Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Awalia Maharani
Abstrak :
Overweight dan obesitas pada anak usia sekolah erat kaitannya dengan risiko obesitas saat dewasa dan berlanjut menjadi penyakit tidak menular, seperti diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan terhadap overweight dan obesitas pada siswa kelas 1 SD di Jakarta Selatan. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yang melibatkan 153 sampel kelas 1 usia 6-9 tahun di 6 SD di Jakarta Selatan. Pengukuran overweight dan obesitas menggunakan nilai Z-score indeks IMT/U. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 32% siswa mengalami overweight dan obesitas. Dari beberapa variabel yang diteliti, terdapat perbedaan bermakna kejadian overweight dan obesitas berdasarkan frekuensi konsumsi lemak, frekuensi konsumsi serat, aktivitas fisik, screen time, dan pekerjaan ibu. Analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda menunjukkan screen time sebagai faktor dominan terhadap kejadian overweight dan obesitas setelah dikontrol dengan variabel frekuensi konsumsi lemak, frekuensi konsumsi serat, aktivitas fisik, pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi sekolah untuk memantau status gizi siswa. Orang tua siswa diharapkan untuk membatasi waktu anak untuk menonton TV, bermain games/laptop/komputer di rumah dan mengajak anak untuk melakukan aktivitas di luar rumah. ......Overweight and obesity on school-age children associated with risk of obesity on adulthood and would be continued become non-communicable disease, such as Diabetes Mellitus type 2. The purpose of this study is to determine the dominant factor of overweight and obesity on 1st grade elementary school students at South Jakarta. This study used cross sectional design with 153 sampels among elementary school students aged 6-9 years old at South Jakarta. In this study, overweight and obesity measured using Z-score index IMT/U. The result of this study shows that 32% students are overweight and obesity and there were significant differences of overweight and obesity based on fat consumption frequency, fiber consumption frequency, physical activity, screen time, and maternal employment. Multivariate analysis using multiple regression logictic shows that screen time as dominant factor of overweight and obesity after controlled by fat consumption frequency, fiber consumption frequency, physical activity, and maternal education, maternal employment. According to these result, it was expected for school to monitor nutritional status of their students periodically. Parents are suggested to control children's time for watching TV and playing games/laptop/computer at home and they must consider to take their children for outdoor activities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Luthfiyah Sani
Abstrak :
Diare adalah kondisi buang air besar yang encer atau berair, yang terjadi setidaknya 3 kali dalam 24 jam. Diare masih menjadi penyebab kematian utama balita di dunia. Berdasarkan data SDKI 2017, kejadian diare paling tinggi tejadi pada anak usia 6- 23 bulan, di mana kebutuhan energi dan zat gizi anak meningkat selama periode ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor praktik pemberian makan anak, faktor higiene sanitasi, faktor pemanfaatan layanan kesehatan, dan faktor sosiodemografi terhadap kejadian diare pada anak 6-23 bulan. Penelitian dengan metode cross sectional ini menganalisis data sekunder dari 4.030 anak 6-23 bulan pada SDKI tahun 2017. Analisis dengan uji chi-square dan regresi logistik ganda dengan confidence interval 95% dilakukan untuk mengetahui faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare. Prevalensi kejadian diare pada anak 6-23 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 19,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa melanjutkan pemberian ASI, penggunaan botol dot, fasilitas jamban, sumber air minum, usia ibu, status ekonomi, dan daerah tempat tinggal memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diare. Pada analisis multivariat, variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan diare adalah penggunaan botol dot, fasilitas jamban, usia ibu, dan pendidikan ibu. Fasilitas jamban merupakan faktor dominan yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare (OR=1,500, 95% CI 1,262-1,784), di mana anak dengan fasilitas jamban tidak layak berisiko 1,5 kali lebih tinggi untuk mengalami diare dibandingkan anak dengan fasilitas jamban layak. Menggunakan jamban sehat, mencuci peralatan makan anak dengan benar terutama jika menggunakan botol dot, dan melakukan praktik pemberian makan anak sesuai rekomendasi WHO perlu dilakukan untuk mencegah diare dan menjaga kesehatan anak pada usia 6-23 bulan. ......Diarrhea is the passage of loose or watery stools, usually at least three times in 24- hour period. Diarrhea still becomes the leading cause of death in children under five worldwide. Data from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2017 shows that the highest prevalence of diarrhea is found in children aged 6-23 months, where the energy and nutrient needs increase during this period. This research aims to analyze the association between child feeding practice factors, sanitation and hygiene factors, healthcare utilization factors, and sociodemographic factors with the occurrence of diarrhea in children aged 6-23 months. This cross-sectional study included secondary data from 4,030 children aged 6-23 months in IDHS 2017. Chisquare test and multiple logistic regression with 95% confidence interval were applied to analyze factors significantly associated with diarrhea. The prevalence of diarrhea in children aged 6-23 months in Indonesia year 2017 was 19.8%. Bivariate analysis shows that continued breastfeeding, bottle feeding, toilet facility, source of drinking water, maternal age, economic status, and place of residence were significantly associated with diarrhea. In multivariate analysis, variables found to have significant association with diarrhea were bottle feeding, toilet facility, maternal age, and maternal education. Toilet facility was the dominant factor associated with diarrhea (OR=1,500, 95% CI 1,262-1,784), where the children with unimproved toilet facilities were 1.5 times more likely to have diarrhea compared to children with improved toilet facilities. Using healthy latrines, washing children’s eating utensils especially the baby bottle properly, and applying WHO recommendations in child feeding practices, are necessary to prevent diarrhea and maintain children’s health at the age of 6-23 months.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Restiana Adiningsih
Abstrak :
Skripsi ini membahas gambaran hipertensi dan faktor risikonya pada guru-guru SMAN di KotaTangerang. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional dan jumlah sampel 119 orang. Pengambilan data dilakukan selama 4 minggu pada bulan Maret-April 2012. Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan chi square dan uji t independen. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 29,4%. Hipertensi pada penelitian ini berhubungan dengan IMT, konsumsi natrium dan stress. Saran yang diberikan adalah dengan memberikan penyuluhan mengenai hipertensi dan pencegahannya dengan menerapkan pola hidup sehat seperti mengontrol berat badan dan asupan makan, berolahraga rutin, serta mengurangi stress.
The focus of this study is to discuss about hypertension and it's risk factors in high school teachers in Tangerang city. This is quantitative study with cross sectional design and 119 sample. Data collection was done in four weeks in March-April 2012. This study used univariate and bivariate analysis. Bivariate analysis using chi square and t test independent. The result shows that the prevalence of hypertension is 29,4%. In this research, hypertension is correlated with BMI, sodium consumption, and stress. Advice given is to provide education about hypertension and its prevention by implementing a healthy lifestyle such as controling weight and food intake, exercising regularly, and reduce stress.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari
Abstrak :

ABSTRAK
Nama : Sri Lestari
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul : Determinan Severe Wasting pada Balita 6-59 Bulan di Kota Tangerang
Tahun 2019
Pembimbing : Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari, M.Kes
Severe wasting merupakan salah satu permasalahan gizi pada tingkat global, Asia
maupun di Indonesia termasuk di Kota Tangerang. Berdasarkan Data Riskesdas Tahun
2018 balita severe wasting di Indonesia sebesar 3,5%, Provinsi Banten 4,58%,
sedangkan Kota Tangerang lebih tinggi dibanding Indonesia dan Provinsi Banten yaitu
sebesar 4,84%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan severe wasting
pada balita 6-59 bulan di Kota Tangerang Tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Total sampel sebanyak 108 balita (kasus 36
balita, kontrol 72 balita). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat,
bivariat dengan chi square dan multivariat dengan analisis regresi logistik. Penelitian
dilakukan pada bulan April-Mei 2019 di 13 Kecamatan di Kota Tangerang. Hasil
analisis bivariat adalah secara statistik tidak ada hubungan antara asupan energi, asupan
karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, ASI eksklusif, keberagaman makanan, status
imunisasi, perilaku mencuci tangan, kunjungan posyandu, tingkat pendidikan dan
penghasilan orang tua dengan severe wasting, tapi terdapat hubungan antara penyakit
infeksi dengan severe wasting. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa penyakit
infeksi berhubungan signifikan dengan severe wasting. Hasil analisis didapatkan bahwa
OR dari variabel penyakit infeksi adalah 4,828 (95% CI: 1,034 – 22,544) artinya balita
yang terkena penyakit infeksi memiliki risiko terjadi severe wasting 4,828 kali lebih
tinggi dibanding balita yang tidak terkena penyakit infeksi setelah dikontrol variabel
status imunisasi. Kesimpulan penelitian ini adalah penyakit infeksi merupakan
determinan severe wasting pada balita 6-59 bulan di Kota Tangerang Tahun 2019.
Kata kunci:
Severe wasting, determinan, balita


ABSTRACT
Name : Sri Lestari
Study Program : Public Health Science
Title : Determinant of Severe Wasting Among 6-59 Months Children
in Tangerang City 2019
Counsellor : Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari, M.Kes
Severe wasting is one of Global Nutritional Problems and Tangerang City is no
exception. Based on Riskesdas data in 2018, 3.5% of children in Indonesia were in the
group with severe wasting problems. While in Banten Province and Tangerang City
were found in order 4.58% and 4.84% children are in severe wasting problems. This
study aims to determine the determinants of severe wasting problems of 6-59 months
children in Tangerang City on 2019. This research was a quantitative study with case
control design. The total sample were 108 children within the age of 6-59 months (case
36 children, controls 72 children). The results of bivariate analysis were statistically no
relation between energy intake, carbohydrate intake, fat intake, protein intake, exclusive
breastfeeding, food diversity, immunization status, hand washing behavior, posyandu
visits, education level, and parent income with severe wasting, but there was a relation
between infectious diseases with severe wasting. The results of multivariate analysis
showed that infectious disease was significantly associated with severe wasting. The
most dominant variable was infectious disease, while immunization status as controlling
variable. Analysis result to be found that OR of the infectious disease variable was
4.828 (95% CI: 1.034 - 22.544), meaning that group of children at the age of 6-59
months with infectious diseases had a risk of severe wasting 4.828 times higher. In a
conclusion, Infectious Disease was a determinant variable of severe wasting problems
among children of the age 6-59 months in Tangerang City 2019.
Keywords:
Severe wasting, determinant, children

2018
T52782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilya Roza Werdani
Abstrak :
Kekurangan gizi merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kekurangan gizi (wasting) pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Kekurangan gizi (wasting) diukur menggunakan indikator berat badan menurut panjang badan (BB/PB). Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri (berat badan dan panjang badan) dan wawancara kuesioner dengan responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17,0% anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang mengalami kekurangan gizi (wasting). Dari 153 anak usia 6-23 bulan, 44,4% mengalami infeksi saluran pernapasan akut dan/atau diare dalam 2 minggu terakhir, 47,7% tidak ASI eksklusif, 43,1% tidak mencapai minimum dietary diversity, 52,9% tidak mencapai minimum acceptable diet, 32,0% mengalami defisit asupan energi, dan 52,9% defisit asupan protein. Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa penyakit infeksi (p-value =0,032) dan asupan energi (p-value =0,017) berhubungan signifikan dengan kekurangan gizi (wasting). Uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa asupan energi merupakan faktor dominan kekurangan gizi (wasting) pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang tahun 2019 (OR=5,616; 95% CI : 1,193-26,438).
Undernutrition is a form of malnutrition caused by inadequate food intake and infectious diseases. The present study was conducted to determine the dominant factor related to undernutrition (wasting) among children aged 6-23 months in Pagedangan, Tangerang District. Cross-sectional designs were used to conduct this study. Undernutrition (wasting) was measured using child weight-for-height (WHZ) indicator. The data were collected by anthropometric measurements (body weight and body length) and questionnaire interviews with respondents. This study showed that 17.0% of children aged 6-23 months in Pagedangan, Tangerang District were wasted. Of the 153 children aged 6-23 months, 44.4% had acute respiratory infections and/or diarrhea in the past 2 weeks, 47.7% did not exclusively breastfeed, 43.1% had un-met the minimum dietary diversity, 52.9% had un-met a minimum acceptable diet, 32.0% had a deficit of energy intake and 52.9% had a deficit of protein intake. Chi-square analysis revealed that infectious diseases (p-value=0.032) and energy intake (p-value=0.017) were significantly associated with undernutrition (wasting). Multiple logistic regression analysis revealed that energy intake was the dominant factor of undernutrition (wasting) among children aged 6-23 months in Pagedangan, Tangerang District in 2019 (OR=5,616; 95% CI:1,193-26,438).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Yuliana
Abstrak :
Stunting merupakan pertumbuhan tinggi badan anak yang tidak normal yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang terlihat sejak balita usia 24 bulan. Angka prevalensi kasus stunting di Provinsi Banten menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (2021) mencapai 294.862 balita dan masuk lima besar daerah dengan angka stunting tertinggi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi, hubungan, interaksi dan colinearitas ASI eksklusif dengan kejadian stunting dikontrol oleh factor determinan stunting. Disain studi penelitian yaitu cross sectional dengan mengambil data Riskesdas 2018 mengenai stunting dan faktor determinan stunting. Dari hasil penelitian diperoleh kasus stunting di Provinsi Banten pada baduta usia 6-23 bulan sebanyak 29,2%. Baduta yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif 1,2 kali lebih berisiko mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI secara eksklusif setelah dikontrol oleh BBLR, MP-ASI dan panjang badan lahir. Berdasarkan penelitian ini program pemeriksaan kesehatan pra-menikah bekerjasama dengan KUA dan fasilitas kesehatan setempat perlu dilakukan guna mencegah terjadinya BBLR dan panjang badan lahir tidak normal. Serta melakukan penyuluhan berupa praktik pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI pada calon orang tua bayi dan keluarga besar bayi (nenek, kakek, paman, bibi), supaya pengaruh budaya tidak mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif. ......Stunting is an abnormal growth in children's height caused by chronic malnutrition and recurrent infections that have been seen since the age of 24 months. The prevalence rate of stunting cases in Banten Province according to the Indonesian Toddler Nutrition Status Survey (2021) reached 294,862 toddlers and is included in the top five regions with the highest stunting rate in Indonesia. The purpose of this study was to determine the frequency distribution, relationship, interaction and colinearity of exclusive breastfeeding with the incidence of stunting being controlled by the determinants of stunting. The research study design is cross sectional by taking the 2018 Riskesdas data regarding stunting and the determinants of stunting. From the results of the study, it was found that stunting cases in Banten Province in children aged 6-23 months were 29.2%. Under-fives who are not exclusively breastfed are 1.2 times more at risk of experiencing stunting compared to toddlers who are exclusively breastfed after being controlled by low birth weight, complementary foods, and birth length. Based on this research, a pre-marital health check-up program in collaboration with the Office of Religious Affairs and local health facilities needs to be carried out to prevent low birth weight and abnormal birth length. As well as conducting counseling in the form of the practice of exclusive breastfeeding and complementary foods for prospective baby parents and the baby's extended family (grandmothers, grandparents, uncles, aunts), so that cultural influences do not affect exclusive breastfeeding.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Aniza Rizky Aprilya
Abstrak :
Praktik MP-ASI yang buruk dapat menyebabkan kekurangan gizi pada anak-anak. Minimum dietary diversity (MDD) merupakan salah satu penentu status gizi anak dan telah ditemukan dapat memprediksi terjadinya stunting. Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan capaian MDD pada anak yang diberi ASI usia 6-23 bulan berdasarkan data SDKI tahun 2017. Penelitian ini menggunakan uji Chi-square dan uji regresi logistik ganda untuk menganalisis 2.976 sampel WUS. Terdapat 52,8% anak yang diberi ASI usia 6-23 bulan di Indonesia tahun 2017 telah mengonsumsi setidaknya lima dari delapan kelompok makanan. Namun, masih terdapat 47,2% anak yang belum memenuhi capaian MDD tersebut. Usia anak, pendidikan ibu, status bekerja ibu, akses ibu terhadap media, kekayaan rumah tangga, dan pendidikan ayah, peran ayah, kunjungan ANC, penolong persalinan, tempat persalinan, dan wilayah tempat tinggal ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan capaian MDD anak. Namun, hanya usia anak, tingkat pendidikan ibu, status bekerja ibu, kekayaan rumah tangga, peran ayah, penolong persalinan, dan wilayah tempat tinggal yang lolos ke pemodelan multivariat akhir. Faktor dominan yang mempengaruhi capaian MDD anak adalah usia anak 6-11 bulan. Anak yang berusia 18-23 bulan berpeluang mengonsumsi lima atau lebih kelompok makanan sebesar 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang berusia di bawah 6-11 bulan. Masih terdapat separuh anak Indonesia belum memenuhi capaian MDD. Perlu adanya intervensi di masa mendatang yang menargetkan ibu yang memiliki bayi dan anak kecil melalui program peningkatan kesadaran untuk mendorong pertumbuhan anak dengan memberikan diet yang lebih beragam sejak awal diperkenalkan makanan
Poor complementary feeding practices can lead to malnutrition in infants and young children. Minimum dietary diversity (MDD) is one of the determinants of childs nutritional status and has been found to predict stunting. This study discusses about factors associated with achieving MDD among breastfed children aged 6-23 months based on Indonesias Demographic and Health Survey in 2017. This study used chi-square and multiple logistic regression to analyze 2.976 women samples. There were 52.8% breastfed children aged 6-23 months in Indonesia who were consuming at least five of the eight food groups. However, there were still 47.2% breastfed children aged 6-23 months who had not met the MDD. Childs age, mother's education, mothers working status, mothers access to media, wealth index, fathers education, fathers role, ANC visit, delivery assistance, place of delivery, and area of residence were found to have significant association with MDD. However, only childs age, mother's education, mothers working status, wealth index, father's role, childbirth assistance, and area of residence qualified for the final multivariate modeling. The dominant factor determine a childs MDD is childs age 6-11 months. Children aged 18-23 months have the opportunity to consume five or more food groups by 5.8 times higher than children aged 6-11 months. There are still half of Indonesian children who have not met MDD. Future interventions are needed to target mothers with infant and young children through awareness raising programs to encourage the growth of children by providing a more diverse diet since food is first introduced at aged 6.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafshah Farah Fadhilah
Abstrak :
Penyakit diare menjadi permasalahan utama di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, diare juga menjadi penyebab utama gizi kurang yang bisa menimbulkan kematian. Banten merupakan sala satu provinsi dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sedangkan daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten dengan kasus diare tertinggi untuk semua umur pada tahun 2019 adalah Kabupaten Lebak dengan total 50.270 kasus. Kelompok umur dengan jumlah kasus diare terbanyak adalah usia balita dengan total lebih dari 14.000 kasus. ï»¿Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian diare terhadap karakteristikanak balita dan orang tua, personal hygine, dan sanitasi lingkungan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 209 anak balita usia 24-59 bulan. ï»¿Dengan variabel dependen yaitu kejadian diare dan variabel independen yaitu usia anak, jenis kelamin anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan jajan, Kebiasaan Pemakaian Alas Kaki saat bermain di luar rumah, kebersihan kuku, dan kebiasaan BABS, sumber air minum, penyimpanan air bersih setelah dimasak, dan kepemilikan jamban. ï»¿ Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara usia anak ( p- value = 0,001; OR = 2,990), pendidikan ibu dengan ( p- value = 0,027; OR =  0,404), kebiasaan ibu mencuci tangan dengan air mengalir ( p- value = 0,001; OR = 0,335), dan sumber air minum ( p- value = 0,005; OR = 0,329)  dengan kejadian diare pada balita usia 24-59 bulan di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tahun 2020. ......Diarrhea is a major problem in developing countries including Indonesia, diarrhea is also a major cause of malnutrition that can lead to death. Banten is one of the provinces with a high incidence of diarrhea. While the Regency / City area in Banten Province with the highest diarrhea cases for all ages in 2019 was Lebak Regency with a total of 50,270 cases. The age group with the highest number of cases of diarrhea is under five with a total of more than 14,000 cases. This study aims to determine the relationship between the incidence of diarrhea on the characteristics of children under five and their parents, personal hygiene, and environmental sanitation. This study used secondary data with a cross-sectional design with a total sample of 209 children under five aged 24-59 months. The dependent variable is the incidence of diarrhea and the independent variables are the age of the child, the sex of the child, the mother's education, the mother's occupation, family income, hand washing habits, snack habits, the habit of using footwear when playing outside the house, nail hygiene, and defecation habits. sources of drinking water, storage of clean water after cooking, and ownership of latrines. The results of the bivariate analysis in this study showed that there was a relationship between the child's age (p-value = 0.001; OR = 2.990), mother's education (p-value = 0.027; OR = 0.404), the mother's habit of washing hands with running water (p- value = 0.001; OR = 0.335), and drinking water sources (p-value = 0.005; OR = 0.329) with the incidence of diarrhea in toddlers aged 24-59 months in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency, Banten Province in 2020.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Reno Monalisa
Abstrak :
Pemberian MP-ASI yang berkualitas merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah stunting. Pemberian MP-ASI yang tidak berkualitas, memiliki efek buruk pada kesehatan dan pertumbuhan anak serta meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. MAD merupakan salah satu indikator penilaian MP-ASI, namun pada kenyataannya masih banyak anak dengan MAD tercapai yang dengan stunting. Tujuan Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran kualitas pemberian MP-ASI pada anak stunting usia 6-23 bulan dengan Minimum Acceptable Diet (MAD) tercapai. Metode penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus, pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan observasi, informan utama adalah 6 ibu yang memiliki anak balita stunting usia 6-23 bulan yang MAD tercapai, serta 17 orang informan penting yang terdiri dari anggota keluarga lain, kader Posyandu, penjual bubur MP-ASI/makanan matang dan petugas gizi Puskesmas. Penelitian dilakukan di 4 Kelurahan Jakarta Pusat pada bulan Februari-Maret 2020. Hasil penelitian yaitu MP-ASI dengan indikator MAD tercapai namun kualitasnya belum baik karena tidak memenuhi AKG anak, pengetahuan ibu terkait MP-ASI cukup baik, tidak ada kepercayaan makanan tabu, sebagian besar ibu membeli bubur MP-ASI dan makanan matang untuk MP-ASI anak, sumber rujukan utama ibu dalam praktek pemberian MP-ASI adalah buku KIA, tidak ada hambatan trasnpostasi dalam mendapatkan bahan makanan, penghasilan suami yang tidak tetap menjadi hambatan dalam membeli MP-ASI. Disarankan agar Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat: melakukan Inovasi pembuatan aplikasi mobile, meningkatkan kegiatan penyegaran (refreshing) dan inovasi kegiatan sosialisasi MP-ASI, melakukan kegiatan inovasi dengan membentuk kelompok pendukung MP-ASI berkualitas, melakukan pembinaan, pemantauan, penilaian dan menerbitkan sertifikat laik hygiene sanitasi jasaboga pada penjual bubur MPASI dan makanan matang. ......Quality of complementary feeding practices is an effort to overcome the problem of stunting. Giving a poor quality complementary feeding ptactices, have a bad effect on child‟s health and growth and also increasing morbidity and mortality rate. Minimum Acceptable Diet (MAD) is one of the indicators of complementary feeding assessment, but in reality there are still many children with MAD who have achieved is stunting.The purpose of this study was to represent the relationship between complementary feeding practices with stunting using MAD requirements. Qualitative research is conduct with case studies methods, data collection by in-depth interviews, and observations. Six mothers who had stunting toddlers aged 6-23 months are the main respondent with good MAD requirements. Seventeen respondents support qualitative information of the main respondent. Support respondents are consisting of other family members, community healthcare vanguard, the seller of complementary feeding/cooked food, and nutritionist in the Health community center (PUSKESMAS). The study was conducted in 4 Central Jakarta Sub-districts in February-March 2020. The results of the study are complementary feeding practices with poor quality of MAD requirements proven not to comply with the RDA. Maternal knowledge related to complementary feeding practices is quite good, there is no belief in taboo foods, most of the mother buy breastfeeding complementary food such as porridge and cooked food for children. The basic references for mothers in the practice of giving complementary feeding practices are "mother and children healthcare handbook (KIA handbook)". From the results, there are no obstacles to get the food; the husband's income does not an resistance in buying complementary feeding. Recommendation: for Central Jakarta, Health Office initiative for innovating the creation of mobile mother and children healthcare applications; innovate activities in complementary feeding food socialization; conduct innovation activities by forming quality complementary feeding food support groups; conducting and coaching, monitoring, and evaluating and issuing sanitation hygiene-concern certificates for complementary feeding catering services (MP-ASI Sellers).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library