Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astri Syativa
Abstrak :
ABSTRAK
Dua puluh tahun terakhir ini kondisi lingkungan dan kualitas air di sepanjang Sungai Citarum semakin menurun. Akses penduduk di sekitar Citarum terhadap air bersih dan sarana sanitasi dasar pun masih rendah, dengan angka kesakitan diare yang tinggi. Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program (ICWRMIP) merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada di DAS Sungai Citarum dan Saluran Tarum Barat. Kementerian Kesehatan berperan dalam ICWRMIP Sub Komponen 2.3 yang bertujuan untuk meningkatkan penyediaan air bersih, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ICWRMIP Sub Komponen 2.3 terhadap akses air bersih, akses jamban sehat dan kejadian diare serta menganalisis pengaruh akses air bersih dan jamban sehat terhadap kejadian diare. Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross-sectional berulang. Data dikumpulkan sebelum dan sesudah program, di lokasi program dan non program, dengan besar sampel 300 responden pada tiap kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan ICWRMIP Sub Komponen 2.3 berpengaruh meningkatkan akses air bersih dan akses jamban sehat serta menurunkan kejadian diare. Semua variabel berhubungan dengan kejadian diare: akses air bersih (OR=1,74; 1,33-2,28), akses jamban sehat (OR=2,48; 1,88-3,28), program (OR=7,17; 4,68-10,99), dan waktu (OR=5,10; 3,33-7,80). Disimpulkan bahwa rumah tangga di lokasi non program tanpa akses jamban sehat pada saat sebelum ada program berisiko 7,75 kali lebih besar mengalami kejadian diare dibandingkan dengan rumah tangga di lokasi program yang akses jamban sehat setelah program.
ABSTRACT
The condition of the environment and water quality along the Citarum River has declined in the last twenty years. Access people around Citarum to clean water and basic sanitation facilities is low, with high diarrhea morbidity. Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program (ICWRMIP) is an effort by the government to solve the problems that exist in Citarum and West Tarum Canal. Ministry of Health is involve on Sub Component 2.3, that aims to improve water supply, sanitation, and improving public health. This study aims to analyze the effects of ICWRMIP Sub Component 2.3 to clean water access, healthy latrine access and diarrhea, and also to analyze the effect of access to clean water and healthy latrines on the incidence of diarrhea. This study uses repeated crosssectional study design. Data were collected before and after the program, on-site program and non-program, with sample size 300 respondents in each group. The results showed that ICWRMIP Sub Component 2.3 affects to improve clean water and healthy latrines access, and also reduce the incidence of diarrhea. All variables associated with the incidence of diarrhea: clean water access (OR=1,74; 1,33-2,28), healthy latrines access (OR=2,48; 1,88-3,28), program (OR=7,17; 4,68-10,99), and time (OR=5,10; 3,33-7,80). Concluded that households in nonprogram locations without access to healthy latrines at the time before program 7.75 times greater risk of experiencing diarrhea compared with on-site household latrine access program healthy after the program.
Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Purnama Sari
Abstrak :
Data Program Diare 5 tahun terakhir, angka kejadian diare di Kabupaten Bogor masuk dalam kategori tinggi yang dapat menyebabkan KLB. Kejadian KLB di tahun 2009 Kecamatan Cisarua masuk ke dalam 4 wilayah yang terkena KLB dengan jumlah kasus sebanyak 206 kasus. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cisarua yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, menggunakan desain penelitian cross sectional. Responden yang diwawancarai, observasi dan pengambilan sampel air bersih sebanyak 80 responden. Hasil uji statistik diketahui bahwa dari delapan variabel yang diteliti terdapat dua variabel yang menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian diare yaitu higiene sanitasi makanan (nilai p=0,030) dengan Odds Ratio 0,274 pada 95% interval kepercayaan 0,086-0,874. Diikuti dengan kualitas bakteriologis air bersih (nilai p=0,008) dengan Odds Ratio 0,086 pada 95% interval kepercayaan 0,010-0,728. ......Diarrhoea program 5 years latest, diarrhoea incident in Bogor county goes into high category which can cause outbreaks. Outbreaks that happened at 2009 in sub-district Cisarua comes to 4 district affected by the outbreaks with 206 cases. This research was held in Puskesmas Cisarua which to be in Bogor couty and use cross sectional study. 80 respondent was interviewed and withdrawal water removal. The statistical result from the eight variable known that there are two variables studied variables showed a significant association with the incidence of diarrhoea is food sanitation hygiene (p = 0.030) with odds ratio 0.274 at 95% confidence interval 0.086 to 0.874. Followed by bacteriological quality of water (p = 0.008) odds ratio 0.086 at 95% confidence interval 0,010-0,728.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Astrika Fardani
Abstrak :
Diare merupakan salah satu penyakit menular dengan peningkatan kasus kesakitan dan kematian yang signifikan, terutama pada golongan umur di bawah lima tahun. Jawa Barat memiliki kasus diare terbanyak di Indonesia, dimana dari 25 kota yang terdapat di Jawa Barat, Depok merupakan salah satu kota dengan kasus diare yang tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara Escherichia coli dalam air minum dan kondisi sarana sanitasi dasar dengan kejadian diare akut pada balita di wilayah kerja puskesmas Pancoran Mas, Depok, tahun 2012. Penelitian ini menggunakan disain studi case control dengan analisis multivariat. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan laboratorium untuk sampel air minum. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan diare akut pada balita adalah Escherichia coli dalam air minum (p=0,023; OR=5,182), sarana air bersih (p=0,000; OR=16,421), saluran pembuangan air limbah (p=0,006; OR=6,088). Variabel sarana pembuangan sampah (p=0,950), sarana pembuangan tinja (p=0,487), perilaku cuci tangan (p=0,374), higiene sanitasi makanan dan minuman (p=0,320), dan tingkat pengetahuan (p=0,109) tidak berhubungan dengan diare akut. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara Escherichia coli dalam air minum, sarana air bersih, dan saluran pembuangan air limbah dengan diare akut pada balita di wilayah kerja puskesmas Pancoran Mas, Depok. Faktor risiko yang paling dominan menyebabkan diare akut pada balita adalah sarana air bersih. ......Diarrhea is one of communicable disease which raising morbidity and mortality significantly, especially in underfive years children. West Java has highest cases of diarrhea in Indonesia, which is from 25 city in West Java, Depok has high cases of diarrhea. This study aims to analyze association of Escherichia coli in drinking water and condition of basic sanitastion with underfive years children acute diarrhea in region of Puskesmas Pancoran Mas, Depok. This study use case control design, with multivariate analyze. The Information collected by interviews, observation, and laboratorium analyze of drinking water sample. Result of this study show that Escherichia coli in drinking water (p=0,023; OR=5,182), clean water (p=0,000; OR=16,421), and waste disposal (p=0,006; OR=6,088) have association with underfive years children acute diarrhea. Whereas, rubbish disposal (p=0,950),disposal of feces (p=0,487), handwashing behavior (p=0,374), hygiene sanitation food and drink (p=0,320), and knowledge (p=0,109) have not association with underfive years children acute diarrhea. Conclusion of this study is Escherichia coli in drinking water, clean water, and waste disposal has association with underfive years children acute diarrhea in region of Puskesmas Pancoran Mas, Depok. Main risk factor which causes underfive years children acute diarrhea is clean water.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Gani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kejadian Infeksi Menular Seksual pada ibu rumah tangga. Terdapat beberapa indikator pengetahuan Infeksi Menular Seksual menurut Kementerian Kesehatan, 2007 yaitu: cara penularan, cara pencegahan, dan stigma tentang IMS. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif pada 134 responden, semuanya adalah ibu rumah tangga yang berusia 15-35 tahun. Subjek yang dipilih adalah yang bersedia diwawancarai, tinggal di daerah penelitian minimal satu tahun terakhir. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian Infeksi Menular Seksual. Faktor yang berhubungan dengan Infeksi Menular Seksual adalah perilaku. Faktor pendahulu dan perilaku suami juga mempengaruhi terjadinya Infeksi Menular Seksual. Responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, usia melakukan hubungan seksual lebih dewasa, perilaku seksual yang tidak berisio akan mampu menekan kejadian IMS. ......The purpose of this study research was to find out the relationship between knowledge, the attitudes and behaviors of housewives with the incidence of sexually transmitted infections. According to the Ministry of Health, 2007 knowledge indicators of sexually transmitted infections namely: the mode of transmission and prevention, perception, and stigma about STIs. This research study used quantitative methods on 134 respondents, all of them are housewives aged 15-35 years. Subjects were selected that are willing to be interviewed, living in the study research area at least the past year. The result of this study showed that there was no relationship between knowledge with the incidence of sexually transmitted infections. The significant factors influencing sexually transmitted infections were behavioral factors. Historical experience and husband behavioral factors also influence on the sexually transmitted infections. Respondents with higher levels of education, mature adult of sexual activity, and sexual behavior will be able to reduce the incidence of STIs.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emi Kuntari
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ruang terbuka hijau terhadap tingkat kebisingan dan dampaknya bagi kesehatan masyarakat pada kawasan perumahan di Desa Sumber Jaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Alat yang digunakan untuk pengukuran tingkat kebisingan adalah Sound Level Meter, luasan ruang terbuka hijau diperoleh dari site plan perumahan tersebut dan dianalisis menggunakan analisis korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Ada hubungan yang kuat antara ruang terbuka hijau dan tingkat kebisingan R -0,649 (2) Ada pengaruh yang berbanding terbalik luas ruang terbuka hijau terhadap tingkat kebisingan, persentase sumbangan pengaruh luasan ruang terbuka hijau terhadap variable kebisingan adalah sebesar 42,1%, (3) Pengaruh luas ruang terbuka hijau terhadap kebisingan dapat terlihat pada persamaan sebagai berikut Y= 71.670 - 0.013 Apabila tidak ada ruang terbuka hijau maka tingkat kebisingan mencapai 71.670. Selain itu setiap kenaikan 1 m2 luasan ruang terbuka hijau maka akan menurunkan kebisingan sebesar 0.013 dB (4) Kebisingan menimbulkan ketergangguan pada masyarakat.
The purpose of this study was to determine the influence of green open area towards the noise level and its impact on public health in a residential area of Sumber Jaya Dorp, South Tambun Bekasi. The instrument used to measure the noise level is a Sound Level Meter; an area of green open area is obtained from the residential site plan and is analyzed by using correlation and regression analysis. The results of the study showed that (1) There is a strong relationship between green open area and noise level R -0.649 (2) There is an influence that is inversely proportional to the wide open area of noise level, the percentage contribution of the influence of green open area on the variable extent of the noise is equal to 42.1% , (3) The influence of green open area of the noise can be seen in the following equation Y = 71.670-0.013 If there is no green open area, the noise level reaches 71,670. Besides, any increase in each 1 m2 of the wide of green open area it will reduce the noise of 0.013 m2. (4) Noise produces the dependence on society.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.R. Sri Gadis Pari Bekti
Abstrak :
Penelitian membahas efektivitas Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Kawasan Industri Jababeka II (KIJ II) Cikarang Bekasi tahun 1997 dibandingkan dengan implementasinya semester 2 tahun 2012. Metode penelitian deskriptif, dan verifikatif. Pengumpulan data menggunakan kuantitatif (survey) dan kualitatif (wawancara, dokumen). Objek evaluasi (1) RKL, RPL KIJ II tahun 1997 dan efektivitas pengelolaannya; (2) peningkatan implementasi RKL, RPL (3) evaluasi kecenderungan, kritis dan penaatan implementasi RKL, RPL KIJ periode 2007-2012. Hasil penelitian RKL tahun 1997 meliputi 5 aspek yaitu tata ruang, badan air penerima, kualitas air tanah, kesempatan kerja berusaha, serta Kamtibmas. 23 poin RKL yang dikelola, 19 poin (82,61%) sudah diimplementasikan, 4 poin (17,39%) belum diimplementasikan yaitu penyediaan parkir bus dalam pabrik; pembagian zona timur-selatan; jarak antara bibir sungai dengan batas kavling. 14 poin RPL yang dipantau, semua poin (100%) diimplementasikan. KIJ II melakukan upaya peningkatan kinerja RKL, RPL. Evaluasi kecenderungan pada aspek kualitas air tanah; badan air penerima; udara; kebisingan; flora fauna; Sosekbud. Semua aspek menunjukkan kecenderungan memenuhi baku mutu lingkungan kecuali gangguan kebisingan sedikit lebih tinggi diatas baku mutu lingkungan di beberapa titik lokasi. Adanya KIJ meningkatkan kesempatan berusaha serta kepedulian pada masyarakat sekitar. Evaluasi penaatan KIJ II mematuhi ketentuan RKL dan RPL.
The study discusses the effectiveness of the Environmental Management Plan (EMP) and Environmental Monitoring Plan (EMonP) document of Jababeka II Industrial Estate (JIE II) in Cikarang Bekasi which compiled since 1997 compared with the implementation in the 2nd semester of 2012. The study used descriptive and explanatory method. The study descriptive and explanatory method. The data was collected (survey method) and (in-depth interviews, document analysis). Observed problems were (1)What kind of EMP efforts had been done by Jababeka II in 1997 and how effective its implementation, (2) implementation improvement of EMP and EMonP in Jababeka II Industrial Estate compared with former EMP and EMonP (3) trend of EMP and EMonP impelementation in Jababeka Industrial Estate. The results showed that EMP and EMonP as formulated in EIA document in 1997 consists of 5 aspects i.e. spatial management, water body receiver, ground water quality, job opportunity, social security problem. 23 points of EMP, 19 points (82,61%) has been implemented properly. 14 points of EMonP (100%) has been implemented well. The result also showed that JIE II has increased the environmental management efforts. In general, trend evaluation showed good performance except noise parameter in some sampling point which was above environmental quality standard.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septianita Susanti
Abstrak :
ABSTRAK
Obesitas disebabkan oleh multifaktor, maka dibutuhkan penanganan pencegahan yang tepat dengan pendekatan multidisiplin. Penyebab obesitas salah satunya adalah faktor kurangnya aktivitas fisik. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) berperan sebagai penunjang aktivitas fisik sebagai upaya pencegahan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan RTH dengan obesitas di wilayah tersebut tahun 2015. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 216 orang. Populasi penelitian adalah masyarakat Kota Bogor yang berumur >18 tahun, bermukim minimal 1 tahun, dan melakukan aktivitas olahraga di area RTH. Data primer didapat dengan mengukur nilai Indeks Masa Tubuh (IMT), wawancara dan observasi area RTH. Frekuensi kunjungan RTH memiliki nilai OR 4,4 yang terbesar diantara seluruh variabel independen. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel aktivitas fisik memiliki nilai OR 3,6 paling besar diantara variabel pendidikan dan frekuensi kunjungan RTH. Semakin terawat kondisi RTH akan menambah frekuensi kunjungan masyarakat ke area RTH untuk melakukan aktivitas fisik (berolahraga) sebagai upaya pencegahan obesitas.
ABSTRACT
Obesity caused by multifactor,it takes the handling of appropriate precautionary with approaching of multidiscipline. One of the causes of obesity is the lack of physical activity. Open green space as supporting physical activity to prevent obesity. This research aimed to figure out the association between open green space and obesity in this area in 2015. Data analysis used cross sectional with total samples 216 respondents. Respondents will be recruited from people who lived in Bogor city, and will be selected based on the people age more than 18 years old and stayed at least one year and doing excercise. Data will include Body Mass Indeks (BMI) variable, interviewed by questionnaires, and green space observation. The frequency of visits in green space has a largest OR values 4,4 among other independent variables. Logistic regression analysis have shown there were physical activity has a largest OR value 3,6 among other variables. Well preserved condition of green space will increase the frequency of community to visits green space to do physical activity (exercise) as an obesity prevention efforts.
2015
S59475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzia Rachmidiani
Abstrak :
Bahan bakar minyak dapat mengemisikan logam berat timbal ke udara dan akan jatuh mengikuti gaya gravitasi dan terakumulasi di tanah atau air. Tanah memiliki kemampuan untuk mempertahankan sebagian besar unsur berbahaya yang dikandungnya dalam waktu lama. Penanaman kangkung di pinggir jalan raya yang padat dilalui kendaraan bermotor akan berpengaruh terhadap kadar timbal di tanaman kangkung akibat penyerapan logam berat timbal dari lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat risiko kesehatan petani kangkung akibat pajanan timbal secara ingesti di kangkung yang ditanam di Kelurahan Sukapura, Jakarta Utara. Metode penelitian ini adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap pola konsumsi kangkung pada 25 orang petani. Rata-rata konsentrasi timbal dalam kangkung adalah 1,54 mg/kg. Nilai ini telah melebihi standar BPOM No 23/2017 yaitu 0,2 mg/kg. Hasil nilai asupan (intake) realtime adalah sebesar 0,00026 mg/kg/hari dengan rata-rata durasi pajanan selama 21,08 tahun, berat badan 60 kg, dan frekuensi pajanan 52 hari/tahun. Nilai RQ sebesar 0,07 (RQ<1) menunjukkan kangkung masih aman untuk dikonsumsi.
Fuel can emit lead heavy metal into the air and will fall to the ground and accumulate in the soil or water. Soil has the ability to retain most of the harmful elements it contains in a long time. Planting water spinach on the edge of a road that is heavily traversed by vehicles will affect lead levels in water spinach due to the absorption of lead from the environment. This study aims to estimate the level of health risk of water spinach farmers due to ingestion of lead in water spinach grown in Sukapura District, North Jakarta. The method of this research is Environmental Health Risk Assessment of water spinach consumption in 25 farmers. The average concentration of lead in water spinach is 1.54 mg/kg. This value has exceeded BPOM standard No. 23/2017 which is 0.2 mg/kg. The results of realtime intake are 0,00026 mg/kg/day with an average duration of exposure of 21.08 years, body weight of 60 kg, and frequency of exposure 52 days/year. RQ value of 0.07 (RQ <1) indicates that water spinach is still safe for consumption.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marantika, Fajar Wati
Abstrak :
Di Indonesia, belum ada data pasti mengenai angka insidens dan jumlah kasus penyakit Lupus Eritematosus Sistemik. Penelitian ini bertujuan untuk dijelaskannya analisis spasial lupus eritematosus sistemik di provinsi DKI Jakarta dan kota Depok, Jawa Barat dan identifikasi faktor lingkungan fisik (kawasan industri, suhu, kelembapan, curah hujan, kecepatan angin dan lamanya penyinaran matahari) terhadap jumlah kasus di kota/kabupaten yang memiliki jumlah kasus terbanyak. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan studi ekologi yang menggunakan analisis univariat, uji korelasi dan analisis spasial. Hasil penelitian ini menemukan tidak ditemukan adanya hubungan signifikan faktor lingkungan fisik pada kejadian lupus eritematosus sistemik tahun 2014-2018. Yayasan Lupus Indonesia atau yayasan autoimun lainnya dapat memberikan edukasi kepada masyarakat awam dan odapus terkait gambaran angka insidens kejadian lupus dan faktor lingkungan yang dapat menjadi pencetus. Selain itu, peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini sebagai data dasar dan disarankan untuk memperkecil unit analisis agar mendapatkan hasil yang lebih komprehensif. Serta untuk pemilik industri harus memperhatikan dampak lingkungan, karena dapat mempengaruhi perubahan lingkungan yang berdampak pada tercetusnya penyakit di masyarakat.
In Indonesia, there are no data regarding the incidence rate and the number of cases of Systemic Lupus Erythematosus. This study aims to explain the spatial analysis of systemic lupus erythematosus in DKI Jakarta province and Depok city, West Java and identify physical environmental factors (industrial area, temperature, humidity, rainfall, wind speed and duration of solar radiation) to the number of cases in cities/districts which has the highest number of cases. This study uses secondary data with ecological studies using univariate analysis, correlation testing and spatial analysis. The results of this study found there was no significant association physical environmental factors with the incidence rate of systemic lupus erythematosus. The Indonesian Lupus Foundation or other autoimmune foundations can provide education to ordinary people and lupus patients regarding the count of lupus incidence and environmental factors that can trigger it. In addition, other researchers can use this research as baseline data and are advised to reduce the analysis unit in order to obtain more comprehensive results. And for industry owner must pay attention to environmental impacts, because it can affect environmental changes that have an impact on the emergence of diseases in the community.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Agus Triwibowo
Abstrak :
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Nyamuk Aedes aegypti juga merupakan pembawa virus chikungunya dan demam kuning. Pemberantasan A.aegypti berarti juga memberantas tempat perindukan agar dapat memutus siklus hidup nyamuk ini secara efektif. Diketahui bahwa nyamuk Aedes aegypti dapat menggunakan air selain air bersih sebagai tempat perindukan. Tujuan penelitian ini mengetahui pengamatan terhadap kemampuan telur Aedes aegypti menetas dan kemampuan pertumbuhan Aedes aegypti dari stadium telur sampai stadium dewasa pada air tanah sebagai kontrol, air hujan, air cucian pakaian, air limbah kamar mandi, air hujan dengan tanah 80 gram, air hujan dengan tanah 160 gram, air cucian pakaian dengan tanah 80 gram, air cucian pakaian dengan tanah 160 gram, air limbah kamar mandi dengan tanah 80 gram, air limbah kamar mandi dengan tanah 160 gram,. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Setiap kontainer dimasukkan telur Aedes aegypti sebanyak 25 buah dalam setiap kontainer air tercemar, setiap perlakuan diulang sebanyak tiga. Hasil penelitian dianalisa dengan melihat grafik hasil dari pengamatan didapatkan hasil bahwa Aedes aegypti mampu berkembangbiak di media air yang kontak langsung dengan tanah. Rata-rata jumlah larva yang dapat hidup paling banyak terdapat pada air limbah kamar mandi dengan tanah 160 gram yaitu rata-rata 18 pada stadium larva, 18 stadium pupa dan 18 stadium dewasa. Dari analisis dapat disimpulkan bahwa nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang biak pada air tercemar dan kontak langsung dengan tanah, maka disarankan kepada pemerintah untuk melakukan kajian lebih mendalam mengenai perubahan perilaku tempat berkembang biak Aedes aegypti agar program pengendalian Aedes aegypti lebih tepat sasaran. ......Aedes aegypti is type of mosquito that carries dengue virus causes dengue fever. Aedes aegypti is also a carrier for chikungunya virus and yellow fever. Eradication of Aedes aegypti also means eradicate breedingsites in order to break the life cycle of mosquitoes effectively. It’s known that Aedes aegypti can use water in addition clean water for a breeding place. The purpose of this study is to determine the ability of observation hatch the eggs of Aedes aegypti and growth ability of Aedes aegypti from the egg fase to the adult fase on ground water as a control, rain water, clotes washing water, waste water of showers, rain water with 80 grams of soil, rain water with 160 gram of soil, clotes washing water with 80 grams of soil, clotes washing water with 160 grams of soil, waste water with 80 grams of soil, waste water with 160 grams of soil. This study was quasi experimental. Each containers was inserted Aedes aegypti eggs as many as 25 pieces in each container of contaminated water, each treatment was repeated three times. Result were analize by looking at the graph of result from observation its known that Aedes aegypty is able to multiply in aqueous media which have direct contact with the ground. Average number of larvae that can live most was in the waste water of shower with 160 grams of soil. Which is an average 18 on larvae phase, 18 on pupa phase, and 18 on adult phase. From the analysis can be concluded that the Aedes aegypti can breed in polluted water and direct contact with the ground/soil. It is recommended for the government to have depth study for changes in behavior of Aedes aegypti breeding to make control programs more effective.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>