Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Ashila Wibowo
"Tanah longsor menimbulkan bahaya serius bagi masyarakat dan memainkan peran penting dalam evolusi lanskap, terutama di daerah dengan topografi berbukit dan curah hujan tinggi, seperti di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Faktor utama penyebabnya adalah lereng curam, curah hujan tinggi, dan penggunaan lahan yang tidak sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola spasial lanskap pada wilayah rawan tanah longsor dan estetika lanskap pada wilayah rawan tanah longsor. Metode yang digunakan meliputi Frequency Ratio untuk mengidentifikasi wilayah rawan tanah longsor, Shannon's Diversity Index (SHDI) untuk mengidentifikasi pola spasial lanskap, dan Scenic Beauty Estimation (SBE) untuk menghitung kualitas estetika lanskap berdasarkan penilaian masyarakat terhadap foto pemandangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap di Kecamatan Cibeber terbagi menjadi dua pola spasial, yaitu pola cenderung menyebar (terfragmentasi) dan pola cenderung mengelompok (teragregasi). Wilayah dengan pola cenderung menyebar, seperti bagian timur dan utara, didominasi oleh lanskap dengan bentuk medan perbukitan curam dan tutupan vegetasi rendah, serta mencatatkan 79,5% kejadian tanah longsor. Estetika lanskap juga menunjukkan keterkaitan dengan kerawanan longsor dengan 46% kejadian tanah longsor tercatat pada lanskap dengan nilai estetika rendah, terutama di wilayah barat dan tengah yang didominasi oleh lanskap dengan tutupan vegetasi berkayu dan lahan terbangun pada bentuk medan curam. Sebaliknya, lanskap dengan nilai estetika tinggi tersebar di wilayah lanskap yang lebih landai dengan seperti badan air, pertanian dan vegetasi rendah. Temuan ini menunjukkan bahwa fragmentasi lanskap dan kualitas estetika lanskap yang rendah berkaitan dengan peningkatan kerawanan tanah longsor.

Landslides pose a serious threat to communities and play an important role in landscape evolution, particularly in areas with hilly topography and high rainfall, such as Cibeber District, Cianjur Regency. The main contributing factors include steep slopes, intense rainfall, and inappropriate land use. This study aims to analyze the spatial landscape patterns in landslide-prone areas and the landscape aesthetics in these regions. The methods used include the Frequency Ratio to identify landslide-prone areas, Shannon’s Diversity Index (SHDI) to assess spatial landscape patterns, and Scenic Beauty Estimation (SBE) to evaluate the aesthetic quality of landscapes based on public ratings of landscape photographs. The results show that landscapes in Cibeber District are categorized into two spatial patterns: a dispersed (fragmented) pattern and a clustered (aggregated) pattern. Areas with a dispersed pattern, such as the eastern and northern regions, are dominated by steep hill terrain and low vegetation cover and account for 79.5% of recorded landslide events. Landscape aesthetics also show a relationship with landslide susceptibility, with 46% of landslide incidents occurring in areas with low aesthetic value, primarily located in the western and central parts of the district, dominated by built-up land and woody vegetation on steep slopes. In contrast, landscapes with high aesthetic value are mainly found in flatter areas, such as those with water bodies, agricultural lands, and low vegetation. These findings indicate that landscape fragmentation and low visual quality are associated with increased landslide susceptibility."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library