Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuryanto
"Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh yang diharapkan, padahal program pemberian ASI eksklusif telah dicanangkan sejak tahun 1990. Prevalensi pemberian ASI secara eksklusif menurut SDKI 1991 sebesar 52,5% dan SDKI 1994 47,3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa belum tercapainya pemberian ASI ekeklusif pada bayi masih merupakan masalah bagi ibu-ibu menyusui dan perlu mendapat perhatian khusus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelangsungan pemberian ASI saja meliputi, seluruk wilayah/provinsi Indonesia terhadap ibu pernah kawin usia 15-35 tahun yang mempunyai anak usia kurang dari satu tahun, baik masih menyusui maupun sudah berhenti memberikan ASI kepada anaknya.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, dan cara pengambilan sampelnya dilakukan dengan metode multi stage random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 3543 ibu yang mempunyai anak usia kurang dari satu tahun. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa prevalensi ibu yang memberikan ASI saja sampai 4 bulan (eksklusif) sebeser 77% dan median 6,07 bulan, selain itu didapat ada 63% ibu bekerja memberikan ASI secara eksklusif. Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Hasil uji bivariat menunjukkan hubungan bermakna aatara status pekerjaan ibu, penolong persalinan, keterpaparan oleh media elektronik dan keaktifan ibu dalam kegiatan sosial dengan kelangsungan pemberian ASI saja.
Dari hasil uji analisis multivariat, terdapat tiga variabel yang berhubungan bermakna dengan kelangsungan pemberian ASI saja, yaitu status pekerjaan, keterpaparan oleh media elektronik, dan penolong persalinan. Kelompok ibu yang bekerja mempunyai risiko 1,16 kali lebih cepat untuk berhenti memberikan ASI saja daripada kelompok ibu yang tidak bekerja setelah dikontrol variabel keterpaparan oleh media elektronik dan penolong persalinan.
Mengingat masih rendahnya pemberian ASI eksklusif dan semakin meningkatnya wanita usia reproduksi yang ikut berpartisipasi dalam kelompok angkatan kerja, maka perlu adanya dukungan dari tempat kerja agar pemberian ASI eksklusif tetap terlaksana yaitu dengan melakukan pengaturan cuti, adanya kelonggaran untuk memberikan ASI di tempat kerja, tersedianya ruangan untuk menyusui dan tersedianya fasilitas untuk tempat penyimpanan ASI dalam dot/botol, serta membudayakan pemberian ASI eksklusif pada tiap-tiap tempat kerja.

The Relationship between Mothers Job and Only Breast-Feeding Continuity on Children 0-11 MonthsExclusive breast-feeding is still far expected in Indonesia, where as the breast-feeding from has been announced since 1990. The amount of exclusive breast-feeding prevalence according to SDKI 1991 was 52, 5% and SDKI 1994 was 47,3%. It means that we haven't reached the target in giving milk to the baby and it is a problem for suckling mother and needs a certain attention.
The objective of this investigation is to know the relationship between the mother's job and breast-feeding continuity throughout Indonesian provinces or areas on married woman which are 15-35 years old with their children less than one year, either still suckling or stop suckling to their children.
The investigation design which was used cross sectional, and the method of taking samples was done with method of multistage random sampling with the amount of samples are 3543 suckling mothers which have children less than one year. This investigation result concludes that the mother prevalence which gives only exclusive breast-feeding is 77% and median is 6.07 months, besides there is 63% worked mother exclusive breast-feeding. This percentage is less than unworked mother.
Bivariate test result showed there was significant relationship between the mother job status, birth helper, electronic media involvement and mother activity in social activity with the only breast-feeding continuity. From the result of multivariate analysis test showed that there were three significant variables which have relationship with the only breast-feeding continuity, namely job status, electronic media involvement, and birth helper. The worked mother group has a risk 1, 16 times faster to stop giving only breast feeding than unworked mother after being controlled involvement variable by electronic media and birth helper.
Because exclusive breast-feeding is still low and the reproductive women who are working rising, so we need support from worked place to suggest giving only breast-feeding for their children, namely by managing furlough, allowance for breast-feeding in worked place, the room for suckling available, the facility to store breast milk in nipple of bottle available, and promote exclusive breast-feeding in any worked place."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 5075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Lia Ekawati
"Proses pengarsipan sediaan apus darah tepi (SADT) dan sertifikasi diagnosis mikroskopis di U.S.NAMRU-2 telah berjalan. Masalah utamanya adalah basis data yang memuat posisi penyimpanan SADT belum tersedia dan pemanfaatan kembali SADT yang telah dikumpulkan belum optimal. Penyimpanan dan pengolahan data pada proses sertifikasi belum terintegrasi dan masih dilakukan secara manual, sehingga informasi yang dihasilkan memerlukan waktu lama.
Tujuan pengembangan sistem MC4 adalah membangun manajemen basis data pengarsipan SADT dan standarisasi proses sertifikasi kompetensi diagnosis mikroskopis malaria. Untuk mendukung tujuan dan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah, dikernbangkan juga komputerisasi basis data berupa rancang bangun (prototype) MC4.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan studi observasi. Pengembangan sistem menghasilkan rancang bangun (prototype) MC4 dengan basis data relasional. Uji cobs rancang bangun menunjukkan berhasilnya operasional sistem berdasarkan indikator input, proses dan output yang telah ditetapkan.

System Development of The Microscopy Competency Certification and Collection Center (MC4) In U.S.NAMRU-2, Jakarta Archiving process of blood smear and certification process of microscopic diagnosis of malaria in US NAMRU-2 has been running. The main problems are unavailability of database that contains blood smear archiving position and re-use of the collected blood smears. Data saving and processing in certification process is not yet integrated and has been done manually, so it takes long time to acquire the information needed.
MC4 system development is purposed to build data base management system for archiving process of malaria blood smear and standardization procedure for competency certification in microscopic diagnosis of malaria. To support these goals, the MC4 prototype as a computerized database is also developed.
This system development used in depth interview and observation study as data collection methods. Final result of this activity is MC4 prototype with relational database. Prototype trial study shows the success of system operational, based on determined indicator of input, process and output.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Supriatna
"Penyakit menular merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi, meskipun saat ini ada pergeseran poly penyakit dari penyakit menular ke penyakit degeneratif. Penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa di Indonesia saat ini antara lain penyakit diare, campak, dan demam bedarah.
Untuk mengantisipasi terjadinya KLB perlu dilaksanakan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini). Namun dalam pelaksanaannya, khususnya di Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat, menghadapi beberapa masalah. Masalah tersebut antara lain tidak semua puskesmas mengirimkan laporan tersebut secara rutin dan tepat waktu. Selain itu, data yang masuk tidak diolah dan dianalisis secara rutin, serta analisis yang dilaksanakan pun belum optimal, sehingga belum bisa memprediksi akan terjadinya KLB. Perangkat lunak pengolah data yang digunakan saat ini adalah lotus 123. Dalam operasionalnya ada beberapa kelemahan yang ditemui, baik dalam entri data, proses, maupun output. Selain aplikasi ini juga mempunyai kelemahan dalam penyusunan dan pengorganisasian data dalam file.
Tujuan penelitian ini adalah dikembangkannya sistem informasi laporan mingguan penyakit menular (Laporan Mingguan) dalam rangka sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2003. Metode penelitian menggunakan pendekatan pengembngan sistem, dengan tahapan penelitian antara lain : penentuan entitas, analisis sistem, rancangan sistem, dan penentuan kriterja ujicoba prototype.
Dalam penelitian ini telah berhasil disusun; form input data sistem laporan mingguan penyakit menular potensial wabah dalam rangka sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa yang dirancang disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, serta validitas dalam pemasukan data; Basis data (database) dalam sistem informasi laporan mingguan telah dinormalisasi, dan dibuat relasi antar tabel. Proses ini menjadikan .file-file menjadi terstruktur dan terorganisir dengan baik, sehingga menjadi efisien, serta akan mempermudah dalam memanggil dan meng-update data; Prototype aplikasi sistem informasi laporan mingguan telah diuji coba dan mengghasilkan keluaran yang dapat digunakan untuk kewaspadaan dini berupa absensi kinerja pengiriman laporan, distribusi penyakit menular potensial wabah, grafik trend penyakit menular potensial wabah, area neap trend penyakit menular potensial wabah.
Dengan tersusunnya prototype sistem informasi laporan mingguan penyakit menular yang telah berhasil diuji coba di laboratorium komputer, sebaiknya Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya segera mengimplementasikan sistem tersebut, karena sumber daya petugas maupun komputer di Seksi Pengamatan Penyakit, memungkinkan untuk pelaksanaannya. Meskipun secara struktur organisasi sistem informasi laporan mingguan telah terakomodir, agar sistem yang berjalan dapat terpelihara, sebaiknya kegialan ini dikuatkan dengan kebijakan dari Kepala Dinas secara tersendiri, misalnya berupa pembentukan kelompok kerja fungsional, sehingga kegiatan ini dapat berjalan optimal.
Pustaka : 21 (1984-2002)

Communicable disease is one of important challenges in health issues in Indonesia, although there is a shifted pattern from communicable diseases to degenerative diseases, but still remain high rate in morbidity and mortality. The most often diseases that caused outbreak are diarrhea, measles, and blood fever dengue.
To anticipate the outbreak it needs Early Warning System (EWS), but there are some problems that make this system not working properly, especially in District of Tasikmalaya, Province of West Java. There are some health centers do not deliver report regularly and timely. Also the data processing and analyzing for outbreak prediction did not working well, because this data processed by Lotus 123 which have some weaknesses, such as in data entry. processing and output, also in file organizing.
This study objective is to develop an Information System of Weekly Report of communicable Incidence in order to support EWS in Tasikmalaya Sub-district, Province of West Java year of 2003. The method using system development approach, determining entities, system analysis, system design, and determining the criteria of test drive prototype.
The prototype for information system development on weekly report has been build, computer based. This prototype presenting information of communicable diseases distribution, which potentially causing outbreak, based on type of disease, week of incidence, and the health center which is reporting, also with trend graphic and area map trend of diseases.
This prototype has been passed the test in computer lab and we recommend using this prototype in Health Office District of Tasikmalaya immediately. Although In organization structure this report have been accommodated, this activity should be supported by head of Health Office by establish functional work group , so this system could be working at it best.
Bibliography: 2I (1984-2002)
"
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hastuti
"Upaya Pemerintah dalam mengendalikan laju penduduk melalui program KB telah memperlihatkan hasil cukup baik dengan cakupan KB 57,4% (BKKBN, 2000). Namun pada masyarakat daerah banyak cakupan KBnya masih rendah, seperti pada Ibu-ibu PUS Wali murid SDIT IQRO yang mempunyai anak : 2 mencapai 62,6% serta belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah tersebut. Penelitian dilakukan secara kuantitatif, sample dipilih secara acak sederhana, diundi dari 595 Wali murid berdasarkan rumus estimasi proporsi (Ariawan, 1988) didapatkan sampel sebesar 183, pada penelitian ini dipakai 185 sampel yang berusia 15-49 tahun, bersuami, domisili di Komplek Perumahan IQRO. Yang menjadi kajian adalah factor umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, jumlah anak, nilai anak, dukungan keluarga, perilaku petugas dan lokasi pelayanan. Rancangan penelitian adalah Cross Sectional, analisis data Univariat, Bivariat, Multivariat.
Berdasarkan hasil analisis Univariat dan Bivariat diperoleh faktor-faktor yang berhubungan yaitu dukungan keluarga dan perilaku petugas yang tidak berhubungan adalah umur, pendidikan, pengetahuan,jumlah anak, nilai anak, sikap, dan lokasi, hasil Multivariat yang dominan adalah perilaku petugas.
Pengupayaan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan KB sesuai hasil penelitian adalah peningkatan peran petugas, pelatihan kader sebagai konselor, pendekatan kepada tokoh masyarakat/agama, pembinaan keluarga PUS secara ekonomi melalui edit lunak dengan tujuan faktor -faktor yang berhubungan dengan program KB dapat diatasi sehingga program KB lebih berhasil.

Factors Related to Family Planning Participation, PUS Mother Student's Custody of the IQRO Islamic Integrated Elementary School, Sub District of Pondok Gede, Bekasi City, year of 2004Government efforts in controlling the population rate through Family Planning program (KB) has showed good result, with KB coverage 57,4% (BKKBN,2000) but in district region the coverage is still low, like among PUS mother student custody of SDIT IQRO who has children more than two reach 62,6% and not yet revealed the factors i,hich related to this issue. This study was carried out quantitatively; the sample has chosen by simple random sampling, taken from 595 student's custody based on proportion estimating formula (Ariawan, 1988) gained 183 samples, sample aged 15-49 years old, has husband living in IQRO residential. Factors which have been studied are age, education, knowledge, attitude, number of child, child's value, family support, behavior, officer and service location. Study design is cross sectional using univariate, bivariate, and multivariate analysis.
Based on the result of univariate and bivariate analysis showed that factors which related to Family Planning are family support and officer behaviors and the unrelated factors are age, education, knowledge, number of child, child's value, attitude, and location. Multivariate analysis showed the most dominant variable is officer behaviors.
Efforts which can be done to increase KB coverage based on the results of this study are improving officer's role, training as counselor, public figure or religious figure approaching, PUS family development economically by easy loans which related to any action to success the family planning program.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daning Pujiarti
"Penggunaan obat rasional, kebijakan penggunaan obat dan program obat essensial disebar luaskan WHO sejak tahun 1985 dengan mengembangkan standar indikator penggunaan obat di fasilitas kesehatan yang menjadi standar global. Ketidak rasionalan peresepan dan penggunaan obat di Puskesmas banyak terjadi dan pada umumnya tidak disadari oleh petugas kesehatan yang ada. Ketidak rasionalan penggunaan obat meningkatkan risiko terjadinya efek samping dan pemborosan biaya anggaran masyarakat (Utarini, 1999).
Kabupaten Lampung Utara yang memiliki 21 unit Puskesmas mempunyai kendala dalam pengelolaan obat di Puskesmas. Masalah yang dihadapi Kabupaten Lampung Utara dalam pengelolaan obat di Puskesmas yaitu masih adanya penggunaan obat yang belum sesuai dengan jenis kasus/pola penyakit (80% Puskesmas) dan ketidak sesuaian laporan penggunaan obat di Puskesmas (33,33% Puskesmas). Hal ini mengakibatkan laporan yang ada kurang dapat dipergunakan oleh pihak manajemen untuk perencanaan kebutuhan secara keseluruhan.
Ketidak sesuaian laporan penggunaan obat menjadikan satu hal yang menarik untuk dilakukan penelitian dengan melihat sistem informasi pengelolaan obat di salah satu Puskesmas yaitu Puskesmas Bukit Kemuning yang merupakan Puskesmas perawatan terlama di Kabupaten Lampung Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Sistem Development Life Cycle (SDLC) dengan melaksanakan analisis sistem, disain sistem, hingga pengembangan sistem yang terkomputerisasi.
Permasalahan yang ditemukan pada sistem informasi pengelolaan obat di Puskesmas Bukit Kemuning terdapat pada input, proses dan output. Hasil analisis sistem ditemukan pengisian anamnesa pasien sangat rendah (40,0%) dan penegakkan diagnosa medis pasien sebesar 86,7%. Permasalahan terdapat pula pada waktu pencatatan terjadinya transaksi penerimaan dan pengeluaran obat baik dari Gudang Farmasi Kabupaten ke Gudang Obat Puskesmas (GOP) atau dari GOP ke unit pelayanan berupa pencatatan yang tidak lengkap. Sumber daya manusia pengelola obat di Puskesmas juga kurang memadai. Adanya pengisian laporan yang masih salah, data yang belum akurat, penegakan diagnosis yang belum sesuai dengan ICD 10 merupakan masalah yang lain. Didapatkan pula indikator penggunaan obat rasional yang tidak dimanfaatkan sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan program.
Rendahnya pencatatan anamnesis dan penegakkan diagnosa medis memperlihatkan bahwa standard Operating Prosedur (SOP) belum di jalankan dengan baik. Anamnesis dan penegakkan diagnosa medis akan menentukan jenis terapi yang diberikan. Terapi obat yang diberikan belum rasional terlihat dari penulisan resep yang mempunyai item obat per lembar 2-3 jenis obat masih rendah (36,7%).
Permasalahan yang timbul dari sistem informasi pengelolaan obat ini dapat diatasi salah satunya dengan menggunakan suatu software yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pengguna. Software ini membantu untuk mendapatkan data yang baik, tidak redudansi, efektif dan efisien.
Kepala Puskesmas Bukit Kemuning agar dapat memberikan kontrol terhadap pelaksanaan SOP pengobatan. Output yang dihasilkan program aplikasi diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan dasar perencanaan kegiatan tingkat Puskesmas dan Kabupaten. Program aplikasi ini dapat dikembangkan untuk mendapatkan data yang lebih rinci dan dipergunakan/disebarluaskan ke Puskesmas yang lainnya.
Daftar bacaan : 23 (1984 - 2003)

Information System Development of Drug Management in Bukit Kemuning Health Center at Sub-district of Bukit Kemuning, District of North Lampung in 2004Since 1985 WHO has been announced the usage of rational drug, drug usage policy, an essential drug by developing the indicator standard of drug usage in the health facility that becomes global standard. Irrational prescription and drug usage in health center often occurred and generally the health staff is not aware about it. Irrational drug usage will increase the risk of side effect occurrence and cost inefficiency in the community (Utarini, 1999).
The District of North Lampung, having 21 health centers, had some problems in managing drug in health centers. They were inappropriateness drug usage with type or disease pattern (80%) and inaccurateness on reporting drug usage (33.33%). Consequently, the management could not use the existing report to make a planning.
Inaccurate drug usage reporting become interesting to be studied through assessing information system of drug management in Bukit Kemuning Health Center, the oldest health center in the District of North Lampung. This study method used System Development Life Cycle (SDLC) approach by conducting system analysis, system design, and computerized development system.
The problems found on drug management information system in Bukit Kemuning Health Center were available in components of input, process, and output. The result of system analysis patient's anamnesis was low (40%) and most of the straightening of medical diagnosis of patient had been conducted (86.7%). Another problem found was recording incompleteness when 7ansaction of drug input and output occurred both from District Pharmacy Store to Health Center Drug Store and from Health Center Drug Store to Service Unit. Human resources that managed the drug in Health Center were insufficient, incorrectness on filling the report and inaccurate data, and inappropriateness between medical diagnosis determination and ICD X were still found. Also the existing rational drug usage indicator was not used yet as key success indicator of the program.
The lack of anamnesis recording and medical diagnosis enforcement showed that standard operating procedure (SOP) had not been conducted well because anamnesis and medical diagnosis enforcement would determine the therapy given. The existed drug therapy was not rational yet. It could be seen from in each prescription that consisted of 2-3 drug items was still low (36.7%).
To overcome the problem that mentioned above was to apply modified software according to the user's need. The software would help to keep data well, irredundant, effective, and efficient.
The Head of Bukit Kemuning Health Center should control the medication SOP. Outputs that resulted from application program can be used as input for program planning in the level of Health Center and district. The application program can be developed to obtain detail data and be used or informed to other Health Centers.
References: 23 (1984-2003)
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohanis
"Masalah perilaku seksual di kalangan remaja, tidak saja sebagai akibat faktor biologis semata tetapi juga berkenaan dengan faktor lingkungan serta kurangnya pembekalan informasi tentang seksualitas yang sehat secara utuh dan menyeluruh.
Beberapa penelitian menunjukkan telah terjadi pergeseran nilai dan moral perilaku dalam kehidupan remaja khususnya yang berkaitan dengan perilaku seksual. Hal ini juga berlaku di kota Padang yang kuat dengan adat dan agamanya, dibuktikan dengan hasil penelitian PKBI (1995) untuk 100 responden remaja ditemui kasus hubungan seksual 10,5% dan panelitian yayasan Widya Prakarsa (1999) ditemui dari 339 responden remaja telah melakukan hubungan seksual 5,9%.
Melihat permasalahan diatas dan belum adanya penelitian yang menjawab permasalahan tersebut di kota Padang, maka dilakukanlah penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri (SMU, SMK dan MA) yang berada diwilayah kota Padang tahun 2001.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, populasinya adalah siswa kelas dua Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri (SMU, SMK dan MA) di kota Padang dengan sampel sebanyak 200 orang. Penelitian ini menggunakan uji statistik univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan 27% responden berperilaku seksual berisiko berat dan 73% responden berperilaku seksual berisiko ringan, didapati 2,5% telah melakukan hubungan seksual. Variabel-variabel independen yang mempunyai hubungan yang berrnakna dengan perilaku seksual adalah pengetahuan, sikap, agama, peran media massa dan peran teman sebaya, sedangkan variabel yang tidak bermakna yaitu jenis kelamin dan peran prang tua, dari variabel tersebut yang paling dominan adalah pengetahuan dengan OR sebesar 3,80.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan seksualitas remaja oleh Instansi berwenang dengan melibatkan organisasi kemasyarakatan dan pemuka masyarakat baik melalui pendidikan formal maupun informal seperti seminar, pelatihan yang dapat menggiring remaja ke arah perilaku seksual yang baik.

Factors Related to Sexual Behavior of Public High School Students (SMU, SMK, MA) in Padang City 2003Sexual behavior problem among teenagers, not only caused biologically, but also regarding on environment factors and minimum information about sexuality health.
Some of this study showed that that there is shiftiness on value and moral of behavior in teenager especially in sexuality behavior. This is happened in Padang which has strong and strictness cultural on religion, this evidence found by PKBI study (1995) for 160 respondents 10,5% have sexual relationship experience and study of Widya Praicarsa Foundation found from 339 respondents 5,9% do sexual intercourse.
This study tries to find out factors that related to sexual behavior of public high school student (SMU, SMK, and MA) in Padang City 2002.
This study use cross sectional design, population is second grade of public high school in Padang City with 200 samples and statistically analyzed by univariate, bivariate and multivariate analysis.
Result of this study showed that 27% respondents have bad severe sexual risk behavior and 73% have light sexual risk behavior, 2,5% have sexual intercourse. Independents variables which have significant relation to sexual behavior are knowledge, attitude, religion, mass media, and peer group. While the insignificants variables are sex and role of parent, the most dominant variable is knowledge (OR=3,so).
Based on result of this study, we recommend there should be some efforts to improve knowledge about sexuality which involving social organization and public figures through formal and informal education, seminar, training that could lead teenagers to have better sexual behavior.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harmein Harun
"Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi, diantaranya adalah imunisasi DPT. Terdapat dua komponen pelaksanaannya yaitu komponen statik dan komponen dinamik. Komponen statik adalah pelayanan imunisasi di Puskesmas, Rumah Sakit dan praktek dokter. Seharusnya semua bayi/anak sasaran imunisasi yang berkunjung ke Puskesmas memperoleh imunisasi yang sesuai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian missed opportunities (kesempatan yang tidak dimanfaatkan) imunisasi DPT di Puskesmas Kecamatan Bogor Barat. penelitian ini merupakan penelitian analitik yang mengamati kejadian "missed opportunities" imunisasi. DPT dan kemudian mencatat berbagai faktor yang diperkirakan mempengaruhinya. Hasil penelitian ini, memperlihatkan kejadian "missed opportunities" imunisasi DPT sebesar 78 % di Puskesrnas Kecamatan Bogor Barat.
Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda biner dan/atau regresi logistik linier dapat dibuktikan adanya pengaruh beberapa faktor terhadap kejadian "missed opportunities" imunisasi DPT. Yang pertama adalah Hari Kedatangan Bayi/Anak ke Puskesmas, bila seorang bayi/anak datang bukan pada hari pelayanan imunisasi selalu mengalami kejadian "missed opportunities" tersebut. Kedua, Sifat Kedatangan ke Puskesmas, seorang bayi/anak yang dibawa ibunya ke Puskesmas bukan dengan maksud memperoleh imunisasi akan mempunyai risiko untuk mengalami "missed opportunities" 18 kali lebih besar bila dibandingkan dengan yang datang untuk memperoleh imunisasi. Ketiga, Unit Yang Memberikan Pelayanan Kesehatan, seorang bayi/anak yang dibawa ibunya ke Puskesmas dan dilayani bukan oleh unit K.I.A. akan mempunyai risiko untuk mengalami "missed opportunities" 21 kali lebih besar bila dibandingkan dengan yang dilayani oleh unit K.I.A. Keempat, adalah Faktor Pengalaman Petugas Bertugas di K.I.A., seorang bayi/anak yang dibawa ibunya ke Puskesmas dan dilayani bukan oleh petugas yang berpengalarnan bertugas di K. I. A. akan mempunyai risiko untuk mengalami "missed opportunities" 28 kali lebih besar bila dibandingkan dengan yang dilayani oleh petugas yang mempunyai pengalaman bertugas di K. I. A.
Selanjutnya disarankan agar setiap petugas Puskesmas yang rnernberikan pelayanan kesehatan kepada bayi/anak berumur 3-14 bulan untuk selalu menetapkan status imunisasi mereka. Dan perlu dipikirkan suatu mekanisme untuk itu, antara lain dengan memberikan tanda peringatan tertentu pada kartu rawat jalan bayi/anak tersebut, atau dengan menempelkan tanda tertentu (stiker) pada meja tulis atau di dinding dekat tempat tidur periksa. Perlu pula disarankan agar informasi tentang hari pelayanan imunisasi di Puskesmas disampaikan kepada masyarakat secara jelas. Saran lain yang memerlukan pertimbangan yang lebih mendalam adalah penambahan frekuensi hari pelayanan imunisasi serta arus pelayanan kesehatan bagi bayi/anak berumur 3-14 bulan harus melalui unit K.I.A."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwanuddin
"Kurang Energi Protein (KEP) merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Menurut Morley, D (1994), KEP terdiri dari kegagalan pertumbuhan, marasmus dan Kwashiorkor. KEP saat ini sering terjadi pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Keadaan ini bila dilihat masa Ialunya berasal dari kehidupan awal dalam janin sampai terjadinya bayi dengan BBLR, dan seringkali juga diakibatkan oleh pertumbuhan yang tidak adekuat pada 6 bulan pertama dalam kehidupannya.
Rancangan studi ini adalah Kohort Prospektif dengan menggunakan data sekunder. Data berasal dari penelitian dengan judul "The Implementation of Risk Approach On Pregnancy Outcome by Traditional Birth Attendant - yang dilakukan oleh WHO Collaborating Center for Perinatal Care, Maternal and Child Health dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Studi ini mempelajari risiko BBLR terhadap kejadian KEP bayi usia 3 bulan sampai 12 bulan. Analisisnya menggunakan Stratifikasi dan Pemodelan. Data yang dikumpulkan selama 28 bulan (Oktober 1987 sampai Januari 1990) dan diikuti pertumbuhan bayinya sejak kelahiran sampai 12 bulan.
Hasil studi menunjukkan bahwa dari 3.615 bayi yang diteliti, 425 (11,8%) dengan kelahiran BBLR. Prevalensi KEP berkisar 2%-24,1% (3-12 bulan). Risiko BBLR terhadap kejadian KEP menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05), masing-masing pada usia 3 bulan`(RR=8,43; 95% CI=5,37-13,25), 6 bulan (RR=5,93; 95% CI=4,41-7,99), 9 bulan (RR=2,72; 95% CI=2,29-3,22), dan 12 bulan (RR=2,16; 95% CI=1,90-2,46).
Analisis stratifikasi faktor-faktor ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, layanan antenatal dan jumlah kehamilan) dan faktor-faktor bayi (lama kehamilan dan jenis kelamin) dilihat interaksinya dengan BBLR terhadap kejadian KEP, hasilnya menunjukkan bahwa tidak satupun faktor-faktor tersebut berinterakasi dengan BBLR (Uji homogenitas : p>0,05).
Pemodelan dengan Regressi Logistik Berganda untuk estimasi probabilitas KEP menunjukkan P(KEP 3 bulan) = 9,02% (riwayat BBLR dan layanan antenatal buruk), P(KEP 6 bulan) = 89,8% (riwayat KEP, BBLR dan tidak diberi ASI), P(KEP 9 bulan) = 70,8% (riwayat KEP, BBLR dan tidak diberi ASI) dan P(KEP 12 bulan) = 87,9% (riwayat KEP).
Oleh karena itu studi ini menyarankan perlu dan pentingnya pemberian ASI, asupan makanan yang adekuat dan imunisasi lebih dipentingkan pada anak-anak yang menderita KEP.

Protein Energy Malnutrition (PEM) is a major nutrition problem in Indonesia. According to Morley, D (1994); PEM comprises growth failure, marasmus and Kwashiorkor. PEM present most ?frequently between the ages of 6 months and 5 years, however, its origins go back to early fetal life, to Low Birth Weight (LBW), and sometimes to inadequate growth in the first 6 months of life.
This study design was Cohort Prospective by secondary data analysis. Its taken from ?The Implementation of Risk Approach On Pregnancy Outcome by Traditional Birth Attendant? by WHO Collaborating Center for Perinatal Care, Maternal and Child Health, and Faculty of Medicine University of Padjadjaran Bandung.
This Study assessed the association between LBW risk and PEM the ages of 3 months to 12 months. The Analysis used Stratified and Modelling. Data were collected over a periode of 28 months (October 1987 to January 1990) and followed up until 1989-1991.
The Study showed that from 3.615 infants, 425 (11,8%) of them were LBW. The prevalence of PEM between 2%-24,1O% (3-12 months). LBW risk was significantly associated in univariate analysis with low weight for age (PEM), 3 months (RR=8,43; 95% CI=5,37-13,25), 6 months (RR=5,93; 95% CI=4,41-7,99), 9 months (RR=2,72; 95% CI=2,29-3,22), 12 months (RR=2,16; 95% CI=1,90-2,46).
Stratilied Analysis showed that no one of mothers?s factors (age, education, occupation, antenatal care and number of pregnancies) contribute to association between LBW and PEM ages 3 months.
The Modelling by Multiple Logistic Regression Model to estimated probability PEM ages 3 months showed that only 9,02% with LBW history and bad antenatal care, meanwhile for ages 6 and 9 months, the estimated probability PEM was 89,8% and 70,8% with PEM history, LBW and lack of breastfeeding. The estimated probability PEM was 87,9% for ages 12 months with PEM history.
Therefore this study suggest that breastfeeding, adequate food intake and immunization should give emphasis to children with PEM."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T3125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Poerwati P.
"Tidak dimilikinya data tentang penyakil kankcr. di Indonesia. di Propinsi .Iawa
Barat dan khususnya di Kota Bandung. rncnycbabkan szlmpai saal ini dam lcnlang
pcnyakil kanker yang digunakan adalah data berdasarkan hasil pcmeriksazm palologi
analomi. Scmcnlara itu lidak semua kota mcmpunyai pusal pcmcriksann patologi
analomi. schingga gambaran yang ada hanya mcrupakan gambaran scbagian kecil
pcndcrila pcnyakil knnker di sualu wilayali.
Dcngzm dilaksanakannya Regislrasi liankcr Rumah Sakil yang mcncakup
bcbcrapa alau scluruh rumah Siikil di \Vi|il}'Z.l|`lI1}'Zl. akan l11C|`l`|bCl'iki.lI\ gamhamn yang
paling mcndckati keadaan masyarukat di sualu \\=ila}'al1. dan diharapkan data yang
dipcrolch lcbih mcmbcrikan gambaran tcmang pcnynkit kankcr dan pcrkcmbangannya di
sualu wilayah. schingga data lCTSCbUl dapal mcnyuinbangkan pcmikiran pcningkalan
mulu pclayanan yang dapat dimulai dari promosi kcsclialan. umuk pcnccgahzm.
fJl3l1dClCkSii1I\ pcnyakil kankcr Sudini mungkin. pcngobalan dan lindak lanj|.|lnya. Di dalatn studi ini tclah dirancang sebuah sistcm ttntttk ntcngctnbangkan
registrasi kanker di kota Bandung yang melibatkan rumah sakit baik pcmcrintah ntaupun
swasta, Dinas Kesehatan Propinsi dan Lembaga Swadaya Masyarakat yaitu Yayasan
Kanker Indonesia Wilayah Jawa Barat. Yayasan Kankcr Indonesia dapat bcrtanggung
_iztwab terhadap pclaksanaan sistcm rcgistrasi kankcr di kota Bandung. Kcbutuhan data
tentang penyakit kanker yang dirasakan, memunculkan komitmcn agar segcra dilakukan
kerjasama untuk tnelaksanakan pengelolaan registrasi kanker di kota Bandung sehingga
sistcm registrasi kankcr yang sah dapat menghasilkan keluaran yang dapat digunakatt
untuk pcningkatan pelayanan individu maupun masyarakat luas olch pihak-pihak yang
bcrkcpcntingan.
Termasuk di dalam studi ini, dirancang Ibrmulir pengumpulan data pcnyakit
kanker yang meliputi data individu. data fasilitas. data tumor serta data _/?1lIaw up
hcrdasarkan variabel yang tclah discpakati oieh tim kankcr atau tim mcdis. pcdoman
pcngisian formulir. proscdur kcrja pcnggunaan sistem dcngan dirancangnya scbuah
pcrangkat Iunak untuk memudahkan pengolahan data. scrla dibuat model registrasi
kankcr yang mclibatkan 6 Rumah Sakit di kota Bandung dcngan berbagai tipcnya.
Data yang tcrmasuk di dalam registrasi kanker bersumbcr dari rekam mcdik di
rumah sakit. Karena variabel yang merupakan data minimal yang tercantum di dalam
rcgistrasi kankcr sudah ada di dalam rekam mcdik pendcrita_ maka dengan keriasamn
yang baik antara tim medis, tim kankcr, dan tim rckam mcdik. tidak akan sulit untuk
mcngisi formulir registrasi I-tanker tcrsebut. Nomor register yang dibcrikan kepada
pcndcrita pcnyakit kankcr dilakukan olelt mznzing-masirtg rumah sakit dan harus berbeda
antara rumah sakit - rumah sakit di kota Bandung. perbedaan tcrscbut terletak pada 3
digit tcrakhir kodc rumah sakit. Seltingga diharapkan tidak tcrjadi duplikasi penomoran untuk penderita yang bcrbcda baik dl dalam rumah sakil alau antar rumah sakil.
Disamping ilu pula dcngan dibU8ll'!}'& rcgislrasi kanker dalam 3 rangkap (Icmbar pcrtuunzt
untuk pcngclola; Iembar kc dua unluk rckam mcdik rumah sakil: Iembar kc tigu
dimasukkan dalam rckam medik masing-masing pendcrita) akan mengurangi
kcmungkinan kcsalahan seliap penderita unluk mcndapatkan dua nomor rcgistcr pada
kasus yang sama kecuali bila pcndcrita tcrscbut menderita lebih dari satu jcnis penyakil
kankcr. Pengecekan tcrhadap kemungkinan lerjadinya duplikasi data sudah hams
dilakukan sejak bcrada di rumah sakit yaitu di bagian rekam medik. Selanjutnya
pengecekan berikutnya masih harus dilakukan oleh unit pengelola.
Dalam pclaksanaan pengelolaan regislrasi kanker dibutuhkan sebuah inslitusi
yang dapat bcrtanggung jaw-ab lerhadap sislem registrasi kanker ini. l)iharapkan
Yayasan Kankcr Indonesia Wilayah Jawa Barat dan Dinas Kcschatan Propinsi .Iawa
Barat dapat mcnjadi koordinator atau pengelola regislrasi kanker tersebut. Pcngumpulan
data dan peramajaan (dam updafing) dapat dilakukan 2 minggu alnll sebulan sekali olch
unit pengelola. Hal ini dilakukan unluk mcnghindari kesalahan mclakukan entri data clan
scgera melihat dan mcmpcrbaiki apabila lcrjadi duplikasi data.
Dcngan dibuatnya perangkat lunak yang dapat mcmbantu dan mcmpcrmudah
pcngclolaan registrasi kanker, dapat mcnampilkan model rcgistrasi kankcr kota Bandung
dcngan menggunakan 3 macam kasus scbagai uji coba.
Hasil dari model yang didapal berupa tampilan jumlah pundcrlta kankcr scsuai
dengan diagnosa klinis ICD-IO. diagnosa patologis ICD-IO. Stadium pcnynkit kankcr.
Tetapi belum dapal dillitung .wfrvivul rate, incidence rule karcna data yang diamhil
hanyalah dari 3 jenis penyakit kankcr dan data tahun l999_ Untuk SC|Z.\l'l_illll1§'1l dcngzm
digunakannya _Rn-nmlir Follow up dan Forum/ir Klm.\'u.v_ akan dapatt diikuti pcrkembangan penderila pcnyakil kanker scrla dapal dilakukun pcnghilungan sizuistik
tentang pcrkcmbangan pcnyakit kankcr di sualu wilayah.
Agar sislcm ini dapat bcrmanlhal maka disarankan agar dilakukan kciqiasama
antar pihak Rumah Sakil dan Lembaga Pcngclola unluk mcndapalkan Icgitimasi
schingga lebih mudah unluk melakukan pcngumpulan data dari scliap rumah sakit di
wilayahnya dan dikembangkannya formulir follow up bagi seliap pcndcrita penyakil
kanker.

Abstract
Due to the lack of infonnation about cancer in Indonesia, West _lava Province
and especially in the city of Bandung cause the cancer data is only available through
histopatological reports.
' On the other hand, not all cities have histopatological laboratories- therefore the
information available is only a tip ofthe ice herg.
Using the Multi Hospital Cancer Registration. which comprises the overall
patient population; we hope thc data will give a clear picture about cancer cpidcmeologu
and surveillance and its course in the catchment area.
Those data can bc used to improve the quality of services. which can he slanted with
promotional efforts in prevention and detection of cancer in the earliest possible stage.
the treatment, the follow up and the rehabilitation program.
In this study. a system is planned for the registration of cancer in the city ol
Bandung. in which both of Government and Private Hospitals are included. plus
Provincial Health Services, and the Non-Governnmental Organization namely the
Indonesian Cancer Society of West .lava Province. The need ol` cancer data had make a commitment to create a cooperative action in the
Registration ofCancer in Bandung. in order that the Cancer Registration is legitimate lin'
diversc organizttion and ca|1 generate an output to improve personal and public services.
A proposal ofa cancer data collecting form has been designed which is based on
indicators and variables agreed by the Cancer Team or Medical Team with an easy
mantlal guidance and software designed lo simplify the data processing.
Also a model of Cancer Registration in which 6 hospitals in Bandung are involved. all
with its individual types.
Data of this Cancer Registration were collected from the Medical Record
Department, and with a good coordination among Medical team. Cancer team. and
Medical Record team there is no obstacle to fill the form.
Each hospital has its own registration number and differs is the last three digits to
prevent any duplication.
lnorder to minimize errors. three Copies has been made (lirst copy lor coordinator.
second copy for Hospital Medical Record and the third must be keep in each patient`s
medical record)-
Prevention olduplicating data l'l1tlSl be started l`rom llospital Medical Record and
recheck by the coordinator.
The Indonesian Cancer Society oI` West .lava Province and Provincial lleallh
Sen/ices suppose to be the coordinator ofthe Cancer Registration.
Data collecting and updating can be done every 2 weeks or every month by the
cooordinator to prevent error in data entry and correction in any data duplication.
By using this sohware and using three trial cases (C ervieal. breast and ovarian
cancer). a model of Cancer Registration in Bandung has been implemented suueesstitlly. The output of these models arc thc number ol` cancer patients according to the clinical
diagnosis ol` ICD-[01 pathological diagnosis ol` ICD-I0/lCl)-O; the diagnosis staging:
and the treatment.
I-lowcvcr, the survival rate and incidcnccc rate could not been shown yet because the
data collected is only from those three kind of cancer during the year I999.
In the future, by using the follow up form and special lorm. progression ol` a cancer
patient can be followed and a statistical evaluation can be performed for a certain region.
For the beneficial ol` this System. it is proposed that the coopcratiom among
hospitals and thc working organization can he established so that the gathering ol` data
l`rom every hospital in itsjurisdiction will llow smoothly and easily. and lbllow up Iorm
can be design for every cancer patient."
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2001
T5637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chudahman Manan
"ABSTRAK
Obat anti inflamasi non steroid sudah dipergunakan sajak lama dalam pengobatan penyakit rematik. Jenis obat yang pertama kali dikenal adalah prepafat asam asetil salisilat, yang dipergunakan oleh Felix Hofman dalam pengobatan penyakit rematik pada tahun 1893.
Penelitian yang akan kami lakukan berdasarkan bahwa pemakaian obat anti inflamasi non steroid sering disertai dengan antasid, dengan maksud untuk mengurangi atau mencegah efek samping pada gaster dan duodenum. Biasanya penilitian terhadap
efek samping berdasarkan keluhan subjektif atau objektif tidak langsung, seperti pemeriksaan darah dalam feses. Keadaan secara objektif dalam hal ini gambaran endoskopi, perlu diteliti untuk dapat dilihat secara jelas. Selain itu dengan dosis antasid yang biasa diberikan akan mempunyai daya lindung terhadap mukosa gaster atau duodenum, juga diperlukan pemeriksaan yang lebih terarah, dalam hal ini endoskopi. Di
Indonesia sepanjang yang kami ketahui penelitian ini belum pernah dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan kelainan endoskopi pada gaster dan duodenum, Serta membandingkan kelainan yang didapat antara sebelum dan sesudah pengobatan, pada pemakaian obat anti inflamasi non steroid bersama antasid.
2. Membandingkan gejala subjektif dan objektif yang diketahui dengan pemeriksaan endoskopi.
3. Menentukan lokasi pada gaster dan duodenum yang sering didapatkan kelainan.
4. Menentukan jenis kelainan yang sering terjadi.
5. Menentukan secara klinis hasil pengobatan kelainan sendi.

"
Lengkap +
1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>