangan negative self-talk (Burnett, Craven, den Marnh, 1999). Program CBT dalam tugas akhir ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri seorang anak berusia 9 tahun dengan tingkat kecerdasan rata-rata. Ia merasa kurang pereaya diri menjawab pertanyaan guru atau orangtua saat belajar. Ia takut menjawab dengan sa1ah. Setelah intervensit anak mampu menyadari kesalahan berpikirnya, menjadi lebih percaya diri di sekolah. Di sisi lain, sikap ayah yang marab saat anak melakukan kesalahan membuat anak sulit menunjukkan perubahan positif di rumah. ......Self-confidence is faith about oneself and one's own ability (Webster's Dictionary, 1996). Lack of confidence of symptom in a child is tight with the child's perception of bislber self-concept (Surya, 2007). Parents, who perceive their child as "all bad1create a self-concept that emphasize the child that be/she is less accepted, bad, and does not hove any approval of his action from the parent (Frenkel-Brunswilk, in Bums, 1993). Cognitive-Behavior Therapy (CBI) is an intervention that aims to psychological distress and Maladaptive behavior by altering cognitive processes (Kaplan et al., in Stallard, 2002). CBT program is baaod on the notion that negative beliefs about life and oneself is the result of negative self-talk which lands to negative feelings about oneself; low self-esteem, and self-defeating behavior {Burnett, 1996). Cognitive behavioral based interventions were the most successful enhancers of self-esteem and self-concepts.The program was associated with an increase in positive self-talk a.nd CBT was linked to a decrease in negative self-talk (Burnett, Cmven, and Marsh, 1999). CBT's program on this final assignment was aimed to improve the self­ confidence of a nine year old girl with an average intelligence. She feels little of confidence in answering the teacher's or parent's questions. She was afraid that she might give a wrong answer. As the result of the intervention, the child now is aware of her faulty Chink and become more confident In school. On the other side, - her father's attitude that always become angry whenever she gives a wrong' answer make her more difficult to show some improvement at home setting.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T32434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virra Priscilla Ayuningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan tingkat parenting stress dan coping stress pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam proses pengumpulan data. Tingkat parenting stress diukur melalui Parenting Stress Index-Short Form PSI-SF dan coping stress melalui Brief COPE. Partisipan penelitian ini berjumlah 37 pasang ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan parenting stress p = 0.850, p > 0.05 dan coping stress p = 0.899, p > 0.05 yang pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme.
ABSTRACT
This research was conducted to decrypt the differences of parenting stress and coping stress in fathers and mothers of children with autism. This research used quantitative and qualitative design for collecting data. Level of parenting stress was measured by Parenting Stress Index Short Form PSI SF and coping stress was measured by Brief COPE. The participants of this research are 37 pairs of fathers and mothers of children with autism. The main result of this research showed that there are no differences of parenting stress p 0.850, p 0.05 and coping stress p 0.899, p 0.05 on fathers and mothers of children with autism.
2017
S68739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Argaputri
Abstrak :
ABSTRAK
Self-confidence adalah keyakinan terhadap diri Sena kemampuan yang dimiliki (Websters Dictionary, 1996). Gejala tidak percaya diri pada anak erat kaitannya dengan persepsi anak terhadap konsep dirinya (Surya, 2007). Orangtua yang mcmpersepsikan anaknya sebagai ?segalanya buruk?dapat menciptakan konsep diri yang menekankan pada anak bahwa anak kurang diterima, buruk, dan tindakannya tidak disetujui oleh orangtuanya (Frankel-Bnmswilk, dalam Burns, 1993). Cognilfve-Behavior Therapy (CBT) adalah sebuah istiiah yang digunakan untuk menjelaskan bentuk innervensi yang bersifat psikoterapeutik dan bertujuan untuk mengurangi distress psikologis dan perilaku maladaptifdengan cara mengganti proses kognitif (Kaplan et al., dalam Stallard, 2002). Program CBT pada dasamya didasari oleh pemyataan bahwa keyakinan negatifmengenai hidup dan seseorang adalah hasil dari se%taIk negatif yang berujung pada perasaan negatif mengenai diri sendiri, sebf-esteem rendah, dan kepada perilaku yang bersifat menghambat individu mencapai hasil yang diinginkan (Bumett, 1996). Intervensi cognizive behavioral dinilai paling sukses mcningkatkan harga diri dan konsep diri. Program diasosiasikan dengan peningkatan positive seMta1k dan CBT dihubungkan dengan pengurangan negative se%talk (Bumett, Craven, dan Marsh, 1999). Program CBT dalam tugas akhir ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri sorang anak berusia 9 tahun dengan tingkat kecerdasan rata-rata. Ia merasa kurang percaya diri menjawab pertanyaan guru atau orangtua saat belajar. Ia takut menjawab dengan salah. Sctelah intervcnsi, anak mampu menyadari kcsalahan berpikimya, menjadi lebih percaya diri di sekolah. Di sisi lain, sikap ayah yang marah saat anak melakukan kesalahan membuat anak sulit menunjukkau perubahan positif di mmah. Anakjuga sangat memperhatikan cvaluasi dari teman scbayanya.
ABSTRACT
Self-confidence is faith about oneself and one?s own ability (Webster?s Dictionary, 1996). Lack of confidence of symptom in a child is tight with the child?s perception of his/her self-concept (Surya, 2007). Parents, who perceive their child as ?all bad", create a self-concept that emphasize the child that he/she is less accepted, bad, and does not have any approval of his action from the parent (Frenkel-Brunswilk, in Bums, 1993). Cognitive-Behavior Therapy (CBT) is an intervention that aims to psychological distress and maladaptive behavior by altering cognitive processes (Kaplan et al., in Stallard, 2002). CBT program is based on the notion that negative beliefs about life and oneself is the result of negative self-talk which leads to negative feelings about oneself; low self-esteem, and self-defeating behavior (Bumett, 1996). Cognitive behavioral based interventions were the most successful enhancers of self-esteem and self-concepts. 'I'he program was associated with an increase in positive self-talk and CBT was linked to a decrease in negative self-talk (Bumett, Craven, and Marsh, 1999). CBT?s program on this final assignment was aimed to improve the self- conlidence ofa nine year old girl with an average intelligence. She feels little of confidence in answering the teacher?s or pa1°ent's questions. She was afraid that she might give a wrong answer. As the result ofthe intervention, the child now is aware of her faulty think and become more confident in school. On the other side, her father-'s attitude that always become angry whenever she gives a wrong answer make her more difficult to show some improvement at home setting. The child also pays much of attention on her peer?s evaluation.
2007
T34197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhanari
Abstrak :
Remaja yang cenderung membentuk self-esteem-nya dengan mengarahkan kepada teman-teman dapat mengakibatkan munculnya masalah perilaku dan prestasi akademis yang menurun (Steinberg, 2002). Salah satu aspek dalam masalah perilaku adalah perilaku nakal, yaitu perilaku melanggar aturan seperti melarikan diri, mencuri dan membolos. Sebelum menjadi suatu gangguan perilaku, perilaku nakal sebaiknya segera diintervensi. Cognitive Behavior Therapy (CBT) telah terbukti efektif untuk menangani masalah perilaku pada anak remaja apabila dilakukan sejalan dengan intervensi yang dilakukan terhadap orang tua anak (Mash, 2005; Stallard, 2002). CBT didasarkan pada premis bahwa gangguan psikologis ditentukan oleh makna yang diberikan oleh individu pada suatu kejadian daripada oleh kejadian itu sendiri (Kazantzis, 2006). CBT membantu klien mengidentifikasi persepsi yang terdistorsi yang berkontribusi terhadap munculnya masalah dan menggantinya dengan pikiran yang lebih adaptif dengan teknik-teknik seperti self évaluation, positive self-talk, control o f negative thoughts and feelings. Asumsi CBT adalah pada saat klien terlibat secara aktif dan berusaha menerapkan hasil belajar mereka pada situasi sehari-hari, dapat dikatakan bahwa klien ini akan memperoleh keuntungan jangka pendek dan jangka panjang dari terapi (Kazantzis, et al. dalam Kazantzis, 2006). Intervensi CBT dalam tugas akhir ini bertujuan untuk mengubah keyakinan seorang remaja sehubungan dengan perilaku mencuri ke arah yang lebih baik agar ia dapat memperbaiki perilakunya sehingga tidak semakin mengarah kepada conduct disorder. Hasil dari intervensi ini menunjukkan bahwa keyakinan yang berhubungan dengan perilaku mencuri melemah. Berdasarkan informasi guru dan orangtua, anak juga telah menunjukkan perubahan perilaku dengan tidak lagi melakukan perbuatan mencuri hingga intervensi berakhir.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T38021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meidya Ova
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self-esteem dan perilaku kekerasan pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek. Jenis perilaku kekerasan yang diukur antara lain perkelahian fisik, tawuran,tindakan melukai orang dengan senjata, tindakan melukai seseorang hingga membutuhkan perawatan dokter, vandalisme, perilaku mengancam dengan senjata, perilaku mengancam tanpa senjata, dan bullying (menjahili orang lain, mempermalukan orang lain di depan umum, memanggil nama orang dengan sebutan lain, dan mengancam akan melukai orang lain). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale untuk mengukur self-esteem. Daftar perilaku kekerasan yang digunakan adalah alat ukur yang telah diadaptasi dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistik Pearson Product-Moment Correlation. Partisipan berjumlah 311 remaja laki-laki yang berada di komunitas dan lembaga pemasyarakatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan perkelahian fisik pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.24; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Selain itu, terdapat hubungan positif yang signifikan antara selfesteem dan perilaku mengancam tanpa senjata pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.231; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem dan jenis perilaku kekerasan lainnya. ......This research was conducted to find the relationship between self-esteem and violence behavior among male adolescents in Jabodetabek Area. Type of violent behavior being measured include physical fights, group fights, used a weapon in a fıght, hurt someone badly enough to need bandages or care from doctor or nurse, vandalism, threatening behavior with a weapon, threatening behavior with and without weapons, and bullying (teased others, humiliate someone, call the person's name with another name, and threatened to hurt someone else). This research used a quantitative approach and using the Rosenberg Self-Esteem Scale to measuring self-esteem. List of violent behavior that is used is a measure that has been adapted from previous studies. Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The participants were 311 male adolescents in community and correctional-institution. The results showed that there is a significant correlation between self-esteem and physical fights among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.24; p = 0.000, significant at the L.o.S 0.01). In addition, there is a significant positive correlation between self-esteem and threatening behavior without weapon among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.231, p = 0.000, significant at the LoS 0.01). Did not reveal any significant relationship between self-esteem and other types of violent behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Viana
Abstrak :
ABSTRAK
Temporal term merupakan jenis kosakata yang menunjukkan jarak dan urutan waktu terjadinya peristiwa. Melalui pemahaman temporal term, dapat diketahui pemahaman konsep waktu seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perbedaan pemahaman temporal term pada anak bilingual dan monolingual anak usia 4 hingga 5 tahun. Pengukuran pemahaman temporal term menggunakan alat ukur yang telah dikembangkan oleh peneliti berdasarkan penelitian Grant dan Suddendorf (2011) serta Utami (2014). Karakteristik bilingual dan monolingual dikontrol dengan self-report dari orangtua. Responden penelitian sebanyak 81 anak yang terdiri dari 40 anak bilingual dan 41 anak monolingual. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis null penelitian ditolak (t=-3,499, p < 0.05) pada temporal term yang mengarah ke masa depan, yang berarti terdapat perbedaan antara pemahaman temporal term yang mengarah ke masa depan pada anak bilingual dan monolingual. Penelitian ini juga menunjukan bahwa faktor usia merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling kuat dalam pemahaman temporal term. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kemampuan anak bilingual dan monolingual dalam memahami konsep waktu.
ABSTRACT
Temporal term refers to group of words that describe distance and sequence of an event. Someone?s concept of time can be determined through temporal term. This study aimed to find if there is also a difference in temporal term between bilingual and monolingual children age 4-5 years old. In present study, temporal term measured by an instrument that already improved from previous studies (Grant and Suddendorf (2011) and Utami (2014). Bilingual and monolingual characteristic is determined from parent?s self-report. Total 81 children, 40 bilingual children and 41 monolingual children, participate in this study. Null hypothesis is rejected (t=-3,499, p < 0.05) for temporal term that refer to the future. This study also find that age is a dominant factor in children to understand the temporal term. The study result can provide information regarding bilingual and monolingual children?s ability to understand the concept of time
2016
S64886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Diandefi Augistya
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan nyeri kronis dan perilaku sehat pada lansia yang tinggal bersama anak. Penelitian ini dilakukan pada 105 individu lansia, berusia 60 tahun ke atas yang tinggal bersama anak. Hubungan antara kedua variabel yang belum jelas, menjadi urgensi dari penelitian ini. Penerimaan nyeri diukur dengan Chronic Pain Acceptance Questionnaire CPAQ, sementara perilaku sehat diukur dengan instrumen perilaku sehat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penerimaan nyeri dan perilaku sehat r = 0,110, p = 0,237, L.o.S 0,05, two-tailed . Hasil analisis data demografis menunjukkan jenis kelamin memengaruhi perilaku sehat. ......This research was aim at determining the relationship between chronic pain acceptance and health behavior of elders living with children. 105 elders, aged 60 and above, living with children were studied for this research. As the relationship between the two variables were unclear, this became the imperative for this research. Chronic pain acceptance was measured using Chronic Pain Acceptance Questionnaire CPAQ , while health behavior was measured using the health behavior instrument. The result shows that there is no significant relationship between chronic pain acceptance and health behavior r 0,110, p 0,237, L.o.S 0,05, two tailed . The result of demographic data analysis demonstrates that gender affects health behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Adhika Mulya
Abstrak :
Penelitian ini menjelaskan mengenai pengaruh sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi menggunakan Transjakarta. untuk pergi ke tempat kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan jumlah responden sebanyak 82 pekerja di DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa norma subjektif merupakan determinan yang paling signifikan pengaruhnya terhadap intensi menggunakan Transjakarta untuk pergi ke tempat kerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat keluarga dan teman sebagai pihak yang pengaruhnya signifikan untuk mengajak anggota keluarga atau teman-teman agar mau menggunakan Transjakarta untuk pergi ke tempat kerja. ...... The research explained the influence of attitude, subjective norms, and perceived behavioral control toward intention for using Transjakarta as a transportation mode to working place. This research using quantitative method with total respondents are 82 workers in DKI Jakarta. This research shown that subjective norms are the most determinant factor which significantly influences for using Transjakarta as a transportation mode to working place. At the end, this research will have intention to suggest family and friends that are significantt for others to invite his family member or friends for using Transjakarta for go to working place.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Kusmawati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) dalam menurunkan frekuensi perilaku disruptif pada anak usia sekolah. Target perilaku yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perilaku sering menentang atau menolak untuk mematuhi aturan orangtua, seringkali berdebat dengan orang dewasa, sering atau mudah marah, dan sering kehilangan kontrol saat marah. Melalui PCIT orangtua diajarkan dan dilatihkan dua keterampilan dalam berinteraksi dengan anak, yaitu keterampilan dalam membangun interaksi yang hangat dengan anak dan keterampilan orangtua dalam meningkatkan kepatuhan anak pada orangtua. Penelitian yang menggunakan desain single-subject ini berlangsung selama 15 sesi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) untuk mengukur frekuensi perilaku disruptif anak dan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System-III (DPICS-III) untuk menilai kualitas interaksi orangtua-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan frekuensi perilaku disruptif anak dari rentang klinis menjadi rentang normal, dan juga terdapat penurunan frekuensi pada target perilaku. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan terdapat peningkatan keterampilan orangtua dalam berinteraksi dengan S. Dapat disimpulkan bahwa penerapan PCIT cukup berdampak positif pada anak.
ABSTRACT
This research examined the effectiveness of Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) for reducing disruptive behavior of a school-aged child. Behaviors target of this research are often defies or resists complying with parents‘ rules, argues frequently with adult, often angry, and often loses temper. Throughout PCIT, parents were taught and coached two skills to interact with child effectively. These skills are skills for building warmth interaction with child and skills for improving child compliance to parents‘ rules. By using single-subject design, this research was conducted for total 15 sessions. This research utilized Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) to assess frequency of disruptive behavior and Dyadic Parent-Child Interaction Coding System-III (DPICS-III) to assess quality of parent-child interaction. The results indicated the child‘s disruptive behavior has been decreased from clinical range to normal range as well as frequency in behaviors target. Result also showed improvement in parent skills‘ when interacted with child. In conclusion, PCIT brings some positive changes to the child.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noridha Weningsari
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan untuk melihat penerapan CBT dalam meningkatkan keterampilan regulasi emosi pada anak usia sekolah dengan reactive attachment disorder (RAD). Penelitian ini merupakan penelitian single-case dengan menggunakan teknik pretest-posttest. Subjek adalah anak perempuan berusia 10 tahun yang telah didiagnosa dengan RAD dan memiliki kesulitan dalam meregulasi emosi. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi melalui observasi, wawancara, dan penggunaan skala perilaku CBCL dan DERS. Sebelum program intervensi diberikan, subjek memiliki pemikiran maladaptif, keterampilan regulasi emosi yang kurang berkembang sesuai dengan usianya, serta memperlihatkan masalah perilaku internalizing seperti menarik diri dan cemas/depresi, masalah sosial, serta masalah pikiran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CBT efektif dalam meningkatkan keterampilan regulasi emosi dan mampu merubah pemikiran maladaptif pada anak. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya keterampilan regulasi terutama dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menyalurkan emosi, serta menurunnya masalah perilaku internalizing, sosial, dan pemikiran. Subjek juga menunjukkan pemikiran yang lebih positif berkaitan dengan emosi.
ABSTRACT
This study examined the application of CBT in order to enhance emotion regulation skill in school-aged children with reactive attachment disorder. The research was conducted using single-case experimental design with pretest-posttest technique. Subject of the study is a ten-year-old female student who has been diagnosed with reactive attachment disorder and has difficulty in regulating her emotions. Measurements were taken before and after intervention program through interviews, observation, and behavior scale such as CBCL, and self report such as DERS. Before interventions were conducted, subject was unable to identify; understand or describe her own emotions and also tend to bury her emotions and feelings, particularly anger and sadness; and exhibit internalizing behavior such as withdrawan and anxious/depressed; social problems; and thought problems. Subject also appeared to have maladaptive thoughts which refer to a belief that she should not have negative emotions and children who express their emotions are bad and spoil children. The results of this study indicate that CBT is effective in order to improve the emotion regulation skill and to change cognitive distortion on children. It can be seen from the ability to regulate subject‟s emotions, especially to identifying, evaluating, and using emotion regulation strategies that have significantly improved as well as decreasing in internalizing behavior, social, and thought problems. The findings from the evaluations of the intervention also show the changes in cognitive distortions about her emotion and improve positive thinking related to emotions.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38892
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>