Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana Ernawati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis dampak regulasi Obat-obat Tertentu OOT yang diterapkan kepada perusahaan farmasi produsen OOT pada tahun 2018 terhadap jumlah produksi OOT. Menggunakan metode pendekatan difference-in-differences DID, penelitian ini melihat pengaruh pada 5 lima kelompok OOT. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum terjadi penurunan jumlah produksi OOT sebesar 8.072.811 satuan OOT. Penurunan jumlah produksi OOT ini dipengaruhi oleh adanya regulasi dan dipengaruhi oleh faktor lain yaitu kenaikan harga bahan baku obat bahan aktif obat serta penetapan harga obat jadi untuk pelayanan jaminan kesehatan nasional yang ketat. Faktor selain regulasi ini mendorong produsen OOT untuk mengurangi jumlah produksi agar tetap mempertahankan skala ekonomi perusahaan. Variabel yang mempunyai pengaruh terhadap penurunan produksi yaitu golongan obat generik untuk sediaan obat bentuk tablet, pada perusahaan yang multiproduk dengan status perusahaan milik negara BUMN. Perbandingan tingkat produksi dengan kebutuhan obat pada tahun sebelum berlakunya regulasi menunjukkan jumlah produksi masih di atas kebutuhan dan setelah berlaku regulasi jumlah produksi di bawah dari jumlah kebutuhan. Hal ini akan berdampak pada ketersediaan dan harga OOT di sarana pelayanan kesehatan. Hasil ini menggarisbawahi bahwa regulasi di bidang farmasi akan memberikan dampak salah satunya pada pada keputusan produsen dalam menetapkan jumlah produksi obat. Pengawasan yang efektif perlu mempertimbangkan efisiensi sumber daya dengan tetap menjaga ketersediaan obat untuk kebutuhan terapi.
ABSTRACT
This study analyzes estimate the impact of the regulation of Spesific Drugs OOT applied to pharmaceutical companies producing OOT in 2018 on the response of the pharmaceutical industry in the form of OOT production. Using the difference-in-differences DID approach, this study looked at the effect on 5 five OOT groups. The results of this study indicate that there is a general decrease in the amount of OOT production by 8072,811 OOT units. The decrease in the amount of OOT production is not only influenced by the regulation but also by other factors, namely the increase in the price of drug raw materials active ingredients of drugs and the determination of the price of finished drugs for strict national health insurance services. Factors other than this regulation encourage OOT producers to reduce the amount of production to maintain the companys economies of scale. Variables that affect production decline are generic drug classes for tablet drug preparations, in multiproduct companies with state-owned company BUMN status. Comparison of production level with the need for drugs in the year before the enactment of the regulation of the amount of production is still above the requirement and after the regulation of the amount of production is below the amount of demand, this will have an impact on the availability and price of OOT in health care facilities. These results underline that regulations in the pharmaceutical field will have an impact, one of which, on the decision of producers in determining the amount of drug production. Effective supervision needs to consider the efficiency of resources while maintaining the availability of drugs for therapeutic needs.
2020
T54456
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angger Wiji Rahayu
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi maternal mengenai kesehatan reproduksi dan seksual remaja terhadap perilaku seksual berisiko remaja. Perilaku seksual berisiko remaja diukur melalui perilaku pacaran dan perilaku seksual pranikah serta perilaku penggunaan alat kontrasepsi remaja. Penelitian ini menggunakan data dari SDKI - Wanita Usia Subur (WUS) dan SDKI - Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) 2017. Analisis data menggunakan metode ordinal logit untuk perilaku pacaran dan regresi logistik biner untuk perilaku seksual pranikah. Hasil deskriptif menunjukkan bahwa remaja yang memiliki pacar sebagian besar pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Sementara hasil analisis inferensial menemukan bahwa komunkasi mengenai kesehatan reproduksi dan seksual yang dilakukan ibu dan remaja memengaruhi perilaku pacaran remaja, namun tidak memengaruhi perilaku seksual pranikah remaja dan penggunaan kontrasepsi oleh remaja. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa pengaruh komunikasi yang dilakukan ibu dan remaja juga dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan remaja dengan pihak lain seperti teman, guru, petugas agama, dan petugas kesehatan.
This research aimed to determine the effect of maternal communication on adolescent reproductive and sexual health towards risky sexual behavior.  Risky sexual behavior in adolescent was in measured by 3 indicators i.e dating behavior, premarital sexual behavior, and contraceptive use. This study used data from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) - Fertile Age Women and IDHS - Youth Reproductive Health 2017. Dating behavior data were analyzed using the ordinal logit method, and the data of premarital sexual behavior and contraceptive use were analized using binary logistic regression. Descriptive results showed that most adolescents who are dating have had premarital sexual relations. The results of the inferential analysis found that communication between mothers and adolescents regarding reproductive and sexual health influenced dating behavior, but it does not affect premarital sexual behavior and contraceptive use. Furthermore, this study found that in addition to mothers, adolescent dating behavior was also influenced by their communication with other people such as friends, teachers, religious leaders, and health workers.
Universitas Indonesia, 2019
T54708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hepi Yunita
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status bekerja dan struktur keluarga terhadap kerawanan pangan rumah tangga dengan anak. Menggunakan Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2018, kerawanan pangan rumah tangga diukur dari kerawanan pangan dimensi akses. Status bekerja diwakili oleh status bekerja kepala rumah tangga dan struktur keluarga diukur dari kehadiran pasangan kepala rumah tangga. Analisis dalam penelitian ini dilakukan di kelompok rumah tangga miskin dan kelompok rumah tangga tidak miskin. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kerawanan pangan juga terjadi pada rumah tangga dengan anak di kedua kelompok rumah tangga. Hasil analisis inferensial menggunakan regresi logistik biner menunjukkan bahwa rumah tangga dengan kepala rumah tangga bekerja tidak penuh dan rumah tangga dengan kepala rumah tangga menganggur lebih cenderung untuk mengalami rawan pangan daripada rumah tangga dengan kepala rumah tangga bekerja penuh baik di kelompok rumah tangga miskin maupun kelompok rumah tangga tidak miskin. Sementara rumah tangga dengan kepala rumah tangga bukan angkatan kerja lebih cenderung secara signifikan untuk mengalami rawan pangan daripada rumah tangga dengan kepala rumah tangga bekerja penuh hanya di kelompok rumah tangga miskin. Selain itu juga ditemukan bahwa rumah tangga orang tua lengkap kurang cenderung untuk mengalami rawan pangan daripada rumah tangga orang tua tunggal laki-laki dan rumah tangga orang tua tunggal perempuan.
ABSTARCT
This study aimed to investigate the effect of working status and family structure on food insecurity in households with children. Using the 2018 National Socio-Economic Survey, food insecurity at the households level was measured by the food access dimension of the food insecurity. Working status was represented by the working status of  the head of the household and family structure was measured by presence of the heads partner. The analysis in this study was conducted in poor and non-poor households. Descriptive analysis showed that food insecurity also occured in households with children in both households. Inferential analysis using binary logistic regression showed that households with heads in part-time work and those with unemployed heads were more likely to be food insecure than households with heads in full-time work either in poor households or in non-poor households. Whereas households with heads not in labor force were significantly more likely to be food insecure than households with heads in full-time work only in the poor households. The analysis also showed that two-parent households were less likely to be food insecure than single-male headed households and single-female headed households.
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Annisa Praditia
Abstrak :
Household cannot avoid unpredictable things like illness happened, which needs high health expenditure for health treatment. This expenditure may leads to indirect cost like decreasing of non health consumption Gertler Gruber, 2002. The large out of pocket expenditure can make a household become impoverish since they need to spend more. That is why health insurance appeared as the prevention of big spending in health expenditure, especially curative one. Health insurance works by pooling arrangements of their user. This arrangement of health insurance is also used by government to make sure everyone in the country has the same opportunity to get healthcare services. Liu, 2016 and Kolukuluri, 2017 have found in their studies that public insurance is useful for decreasing the effect caused by illness. By using data from Susenas 2013 and 2016, this research compares household with insurance to know whether they got better off compare with non user. It is found in this research that Jaminan Kesehatan Nasional can save households health expenditure when they need inpatient treatment and also significantly better off in terms of food consumption whether the household need inpatient or outpatient treatment. In terms of inpatient, JKN user is also better off on housing and utilities consumption. While for outpatient household, JKN user is better off on transportation expenditure. Although it is only two years after the launching of JKN, it has already showed positive result in health financing. It can still be improvised a lot, especially in terms of outpatient health treatment expenditure.
Rumah tangga tidak dapat menghindar dari kejadian tidak terduga seperti terserang penyakit yang dapat menyebabkan tingginya pengeluaran kesehatan untuk penyembuhan. Pengeluaran ini dapat menyebabkan biaya langsung dan tidak langsung seperti turunnya konsumsi non-kesehatan Gertler Gruber, 2002 . Pengeluaran out-of-pocket yang tinggi dapat menyebabkan rumah tangga jatuh ke kemiskinan sebagai akibat dari pengeluaran besar di waktu singkat. Itulah mengapa asuransi kesehatan hadir sebagai pencegahan dalam pengeluaran besar di kesehatan, terutama pengeluaran kuratif. Sistem dari asuransi kesehatan adalah pooling arrangement dari penggunanya, namun pengguna bisa mendapatkan manfaat langsung berupa rendahnya pengeluaran out-of-pocket. Sistem ini juga digunakan pemerintah untuk asuransi kesehatan nasional agar seluruh warga dapat merasakan kesempatan yang sama dalam memperoleh hak kesehatannya. Liu, 2016 dan Kolukuluri, 2017 telah menemukan dalam studinya bahwa kebijakan asuransi kesehatan nasional dapat mengurangi dampak dari penyakit terutama di biaya tidak langsung. Dengan menggunakan data dari Susenas 2013 dan 2016, penelitian ini akan membandingkan konsumsi rumah tangga dengan asuransi kesehatan untuk mengetahui apakah mereka dapat konsumsi lebih baik dibandingan rumah tangga yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Ternyata dapat ditemukan dalam penelitian ini bahwa Jaminan Kesehatan Nasional mampu mengurangi pengeluaran kesehatan rumah tangga ketika mereka membutuhkan pelayanan rawat inap. Tidak hanya itu, JKN juga mempengaruhi konsumsi makanan baik di perawatan rawat jalan maupun rawat inap. Dalam perawatan rawat inap, pengguna JKN dapat mengonsumsi pengeluaran perumahan dan fasilitas rumah tangga lebih baik. Sementara dalam perawatan rawat jalan, pengguna JKN dapat mengonsumsi pengeluaran transportasi lebih baik. Walaupun peresmian JKN baru dilakukan selama dua tahun, namun kebijakan ini sudah menunjukkan dampak positif dalam hal health financing. Namun JKN masih bisa dikembangkan lebih banyak lagi, terutama dalam hal pengeluaran kesehatan untuk perawatan rawat jalan.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library