Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reynold Elisa P.
"Kegiatan pelacuran merupakan salah satu fenomena sosial yang memang sudah ada sejak jaman dulu kala. Seiring berkembangnya teknologi, industri dan kebudayaan manusia, maka berkembang pula pelacuran dalam berbagai sifat, bentuk dan tingkatannya. Masalah pelacuran tidak hanya sulit bahkan juga tergolong masalah yang harus senantiasa diperhatikan sungguh-sungguh oleh umat manusia, tidak hanya negeri kita saja yang mempersoalkan masalah ini (pelik). Pelacuran sudah banyak ditemui tidak hanya dilokasi-lokasi resmi saja akan tetapi dijalan-jalan, warung remang-remang. ini merupakan salah satu penyakit di dalam masyarakat serta dapat meresahkan masyarakat disekitarnya. Permasalahan yang menjadi fokus penelitian dalam tesis ini adalah meliputi praktik pelacuran pada kawasan Hayam Wuruk Jakarta Pusat dan Penanganan Polsek Metro Gambir Jakarta Pusat dalam mengurangi dan memberantas praktik pelacuran yang melibatkan berbagai unsur antara tukang ojek, pelacur, tamu dan lingkungan sekitarnya. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian hukum yuridis normatif, yaitu penelitian tentang praktik pelacuran yang terjadi pada kawasan Hayam Wuruk Jakarta Pusat sedangkan sifat penelitian ini adalah penelitian eksploratoris atau penjelajahan, penelitian deskriptif dan penelitian eksplanatoris dengan pendekatan kualitatif yaitu mempelajari dan menganalisa gejala serta budaya objek yang ditunjang dengan menggunakan penggalian data berupa teknik pengamatan terlibat, wawancara dan kajian kepustakaan. Sedangkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa pelacuran yang mendorong atau mempengaruhi seorang wanita sehingga memilih profesi menjadi pelacur dapat diidentifikasikan bahwa faktor-faktor yang mendorong terjadinya pelacuran perempuan itu antara lain disebabkan karena : Pertama; Kemiskinan, Kedua; Ketenagakerjaan, Ketiga; Pendidikan, Keempat; Kondisi keluarga, dan Kelima Sosial budaya. Sedangkan pelaku pekerja pelacuran sangat mengganggu kenyamanan masyarakat yang ada di wilayah Hayam Wuruk karena kebanyakan para pekerja pelacuran berada di pinggiran jalan. Hal ini mempunyai dampak yang sangat buruk bagi kehidupan masyarakat. Hukum juga memandang pekerja pelacuran dikategorikan perzinaan dikarenakan profesinya sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan terutama dengan akhlak dan nilai norma agama, karena profesi ini sangat bertentangan dengan tujuan hukum agama yaitu memelihara agama, memelihara nyawa (jiwa), memelihara akal, memelihara keturunan dan kehormatan. OIeh karena, itu pekerja pelacuran merupakan yang dilarang dalam hukum Positif, dan juga mempunyai dampak yang sangat buruk bagi kehidupan masyarakat."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24325
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indarto
"Penelitian ini berfokus pada Pembinaan Karier Polri, disini penulis mendeskripsikan Birokrasi Neopatrimonial Pada Pembinaan Karier Bintara Pokes X. Dimana terdapat sinyalemen adanya praktek patrimonial pada birokrasi Indonesia. Praktek patrimonial pada suatu birokrasi legal formal tersebut dikenal dengan istilah birokrasi neopatrimonial. Sebagai salah satu birokrasi publik di Indonesia, Polri patut diduga juga melakukan praktek patrimonial khususnya pada pembinaan karier personel Bintaranya. Personel berpangkat Bintara merupakan jumlah terbanyak dan terpenting pada Birokrasi Polri. Kegagalan membina karier Bintara Polri dapat menggagalkan organisasi mencapai tujuannya. Peneliti berusaha mencari tahu apakah benar pembinaan karier Bintara Pokes X mendeskripsikan adanya suatu birokrasi neopatrimonial. Beberapa pemikiran mengenai Birokrasi neopatrimonial merujuk pada tiga fitur utama yaitu adanya suatu birokrasi cangkokan, adanya suatu kondisi ketidak jelasan dan juga adanya clientelism. Ketiga fitur tersebut digunakan peneliti untuk menelaah pembinaan karier Bintara Pokes X. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena memberikan ruang gerak yang lebih besar dalam mengeksplorasi masalah tersebut. Sedangkan metode pengumpulan datanya dilakukan melalui Studi literatur, Observasi dan Wawancara mendalam. Hasil penelitian menggambarkan adanya suatu pembinaan karier yang dijalankan dengan dua rule, yaitu mengacu pada aturan formal legal dan aturan personal informal. Adanya dua rule yang menjadi acuan menempatkan kondisi pembinaan karier menjadi tidak jelas. Baik tindakan maupun pengambilan keputusan tidak dapat diduga dan dikalkulasikan sebelumnya. Untuk mengatasinya, beberapa Bintara membangun hubungan personal dan informal dengan atasannya. Terjalinlah hubungan atasan bawahan yang saling menguntungkan. Bawahan memberikan pelayanan dan loyalitas pada atasan, sebagai ganti pemberian rasa aman dalam berkarier. Hubungan tersebut menjadikan praktek Binkar bertumpu pada aturan personal dan informal dengan bungkus aturan legal formal. Pada akhirnya, praktek tersebut melahirkan suatu daur neopatrimonial. Kesimpulan penelitian menunjukkan kebenaran adanya suatu deskripsi birokrasi neopatrimonial pada pembinaan karier Bintara Pokes X. Berkenaan dengan kesimpulan tersebut, Polri disarankan untuk membenahi beberapa aspek. Faktor yang melatar belakangi praktek neopatrimonial seperti gaji, kesejahteraan personel dan kecukupan anggaran kesatuan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Penciptaan kondisi kepastian dalam berkarier dengan secara konsisten mengacu pada formal rule yang telah ditetapkan adalah hal penting lainnya yang juga harus diperhatikan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24554
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Imawati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S6267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vino Lestari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh beban kerja, stress kerja dan kompensasi terhadap komitmen organisasi anggota Satuan Lalu Lintas Polres Bogor. Komitmen organisasi bagi anggota satuan lalu lintas sangat penting untuk mewujudkan pelayanan dalam ketertiban lalu lintas di masyarakat bogor.Pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh beban kerja, stres kerja, kompensasi dan motivasi terhadap anggota di Satlantas Polres Bogor. Penelitian ini melibatkan 68 anggota satuan lintas sebagai sampel yang dipilih secara random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan matrik korelasi beban kerja mempunyai korelasi negatif dengan komitmen organisasi (r= -0.873;p<0.00); stress kerja berkorelasi negatif dengan komitmen (r=- 0.807;p< 0.00); kompensasi berkorelasi positip dengan komitmen (r= 0.851; p<0.00); dan motivasi berkorelasi positip dengan komitmen (r= 0.804; p<00). Dari keseluruhan tersebut, variabel beban kerja dan kompensasi mempunyai korelasi yang paling kuat terhadap komitmen organisasi.
Temuan penelitian menggunakan analisis structural equation model (SEM) bahwa beban kerja memiliki pengaruh langsung terhadap komitmen (r= - 0.348;p< 0.00), beban kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap motivasi (r= 0.103;p<0.00) dan motivasi mempunyai pengaruh terhadap komitmen (r= 0.258;p< 0.00). Selanjutnya hasil SEM juga menemukan bahwa stress kerja berpengaruh negatif terhadap motivasi (r=0.368;p<0.00) dan stress berpengaruh langsung terhadap komitmen (r=- 0.137;p<0.00). Pada akhirnya, kompensasi berpengaruh terhadap motivasi (r=0.368;p<0.00) dan kompensasi berpengaruh langsung terhadap komitmen (r= 0.262;p< 0.00). Dengan demikian, secara keseluruhan beban kerja mempunyai pengaruh kuat yang langsung terhadap komitmen organisasi, sedangkan stres kerja dan kompensasi lebih pengaruh terhadap motivasi dibandingkan beban kerja. Stres kerja dan kompensasi menjadi perhatian penting bagi usaha meningkatkan komitmen organisasi.

This research was conducted to examine the effect of workload, work stress and compensation on organizational commitment of members of the Bogor Police Traffic Unit. Organizational commitment for traffic unit members is very important to realize service in traffic order in the Bogor community. The research question that will be answered in this study is how the influence of workload, work stress, compensation and motivation on members of the Bogor Police Traffic Police. This study involved 68 members of the cross unit as a sample selected by random sampling.
The results of this study indicate that based on the correlation matrix workload has a negative correlation with organizational commitment (r = -0.873; p <0.00); work stress has a negative correlation with commitment (r = - 0.807; p <0.00); compensation has positive correlation with commitment (r = 0.851; p <0.00); and motivation positively correlated with commitment (r = 0.804; p <00). Of these, the workload and compensation variables have the strongest correlation to organizational commitment. Research findings using structural equation modeling (SEM) analysis show that workload has a direct effect on commitment (r = - 0.348; p <0.00), workload has a negative effect on motivation (r = 0.103; p <0.00) and motivation has an influence on commitment (r = 0.258; p <0.00). Furthermore, SEM results also found that job stress has a negative effect on motivation (r = 0.368; p <0.00) and stress has a direct effect on commitment (r = - 0.137; p <0.00). In the end, compensation has an effect on motivation (r = 0.368; p <0.00) and compensation has a direct effect on commitment (r = 0.262; p <0.00). Thus, overall workload has a strong direct effect on organizational commitment, while work stress and compensation have more of an effect on motivation than workload. Job stress and compensation are important concerns for efforts to increase organizational commitment."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zopfan Aseanata Bayudhita
"Terjadinya perubahan cara manusia dalam berkomunikasi saat ini merupakan buah dari perkembangan teknologi yang sangat pesat. Dalam berkomunikasi, manusia tidak perlu lagi melakukan tatap muka dan penyampaian pesan dapat dilakukan secara cepat dan menjangkau banyak orang. Oleh sebab itu, aplikasi perpesanan instan dan media sosial sangat populer digunakan. Dari berbagai aplikasi perpesanan instan yang populer tersebut, Telegram adalah aplikasi perpesanan instan yang banyak digunakan. Kepopuleran Telegram dengan berbagai fiturnya yang menarik, turut dimanfaatkan oleh teroris untuk menyebarkan propaganda terorisme. Penggunaan Telegram dianggap efektif dan mampu menyasar berbagai kalangan dalam satu waktu. Telegram juga dapat mengamankan pemberi propaganda dari kemungkinan dilacak oleh aparat penegak hukum, karena sifatnya yang anonymous sehingga mereka nyaman dalam menyebarkan propaganda. Maraknya pelaku teror yang melakukan aksi teror setelah sebelumnya teradikalisasi melalui Telegram menjadi permasalahan utama saat ini. Masifnya penyebaran propaganda di Telegram, memberikan andil terhadap timbulnya pemasalahan ini. Oleh sebab itulah, penelitian ini akan membahas bagaimana Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri sebagai aparat penegak hukum yang memiliki kewenangan menangani permasalahan terorisme, menangani propaganda terorisme melalui aplikasi Telegram

Changes in how people communicate is a result of technology developing that grow so fast. Nowadays, when communicate, people do not need to meet directly and the message can spread quickly and reach any social class. That's why, messenger and social media are popular. From various social media and messenger that exists, Telegram is one of the most popular messenger used by people. Telegram popularity with it features, attract terrorist to spread terrorism propaganda through it. Telegram is considered effective and can reach any people in one time. Telegram also can secured the terrorist who give propaganda because Telegram is anonymous so it secure them from being trace by law enforcement and give them convenience to spread the propaganda. The massive number of terrorism propaganda spread through Telegram made the problem for national security. That's why, this research will explain how Detachment 88 Anti Teror as the stakeholder for terrorism, handling this problem."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T55471
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Ami Prindani
"Penelitian ini berlatar belakang dari kasus penyerangan Menko Polhukam oleh Syahrial Alamsyah alias Abu Rara yang merupakan target operasi intelijen Densus 88. Densus 88 menggunakan surveilans untuk memantau perilaku target dengan tujuan memengaruhi, mengelola atau mengarahkan, dan mencegah suatu perbuatan tindak pidana terorisme. Namun terjadinya kasus tersebut menunjukkan bentuk kegagalan dari surveilans. Tujuan penelitian ini untuk mendapat gambaran tentang latar belakang Syahrial Alamsyah menjadi target surveilans Densus 88, faktor yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dan optimalisasi manajemen surveilans untuk meningkatkan pencegahan tindak pidana terorisme. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang Syahrial Alamsyah menjadi target operasi Densus 88 dikarenakan keterlibatanya dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan sebagai simpatisan ISIS. Terjadinya kasus tersebut dipengaruhi oleh faktor (1) internal meliputi kurangnya anggota tim surveilans untuk memantau pergerakan target, perubahan pola komunikasi dan pergerakan target yang dirasa belum mampu dideteksi oleh anggota dan sarana prasarana yang tersedia. (2) eksternal meliputi pengamanan VVIP yang dilakukan personel kurang ketat. Optimalisasi dapat dilakukan dengan pelatihan baik dibidang kognitif yakni masalah pengetahuan psikology, dan secara teknis dapat dilakukan dengan pelatihan dibidang teknis intelijen secara umum dan pelatihan surveilans secara khusus.

This research is based on the case of the attack by the Coordinating Minister for Political, Legal and Security Affairs by Syahrial Alamsyah alias Abu Rara, who was the target of the Densus 88 intelligence operation. Detachment 88 uses surveillance to monitor the behavior of targets with the aim of influencing, managing or directing, and preventing an act of terrorism. However, the occurrence of such cases shows a form of failure from surveillance. The purpose of this study is to get an overview of the background of Syahrial Alamsyah to be the target of surveillance Detachment 88, the factors that led to the case and the optimization of surveillance management to improve the prevention of terrorism offenses. This research uses a qualitative approach. In the process of data collection it is done by library research and interviews. The results of this study indicate that Syahrial Alamsyah's background was the target of the Special Detachment 88 operation due to his involvement in the Jamaah Ansharut Daulah (JAD) group and as ISIS sympathizers. The occurrence of the case was influenced by internal factors (1) including the lack of surveillance team members to monitor target movements, changes in communication patterns and target movements that were felt to be unable to be detected by members and available infrastructure. (2) external includes security of VVIP by less strict personnel. Optimization can be done by training both in the cognitive field, namely the problem of knowledge of psychology, and technically it can be done by training in the field of technical intelligence in general and specialized surveillance training."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T55504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library