Dalam 7 dekade terakhir, perkembangan dari dimensi dari kapal container berlangsung dengan sangat cepat. Agar dapat memfasilitasi kapal-kapal tersebut, Pelabuhan mengembangkan infrastruktur mereka dari memasang kran gantri sampai mengeruk dasar laut. Tesis ini menangkap fenomena tersebut dan melihat bagaimana Pelabuhan beradaptasi dari kemunculan kapal container Post Panamax, yaitu kapal container yang memiliki efisiensi tinggi. Penelitian ini menggunakan variabel eksogen, yakni, kedalaman awal Pelabuhan sebelum kemunculan kapal container Post Panamax di tahun 1988. Kami menemukan bahwa Pelabuhan yang memiliki kedalaman sama dengan atau lebih dari 13,716 meter memiliki pengaruh signifikan terhadap apakah Pelabuhan tersebut akan mengakomodasi kapal kontainer Post Panamax pada saat ini. Hal baru dari tesis ini bukan terletak pada hasilnya, tetapi pada potensi dari variabel eksogenus yang digunakan dimana hasilnya signifikan dan kuat sehingga dapat digunakan untuk menghitung hubungan sebab-akibat dari perdagangan yang tidak pernah dilakukan secara layak sebelumnya.
Rapid development of Container Ship Dimension in last 7 decades is shocking. To adapt with that change, Ports are developing their infrastructure from installing gantry crane to dredge their sea floor. This thesis is catching that phenomenon to see how Ports adapt to Post Panamax container ship that built for efficiency using exogenous variable of Ports original depth. We find that Ports that have original depth more or equal to 13.716 meters is significantly affected Port to accommodate Post Panamax container ship now. The novelty of this research is not the result, but the potential of using the exogenous variable, which is significant and robust to estimate the causality of trade that never has been done properly before.
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kembali hubungan antara liberalisasi perdagangan, liberalisasi FDI dan ketimpangan upah di Indonesia antara pekerja bekemampuan tinggi dan rendah dengan mempertimbangkan teori HOS model dan teori Human Capital. Ketimpangan upah diukur menggunakan dua tahap metode estimasi. Hasil penelitian mengindikasikan liberalisasi perdagangan dan liberalisasi FDI memiliki pengaruh signifikan terhadap ketimpangan upah untuk pekeja berkemampuan rendah, sedangkan untuk ketimpangan upah pekerja berkemampuan tinggi terdapat hubungan yang positive. Secara keseluruhan, liberalisasi perdagangan menurunkan ketimpangan upah antara pekerja berkemampuan tinggi dan rendah linear dengan HOS model dan liberalisasi FDI menaikan upah untuk pekerja berkemampuan tinggi linear dengan teori Human Capital.
This study aims to re-examine the relationship between trade liberalization, FDI liberalization and wage inequality in Indonesia for unskilled and skilled workers by considering HOS model and Human Capital theory. Two-stage estimation strategy are used to examine wage inequality. The results suggest that trade liberalization and FDI liberalization have significant relationship on industry wage premium for unskilled workers, whereas a positive relationship is found for skilled workers. Overall, the results indicate trade liberalization reduces wage inequality between unskilled and skilled workers in line with HOS model and FDI liberalization increases wage for skilled workers in line with Human Capital theory.
"Beberapa negara mencoba untuk lebih terlibat dalam perdagangan internasionaluntuk menjadi bagian dari jaringan global. Penanaman Modal Asing (PMA) diharapkanmenjadi salah satu cara untuk meningkatkannya. Perdagangan intra industri (IIT)mengukur ekspor dan impor dalam kategori industri yang sama. Kajian ini mencobamenganalisis hubungan antara PMA sektor manufaktur di Indonesia dan bilateral IITantara Indonesia dengan masing-masing Jepang, China, dan ASEAN-9, khususnya padalevel industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua PMA di semua industrimempunyai hubungan positif dan signifikan dengan IIT. Keterkaitan FDI dan IIT berbedadi setiap lokasi dan industri.
Many countries try to engage more in the international trade to be part of globalnetworks. FDI is expected to be one of ways to improve it. Intra industry trade (IIT)measures export and import in the same categorize of industry. This study tries to examinethe relationship between manufacturing FDI in Indonesia and bilateral IIT betweenIndonesia and each Japan, China, and ASEAN-9, especially in the industry level. Theresult shows that not all FDI in all industries have positive and significant relationshipwith IIT. The linkage of FDI and IIT differs across location and industries.
"