Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desi Rusliawati
"ABSTRAK
Deposit DCO di pipa transfer merupakan hasil serangkaian kejadian pembekuan produk DCO di pipa yang mempunyai temperatur di bawah pour point yaitu saat pelaksanaan transfer minyak berat DCO dari tangki menuju kapal dilakukan melalui pipa di bawah laut. Seringkali DCO membeku di dalam pipa, sehingga DCO tidak dapat dipompa. Untuk mengatasi kebuntuan pipa DCO tidak dapat dilakukan hanya dengan cara mekanis seperti pengadukan tetapi diperlukan solvent yang cukup kuat untuk melarutkan DCO tersebut.
Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah untuk memilih solvent produksi Pertamina yang paling baik untuk melarutkan deposit DCO dalam pipa. Solvent yang diuji diantaranya Heavy Alkilate, Low Aromatic White Spirit (LAWS), Pertasol CA, Pertasol CB, Special Boiling Point x (SBPx), dan Heavy Aromate.
Metoda uji kelarutan DCO oleh masing-masing solvent ini adalah uji kelarutan secara visual, DCO dilarutkan dalam masing-masing solvent dan diamati ada atau tidaknya pemisahan DCO dengan solvent. Komposisi hidrokarbon dalam setiap solvent, dilakukan analisis dengan Gas Cromatograph Detail Hidrocarbon Analyzer (GC-DHA). Kandungan aromat dalam masing-masing solvent diuji dengan Titik Anilin.
Dari hasil uji didapatkan, bahwa solvent yang paling baik melarutkan DCO adalah Heavy Aromate. Titik Anilin Heavy Aromate sangat rendah yaitu <15oC. Setelah pendinginan selama ± 3 jam, belum terjadi pemisahan antara anilin dengan Heavy Aromate. Dari hasil uji dengan GC-DHA, Heavy Aromate mengandung hidrokarbon aromatik paling banyak yaitu 46.719 % massa, 50.017 % mol, dan 44.394 % volume. Untuk campuran solvent lain dan Heavy Aromate (50:50) dan (75:25), masih dapat melarutkan DCO."
2008
TA1701
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Imaniyati
2008
TA1682
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Marzuki
"
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui kualitas bahan bakar solar dengan
beberapa metode uji ASTM. Umumnya bahan bakar yang diproduksi memiliki sifatsifat
sesuai dengan standar spesifikasi yang telah ditetapkan untuk bahan bakar yang
dijual secara komersial. Namun penurunan mutu bahan bakar dapat terjadi seperti
adanya pencampuran solar dengan kerosene, solar dengan oli, atau dapat juga terjadi
selama penyimpanan dan penanganannya. Tingkat kontaminan di dalam bahan bakar
dapat dikurangi dengan menjaga tangki penyimpanan bebas dari air dan dari zat-zat
kimia berbahaya yang terdapat di dalam bahan bakar atau merupakan produk
pembakaran (emisi gas buang). Sistem bahan bakar dan komponen-komponennya
perlu diawasi dan dirawat secara teratur untuk menjamin agar mesin tetap berjalan dengan baik. Mengabaikan salah satu faktor diatas dapat menimbulkan masalah
penggunaan bahan bakar yang akhirnya mengakibatkan kerusakan pada peralatan
atau mesin yang digunakannya. Metode yang digunakan adalah ASTM D-1298 untuk
penentuan gravitasi spesifik, ASTM D-93 untuk penentuan flash point, ASTM D-445
untuk penentuan viskositas 40 0C, ASTM D-97 untuk penentuan titik tuang dan titik
kabut, ASTM D-86 untuk penentuan destilasi.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga sampel solar tersebut masih masuk dalam
range menurut ketetapan dirjen MIGAS."
2008
TA1695
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Andriani
"ABSTRAK
Gula pasir adalah gula kristal sakarosa kering dari tebu atau bit yang
dibuat melalui proses sulfitasi atau karbonatasi atau proses lainnya sehingga
langsung dapat dikonsumsi. Gula pasir digunakan sebagai bahan baku pada
pembuatan susu, disamping fresh milk yang merupakan bahan baku utama
pembuatan susu.
Gula pasir berasal dari tanaman tebu, dimana batang tebu tersebut diolah
melalui proses tertentu, hingga diperoleh gula dengan bentuk kristal padat. Gula
tebu (sugar cane) tersusun dari 2 unit monosakarida, yaitu fruktosa dan glukosa.
Oleh karena itu, gula tebu masuk ke dalam karbohidrat golongan disakarida.
Sukrosa (sakarosa) merupakan gabungan dari fruktosa dan glukosa, yang
merupakan kandungan terbesar pada gula tebu.
Sebagai bahan baku, gula pasir hendaknya dianalisa untuk mengetahui
mutunya apakah layak digunakan atau tidak. Parameter yang diujikan sacara
fisika-kimia, antara lain Extraneous Matter, pH, Reducing Sugar, CaCO3, SO2,
Moisture dan kandungan sukrosa, yang merupakan parameter kritis dari gula
pasir. Gula pasir bermutu baik hendaknya memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan PT. Indolakto.
Berdasarkan hasil pengujian, hasil untuk Extranenous Matter tidak
melebihi 0,02% wt/wt, untuk pH nilainya lebih dari 5,5, penentuan Reducing
Sugar tidak melebihi 20 mg/100 gram, CaCO3 yang diperoleh kurang dari 30
mg/100 gram, kadar SO2 tidak melebihi 20 mg/Kg, Moisture dari gula berada
pada nilai 0,10% meskipun ada beberapa sampel bernilai 0,13% namun dampak
yang ditimbulkan tidak terlalu berpengaruh. Serta kandungan sukrosa pada gula
memiliki hasil 99,3%, bahkan lebih. Hal tersebut menunjukkan bahwa gula pasir
memiliki kemurnian.
Dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa gula pasir
memiliki mutu yang baik, sehingga dapat digunakan untuk proses pengolahan
susu. Gula pasir yang baik dapat menghasilkan produk susu yang baik karena
parameter-parameter kritis tersebut memberikan dampak yang kecil bila bereaksi
dengan susu ketika dilakukan pencampuran."
2008
TA1700
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library