Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mamlahatun Buduroh
"ABSTRAK Penelitian ini membahas naskah Hikayat Pandawa koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Hikayat Pandawa berisi cerita Mahabharata bagian Adiparwa yang mengisahkan asal-usul keluarga bharata, Pandawa dan Kurawa. Naskah ini termasuk dalam kategori cerita wayang. Naskah disalin di Betawi pada abad ke-19. Penelitian terhadap Hikayat Pandawa dilakukan dengan menggunakan metode filologi dalam menghasilkan edisi teks dan pendekatan sosiologi sebagai dasar analisis isi teks. Edisi teks disajikan dengan menggunakan edisi kritis dan tinjauan naskah dilakukan untuk melihat situasi sosial masyarakat tempat penyalinan naskah berlangsung melalui perbandingan teks sejenis. Berdasarkan fisik naskah dan tinjauan isi, dapat diungkapkan bahwa Hikayat Pandawa disalin di Pecenongan. Selanjutnya, kajian dilakukan dengan membandingkan unsur daur hidup dalam isi cerita yang meliputi kelahiran, perkawinan, dan kematian. Berdasarkan perbandingan unsur cerita tersebut dapat diketahui bahwa Hikayat Pandawa merupakan cerita gubahan yang menampilkan unsur keindahan karya sastra Melayu yang dipengaruhi oleh ideologi Hindu-Budha dan Islam serta warna lokal Betawi.

ABSTRACT
This research discusses the Hikayat Pandawa collection of the National Library of the Republic of Indonesia. Hikayat Pandawa contains the story of the Mahabharata part of Adiparwa which tells the origin of the family of the bharata, Pandawa and Kurawa. This text belongs to the category of wayang stories. Manuscripts were copied in Betawi in the 19th century. Research on Hikayat Pandawa was carried out using the method of philology in producing text editions and sociological approaches as a basis for analyzing of text. The text editions are presented using critical editions and analysis of manuscripts conducted to look at the social situation of the community where the manuscript was copied through a comparison of similar texts. Based on the physical and analysis of the contents, it can be revealed that the Hikayat Pandawa was copied in Pecenongan. Furthermore, the study was conducted by comparing the elements of the life cycle of the story which included birth, marriage, and death. Based on the comparison of the elements of the story, it can be seen that Hikayat Pandawa is a composition of stories featuring elements of the beauty of Malay literature influenced by Hindu-Buddhist, Islamic ideologies and culture of Betawi.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
D2597
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mu`jizah
"Surat Melayu beriluminasi dipakai sebagai alat komunikasi untuk diplomasi oleh raja di Nusantara sejak tahun 1615, di antaranya oleh Raja Iskandar Muda, Aceh, kepada Raja James I di Inggris. Persuratan ini terus dipakai dan berkembang di beberapa kerajaan di Nusantara yang memiliki tradisi tulis, yakni Aceh, Riau, Lingga, Johor-Pahang, Trengganu, Palembang, Madura, Surabaya, Batavia, Bogor, Banten, Bima, Pontianak, Mempawah, Banjarmasin, Gorontalo, Buton, dan Tanete. Ada sekitar 125 surat beriluminasi yang saat ini tersimpan di berbagai lembaga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Surat-surat ini belum banyak diteliti, padahal kekayaan visual sangat tinggi sebab digambar dengan tinta emas dan warna-warna menarik dalam beragam motif. Isinya tidak kalah penting; berbagai masalah disampaikan, seperti ucapan tahun baru, ucapan duka, perdagangan, dan tentang kekuasaan di beberapa kerajaan. Informasi ini penting untuk mcrekonstruksi berbagai peristiwa pada abad yang silam, seperti budaya, ekonomi, sejarah, dan estetika. Selain itu, fisik dan format surat memperlihatkan bahwa surat ini ditulis di atas kertas khusus dengan pola-pola tertentu. Pemakaian bahasanya juga memperlihatkan kekuasaan para pengirimnya, yakni Raja Nusantara dan Pemerintah Hindia-Belanda. Dari iluminasi yang digambar, terlihat bahwa motif-motif dibuat dengan pola_pola khusus sehingga menampilkan kekhasan surat dari Pemerintah Hindia-Belanda dan surat dari Raja-Raja Nusantara. Raja Najamuddin dari Palembang, misalnya, menghias surat-suratnya dengan motif tertentu, seperti pucuk rebung emas dan pada kepada surat dihias dengan gaya kaligrafi berbentuk hati. Surat Banten yang bergaya kertas dinding (wallpaper) juga mempunyai kekhasan, yakni dengan motif tebaran tangkai-tangkai bunga popi. Gaya iluminasi seperti ini hampir sama dengan hiasan surat dari Banjarmasin. Namun, surat dari Banjarmasin sebagian besar bermotif bunga cengkih. Gaya khas surat dari Madura adalah dengan motif bola api dan mahkota. Hiasan dalam surat-surat ini berukuran besar dengan warna-warna yang cerah. Lain dengan surat Raja Nusantara, surat Pemerintah Hindia-Belanda juga mempunyai kekhasan. Surat-surat ini dihias dengan gambar topi, belah ketupat, ros, lili, dan mahkota.Motif-motif yang menghias iluminasi ternyata hukan hanya hiasan, melainkan juga bermakna. Hiasan-hiasan itu merupakan simbol bermakna dan melalui kajian semiotik Pierce dengan proses semiosisnya, makna-makna yang tersemhunyi itu dapat terungkap. Bunga ros misalnya adalah simbol dari kesempurnaan, bunga bermakna raja, dan topi simbol dari pemimpin. Dari Motif-motif itu terlihat bahwa simbol-simbol yang dipakai berkaitan dengan kekuasaan, seperti raja dan pelindung. Dalam surat para penguasa di Nusantara simbolnya juga bernuansa kekuasaan, seperti mahkota simbol penguasa alam. Bola api bermakna kekuasaan dan legitimasi, dan pohon delima simbol dari pelindung atau raja. Simbol-simbol kekuasaan dalam surat Raja Nusantara didukung oleh simbol-simbol lain yang juga hukan hanya bermakna pada kekuasaan raja, tetapi pada penguasa tertinggi, yakni Tuhan. Keterkaitan kekuasaan pada penguasa tertinggi, Tuhan, dalam masyarakat Nusantara adalah wajar sebab dalam masyarakat ini dikenal konsep raja adalah khalit"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
D1830
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganang Dwi Kartika
"ABSTRAK
Disertasi ini adalah penelitian yang melihat religiositas rantau Y. B. Mangunwijaya sebagai jalan keluar dari persoalan kebangsaan dan kemanusiaan di dalam tiga novelnya, yakni Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa (1983), Durga Umayi (1991), dan Burung-burung Rantau (1992). Penelitian ini menggunakan metode close reading untuk menganalisis religiositas rantau di antara persoalan kebangsaan dan kemanusiaan dalam tiga novel tersebut.
Temuan penelitian ini adalah bahwa tiga novel yang diteliti memperjuangkan ideologi rantau yang merupakan ideologi yang mendasari ketiga novel. Melalui ideologi tersebut ingin dilampaui berbagai persoalan kebangsaan dan kemanusiaan di masing-masing novel yang berlatar belakang ruang sosial, politis, dan geografis yang kemudian disebut dengan Indonesia di kemudian hari.

ABSTRACT
This dissertation is a result of a research which overlooked wandering religiosity as a way out for problems of nationality and humanity in Y. B. Mangunwijaya?s three novels, i.e Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa (1983), Durga Umayi (1991), and Burung-burung Rantau (1992). The method used in this research is close reading to analyze the content of wandering religiosity among the problems of nationality and humanity in the three novels.
The finding of this research is that all the three examined novels struggle for wondering ideology, the basic ideology of the three novels. With this ideology, the writer offers solutions for various problems of nationality and humanity, as described in each novel, placed in social, political and geographical settings which will later be called Indonesia.
"
2015
D2146
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewaki Kramadibrata
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas naskah ?Hikayat Khalifah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali sampai Peperangan Hasan dan Husain di Karbala? (disingkat HKAUUA) yang ditemukan di Desa Kabau, Pulau Haruku, Provinsi Maluku. HKAUUA berisi kisah perjuangan Muhammad Hanafiyyah membela keturunan Ali. Dalam khazanah sastra Melayu Klasik, cerita ini dikenal dengan nama ?Hikayat Muhammad Hanafiyyah? (disingkat HMH). HMH termasuk ke dalam golongan cerita pahlawan Islam dan mengandung unsur Syiah. Penelitian terhadap HKAUUA dilakukan dengan menggunakan teori filologi dan kodikologi. Edisi teks disajikan dengan menggunakan metode edisi kritis. Tinjauan aspek pernaskahan dilakukan untuk menunjukkan kekhasan naskah HKAUUA. Teks hasil suntingan kemudian dikaji dari segi kebahasaan yang meliputi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Kajian isi selanjutnya membahas latar belakang keagamaan yang terlihat dalam teks dan hubungannya dengan budaya komunitas muslim di Hatuhaha.

ABSTRACT
This study discusses ?Hikayat Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali Peperangan Hasan and Husain di Karbala? (abbreviated as HKAUUA ), a manuscript found in the village Kabau, Haruku Island, Maluku province. HKAUUA narrates the story of Muhammad Hanafiyyah fighting for Ali's descendants. In classical Malay literatures, the story is famously known as ?Hikayat Muhammad Hanafiyyah? (abbreviated as HMH). HMH is classified as Islamic epic and influenced by Shia doctrines. This study is based on philology and codicology theories. Text edition is based on critical edition. The edited text is then analyzed in linguictics perspectives, namely phonology, morphology, and syntax. This study also discusses the religious background as indicated in the text, and its relation to the Muslim community in the Hatuhaha culture.
"
2015
D2129
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library