Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Nurhidayah bt. Pazil
Abstrak :
Pisang (Musa Acuminata) merupakan jenis buah yang mengandung banyak senyawa kimia yang bersifat antioksidan dan antibakteri, salah satunya adalah pisang raja (Musa AAB ?Pisang Raja'). Pisang raja merupakan kultivar lokal dan populer di Indonesia, mudah ditemukan, memiliki harga yang relatif murah, serta merupakan jenis pisang yang bisa langsung dimakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan akivitas antioksidan ekstrak daging pisang raja dengan antioksidan lain yaitu vitamin A, vitamin C, dan katekin melalui penghitungan bilangan peroksida. Bilangan peroksida ditentukan dengan cara titrasi iodometri. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada bilangan peroksida yang terbentuk pada sampel minyak saja dan minyak yang ditambah katekin jika dibandingkan dengan sampel minyak yang ditambah dengan ekstrak daging pisang raja. Namun pada sampel minyak yang ditambah dengan vitamin A dan C tidak menunjukkan adanya bilangan peroksida yang berbeda bermakna jika dibandingkan dengan sampel minyak yang ditambah dengan ekstrak daging pisang raja. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan efek antioksidan ekstrak daging pisang raja sama baiknya dengan vitamin A dan vitamin C namun tidak sebaik katekin.
Banana (Musa Acuminata) is a type of fruit that contains a lot of chemical substances that work as antioxidant and antibacterial, one of these is ?pisang raja'. ?Pisang Raja' is a local cultivar banana that is popular among Indonesian which is easy to get with relevant price, and it is a type of banana that can be served directly. The aim of this research is to compare the antioxidant effect of Pisang Raja's pulp extract with other antioxidant such as vitamin A, vitamin C and catechin by calculating the peroxide number. Peroxide number was determined by iodometri titration method. The result showed that there is a significance difference in peroxide number which formed in oil sample and in oil which has been added with catechin if it is compared to oil which has been added with Pisang Raja's pulp extract sample. However, in oil which has been added with vitamin A and C showed no significance difference in their peroxide number if it is compared to oil which has been added with Pisang Raja's pulp extract sample. Based on this result, it can be concluded that the antioxidant effect of Pisang Raja's pulp extract is as good as vitamin A and C but not as good as catechin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rizqy Fadhillah
Abstrak :
Kanker serviks merupakan salah satu kanker tersering yang diidap oleh populasi wanita di dunia. Modalitas utama terapi kanker serviks adalah kemoradioterapi dan pembedahan. Namun, keberhasilan terapi yang bervariasi dan efek samping yang beragam masih menjadi masalah. Untuk menjawab masalah tersebut, ekstrak etanol daun kenikir (EEDK) dan ekstrak etil asetat daun kenikir (EADK) memiliki potensi sebagai antikanker. Penelitian ini terdiri dari uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan analisis fitokimia. Uji kuantitatif dikerjakan dengan MTT assay yang menggunakan delapan variasi dosis EEDK dan EADK terhadap sel HeLa. Hasil yang diperoleh adalah ekstrak etanol dan etil asetat mengandung flavonoid, tanin, steroid, alkaloid, dan glikosida. MTT assay menunjukan IC 50 pada EEDK dan EADK sebesar 17,46 ppm dan 6,31 ppm, berturut-turut. Pada masing-masing ekstrak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna pada antar varian konsentrasi (p ≤ 0,05). ...... Cervical cancer is one of the most frequent cancer that occur among reproductive women in the world. The main modality of treatment is chemoradiotherapy and surgery. But, its wide-ranged success therapy and various side effects are still remain the issues. To solve this problems, kenikir leaves ethanol extract (KLEE) and kenikir leaves ethyl acetate extract (KLAE) have been thought to contain various substrate that could promote anticancer activities. This study comprised qualitative and quantitative test. Qualitative test consist of thin layer chromatography (TLC) and phytochemistry analysis while the quantitative test, MTT assay was used. MTT assay has done by using eight variety of doses of KLEE and KLAE on HeLa cells. Qualitative test showed that KLAE and KLEE has at least 5 compounds, which are flavonoid, tanin, steroid, alkaloid, dan glycoside. MTT assay revealed that KLEE and KLAE has strong cytotoxicity activity with IC50 17,46 ppm dan 6,31 ppm, respectively. In addition, each extracts exhibited significant difference in some variants of doses (p ≤ 0,05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anggraeni Kusumoningrum
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Kanker laring bertanggung jawab terhadap 0,6 kematian yang disebabkan kanker di dunia. Kedelai hitam adalah salah satu bahan alami yang berpotensi dikembangkan sebagai antikanker. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sitotoksisitas ekstrak etanol kedelai hitam dalam menghambat pertumbuhan sel kanker laring epidermal Hep-2 sehingga dapat digunakan sebagai terapi tambahan. Metode: Analisis fitokimia, yaitu uji Kromatografi Lapis Tipis KLT dan uji fitokimia ekstrak etanol kedelai hitam, dilakukan untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstrak tersebut. Ekstrak kedelai hitam diujikan terhadap sel kanker Hep-2 secara in vitro dengan tujuh variasi konsentrasi, yaitu 6,25 ?g/mL, 12,5 ?g/mL, 25 ?g/mL, 50 ?g/mL, 100 ?g/mL, 200 ?g/mL, 400 ?g/mL, dan 800 ?g/mL. Kontrol positif yang digunakan adalah cisplatin dengan konsentrasi sama. Setiap kelompok dibuat pengulangan tiga kali triplo . Setelah diinkubasi selama 24 jam, setiap kelompok diuji dengan metode MTT assay dan hasil absorbansi dibaca menggunakan ELISA reader. Hasil: Terdapat enam komponen dalam ekstrak etanol kedelai hitam berdasarkan uji KLT. Ekstrak etanol kedelai hitam mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, triterpenoid, saponin, dan glikosida berdasarkan uji fitokimia. MTT assay menunjukkan nilai Inhibitory Concentration 50 IC50 ekstrak etanol kedelai hitam sebesar 118,061 ?g/mL dan terdapat perbedaan bermakna
ABSTRACT
Introduction Laryngeal cancer responsible for 0,6 of death caused by cancer in the world. Wild bean is one of natural ingredients that potential to be developed as an anticancer. The study was conducted to determine the cytotoxicity of wild bean ethanol extract in inhibiting the growth of epidermal laryngeal cancer cell Hep 2 so it can be used as additional therapy. Method Phytochemical analysis, which are Thin Layer Chromatography and phytochemical screening test of wild bean ethanol extract, was conducted to determine the compounds contained in the extract. Furthermore, wild bean ethanol extract were tested against Hep 2 cancer cells in vitro in seven variation concentrations, which are 6.25 g mL, 12.5 g mL, 25 g mL, 50 g mL, 100 g mL, 200 g mL, 400 g mL, and 800 g mL. The positive control used is cisplatin with the same concentration. Each group is repeated three times triplo . After incubation for 24 hours, each group was assayed by MTT assay method and absorbance result was read using ELISA reader. Result There are six components in wild bean ethanol extract based on TLC test. Wild bean ethanol extract contains alkaloids, flavonoids, tannins, triterpenoids, saponins, and glycosides based on phytochemical tests. MTT assay showed the value of Inhibitory Concentration 50 IC50 of ethanol extract of wild bean was 118,061 g mL and there was significant difference p
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariska Triantama Putra
Abstrak :
Kanker serviks merupakan salah satu penyakit keganasan yang paling banyak di dunia. Salah satu penelitian terkait pengobatan kanker serviks yaitu menggunakan ekstrak rimpang Kaempferia rotunda karena tanaman tersebut memiliki aktivitas sitotoksik terhadap berbagai jenis sel kanker. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sitotoksisitas antara ekstrak etanol rimpang K.rotunda dengan ekstrak etil asetat rimpang K.rotunda terhadap sel kanker serviks HeLa secara in vitro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji kandungan senyawa menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji skrining fitokimia serta uji sitotoksisitas menggunakan MTT assay. Hasil yang didapat yaitu ekstrak etil asetat mengandung flavonoid, alkaloid, tanin, dan triterpenoid sedangkan ekstrak etanol mengandung flavonoid, triterpenoid, dan alkaloid. Selain itu, ekstrak etanol memiliki aktivitas sitotoksik kuat (IC50 = 16,939 μg/ml) sedangkan ekstrak etil asetat memiliki aktivitas sitotoksik sedang (IC50 = 127,9 μg/ml). Masing-masing ekstrak menunjukkan hasil yang berbeda bermakna (p ≤ 0,05) walaupun ketika dibandingkan antar konsentrasi terdapat beberapa konsentrasi yang tidak berbeda signifikan serta memiliki nilai koefisien determinan yang kecil yang disebabkan oleh berbagai faktor perancu. Kesimpulannya adalah ekstrak etanol rimpang K.rotunda memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etil asetat rimpang K.rotunda terhadap sel kanker serviks HeLa. ...... Cervical cancer is one of the most common malignancies in the world. One of the studies about cervical cancer treatment is using rhizome extract of Kaempferia rotunda because it has cytotoxic activity against various types of cancer cell lines. The aim of this study is to compare between ethanol and ethyl acetate rhizome extract of K.rotunda against HeLa cervical cancer cell in vitro. Methods used in this research are test the chemical compound of extracts using Thin Layer Chromatography (TLC) and phytochemical screening test, also cytotoxicity test using MTT assay. Results show that ethyl acetate extract contains flavonoid, alkaloid, tannin, and triterpenoid, while ethanol extract have flavonoid, triterpenoid, and alkaloid. In addition, ethanol extract has strong cytotoxic activity (IC50 = 16,939 μg/ml) while ethyl acetate extract has moderat cytotoxic activity (IC50 = 127,9 μg/ml). Each of extracts showed significant results (p ≤ 0,05) although when compared between concentrations there are several concentrations that are not significant and also small coeficient of determinant values caused by various confounding factors. The conclusion is that the ethanol extract of K.rotunda rhizome extract has the higher cytotoxicity activity compared to ethyl acetate extract of K.rotunda rhizome extract against HeLa cervical cancer cell.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hansel Andita Kristiandi
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kolorektal adalah satu jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di Indonesia. Dalam berbagai penelitian, bunga kecombrang memiliki zat antikanker dengan efek sitotoksik serta antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan sitotoksik ekstrak heksana bunga kecombrang terhadap sel kanker kolon HT-29. Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental in vitro menggunakan sel kanker kolon HT-29. Sebanyak 45sampel sel HT-29 dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol positif. Analisis kandungan ekstrak heksana bunga kecombrang akan dilakukan menggunakan uji fitokimia dan uji KLT. Pengukuran efek antioksidan akan dilakukan menggunakan metode uji dengan reagen DPPH dan untuk efek sitotoksisitas menggunakan uji MTT assay. Nilai absorbansi dan persen inhibisi dari kedua metode ini lalu dibandingkan antara kelompok ekstrak dan kelompok kontrol positif menggunakan analisis regresi linear. Hasil: Ekstrak heksana bunga kecombrang mengandung senyawa saponin, flavonoid, triterpenoid, dan alkaloid. Ekstrak memiliki efek antioksidan yang tidak aktif dengan nilai IC50 pada uji DPPH sebesar 21.337,99 ppm. Ekstrak memiliki efek sitotoksik dengan klasifikasi sedang dengan nilai IC50 pada uji MTT sebesar 111,097 ppm. Dibandingkan dengan kontrol positif, ekstrak memiliki efek antioksidan dan sitotoksik yang lebih rendah. Kesimpulan: Ekstrak heksana bunga kecombrang tidak aktif memberikan efek antioksidan dan memberikan efek sitotoksik yang sedang, meski lebih rendah daripada kontrol positif. Meskipun begitu, tetap terdapat hubungan antara konsentrasi ekstrak heksana bunga kecombrang dengan persentase inhibisi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dengan desain dan jumlah sampel yang lebih baik. ......ntroduction: Colorectal cancer is one type of cancer with the highest number of cases in Indonesia. Etlingera elatior have anticancer substances with cytotoxic and antioxidant effects. This study aims to determine the antioxidant and cytotoxic activity of hexane extract from Etlingera elatior against HT-29 cells. Method: This study used an in vitro experimental design using HT-29 colon cancer cells. A total of 45 samples of HT-29 cells were divided into a treatment group and a positive control group. Analysis of the hexane extract from Etlingera elatior was carried out using phytochemical tests and TLC tests. Measurement of the antioxidant effect was carried out using the test method with DPPH reagent and for the cytotoxicity effect using the MTT assay test. The absorbance values ​​and percent inhibition of these two methods were then compared between the extract group and the positive control group using linear regression analysis. Result: Hexane extract from Etlingera elatior contained saponins, flavonoids, triterpenoids, and alkaloids. The extract had an inactive antioxidant effect with an IC50 value of 21,337.99 ppm in the DPPH test. The extract had a moderate cytotoxic effect with an IC50 value of 111,097 ppm in the MTT test. Compared with the positive control, the extract had lower antioxidant and cytotoxic effects. Conclusion: Hexane extract from Etlingera elatior did not have an antioxidant effect and had a moderate cytotoxic effect, although it was lower than the positive control. Even so, there was still a relationship between the concentration of hexane extract of kecombrang flowers and the percentage of inhibition. Therefore, more research is needed with a better design and number of samples.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afif Naufal
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan prevalensi dan mortalitas tertinggi di dunia. Modalitas antikanker yang tersedia hingga kini masih memberikan hasil klinis yang buruk dengan harapan penyintasan 5 tahun mencapai 9,1—19,5%. Riset-riset zat antikanker mengindikasikan potensi ekstrak bunga kecombrang sebagai modalitas antikanker yang juga selektif terhadap keganasan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian In vitro dengan sampel sel kanker kolon galur HT-29 sebanyak 51 subyek dengan pemberian ekstrak 8 kali secara serial. Sebanyak 1500 g bunga kecombrang diekstraksi dengan pelarut etanol melalui metode maserasi sampel kering. Sifat antioksidan ekstrak diukur menggunakan reagen DPPH, sementara sitotoksisitas diukur menggunakan MTT assay. Sampel dibandingkan dengan kontrol positif (vitamin C untuk DPPH dan doxorubcin untuk MTT). Hasil berupa % inhibisi digrafikkan dengan 10Log konsentrasi uji dan dilakukan regresi llinear untuk mendapatkan fungsi inhibisi. Menggunakan analisis linear multipel, kelompok uji diikutsertakan untuk mengetahui perbedaan antarkelompok perlakuan dan mengontrol variabel konsentrasi. Hasil: Ekstrak mengandung saponin, flavonoid, tanin, triterpen, dan alkaloid, dengan setidaknya 6 komponen mayor dan kemungkinan besar mengandung asam galat diantaranya. Ekstrak menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat (IC50 = 41,34 ppm), dengan aktivitas sitotoksik yang sedang (IC50 = 73,57 ppm). Ekstrak memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol positif (45,28 untuk sifat antioksidan dan 26,11 untuk sitotoksisitas, p < 0,05). Meskipun demikian, ekstrak tetap menunjukkan dependensi dosis yang lebih superior dibandingkan kedua kontrol positif (dengan koefisien 45,79 vs. 40,53 untuk antioksidan dan 37,67 vs. 12,20 untuk sitotoksisitas). Kesimpulan: Ekstrak etanol bunga kecombrang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan sitotoksik yang sedang terhadap galur sel kanker kolon HT-29, namun tidak sepadan dengan kontrol positif. Meskipun begitu, ekstrak bunga kecombrang menunjukkan dependensi konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan kontrol positif. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan bukti yang lebih kuat mengenai efektivitas ekstrak etanol HT-29 sebelum digunakan dalam latar klinis. ......Introduction: Colorectal cancer is one of the most prevalent and lethal cancer in the world. Anticancer modalities exist yield poor result with 5 years survival chance of those who received chemotherapy range between 9.1—19.5%. Anticancer agent research has indicated the potential of torch ginger flower extract as a selective and effective candidate. Method: This is an In Vitro research with a total sample of 51 subjects of HT-29 cell lines. Measurements were repeated 3 times with 8 serial consentrations for each interventional groups. Flower sample with a wet weight of 1,500 gr was extracted using ethanol as the solvent through maceration. Antioxidant and cytotoxic activity were measured using DPPH and MTT assay respectively. The result then will be compared to the postive control of vitamin C for antioxidant and doxorubicin for cytotoxicity. The resulting inhibition percentage will be plotted with 10log concentration and will be regressed using linear regression for bivariate relationship and multiple linear regression for controlling the varying concentrations and analyzing the difference between both interventional groups. Result: Major classes of phytochemicals such as saponin, flavonoid, tannin, triterpene, and alkaloid, along with 6 major components, one of which is expected to be gallic acid, were detected. Extract displayed a strong antioxidant with (IC50 = 41.34 ppm) and medium cytotoxic activity (IC50 = 73.57 ppm). A significant difference between extract group and positive control was observed for both activities (with difference of 45.28 for antioxidant and 26.11 for cytotoxicity, p < 0.05). However, the dose dependence of the extract for both activities were shown to be superior compared to positive controls (with 45.79 vs. 40.53 for antioxidant and 37.67 vs 12.20 for cytotoxic activity) Conclusion: Ethanolic extract of torch ginger showcased strong antioxidant and moderate cytotoxicity against colon cancer cell line HT-29, yet is not par with positive controls. However, the activities exerted shown superior concentration (dose) dependencies compared to positive controls. Therefore, further research with higher evidence level is needed to validate before clinical setting usage
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Jonathan Fernando
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan prevalensi tertinggi di dunia. Pengobatan kanker yang berdasarkan pembedahan dan kemoterapi masih memberikan prognosis yang kurang baik bagi kebanyakan pasien. Tatalaksana dan zat antikanker yang tersedia dan teruji klinis juga masih memberikan efikasi yang kurang baik ditandai dengan angka mortalitas yang masih tinggi. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa bunga kecombrang mengandung berbagai metabolit aktif yang berpotensi menjadi zat antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil fitokimia, sifat antioksidan dan sifat sitotoksik ekstrak etil asetat bunga kecombrang terhadap sel kanker kolon HT-29.  Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental in vitro menggunakan galur sel kanker kolon HT-29. Sebanyak 45 sampel sel HT-29 yang dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol positif akan diletakkan kedalam well plate dan diberikan konsentrasi secara serial. Analisis kandungan metabolit ekstrak dilakukan menggunakan skrining uji fitokimia dan uji KLT. Pengukuran sifat antioksidan akan dilakukan menggunakan metode uji dengan reagen DPPH dan untuk sifat sitotoksisitas menggunakan metode MTT assay. Nilai absorbansi dan persen inhibisi dari kedua metode ini kemudian akan dibandingkan antara kelompok ekstrak dan kelompok kontrol positif menggunakan analisis regresi linear multipel.  Hasil: Berdasarkan uji fitokimia dan uji KLT, ekstrak etil asetat bunga kecombrang mengandung 4 golongan metabolit sekunder aktif seperti saponin, flavonoid, alkaloid dan triterpenoid. Ekstrak etil asetat bunga kecombrang tidak menunjukkan adanya sifat antioksidan ditandai dengan nilai IC50 pada uji DPPH sebesar1282 ppm dan menunjukkan sifat sitotoksitas moderat ditandai dengan nilai IC50 pada uji MTT assay sebesar 71 ppm. Hasil uji regresi linear multipel juga menunjukkan bahwa sifat antioksidan vitamin C dan sifat sitotoksisitas doksorubisin sebagai kontrol positif masih lebih unggul dibandingkan dengan ekstrak etil asetat bunga kecombrang.   Kesimpulan: Ekstrak etil asetat bunga kecombrang tidak memiliki sifat antioksidan dan memiliki sifat sitotoksik moderat. Kekuatan antioksidan dan sitotoksisitas ekstrak juga tidak sepadan bila dibandingkan dengan agen antioksidan dan sitotoksik konvensional seperti vitamin C dan doksorubisin. Oleh karena itu, diperlukan studi lanjutan dengan tingkat yang lebih tinggi dan jumlah sampel yang lebih besar lagi.  ......Introduction: Colorectal cancer is one of the most prevalent cancers in the world. Current anticancer treatments, which are based on surgery and chemotherapy still provide poor prognosis for most of the colorectal patients. Many studies have been conducted to learn about the extract from torch ginger flower as a potential candidate for anticancer agent. The goal of this study is to gather knowledge about the phytochemistry profile, antioxidant activity, and cytotoxic activity from ethyl acetate extract against HT-29 colon cancer cells. Method: This was an in-vitro experimental study using HT-29 colorectal cancer cell line. 45 samples of HT-29 cells were divided into 2 groups which were the positive control group and the extract group. We used phytochemical screening test and thin plate chromatography to analyse the metabolite content from the extract sample. The antioxidant, the extract’s cytotoxic activity, and the positive control group were analysed using the DPPH method and the MTT assay respectively. We then compared the absorbance value and the inhibition percentage from the extract group to the positive control group using multiple linear regression.  Result: Based on phytochemical screening and thin plate chromatography, ethyl acetate extract from torch ginger flower contained 4 groups of active metabolites such as  saponin, flavonoid, triterpenoid, and alkaloid. The extract group did not have antioxidant activity with IC50 1282 ppm and showed moderate cytotoxic activity with IC50 71 ppm. From multiple linear regressions, there was a significance difference between the extract and the positive control group for both antioxidant and cytotoxic activity. This study showed that the positive control group which was vitamin C for antioxidant and doxorubicin for cytotoxic, had better activity than the extract group. 

Conclusion: Ethyl acetate extract did not have any antioxidant activity and had moderate cytotoxic activity. However, the cytotoxic activity was also disproportionate when compared to the conventional positive control group. Therefore, further studies with a higher rate and a larger number of samples are needed.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swarnasari Nurandita Isbandiputri
Abstrak :
Latar belakang: Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada bagian serviks wanita dan menjadi penyebab kematian tertinggi keempat pada wanita. Oleh sebab itu, dibutuhkan tatalaksana yang adekuat untuk mencegah perkembangannya. Pada saat ini, tata laksana yang dilakukan memiliki berbagai efek samping yang merugikan, sehingga dibutuhkan pengobatan alternatif yang mendukung dan dengan efek samping yang minim. Salah satu caranya adalah menggunakan tanaman herbal, seperti tanaman Kunto Dewo (Kigelia pinnata), yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Tanaman ini memiliki efek antimikrobial dan sitotoksik pada sel kanker. Tujuan: Mengetahui profil fitokimia dan aktivitas antikanker in-vitro ekstrak n-heksana kulit dan daging buah Kunto Dewo (Kigelia pinnata) terhadap sel kanker serviks HeLa. Metode: Kulit dan daging buah Kigelia pinnata yang sudah dikeringkan masing-masing dimaserasi dalam pelarut n-heksana, kemudian filtrat hasil penyaringan diuapkan hingga menghasilkan ekstrak n-heksana kulit dan daging buah Kigelia pinnata. Selanjutnya kedua jenis ekstrak tersebut dianalisis profil fitokimianya, meliputi penapisan fitokimia, analisis kromatografi lapis tipis (KLT), penentuan kadar total fenol dan total flavonoid, serta pengujian aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa dengan MTT assay. Hasil: Ekstrak n-heksana kulit dan daging buah kigelia pinnata mengandung triterpenoid. Pada analisis KLT didapatkan 4 komponen pada ekstrak n-heksana kulit buah Kigelia pinnata dan 8 komponen pada ekstrak n-heksana daging buah Kigelia pinnata. Aktivitas sitotoksik ekstrak n-heksana kulit dan daging buah Kigelia pinnata terhadap sel HeLa termasuk dalam kategori aktif sedang. Simpulan: Ekstrak n-heksana kulit dan daging buah kigelia pinnata memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai antikanker serviks. ......Background: Cervical cancer is cancer that occurs in the cervix of women and is the fourth leading cause of death in women. Therefore, it needs adequate management to prevent its development. Currently, the treatment has a variety of adverse side effects, so it needs alternative treatments that are supportive and with minimal side effects. One way is to use herbal plants, such as the Kunto Dewo (Kigelia pinnata) plant which is often used as traditional medicine. This plant has antimicrobial and cytotoxic effects on cancer cells. Aim: Knowing the phytochemical profile and in-vitro anticancer activity of the n-hexane extract of skin and flesh of Kunto Dewo (Kigelia pinnata) fruit against cervical cancer HeLa cells. Method: The dried skin and flesh of Kigelia pinnata are macerated in n-hexane solvent, then the filtered filtrate is evaporated to produce the n-hexane extract of the skin and flesh of the Kigelia pinnata fruit. Furthermore, the two types of extracts were analyzed for their phytochemical profiles, including phytochemical screening, thin layer chromatography (TLC) analysis, determination of total phenol and total flavonoid levels, as well as testing of cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells using MTT assay. Result: The n-hexane extract of the skin and flesh of the kigelia pinnta fruit contains triterpenoids. In TLC analysis, there were found 4 components in the n-hexane extract of Kigelia pinnata fruit skin and 8 components in the n-hexane extract of Kigelia pinnata fruit flesh. The cytotoxic activity of the n-hexane extract of the skin and pulp of Kigelia pinnata fruit against HeLa cells was in the medium active category. Conclusion: The n-hexane extract of the skin and flesh of the kigelia pinnata fruit has the potential to be further developed as a cervical anticancer.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfian Muzaki
Abstrak :
Latar belakang: Kanker serviks menempati posisi keempat sebagai kanker yang paling sering terjadi dan menyebabkan kematian pada wanita di seluruh dunia. Oleh karena itu, tata laksana yang adekuat diperlukan untuk menurunkan prevalensi dan mortalitas pasien. Tanaman herbal dapat dijadikan sebagai alternatif dan komplementer dalam tata laksana yang diberikan. Salah satu tanaman yang berpotensi adalah tanaman kunto dewo (Kigelia pinnata) yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Kigelia pinnata memiliki beberapa efek seperti antiinflamasi, antibakterial, antidiabetik, antioksidan, dan antikanker. Tujuan: Mengetahui kandungan senyawa fitokimia, total fenol, total flavonoid, dan aktivitas sitotoksik in-vitro ekstrak etilasetat Kigelia pinnata terhadap sel HeLa. Metode: Daging dan kulit buah Kigelia pinnata dipisahkan lalu masing-masing dimaserasi dan diekstraksi dengan pelarut etilasetat menghasilkan ekstrak etilasetat daging dan kulit buah Kigelia pinnata. Kedua ekstrak dilakukan analisis fitokimia dengan uji fitokimia, kromatografi lapis tipis (KLT), uji total fenol, dan uji total flavonoid. Aktivitas sitotoksik in vitro kedua ekstrak terhadap sel HeLa diuji dengan metode MTT assay. Hasil: Ekstrak etilasetat daging buah Kigelia pinnata mengandung flavonoid, tannin, dan triterpenoid, dengan kadar total fenol sebesar 18,81 mg ekuivalen asam galat (GAE)/mL dan kadar total flavonoid sebesar 2,37 mg ekuivalen kuersetin (QE)/mL. Ekstrak etilasetat kulit buah Kigelia pinnata mengandung flavonoid, tannin, glikosida, dan steroid, dengan kadar total fenol sebesar 14,42 mg GAE/mL dan kadar total flavonoid sebesar 19,06 mg QE/mL. Analisis KLT menunjukkan adanya dua komponen fitokimia pada masing-masing ekstrak. Ekstrak etilasetat daging dan kulit buah Kigelia pinnata menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel HeLa dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 118,76 μg/mL dan 157,46 μg/mL. Simpulan: Ekstrak etilasetat daging dan kulit buah Kigelia pinnata berpotensi dikembangkan sebagai antikanker serviks. ......Introduction: Cervical cancer is the fourth most common cancer and causes death in women around the world. Therefore, adequate management is needed to reduce the prevalence and mortality of patients. Herbal plants can be used as an alternative and complementary in the management given. One of the potential plants is kunto dewo (Kigelia pinnata) which is often used as a traditional medicine. Kigelia pinnata has several effects such as anti-inflammatory, antibacterial, antidiabetic, antioxidant, and anti-cancer. Aims: To determine the components of phytochemical compounds, total phenols, total flavonoids, and in-vitro cytotoxic activity of Kigelia pinnata ethylacetate extract against HeLa cells. Methods: The flesh and skin of the Kigelia pinnata fruit were separated and then macerated for each part with ethylacetate to produce Kigelia pinnata flesh and skin fruit ethylacetate extract. Both extracts were analyzed for phytochemicals compounds through phytochemical tests, thin layer chromatography (TLC), total phenol test, and total flavonoid test. In addition, the extracts were tested for their in vitro cytotoxic activity against HeLa cells by the MTT assay method. Result: Ethylacetate extract of Kigelia pinnata fruit flesh contains flavonoids, tannins, and triterpenoids, as well as total phenol content of 18.81 mg of Gallic Acid Equivalent (mg GAE)/mL and total flavonoids level of 2,37 mg of Quercetin Equivalent (mg QE)/mL. Ethylacetate extract of Kigelia pinnata fruit skin contains flavonoids, tannins, glycosides, and steroids, with total phenol content of 14.42 mg GAE/mL and total flavonoids content of 19.06 mg QE/mL. TLC analysis showed the presence of two phytochemical components in each extract. The cytotoxic activity of the ethyl acetate extract of the flesh and skin of Kigelia pinnata fruit on HeLa cells showed IC50 values of 118.76 μg/mL and 157.46 μg/mL, respectively. Conclusion: The ethyl acetate extract of the flesh and skin of Kigelia pinnata fruit have the potential to be developed as a cervical anticancer.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syah Abdaly
Abstrak :
Pisang Raja Sere (Musa AAB ?Pisang Raja Sere?) memiliki banyak kandungan gizi termasuk senyawa antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antioksidan pada ekstrak daging pisang Raja Sere dengan vitamin A, vitamin C dan katekin. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental melalui penghitungan bilangan peroksida. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bilangan peroksida sampel minyak yang ditambahkan ekstrak daging pisang Raja Sere, lebih kecil dibandingkan sampel minyak yang ditambahkan vitamin A maupun vitamin C, namun lebih besar dibandingkan dengan sampel minyak yang ditambahkan katekin. Secara statistik, perbedaan bilangan peroksida ini bermakna karena nilai p<0,05; sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak daging pisang Raja Sere terbukti lebih baik dibandingkan vitamin A dan vitamin C, tetapi tidak sebaik katekin. ......Raja Sere banana (Musa AAB ?Pisang Raja Sere?) contains a lot of dietary components include antioxidant substances. This research was aimed to compare the antioxidant activity between Raja Sere banana pulp extract, vitamin A, vitamin C, and catechin. This research used experimental method through peroxide value counting. This research?s results showed that average peroxide value of the oil added with Raja Sere banana pulp extract sample was less than the oil sample which was added with either vitamin A or vitamin C, but bigger than the oil sample which was added with catechin. Statistically, this comparison is valuable because the ?p value? is <0,05. Thus, it could be concluded that Raja Sere banana pulp?s antioxidant activity is better than vitamin A and vitamin C, but not as good as catechin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>