Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Adjad
Abstrak :
Sindrome Syok Dengue (SSD) adalah syok hypovolemik yang mengakibatkan gangguan sirkulasi dan membuat penderita tidak sadar dan dapat menyebabkan kematian. Angka kejadian SSD diperkirakan 30% dari penderita DBD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SSD di Kota Palembang tahun 2000- Penelitian ini dilaksanakan dalarn kurun waktu 2 bulan, dengan mengunakan data sekunder pada penderita rawat inap di Rumah Sakit (RS) Muhammad Hoesin, Charitas dan ST.Chojidah Kota Palembang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan epidemiologi cross sectional (potong lintang), subjek penelitian adalah penderita DBD yang berumur 0 - 18 tahun yang dirawat dirumah sakit yang jumlahnya 486 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis bivariat uji statistik dan analisis multivariat logistik regresi, dengan menggunakan ukuran asosiasi prevalens, Odds Rasio dengan uji kai kuadrat. Hasil penelitian didapatkan angka SSD di kalangan DBD adalah 18,93 %. Dari analisis multivariat didapatkan bahwa penderita DBD lambat berobat mempunyai OR 3,37 (95% CI:2,08;5,46), status gizi mempunyai OR 2,33 (95% CI:1,01;5,39) dan umur mempunyai OR 1,81 (95% CI:1,04;4,14) Kesimpulan : kecepatan berobat, status gizi dan kelompok umur mempunyai pengaruh dengan kejadian SSD, untuk itu diperlukan kewaspadaan dan pemantauan terhadap faktor -faktor tersebut. ......The Factors that Related to Dengue Shock Syndrome(DSS) in Palembang City, 2000Dengue Shock Syndrome (DSS) is shock hypovolemic that resulted to interference of the blood circulation, made the sufferers unconscious, and caused dead. The incident rate of Dengue Shock Syndrome estimated 30% of DBD. The objective of this study is to know the factors that relate to the incident of DSS in Palembang, 2000. This research was conducted within a two month by using secondary data on at Inpatient whiff Hospitalized at Muhammad Husein, Charitas and ST. Chojidah hospitals in Palembang City. The design used in this research is epidemiology study design of cross sectional. The number of study samples were 486 patients of DBD who was 0-18 years old of age, who hospitalized at those hospitals. Using analysis method of multiple logistic regression, it was pointed unit to see the power of relationship it was showed by Odds Ratio (OR). The prevalence DSS among DSS mathea is 18,93%. There are 3 variables related occurrence of DSS, which delayed of treatment with OR 3,37 (95% CI:2.08;5.46), nutritional status 2,33 (95% CI:1.01;5.39) and age 1,81(95% CI:1.04;4.14). These three variable should be used for monitoring. The occurrence of DSS cases from DSS cases. Considering to this research, it's suggested that the quick medical treatment, nutrition status, and the age group had influenced to DSS incident, It advised to alert and monitoring to those factors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nasip
Abstrak :
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) merupakan kegiatan yang ditujukan dalam pemberantasan vekior DBD yang dilakukan oleh masyarakat secara kontinyu dan berkesinambungan. Kegiatan yang dilakukan masyarakat ini dikatakan berhasil jika dapat menurunkan jumlah sarang nyamuk yang ada di rumah dengan menggunakan indikator ARJ untuk dapat menurunkan morhiditas penyakit DBD maka ABJ harus Lebih atau sama dengan 95%. ABJ di Kota Pontianak belum mencapai target yang diharapkan, salah satunya akibat belum memadainya pelaksanaan PSN-DBD. Kegiatan PSN-DBD yang dilakukan oleh masyarakat dipengaruhi oleh peranan ibu rumah tangga. Ibu memegang peranan panting karena keberadaannya di rumah lebih banyak dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya, sehingga memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan PSN-DBD lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam tentang bagaimana pelaksanaan PSN-DBD oleh ibu-ibu rumah tangga di Kota Pontianak, dan hal-hal yang berperan terhadap perilaku ibu-ibu tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali perilaku ibu rumah tangga dalam melakukan kegiatan PSN-DBD di Kota Pontianak. Jumlah informan sebanyak 91 orang yang terdiri dari l orang penanggung jawab program DBD Kota, 2 orang pengelola program puskesmas, 1 orang tokoh masyarakat, dan 87 orang ibu rumah tangga. Pelaksanaan pengumpulan data pada ibu rumah tangga dengan cara Diskusi Kelompok Terpadu (DKT), yang terbagi menjadi 10 kelompok DKT terdiri dari 5 kelompok DKT pada ibu yang rumahnya positif jentik dan 5 kelompok DKT pada ibu yang rumahnya negatif jentik. Pengumpulan data pada petugas kesehatan dan tokoh masyarakat dilakukan dengan cara wawancara mendalam. Dari hasil penelitian terlihat peranan yang mempengaruhi kegiatan PSN-DBD yaitu: distribusi abate tidak mencukupi, pelaksanaan kegiatan menguras, menutup, mengubur belum dilaksanakan dengan benar, dan Pokjanal DBD belum melakukan tugas dan fungsinya. Perilaku kelompok ibu yang rumahnya positif jentik berbeda dengan kelompok ibu yang rumahnya negatif jentik dalam melakukan kegiatan PSN-DBD. Perbedaan perilaku antara dua kelompok yaitu: pada ibu kelompok negatif jentik melakukan pengurasan wadah air secara kontinyu dan ada kalanya disertai penaburan abate sedangkan ibu dalam kelompok positif jentik menguras berdasarkan batas limit volume dalam wadah air. Cara menaburkan abate ke dalam wadah air ibu dalam kelompok negatif jentik memperhatikan volume air (penuh) sebelum ditaburkan, sedangkan pada kelompok ibu positif jentik kurang memperhatikan isi (volume air) dalam wadah. Kebiasaan menutup wadah air dengan benar banyak dilakukan oleh kelompok ibu yang negatif jentik dari pada yang dilakukan oleh kelompok ibu yang positif jentik. Agar tercapai kelestarian program pemberantasan vektor DBD sangat penting memusatkan pada pembersihan sumber larva dengan menggunakan semua metode yang tepat aman, murah, dan ramah lingkungan.Untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan PSN-DBD dan dengan keterbatasan pemerintah mencukupi keperluan abate dalam program pemberantasan vektor DBD maka disarankan: penggalangan dana oleh masyarakat untuk mencukupi keperluan abate secara mandiri, penyebarluasan informasi cara penaburan abate kedalam wadah air dengan benar, melakukan penutupan wadah air dengan benar dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar oleh masing-masing keluarga, serta mengoptimalkan fungsi dan tugas Pokjanal melalui Dinas Kesehatan Kota sebagai leading sektor. Daftar bacaan: 21 ( 1980 - 2000 )
Analysis of Housewives' Conduct in Elimination of Dengue Fever Mosquito's Breeding (EDFMB) in Pontianak City of West Kalimantan Year 2000Elimination of Dengue Fever Mosquito's Breeding (EDFMB) is a program aimed at eliminating Dengue Fever (DF) vector and is conducted by people continuously and sustainable. This program of the people is considered effective provided that it decreases the mosquito's breeding inside the people's houses. The effectiveness of the program is measured by means of ABJ assessment indicators. To decrease the morbidity of DF disease, ABJ has to be more than or equal to 95%. ABJ in Pontianak City has not reached the set target; therefore, the quality of PSN-DBD program needs to be improved. The EDFMB program conducted by each family is influenced by housewives. Housewives play an important role for their length of stay in the houses is longer than other familly members. This enables them to carry out the EDFMB program more often. This study was aimed at obtaining deeper information concerning the implementation and obstacles of EDFMB conducted by housewives in Pontianak City and factors that affected such housewives' conduct. This study employed a qualitative research approach to examine the housewives' conduct in carrying out the EDFMB in Pontianak City. The number of respondents was 91 people consisting of 1 person in charge of the city DF program, 2 administrators of puskesmas programs, 1 local public figure, and 87 housewives. Data collection from housewives used Integrated Group Discussion (IGD) technique. The housewives were divided into 10 groups including 5 groups the houses of which were mosquito larvae positive and 5 others the houses of which were mosquito larvae negative. Data from health workers and local public figure were gathered by in-depth interview technique. The study result reveals factors affecting the effectiveness of EDFMB that include inadequate abate distribution, inappropriate implementation of draining, closing and burying activities and low performance of DF National Work Group in carrying out its tasks and functions. In carrying out the EDFMB program, the housewives' conduct the houses of which are mosquito larvae positive is different from the others the houses of which are mosquito larvae negative. Such difference is: housewives of mosquito larvae negative houses seem to drain the water container regularly and occasionally pour abate powder into such container; on the other hand, housewives of mosquito larvae positive houses seem to ignore the water volume in the container. Closing the water container appropriately is more likely to be done by housewives of mosquito larvae negative houses than by the opposite. To sustain the DF vector elimination program, it is important to focus on cleansing the larvae source by applying the most effective, safe, inexpensive and environment-friendly methods. To improve the effectiveness of EDFMB program with little government support in distributing the abate powder for the program, it is recommended that: fund should be raised from the people for meeting their own abate powder supply, information concerning the correct procedure of the use of abate powder should be disseminated, appropriate closing of water container and keeping the cleanliness should be carried out by each fan-Lilly, as well as functions and tasks of National Work Group through the City Health Department as a leading sector should be maximized. References: 21 (1980 - 2000)
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verlina Yohana Kawangung
Abstrak :
Masih tingginya kejadian IMS pada WPS (83,2%) dan perilaku pencegahan yang kurang berpotensi penularan IMS dan peningkatan penyebaran kasus HIV-AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketersediaan kondom terhadap penggunaan kondom di Lokasi Batu 24 dan Batu 80. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu, kuantitatif dengan disain cross sectional dan kualitatif dengan disain RAP. Sampel pada penelitian ini adalah WPS di Lokasi Batu 24 dan Batu 80 berjumlah 136 orang (total sampel) dan 22 orang informan. Ada 81,6 % menggunakan kondom pada seks terakhir dan 47,2 % selalu menggunakan kondom seminggu terakhir. Penggunaan kondom seminggu terakhir dipengaruhi oleh ketersediaan kondom (OR=1,7) dan tetap berpegaruh setelah dikontrol oleh variabel konfounder (OR=2,4). ......The high prevalence of STI among sex worker (83.2%) and low condom used behaviors potentially increase the spread of transmission of STI and HIV-AIDS cases.This study aims to determine the effect of condom availability on condom use among sex worker at Lokasi Batu 24 and Batu 80. Quantitative and qualitative methods had been used in this study. Samples in this study are direct sex workers in Lokasi Batu 24 and Batu 80, total 136 person (total sample) and 22 informen. There are 81.6% used condom at last sex, and 47.2% always used condoms in past a week. Condoms used in past a week are influenced by the availability of condoms (OR = 1.7) and still having effect after controlled by confounder variables (OR = 2.4).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31137
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deasy Eka Saputri
Abstrak :
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri. Apabila tidak diobati dan tidak dikontrol, hipertensi bisa mengakibatkan kematian disebabkan oleh komplikasi. Kematian pada penderita hipertensi paling sering terjadi karena stroke, gagal ginjal, jantung, atau gangguan pada mata. Pada tekanan darah tinggi, jantung memompa darah ke tubuh dengan tekanan yang luar biasa tingginya, salah satu sebabnya adalah karena stres emosional. Peningkatan tekanan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stres emosional yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007, dengan variabel kovariat: umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, kecukupan serat, aktifitas fisik, Indek Masa Tubuh (IMT), Diabetes Melitus (DM), pengeluaran perkapita dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari Riskesdas 2007, yang akan dilaksanakan dari bulan Maret 2010 sampai Juni 2010. Data dianalisis dengan analisis satu variabel, analisis dua variabel dan analisis multivariabel dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007 adalah 33,9% sedangkan prevalensi stres sebesar 12,1%. Ada hubungan yang bermakna antara stres dengan hipertensi setelah dikontrol oleh variabel lain yaitu umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, IMT, DM dan pengerluaran perkapita serta dikontrol pula oleh adanya interaksi umur dan stres yang berinteraksi negatif (antagonism), dimana umur mengurangi efek dari stres terhadap terjadinya hipertensi. Dengan proporsi hipertensi yang disebabkan adanya interaksi tersebut sebesar 3,2%. Upaya pencegahan hipertensi dilakukan dengan melakukan intervensi terhadap stres, yaitu dengan berolahraga, relaksasi mental (rekreasi), melakukan curhat atau berbicara pada orang lain, selalu menumbuhkan emosi yang positif serta memperdalam ibadah dan agama. Perlunya melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala bagi penduduk yang berumur 40 tahun keatas dan screening kasus hipertensi oleh pengelola program pengendalian penyakit hipertensi yang diutamakan pada kelompok umur 40 tahun keatas. ......High blood pressure (hypertension) is an increase in arterial blood pressure. If left untreated and uncontrolled, hypertension can lead to death caused by complications. Mortality in patients with hypertension most often occurs because of stroke, kidney failure, heart disease, or disorders of the eye. In high blood pressure, heart pumps blood to the body with exceptional high pressure, one reason is because of emotional stress. Increased blood pressure will be greater in individuals who have a high tendency of emotional stress. The purpose of this study is to determine the relationship of stress and hypertension in the population in Indonesia in 2007, with kovariat variables: age, sex, occupation, marital status, education, cigarette consumption, alcohol consumption, adequacy of dietary fiber, physical activity, Body Mass Indeks (BMI), Diabetes Mellitus (DM), expenditure percapita and area of residence. This research is an analytical cross sectional study design using secondary data from Riskesdas 2007, which will be implemented from March 2010 until June 2010. Data were analyzed with one variable, two variable analysis and multivariable analysis with multiple logistic regression. The results of this study showed that the prevalence of hypertension in the population in Indonesia in 2007 was 33.9% while the prevalence of stress by 12.1%. There is significant correlation between stress and hypertension after controlled by other variables such as age, marital status, educational level, BMI, DM and expenditure percapita and also controlled by the interaction of age and stress that the negative interaction (antagonism), in which age reduces the effects of stress against the occurrence of hypertension. With the proportion of hypertension caused by the interaction of 3.2%. Hypertension prevention efforts conducted by the intervention to stress, that is with exercise, mental relaxation (recreation), to vent or talk to other people, always cultivate positive emotions and deepening of worship and religion. The need to conduct periodic measurements of blood pressure for the population aged 40 years or older and screened in cases of hypertension by hypertensive disease control program managers who focused on the age group 40 years and older.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31098
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ompusunggu, Intan Juliana
Abstrak :
Pendahuluan: Dislipidemia merupakan faktor risiko utama Penyakit Kardiovaskuler yang sering terjadi pada penderita hipertensi. Menurut penelitian Sutrisna, B. et al., prevalensi dislipidemia pada penderita hipertensi dewasa urban di Indonesia cukup tinggi yaitu 78%. Prevalensi yang tinggi ini terutama disebabkan beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang dapat dicegah. Penelitian ini merupakan studi lanjutan dari studi tersebut, dan bertujuan memperoleh model prediksi dan sistem skor terjadinya dislipidemia pada penderita hipertensi dewasa urban di Indonesia. Metode penelitian: Desain studi ini adalah potong lintang dengan menggunakan 400 sampel yang diperoleh dari data Riskesdas 2007. Sampel dipilih secara stratified random sampling berdasarkan provinsi yang ada di Indonesia dan dilakukan pemeriksaan sampel darah profil lemak di laboratorium Litbangkes Jakarta serta divalidasi di Laboratorium Prodia Jakarta. Analisis dilakukan dengan Regresi Logistik Ganda untuk mendapatkan model prediksi dan nilai OR serta dilanjutkan dengan sistem skor untuk prediksi dislipidemia pada penderita hipertensi. Hasil Penelitian: Variabel yang bermakna secara statistik dan dimasukkan pada model prediksi akhir adalah jenis kelamin laki-laki ( OR= 2,39, 95% CI 1,31-4,39), IMT Obesitas ( OR = 3,00, 95%CI 1,07-8,44), jenis aktivitas fisik kategori sedang (OR= 2,38, 95%CI 1,16-4,89) sedangkan status sosial ekonomi kuintil 4 ( OR = 2,02, 95%CI 0,83-4,90), dimasukkan ke dalam model akhir karena secara substansi bermakna. Dari model prediksi akhir dilanjutkan pembuatan sistem skor yang lebih mudah dimengerti masyarakat awam. Temuan baru pada penelitian ini diaplikasikan dalam bentuk software excel yang dapat digunakan oleh klinisi di pelayanan kesehatan primer dan leaflet sistem skor prediksi dislipidemia pada penderita hipertensi dewasa yang dapat digunakan masyarakat awam dan penderita hipertensi. ......Introduction: Dyslipidemia is the main risk factor of Cardiovascular Disease that often occurs to hypertension patient. According to the research, Sutrisna, B. et al, dyslipidemia prevalence of adult urban hypertension patient in Indonesia is quite high, that is 78%. This high prevalence is mainly caused by several risk factor of cardiovascular disease that can be prevented. This research is an advance study from that study, and intends to achieve prediction model and score system of the occurring of dyslipidemia on adult urban hypertension patient in Indonesia. Research Methodology: This study design is cross sectional by using 400 samples that was taken from Riskesdas 2007 data. The samples were chosen as random stratified sampling based on the provinces in Indonesia and were taken fat profile blood sample check at Litbangkes Jakarta laboratory and also were validated at Prodia Jakarta Laboratory. The analysis is done by Multiple Logistic Regression to get prediction model and OR score and is also continued by score system to predict dyslipidemia on hypertension patient. Research Result: A significant variable in a statistic manner and that is put on the final prediction model is male gender (OR= 2.39, 95% CI 1.31-4.39), IMT Obesity (OR = 3.00, 95%CI 1.07-8.44), medium type of physical activity category (OR= 2.38, 95%CI 1.16-4.89), whereas socio economy status quantile 4 (OR = 2.02, 95%CI 0.83-4.90) is put into the final model because of the significantl substantial manner. From the final model prediction, it is continued to formulate easier score system to be understood by common people. The invention in this research is applied in excel software form that can be used by primary service clinical officer and score system leaflet on adult hypertension patient that can be used by common people and hypertension patient.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31101
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yenni Risniati
Abstrak :
Sindroma Syok Dengue (SSD) merupakan salah salu masalah kcschatan utama di Indonesia. Penyakit ini merupakan bagian dari demam berdarah dengue (DBD) dalam bentuk klinis yang berat. Berbagai Penelitian diiakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mcmpengaruhi terjadinya SSD, namun patogenesis terjadinya SSD hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Penclitian ini bcrtujuan untuk mengetahui apakah leucopenia mempunyai pengaruh terhadap terjadinya SSD. Bila hal ini benar, maka para klinisi akan dapat memprediksi dan menangani pcnderita DBD dengan lehih baik, schingga progresiiitas teljadinya SSD dapat dicegah dengan melakukan obscrvasi tanda-tanda SSD sejak dini. Pcnclitian ini menggunakan dcsain kasus kontrol. Sampel diambil dari rekam medis 43 penderita SSD untuk kasus, dan 86 penderita DBD untuk kontrol, berusia < 15 tahun yang dirawat di RS. Penyakit lnfeksi Pro£ Dr. Sulianti Saroso pada bulan Januari 2006 -» April 2008. Semua kasus dengan rekam mcdis lengkap menjadi sampel dan kontrol dipilih dengan simple random sampling. Jumlah sampel ini sesuai perhitungan sampel dengan oL= 0,05 dan B= 0,20 dengan jumlah kasus:kontroI l:2. Pengaruh leukopenia terhadap SSD ditentukan dengan menggunakan analisis multwle logisiic regression menggunakan perangkat STATA 7,0. Dari hasil analisis didapatkan bahwa pcnderita DBD dengan leukopenia mcmpunyai risiko untuk terjadi SSD 2,86 kali lebih besar dibandingkan penderita tanpa Ieukopenia (OR, = 2,86 ; 95%CI = 1,23-6.62). Variabel yang menjadi konfounding adalah peningkatan nilai hematokrit (OR, = 3,99 ; 95%Cl = l,68-9,50) dan perdarahan masif (OR, = 2,12 ; 95%CI = 0,87-6,I9). Variabcl lainnya yang tidak menjadi konfounding adalah status gizi (OR, = ll,l8 ; 95%Cl = 1,88-66,69),jum1ah trombosit (OR, = 2,17 ; 95%CI = l,03~4,57), usia (OR, = 0,57 ; 95%Cl = 0,27-l,20) dan status infeksi (OR, = 0,57 ; 95%Cl = 0,25-1,3 l). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa leukopenia merupakan faktor prognosis terjadinya SSD pada penderita DBD. Oleh karena itu, tanda-tanda adanya syok pada penderita DBD yang mengalami Ieukopenia sebaiknya lebih diperhatikan sejak dini.
Syndroma shock dengue (DSS) is a major health problem in indonesia. This disease is a severe form of dengue haemorrhagic fever (DH F). Many researches be made to know about factors which are infiucnce DSS, but until now the pathogenesis DSS wasn't know exactly. In this research we tried to study about the influence leucopenia to DSS. The purpose of this research were the clinician can predict and manage the DHF patient better and the progressivity DSS can be controlled by early observation DSS signs. This was a case-control study. Samples were medical record from 43 DSS as cases and 86 DHF as controls, less than I5 years old who admitted in Proti Dr. Sulianti Saroso IDH from January 2006 to April 2008. All complete medical record from DSS patient be samples and controls were chosen by simple random sampling. Total samples were counted by ct=0,05, [3=0,20 and the comparison cases and control was l:2. The influence leucopenia to SSD was determined by Multiple logistic regression. Result from the study found there were influence leucopenia to DSS (OR.=2,86 ; 95%CI = 1,23-6,62). Confoundings were the increasing hematocrite (OR, = 3,99 95%CI = 1,68-9,50) and bleeding (OK, = 2,12 ; 95%CI = 0,87-6,l9). Variables nutritional status (0R¢ =1l,l8 ; 95%CI = |,88-66,69), platelets count (ORC = 2,17 ; 95%CI = 1,03-4,S7), age (OR¢ 0,57 ; 95%CI = 0,27-l,20) and dengue infection (OR¢ = 0,57 ; 95%CI = 0,25-l,3l) were not con founding. From this research we can got conclusion that leucopenia was prognostic factor for DSS. DHF patients who have leucopenia should be observed the signs of shock early.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T32110
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaeri
Abstrak :
Keberadaan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia yang sudah hampir setengah abad yang lalu sejak pertama kali di temukan kasusnya di Surabaya pada tahun 1968 belum dapat di berantas secara tuntas dari bumi Indonesia, bahkan jumlah kasus cenderung meningkat setiap tahunnya. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh / membasmi virus demam berdarah sehingga cara yang paling tepat dan efektif adalah dengan cara memotong mata rantai penularan dengan membasmi nyamuk Aedes-nya, dan cara yang paling tepat guna adalah dengan membasmi jentik / larva yang ada di tempat perkembangbiakannya yang sudah di kenal dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) dengan cara 3M. Dari kondisi tersebut dapat di ketahui bahwa peran serta masyarakat yaitu perilaku masyarakat terutama perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat termasuk kebersihan lingkungan pada umumnya mempunyai kontribusi yang cukup besar di dalam keberhasilan pemberantasan DBD. Penelitian ini ingin mengetahui perilaku masyarakat terutama faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan non eksperimen sedangkan pengumpulan data di lakukan secara Cross Sectional (potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang ada pada 4 kelurahan yang paling endemis di Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung yaitu: (Kedaton, Perum Way Halim, Labuhan Ratu, dan Sepang Jaya), pengambilan sampel di lakukan pada 400 kepala keluarga dengan cara Systematic Random Sampling, sedangkan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian di ketahui bahwa sebanyak 57 % responden mempunyai perilaku baik dalam pencegahan DBD, dan sebanyak 43 % responden mempunyai perilaku kurang baik dalam pencegahan DBD. Hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi Square di dapatkan kelima variabel independen (pendidikan, pengetahuan, sikap, ekonomi, dan keterpaparan informasi / penyuluhan) masing-masing menghasilkan p-value < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan formal, pengetahuan, sikap, ekonomi, dan keterpaparan informasi / penyuluhan dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan DBD. Sedangkan pada analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik ganda model prediksi di ketahui bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya / paling dominan terhadap perilaku masyarakat terhadap pencegahan DBD adalah variabel pengetahuan, di dapatkan Odd Ratio (OR) dari variabel pengetahuan adalah 7,667 artinya responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang PSN-DBD mempunyai peluang melakukan pencegahan DBD sebesar 7,667 kali lebih tinggi di banding yang mempunyai pengetahuan rendah / kurang setelah dikontrol variabel pendidikan, sikap, status ekonomi dan keterpaparan. Perilaku masyarakat di ketahui memiliki kontribusi yang cukup besar di dalam pemberantasan DBD, dari penelitian ini diketahui bahwa faktor pengetahuan responden tentang pencegahan dan pemberantasan DBD merupakan faktor yang paling dominan untuk terjadinya perilaku pencegahan dan pemberantasan DBD. Perlu di pikirkan bentuk sosialisasi yang lebih efektif agar pengetahuan tentang pencegahan dan pemberantasan DBD dapat di miliki secara merata pada seluruh lapisan masyarakat, dengan demikian masyarakat akan lebih mudah di dalam melakukan pencegahan DBD / perilaku pencegahan ke arah yang lebih baik.
In Indonesia, Dengue Fever (DF) has been acknowledged in almost half a century as its first case was found at Surabaya in 1968. Since then, the disease cannot be completely eradicated and the cases are more likely to increase from year to year. Until now, there is no cure that be able to kill or destroy the dengue virus. Therefore, the effective way on dealing with the disease is to detach the chain of transmission by eradicating the Aedes mosquitoes. And the most proper way to eliminate the mosquitoes is by terminating its larva at its breedingplaces, which is known by a program called Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) with 3M or the Dengue's Mosquito Breedingplace Eradications Program (DM-BEP). To meet the condition, community participation has played an important role, especially the community behavior on healthy and clean life in keeping a healthy environment. This, in general, will contribute to a successful program of Dengue eradication. The study has an aim on describing the community behavior for factors that related to the dengue prevention behavior at Kedaton Sub-district of Kota Bandar Lampung. The study is a quantitative research with a non-experiment design, and data is gathered by a cross-sectional approach. The population is all household at 4 most endemic villages (kelurahan) at Kedaton Sub-district, namely: Kedaton, Perum Way Halim, Labuhan Ratu, and Sepang Jaya. Method of sampling is using a systematic random sampling, and 400 household has drawn. Data is collected by using questionnaire. The result of the study found that there are 57% of respondents have a good behavior in term of dengue fever prevention. From bivariate analysis, with Chi Square Test, showed that five variables, namely: formal education level, knowledge, attitude, level of economic, and IEC exposures, have a p-value less than 0.05. This indicates that those variables have a significant relationship with the community behavior on the prevention of the disease. While its multivariate analysis, with a double logistic regression, found that the most dominant variable at the prediction model for community behavior on the dengue prevention is knowledge, with an OR in 7.667. This means that respondents who have a good knowledge on DM-BEP will have a probability 7.667 times to do the dengue prevention, compare to those who have low or less knowledge on DM-BEP. The value of OR is resulted after the variable is controlled with variables of education, attitude, economic status, and exposures. To conclude, community behaviors have a great contribution on the effort of eradicating the DF, and the study found that factor of respondent?s knowledge on DMBEP is the most dominant factors on creating the behavior on preventing and eradicating the DF. It is suggested that there is a need on constructing an effective form of socialization in order to raise the awareness and increase the community knowledge on DM-BEP in all level, in such that the community will easily applying the way to prevent the disease, as well as having a better prevention behavior.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41327
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rumahorbo, Hotma
Abstrak :
Prediabetes merupakan prakondisi Diabetes dengan risiko absolut DMT2 sebesar 2 10 kali Diabetes merupakan faktor risiko penyakit Jantung dan Stroke yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia Diabetes dapat dicegah dengan memperbaiki pola makan dan pola latihan fisik penyandang Prediabetes Penelitian bertujuan untuk memperoleh model pemberdayaan yang dapat memperbaiki pola makan dan pola latihan fisik sebagai upaya mengendalikan glukosa darah penyandang Prediabetes Pengembangan model segitiga kerjasama SESAMA dilakukan dengan studi fenomenologi dan divalidasi Efektivitasnya dengan quasi experiment with control group design "selama 16 minggu Jumlah sampel penelitian adalah 151 penyandang Prediabetes Hasil penelitian menunjukkan penurunan AKG sebesar 25 186 risiko pola latihan fisik sebesar 29 kali dan kadar glukosa darah menurun sebesar 5 734 mg Dl Direkomendasikan kepada pihak terkait agar model ldquo SESAMA "dapat digunakan sebagai salah satu model pencegahan diabetes di masyarakat. ......Prediabetes constitutes a diabetic precondition with absolutely relative risk 2 10 times Diabetes is the risk factor of heart disease and stroke as the main cause of death in Indonesia Early handling of Prediabetes is important that take cares in the form of lifestyle shift especially improving eating and physical exercise pattern The aim of study was to develop empowerment model in improving eating and physical exercise pattern of prediabetes patients in order to control blood glucose level By Fenomenology study the empowerment model of segitiga kerjasama SESAMA have been developed The "SESAMA" model is validated in improving eating and physical exercise pattern as well as controlling blood glucose level of Prediabetes patients using quasi experiment with control group design The validation model conducted for 16 week period with 151 subjects The result of this study showed that the model could decreased AKG in amount of 25 186 risk of physical exercises pattern 29 times and decreasing of blood glucose level in amount of 5 734 mg Dl This study recommended to related parties so that the model "SESAMA" could be implemented in preventing diabetes patients in community.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
D2027
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Ramayulis
Abstrak :
Latar Belakang: Kewajiban mencantumkan informasi kandungan Gula, Garam dan Lemak GGL serta pesan kesehatan pada pangan siap saji telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 617 ; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013, akan diberlakukan paling lambat tahun 2019 empat tahun setelah diundangkan . Saat ini belum diketahui keberhasilan pencantuman informasi kandungan GGL serta pesan kesehatan bagi peningkatan pengetahuan, perbaikan pemilihan menu serta penurunan asupan GGL masyarakat untuk mengurangi risiko Penyakit Tidak Menular PTM serta belum tersedia petunjuk teknis pencantuman informasi kandungan GGL serta pesan kesehatan ini pada tempat penyedia pangan siap saji. Tujuan dan Metode : Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media papan menu untuk pencantuman informasi kandungan GGL serta pesan kesehatan dan menganalisis pengaruhnya terhadap tingkat pengetahuan tentang GGL serta pesan kesehatan, pemilihan menu dan asupan GGL. Subyek penelitian berasal dari dua SMA di kota Depok sebanyak 374 siswa SMA yang dipilih secara bertingkat Multi Stage Random Sampling . Model pengembangan papan menu meliputi tahapan analisis kebutuhan, desain pembelajaran, pengembangan produk, dan evaluasi produk yang terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Tingkat pengetahuan diukur dengan kuesioner pengetahuan, pemilihan menu dinilai berdasarkan formulir Healthiness Quotient HQ , dan asupan GGL diukur dengan formulir food recall. Hasil : Disain papan menu yang memperoleh nilai paling baik adalah warna dasar papan menu hitam, dan warna tulisan daftar menu, harga, kandungan GGL putih, serta warna tulisan pesan kesehatan kuning. Penulisan daftar menu, harga dan kandungan GGL dalam bentuk tabel. Penulisan pesan kesehatan diletakkan di bawah tabel dengan posisi tengah disertai dengan sumber pesan kesehatan tersebut yaitu Permenkes Nomor 30 tahun 2013. Secara keseluruhan penulisan tulisan pada papan menu ini mengikuti pola F yaitu pada tulisan bagian pertama ditulis secara horizontal dan pesan kesehatan ditulis dengan area yang lebih pendek. Daftar makanan yang dicantumkan pada papan menu tidak hanya pada hidangan yang dijual tetapi juga mencantumkan bahan yang sering ditambahkan pada makanan yang dipesan seperti saos, kecap, mayonaise, gula, sirup dan kerupuk. Uji GLM Multivariate Repeated Measure memperlihatkan setelah dikontrol jenis kelamin, status gizi, jumlah uang jajan, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku, terdapat pengaruh pencantuman informasi kandungan GGL serta pesan kesehatan pada papan menu di kantin sekolah terhadap peningkatan pengetahuan tentang GGL serta pesan kesehatan, perbaikan pemilihan menu jajanan dan penurunan asupan GGL di kantin sekolah, luar kantin sekolah dan sehari-hari. Pengukuran di lakukan mulai pre intervensi, minggu ke-3, ke-6 dan ke-9 setelah intervensi. Pada kelompok intervensi terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan dari 45,1, menjadi 49,6, 55,4 dan 58,8, rata-rata skor HQ pemilihan menu jajanan semakin sehat dari 1,5 menjadi 1,2, 1,2 dan 0,9 kantin sekolah , 3,4 menjadi 2,8, 2,5 dan 2,2 luar kantin sekolah , dan 4,7 menjadi 3,7, 3,6 dan 2,9 sehari-hari , rata-rata asupan gula menurun dari 36,5 g menjadi 32,4 g, 30,2 g dan 21,1 g di kantin sekolah , 46,1 g menjadi 39,9 g, 34,7 g dan 30,3 g luar kantin sekolah , dan 82,3 g menjadi 71,7 g, 64,9 g, dan 51,4 g sehari-hari , rata-rata asupan garam menurun dari 897,5 mgNa menjadi 669,4 mgNa, 707,5 mgNa dan 584,8 mgNa kantin sekolah , 1997,3 mgNa menjadi 1646,4 mg Na, 1409,8 mgNa dan 1335,8 mgNa luar kantin sekolah , dan 2894 mgNa menjadi 2299,7 mgNa, 2111,9 mgNa dan 1902 mgNa sehari-hari , rata-rata asupan lemak menurun dari 21,3 g menjadi 16,8 g, 16,8 g dan 16,2 g kantin sekolah , 67,1 g menjadi 60,1 g, 49,9 g dan 44,9 g luar kantin sekolah , dan 88,4 g menjadi 76,9 g, 66,7 g dan 61,2 g sehari-hari . Pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan pengetahuan skor 42,7 menjadi 43,9, 42,8, dan 43,4 , tidak terjadi perbaikan pemilihan menu di kantin sekolah skor 1,6, menjadi 1,5, 1,8 dan 2,0 , luar kantin sekolah skor 3,0 menjadi 2,9, 2,8 dan 3,1 , dan sehari-hari skor 4,2 menjadi 4,2, 4,2 dan 4,6 , tidak terjadi penurunan asupan gula dari makanan di kantin sekolah 40,9 g menjadi 39,8 g, 47,5 g dan 57,5 g , luar kantin sekolah 39,7 g menjadi 48,1 g, 40,6 g dan 47,6 g dan sehari-hari 78,9 g menjadi 88,9 g, 87,2 g dan 102,5 g , tidak terjadi penurunan asupan garam dari makanan di kantin sekolah 900 mgNa menjadi 854,9 mgNa, 1002,9 mgNa dan 888,1 mgNa , luar kantin sekolah 1715,3 mgNa menjadi 1777,5 mgNa, 1601,8 mgNa dan 1676 mgNa , dan sehari-hari 2592,9 mgNa menjadi 2480,4 mgNa, 2599,4 mgNa dan 2551,6 mgNa , tidak terjadi penurunan asupan lemak dari makanan di kantin sekolah 25,2 g menjadi 22,3 g, 26,6 g dan 24,7 g , luar kantin sekolah 59 g menjadi 55,8 g, 51,2 g dan 56,9 g dan sehari-hari 83,9 g menjadi 77,7 g, 77,8 g dan 81,7 g. Kesimpulan : Pencantuman informasi kandungan GGL serta pesan kesehatan pada papan menu di kantin sekolah meningkatkan pengetahuan siswa SMA tentang GGL serta pesan kesehatan, memperbaiki pemilihan menu dan menurunkan asupan GGL.Saran : Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi yang menguatkan kewajiban pencantuman informasi GGL serta pesan kesehatan untuk mengurangi risiko penyakit tidak menular dengan mengedukasi masyarakat melalui pencantuman informasi GGL serta pesan kesehatan pada pangan siap saji dan disain papan menunya dapat diadop oleh kementerian kesehatan untuk menjadi bagian dari petunjuk teknis pelaksanaan Permenkes Nomor 30 tahun 2013 Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 617 terutama untuk pangan siap saji.Kata kunci : kandungan GGL, pesan kesehatan, papan menu, asupan GGL. ......Background: The obligation to include information on the content of Sugar, Salt and Fat SSF also health messages on ready to eat foods has been regulated in Minister of Health Regulation No. 30 of 2013 on inclusion of information on sugar, salt and fat contents also health message for prepared food and ready to eat State Gazette of the Republic of Indonesia No. 617 of 2013 as already amended by Minister of Health Regulation No. 63 of 2015 on Amendment to Regulation of the Minister of Health No. 30 of 2013, shall be effective in 2019 four years after the enactment . It isn rsquo t currently known the success of the inclusion of information on SSF contents also health messages for the improvement of knowledge, improvement of menu selection and the decrease of SSF intake to reduce the risk of NonCommunicable Diseases NCDs and the technical guidance inclusion of information on SSF contents and health message is not yet available at the food seller. Objectives and Methods: This study aims to develop menu board media for the inclusion of information on SSF contents also health messages and analyze its effect on the level of knowledge about SSF also health messages, menu selections and SSF intake. The research subjects are from two senior high schools in Depok city as many as 374 high school students selected in stages Multi Stage Random Sampling . The menu board development model includes the stages of needs analysis, instructional design, product development, and product evaluation consisting of formative evaluation and summative evaluation. The level of knowledge measured by a knowledge questionnaire, menu selection assessed by the Healthiness Quotient HQ form, and the SSF intake measured by a food recall form. Result: The best menu board design that get the best value is the basic color of the black menu board, and white color is for the menu listing, price, SSF content, while yellow color is for health message. Writing menu lists, pricing and SSF content in tabular form. Health message writing placed under the table at the middle position accompanied by the health message source is Minister of Health Regulation No. 30 of 2013. Overall writing on board menu follows the F pattern that is on the first part of the writing is written horizontally and health messages written have more areas. The list of foods that listed on the menu board is not only on the dishes that they sold but also lists of the ingredients that are often added to the ordered food such as sauces, soy sauce, mayonnaise, sugar, syrup and crackers. GLM Multivariate Repeated Measure test shows after sex, nutritional status, amount of money, attitude, subjective norm and perception of behavior control had controlled, and there is influence of inclusion of information on SSF contents also health message on school menu board in school cafeteria to increase knowledge about SSF and health message , improved menu selections and decreased SSF intake at the school cafeteria, outside of the school cafeteria and daily intake. Measurements made from pre intervention, 3rd, 6th and 9th week after intervention. In the intervention group there was an increase in the average of score of knowledge from 45.1, to 49.6, 55.4 and 58.8, the average of HQ score from 1.5 to 1.2, 1.2 and 0.9 school cafeteria , 3.4 to 2.8, 2.5 and 2.2 outside of the school cafeteria , and 4.7 to 3.7, 3.6 and 2.9 daily intake , the average of sugar intake decreased from 36.5 g to 32.4 g, 30.2 g and 21.1 g school cafeteria , 46.1 g to 39.9 g, 34.7 g and 30 , 3 g outside of the school cafeteria , and 82.3 g to 71.7 g, 64.9 g, and 51.4 g daily intake , the average of salt intake decreased from 897.5 mgNa to 669, 4 mgNa, 707,5 mgNa and 584,8 mgNa school cafeteria , 1997,3 mgNa to 1646,4 mg Na, 1409,8 mgNa and 1335,8 mgNa outside of the school cafeteria , and 2894 mgNa become 2299,7 mgNa, 2111.9 mgNa and 1902 mgNa daily intake , while the average of fat intake decreased from 21.3 g to 16.8 g, 16.8 g and 16.2 g school cafeteria , 67.1 g to 60.1 g, 49.9 g and 44.9 g outside of the school cafeteria , and 88.4 g at 76.9 g, 66.7 g and 61.2 g daily intake . Meanwhile, the control group, there wasn rsquo t increase in knowledge scores of 42.7 to 43.9, 42.8, and 43.4 , no improvement in menu selections in the school cafeteria scores 1.6, 1.5, 1.8 and 2.0 , outside of the school cafeteria score 3.0 to 2.9, 2.8 and 3.1 , and daily intake score 4.2 to 4.2, 4.2 and 4.6 , there was not decrease in the intake of sugar from school cafeteria 40.9 g to 39.8 g, 47.5 g and 57.5 g , outside of the school cafeteria 39.7 g to 48.1 g, 40.6 g and 47.6 g and daily intake 78.9 g to 88.9 g, 87.2 g and 102.5 g , there was no decrease of salt intake from school cafeteria 900 mg Na to 854.9 mgNa , 1002.9 mgNa and 888.1 mgNa , outside of school cafeteria 1715.3 mgNa to 1777.5 mgNa, 1601.8 mgNa and 1676 mgNa , and daily intake 2592.9 mgNa to 2480.4 mgNa, 2599.4 mgNa and 2551.6 mgNa , no decrease in dietary fat intake in the school cafeteria 25.2 g to 22.3 g, 26.6 g and 24.7 g , outside of the school cafeteria 59 g being 55.8 g, 51.2 g and 56.9 g and daily intake 83.9 g to 77.7 g, 77.8 g and 81.7 g. Conclusion: Inclusion of information on SSF contents also health messages on the menu boards in the school cafeteria enhances senior high school students rsquo knowledge of SSF and health messages, improves menu selections and decrease SSF intake.Suggestions The results of this study can be use as a reference to strengthen the obligation of inclusion of information on SSF information also health messages to reduce the risk of non communicable diseases NCDs by educate the public through the inclusion of information on SSF contents and health messages on fast food and design of the menu board can be adopted by the Health Ministry to be part of the technical guidance on the implementation of Health Ministry Regulation No. 30 of 2013 State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2013 Number 617 , especially for fast food.Keywords SSF contents, health message, menu board, SSF intake.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermansyah
Abstrak :
Studi ekologi ini mengembangkan suatu model manajemen demam berdarah dengue berdasarkan dinamika transmisi, kondisi lingkungan dan kependudukan di wilayah tsunami berat, tsunami ringan, dan tidak tsunami. Pemanfaatan data citra satelit Landsat-5 TM dan klimatologi melalui analisis spasial menemukan bentuk pola sebaran dan tingkat konektivitas antar titik kasus. Ditemukan model manajemen yang berbeda pada simpul 2 media transmisi dan simpul 3 perilaku pemajanan antar wilayah, sehingga dalam memodifikasi kondisi lingkungan dan intervensi perubahan perilaku harus berdasarkan manajemen demam berdarah dengue berbasis wilayah.
Ecological study is to develop a management model of dengue hemorrhagic fever based on transmission dynamics, environmental conditions and population risk factors in the severe tsunami, the light tsunami, and areas not affected by tsunami. The using satellite imagery Landsat-5 TM and climatological data through spatial analysis were found a form of distribution patterns and levels of connectivity between case points. Management model was found different on node 2 transmission media and node 3 exposure behavior between regions, so that in modifying environmental conditions and behavior change intervention should be refer to the management of dengue hemorrhagic fever based on the region.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
D1320
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library