Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadiyah Ulayya Verdianti
Abstrak :
Latar Belakang Kanker serviks adalah penyakit kronis yang mudah dicegah dan dapat ditangani jika ditemukan dini. Meskipun demikian, sampai saat ini, kanker serviks masih menjadi penyakit dengan angka kejadian dan kematian yang tinggi di Indonesia dan dunia serta menimbulkan beban yang signifikan bagi penderita maupun masyarakat. Infeksi HPV merupakan penyebab utama terjadinya kanker serviks dan tindakan pencegahan lainnya tidak cukup untuk mencegah terjadinya infeksi HPV tanpa didampingi dengan vaksinasi. Oleh karena itu, penelitian untuk menelusuri pengetahuan, sikap, dan perilaku serta faktor sosial ekonomi yang dapat menjadi penghambat terjadinya vaksinasi HPV diperlukan. Metode Dilakukan pengambilan data menggunakan kuesioner pada tanggal 20-23 November 2023 di Poli Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSCM Kiara. Sampel yang di ambil berupa data dari sosiodemografi dan pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) terkait HPV serta kanker serviks pada populasi cakupan untuk melihat hubungan diantaranya. Hasil Subjek penelitian ini sebagian besar sudah memiliki sikap yang positif terhadap infeksi HPV, vaksinasi HPV, dan kanker serviks (69,3%). Akan tetapi, sebagian besar masih memiliki pengetahuan dan perilaku yang buruk (72,4% dan 84,3%). Pada penelitian ini terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap (p 0,001, OR 6,857, 95% CI=1,954- 24,062) dan pengetahuan dengan perilaku (p 0,003, OR 4,227, 95% CI=1,569-11,389). Akan tetapi, tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara sikap dengan perilaku. Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status pengetahuan dengan status vaksinasi HPV (p 1,000), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status sikap dengan status vaksinasi HPV (p 0,455), dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status perilaku dengan status vaksinasi HPV (p 1,000). Kesimpulan Ditemukan tingkat pengetahuan dan perilaku subjek yang buruk dengan sikap yang positif. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap dan pengetahuan dengan perilaku, tetapi tidak antara sikap dengan perilaku. Selain itu, tidak ada hubungan antara status pengetahuan, sikap, dan perilaku denga status vaksinasi. ......Introduction Cervical cancer is a chronic disease that is easy to prevent and can be treated if found early. However, to date, cervical cancer is still a disease with a high incidence and mortality rate both in Indonesia and globally, while also causing a significant burden for sufferers and society. HPV infection is the main cause of cervical cancer and, without vaccination, other preventive measures alone are not enough to prevent HPV infection. Therefore, research to explore knowledge, attitudes, and behavior as well as socio- economic factors that can hinder HPV vaccination is needed. Method Data were collected using a questionnaire on 20-23 November 2023 at the Obstetrics and Gynecology Clinic, RSCM Kiara. The sample that was taken was data from sociodemographics and knowledge, attitudes, and practice (KAP) related to HPV and cervical cancer in the coverage population to see the relationship between them. Results Most of the subjects in this study had a positive attitude towards HPV infection, HPV vaccination, and cervical cancer (69.3%). However, the majority still have poor knowledge and behavior (72.4% and 84.3%). This research found a relationship between knowledge with attitudes (p 0.001, OR 6.857, 95% CI=1,954-24,062) and knowledge with behavior (p 0.003, OR 4.227, 95% CI=1,569-11,389). However, no statistically significant relationship was found between attitudes with behavior. This study found that there was no significant relationship between knowledge status with HPV vaccination status (p 1.000), there was no significant relationship between attitude status with HPV vaccination status (p 0.455), and there was no significant relationship between behavior status with HPV vaccination status (p 0.455). Conclusion It was found that the subject's level of knowledge and behavior was poor with a positive attitude. This study also found that there was a statistically significant relationship between knowledge with attitudes and knowledge with behavior, but not between attitudes with behavior. Apart from that, there is no relationship between knowledge status, attitudes, and practice with vaccination status.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Aisyah Putri
Abstrak :
Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, kanker serviks merupakan kanker kedua yang paling banyak diderita dengan insidensi 9,3% dan penyebab kematian terbanyak ketiga dengan mortalitas 8,8%. Penyebab utama terjadinya kanker serviks adalah infeksi HPV risiko tinggi. Pencegahan infeksi HPV dapat dilakukan melalui vaksinasi HPV. Dengan demikian, vaksinasi HPV berperan penting dalam pencegahan kanker serviks. Akan tetapi, terdapat beberapa hambatan terkait vaksinasi HPV yang menyebabkan tidak seluruh populasi dapat mengaksesnya. Di Indonesia, cakupan vaksinasi HPV untuk wanita berusia lebih dari sama dengan 15 tahun pada tahun 2022 hanya mencapai 6%. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas cakupan vaksinasi HPV pada pasien pasien di poli kebidanan dan kandungan RSCM. Metode Penelitian ini dilakukan menggunakan desain observasional dengan metode crosssectional. Besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 98 sampel. Data diperoleh melalui kuisioner dan rekam medis responden. Data yang diperoleh akan diolah menggunakan aplikasi SPSS 27.0. Hasil Terdapat 8 dari 127 subjek penelitian yang telah mendapatkan vaksinasi HPV (6,3%). Sebanyak 50% dari subjek yang telah mendapatkan vaksinasi baru menerima 1 dosis vaksin. Dari 127 subjek penelitian, terdapat 18 pasien kanker serviks. Cakupan vaksinasi HPV pada pasien kanker serviks adalah 5,6%. Kesimpulan Untuk mencapai kekebalan kelompok, cakupan vaksinasi HPV pada penelitian ini masih sangat rendah. Meski demikian, cakupan vaksinasi HPV pada pasien di Poli Kebidanan dan Kandungan RSCM ini tidak berbeda jauh dengan cakupan vaksinasi Indonesia pada tahun 2022 menurut WHO. ......Introduction According to the Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018, cervical cancer is the second most common cancer with an incidence of 9.3% and the third leading cause of death with a mortality rate of 8.8%. The main cause of cervical cancer is high-risk HPV infection. Prevention of HPV infection can be done through HPV vaccination. Therefore, HPV vaccination plays an important role in the prevention of cervical cancer. However, there are several barriers related to HPV vaccination that prevent some populations from accessing it. In Indonesia, the HPV vaccination coverage for women aged 15 and older in 2022 only reached 6%. Therefore, this study will discuss the coverage of HPV vaccination among patients in departments of obstetrics and gynecology RSCM. Method This study was conducted using an observational design with a cross-sectional method. The minimum required sample size is 98 samples. Data will be obtained through questionnaires and respondent’s medical records. The data obtained will be processed using SPSS 27.0. Results There were 8 out of 127 subjects who had received HPV vaccination (6.3%). Half of the subjects who had been vaccinated only received 1 dose of the vaccine. Out of the 127 research subjects, there were 18 cervical cancer patients. The HPV vaccination coverage in cervical cancer patients was 5.6%. Conclusion To achieve herd immunity, the HPV vaccination coverage in this study is still very low. However, the HPV vaccination coverage in patients at the Department of Obstetrics and Gynecology RSCM is similar to Indonesia's vaccination coverage in 2022 according to the WHO.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simangunsong, Matthew Mindo Parsaoran
Abstrak :
ABSTRAK
TUJUAN : Mengetahui jumlah sel NK dan fungsinya menghasilkan IFN-? pada serviks normal, infeksi subklinis HPV-RT, lesi prakanker dan kanker serviks terkait perjalanan alami kanker serviks.METODE : Penelitian ini merupakan sebuah studu deskripsi komparasi numeric lebih dari 2 grup dengan total subjek 40 perempuan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diambil dari swab serviks dengan cytobrush dan diproses di laboratorium untuk menghitung jumlah sel NK dan fungsinya menghasilkan interferon gamma dengan metode flowsitometri. Data dianalisis dengan uji Kruskall Wallis dan analisis post-hoc unutuk menentukan perbedaan antara grup.HASIL : Rerata jumlah sel NK pada kelompok serviks normal, infeksi subklinis HPV-RT, lesi prakanker, dan kanker serviks berturut-turut adalah 2.6 , 11.6 , 12 , dan 7.4 . Rerata jumlah sel NK memproduksi IFN-? pada kelompok serviks normal, infeksi subklinis HPV-RT, lesi praknaker, dan kanker serviks berturut-turut adalah 8.1 , 3.3 , 1.1 , dan 1.8 Terdapat perbedaan jumlah sel NK pada pada jaringan serviks normal, infeksi subklinis HPV-RT, lesi prakanker dan kanker serviks p=0.001 . Tidak terdapat perbedaan jumlah sel NK yang menghasilkan IFN-? pada pada jaringan serviks normal, infeksi subklinis HPV-RT, lesi prakanker dan kanker serviks p=0.577 .KESIMPULAN : Jumlah sel NK pada serviks normal secara bermakna lebih rendah dibanding kelompok lainnya. Namun tidak ada perbedaan jumlah sel NK yang memproduksi IFN-? antar kelompok. Aktivitas sel NK sebagai imunomodulator dapat berkaitan dengan aktivitas sitotoksiknya, meskipun mempunyai jalur aktivasi yang berbeda. Diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai aktifitas sel NK memproduksi sitokin. Selain itu fungsi sitotoksik sel NK juga perlu dipelajari untuk mengetahui peranan seutuhnya sel NK terkait perjalanan alami kanker serviks.
ABSTRACT
Objective To know NK cell count and its function to produce IFN on normal cervix, subclinical high risk HPV hr HPV infection, precancerous lesion, and cervical cancer in order to understand the natural history of uterine cervical cancer.Methods This is a descriptive comparative numerical study with more than two unpaired group with total subjects of 40 females who met the inclusion and exclusion criteria. Samples were gathered from cervical tissue using cytobrush and were processed in the laboratory to calculate NK cell count using flowcytometry. Data was analyzed using Kruskal Wallis and post hoc analysis was done to determine the difference between groups.Results The mean NK cell count on normal cervix, subclinical hr HPV infection, precancerous lesion, and cervical cancer were 2.6 , 11.6 , 12 , and 7.4 . The mean NK cell producing IFN on normal cervix, subclinical hr HPV infection, precancerous lesion, and cervical cancer were 8.1 , 3.3 , 1.1 , and 1.8 . There is significant difference of NK cell count between 4 groups p 0.001 but there is no significant difference of NK cellproducing IFN p 0.577 .Conclusion NK cell count in normal cervix was significantly lower than other group. However, there wasn rsquo t any difference on IFN production between groups. NK cells activity as an immunomodulator can be associated to its cytotoxic activities, although from different pathway. Further study is needed to understand NK cell activity in cytokine production and its role in cervical cancer natural history.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryamin
Abstrak :
Pendahuluan : Nyeri kanker bukan hanya terjadi akibat dari kanker itu sendiri namun mencakup pengobatan, efek samping pengobatan, proses diagnosis dan hal lain yang tidak berhubungan dengan penyakit kanker itu sendiri. Dalam penanggulangan nyeri banyak obat analgetik yang digunakan sehingga menimbulkan efek samping. Baik nyeri yang tidak teratasi maupun efek samping pengobatan nyeri dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan nyeri kanker. Salah satu pendekatan terapi non farmakologi yang dapat digunakan adalah menambahkan akupunktur pada terapi standar nyeri. Akupunktur telah terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri. Namun, aplikasi pada pasien kanker masing jarang dilakukan dalam praktek rawat inap rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas manual akupunktur dalam mengurangi intensitas nyeri yang dinilai dengan skor Visual Analog Scale (VAS) dan peningkatan kualitas hidup yang dinilai dengan The European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) Core Quality of Life Questionnaire (QLQ-C30)pada pasien nyeri kanker ginekologi yang dirawat inap . Metode : Desain studi ini adalah uji klinis acak terkontrol tunggal dengan kontrol terapi standar. Penelitian ini diikuti oleh 58 pasien kanker ginekologi yang mengalami nyeri pada saat rawat inap. Subjek penelitian dialokasikan secara acak ke dalam kelompok perlakuan (n=29) dan kontrol (n=29). Pada kelompok manual akupunktur dan terapi standar diberikan terapi akupunktur pada titik LI4 Hegu, PC6 Neiguan, LR3 Taichong dan ST36 Zusanli, dilakukan setiap hari selama 3 hari, sementara pasien pada kelompok kontrol pasien hanya menerima terapi standar berupa obat analgetik saja. Hasil : Penambahan terapi manual akupunktur dalam terapi standar didapatkan perbedaan signifikan dalam intensitas nyeri pada hari pertama, penurunan nyeri pada hari pertama dan kedua bila dibanding dengan hanya terapi standar. Pada penilaian kualitas hidup didapatkan peningkatan kualitas hidup yang lebih menyeluruh dengan penambahan manual akupunktur pada terapi standar dibanding hanya terapi standar saja. Penggunaan analegetik pada kelompok manual akupunktur dan terapi standar lebih sedikit dibanding terapi standar Kesimpulan : Penambahan manual akupunktur pada terapi standar meningkatkan penurunan intensitas nyeri, meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan dosis obat analgetik. ......Introduction: Cancer pain does not only occur as a result of cancer itself but includes treatment, side effects of treatment, the diagnosis procedure and other things that are not related to cancer itself. In treating pain, many analgesic drugs are used which can cause side effects. Both unresolved pain and side effects of pain treatment can affect the quality of life of patients with cancer pain. One non-pharmacological therapy approach that can be used is adding acupuncture to standard pain therapy. Acupuncture has been proven to reduce pain intensity. However, its application to cancer patients is rarely carried out in hospital inpatient. The aim of this study was to assess the effectiveness of manual acupuncture in reducing pain intensity as assessed by the Visual Analog Scale (VAS) score and patient quality of life assessed by The European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) Core Quality of Life Questionnaire (QLQ- C30) in hospitalized gynecological cancer pain patients. Methods: The design of this study is a single randomized controlled clinical trial with standard therapy controls. This study followed 58 gynecological cancer patients who experienced pain during hospitalization. Research subjects were randomly allocated into treatment (n=29) and control (n=29) groups. In the manual acupuncture and standard therapy groups, acupuncture therapy was given at points LI4 Hegu, PC6 Neiguan, LR3 Taichong and ST36 Zusanli, carried out every day for 3 days, while patients in the control group only received standard therapy in the form of analgesic drugs. Results: The addition of manual acupuncture therapy to standard therapy resulted in a significant difference in pain intensity on the first day, a decrease in pain on the first and second days when compared with standard therapy alone. In assessing the quality of life, it was found that there was a more comprehensive improvement in quality of life with the addition of manual acupuncture to standard therapy compared to standard therapy alone. The use of analgesics in the manual acupuncture and standard therapy groups was less than standard therapy Conclusion: The addition of manual acupuncture to standard therapy increases pain intensity reduction, improves quality of life and reduces the dose of analgesic drugs.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Meitri A. R. P.
Abstrak :
Latar belakang: Angka kematian akibat kanker ovarium mencapai 54%. Hal ini dikarenakan sebagian besar kasus kanker ovarium datang pada stadium lanjut dan membutuhkan kualitas pembedahan prima untuk mencapai sitoreduksi optimal. Prediksi luaran operasi menjadi penting sebagai bahan pertimbangan antara benefit operasi dan morbiditas perioperatifnya. Salah satu model yang memprediksi luaran operasi dikembangkan oleh Suidan dkk. Skor prediksi ini melibatkan berbagai senter ginekologi onkologi, dilakukan secara prospektif dengan akurasi 75.8%. Untuk itu, dibutuhkan validasi terhadap model prediksi ini. Tujuan: Menilai sensitivitas dan spesifisitas skor prediksi luaran operasi yang dikembangkan oleh Suidan dkk. pada pasien-pasien dengan kanker ovarium stadium III dan IV dengan cut-off point 9 dan beberapa cut-off point lainnya. Metode: Penelitian observasional non-eksperimental dilakukan secara kohort (prospektif Januari 2018 - Mei 2019 dan retrospektif Januari 2015 - Desember 2017) di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta-Indonesia. Subjek penelitian adalah pasien-pasien dengan kanker ovarium stadium lanjut (stadium FIGO III dan IV) yang dilakukan operasi debulking primer. Validasi eksternal dilakukan pada skor Suidan yang menggunakan 3 parameter klinis dan 8 parameter hasil CT-Scan. Selain itu, 3 kriteria klinis dan 5 gambaran CT-Scan/MRI yang juga dicatat sebagai data tambahan. Hasil: Diperoleh 57 subjek, terdiri dari 28 operasi suboptimal dan 29 operasi optimal. Skor dengan cut-off point 7 memiliki nilai sensitivitas 60,71% dan spresifisitas 75,68% (OR 4,86; 95% CI 1,55-15,18) dan akurasi 68,42%. Cut-off point ini lebih baik dibandingkan cut-off point 9 pada penelitian aslinya (sensitivitas 53,56% dan spresifisitas 75,68% dan akurasi 64.91%). Berdasarkan analisis bivariat dan multivariat dikembangkan skor lokal menggunakan beberapa parameter; kadar albumin darah < 3,5 g/dL (skor 2), gambaran massa pada porta hepatis atau kantung empedu (skor 1), lesi pada subkapsular hepar atau intraparenkim hepar (skor 4), dan omental cake yang luas (skor 4). Hasil signifikan tampak pada analisis mean skor yang lebih tinggi pada operasi suboptimal (7,61 ± 3,19) dan nilai akurasi 86%. Pada cut-off point 7, sensitivitas dan spesifisitas yang dihasilkan adalah 85,71% dan 72,22% dengan akurasi 77,19%. Simpulan: Skor Suidan dkk. belum dapat diterapkan di RSCM karena sensitivitas dan spesifisitas yang relatif rendah. Skor lokal dengan cut-off point 7 pada penelitian ini dapat dikembangkan untuk penggunaannya lebih lanjut. ......Background: Optimal cytoreduction operation and chemotherapy are the cornerstone management of advanced stage ovarian cancer. The mortality of ovarian cancer is as high as 54%. Ovarian cancer is mostly present at late stage and in need of excellent cytoreductive surgery if not extensive surgery to reach optimal debulking. Prediction of cytoreduction outcome is necessary to be incorporated in advanced ovarian cancer management to aim for optimal cytoreduction with minimal morbidity. One of the predictive models established by Suidan et. al. (multicenter prospective trial with accuracy 75.8%) could act as an alternative non-invasive model and should be validated. Objectives: To determine sensitivity and specificity score developed by Suidan et.al. on patients with stage III and IV ovarian cancer. Methods: Observation non-experimental study was conducted (prospectively January 2018 – May 2019 and restrospectively January 2015 – December 2017) at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta-Indonesia after ethical clearance. Subjects are patients with ovarian cancer FIGO stage III and IV who underwent primary debulking surgery. External validation was performed for Suidan’s score which used 3 clinical parameters and 8 CT-scan parameters. Moreover, three other clinical features and five other advanced imaging results were included. Results: Fifty-seven subjects were included, consist of 28 suboptimal debulking and 29 optimal debulking. Score with cut-off point 7 has sensitivity value 60.71% and specificity of 75.68% (OR 4.86; 95% CI 1.55-15.18) with accuracy 68.42%. They were better than original cut-off points 9 (sensitivity 53.56%, specificity 75,68%, and accuracy 64.91%). Based on bivariate and multivariate results, local score was developed and established with several parameters; blood albumin < 3.5 g/dL (score 2), image of mass on porta hepatis and gall bladder (score 1), lesion of subcapsular and intraparenchymal liver, and vast omental cake (score 4). Mean of the score was significantly higher on suboptimal debulking (7.61 ± 3.19) with accuracy 86%. Cut-off points 7 showed sensitivity value of 86.71% and specificity 0f 72.22% (accuracy 77.19%). Conclusion: The Suidan’s prediction score could not provide good sensitivity and specificity to be used at RSCM. Local score should be developed to be used at RSCM, the local score in this study could be sat as a beginning.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Johan Ricardo
Abstrak :
Latar Belakang: Kanker ovarium epitelial merupakan jenis keganasan ovarium yang paling sering ditemukan dan bersifat agresif. Upaya melakukan deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan ginekologi, dikombinasi dengan pemeriksaan ultrasonografi, advanced imaging (CT-Scan, MRI) dan pemeriksaan kadar serum CA-125, namun untuk menentukan diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan histopatologi. Tujuan: Membandingkan temuan metastasis kelenjar getah bening pada advanced imaging (CT-Scan, MRI) dengan histopatologi pada kasus kanker ovarium epitelial.dan menentukan rentang waktu antara dilakukkan advanced imaging dengan tindakan operasi. Metode: Penelitian ini bersifat kohort retrospektif. Sampel penelitian adalah pasien dengan riwayat kanker ovarium epitelial stadium awal yang sudah dilakukan limfadenektomi di RSCM pada tahun 2017-2022 dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data melalui data sekunder. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Mc Nemar atau Kappa. Hasil: Dari karakteristik didapatkan usia rata-rata 48 tahun, paling banyak dengan jenis clear cell carcinoma (36.7%), dan ditemukan paling banyak pada ovarium kanan (43.3%). Hasil advanced imaging tidak memiliki nilai kesepakatan yang berarti dengan hasil histopatologi (Kappa value -0.01, p >0.05). Hasil paling banyak ditemukan metastasis di pelvis kiri. Rentang waktu dilakukannya operasi setelah pemeriksaan advanced imaging, paling banyak dalam waktu kurang dari 3 bulan (50.0%). Kesimpulan: Semakin cepat waktu dilakukan tindakan operasi semakin tinggi survival rate. Tidak ada hubungan yang signifikan antara ditemukannya limfadenopati pada advanced imaging dan histopatologi. ...... Background: Epithelial ovarian cancer is the most common and aggressive type of ovarian malignancy. Efforts aimed at early detection are gynecological examination, combined with ultrasound examination, advanced imaging (CT-Scan, MRI) and CA-125 levels, but to determine a definite diagnosis a histopathological examination is needed. Objective: To compare the findings of lymph node metastases on advanced imaging (CT-Scan, MRI) with histopathology in cases of epithelial ovarian cancer. And to determine the time interval between advanced imaging and surgery. Methods: This study used a retrospective cohort. The sample of the study was patients with a history of early-stage epithelial ovarian cancer who had undergone lymphadenectomy at RSCM in 2017-2022 by consecutive sampling technique. Data collection through secondary data. Data were analyzed univariately and bivariately with the Mc Nemar or Kappa test. Results: The features revealed that the average age was 48 years, that clear cell carcinoma was the most prevalent form (36.7%), and that it was most frequently discovered in the right ovary (43.3%). According to the study's findings, there was no significant correlation between the outcomes of advanced imaging and those of histopathology (Kappa value: -0.01, p >0.05). The results showed that most metastases were found in the left pelvis. This study evaluated the length of surgery following enhanced imaging test revealed that 50% of patients underwent surgery in less than three months on average. Conclusion: The difference between preoperative and intraoperative findings will be minimized if surgery is conducted early. There was no significant correlation between lymphadenopathy findings on advanced imaging and histopathology.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Agustia Rahma Putri
Abstrak :
Latar belakang: Kanker saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Insidensi kanker ginekologi di Indonesia masih tinggi. Aspek nutrisi merupakan salah satu aspek yang paling sering mengalami kelainan pada pasien dengan kanker. Patient Generated-Subjective Global Assessment (PG-SGA) merupakan modalitas skrining nutrisi yang mengombinasikan data kualitatif dan semi-kuantitatif. Proses inflamasi sistemik yang terjadi pada pasien kanker dapat mengakibatkan penurunan kadar albumin dan prealbumin. Namun, belum banyak penelitian sebelumnya yang mencari bagaimana korelasi kadar albumin dan prealbumin terhadap skor PG-SGA. Tujuan: Mengetahui parameter yang paling baik dalam mendeteksi malnutrisi untuk pasien dengan onkologi ginekologi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang (cross sectional). Subjek dari penelitian ini adalah pasien yang didiagnosis dengan kanker ginekologi yang berobat ke Poliklinik Onkologi Ginekologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan direncanakan atau telah menjalani terapi pada Oktober 2020 - September 2021. Pasien dengan riwayat keganasan primer selain keganasan ginekologi, menerima terapi kortikosteroid oral atau intravena, riwayat pembedahan saluran cerna yang memengaruhi absorpsi/asupan nutrisi, dan riwayat penyakit liver akut atau kronik dan alkoholisme dieksklusi dari penelitian. Hasil: Didapatkan sebanyak 90 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian. Secara keseluruhan, nilai rerata albumin yaitu 4,19 g/dL, rerata prealbumin yaitu 39,1 mg/dL, dan rerata skor PG-SGA yaitu 3 atau kategori A. Terdapat korelasi positif lemah antar kadar albumin dengan prealbumin (r=0,378, p=0,000), Terdapat korelasi negatif lemah antara kadar albumin terhadap skor PG-SGA (r=-0,313, p=0,003), sedangkan tidak terdapat korelasi kadar prealbumin terhadap skor PG-SGA (r=-0,145, p=0,173). Kesimpulan: Didapatkan korelasi antara albumin terhadap skor PG-SGA, namun tidak didapatkan korelasi antara prealbumin terhadap skor PG-SGA. ......Background: Cancer is still one of the major health problems in the world. The incidence of gynecological cancer in Indonesia is still high. Nutritional aspect is one of the most frequent aspects of abnormalities in patients with cancer. Patient Generated-Subjective Global Assessment (PG-SGA) is a nutritional screening modality that combines qualitative and semi-quantitative data. Systemic inflammatory process that occurs in cancer patients can result in a decrease in albumin and prealbumin levels. However, there have not been many previous studies looking at the correlation between albumin and prealbumin levels on the PG-SGA score. Objective: Knowing the best parameters in detecting malnutrition for gynecological oncology patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Methods: This study used a cross-sectional method. The subjects of this study were diagnosed with gynecological cancer who went to the Gynecological Oncology Polyclinic of RSUPN Dr. Dr. Cipto Mangunkusumo and planned or already undergoing therapy during October 2020 - September 2021. Patients with a history of primary malignancy other than gynecological malignancy, receiving oral or intravenous corticosteroid therapy, history of gastrointestinal surgery affecting nutrient absorption/intake, and history of acute or chronic liver disease and alcoholism was excluded from the study. Results: There were 90 subjects who were included in this study. Overall, the average level of albumin was 4.19 g/dL, the average level of prealbumin was 39.1 mg/dL, and the average of scored-PG-SGA was 3 or category A. There was a weak positive correlation between albumin and prealbumin levels (r=0.378, p=0.000). This study showed a weak negative correlation between albumin level and scored-PG-SGA (r=-0.313, p=0.003), whereas there was no correlation between prealbumin levels and scored-PG-SGA (r=-0.145, p=0.173). Conclusion: A weak negative correlation was found between albumin and the scored-PG-SGA, but no correlation was found between prealbumin and the scored-PG-SGA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library