Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Jaka Riswantara
"Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan program Therapeutic Community (TC) dalam pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. Adapun pokok-pokok pikiran dari tulisan ini adalah :
1. Tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan Sistem Pemasyarakatan, yakni upaya pembinaan yang bermuara pada fungsi reintegrasi soaial bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
2. Upaya pembinaan Narapidana dilakukan untuk membentuk individu yang memiliki good personal adjustment dan prosocial behavior.
3. Metode TC merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk tercapainya perilaku yang mengarah kepada perubahan diri dari penyimpangan sosial kearah perilaku sosial yang bisa diterima
4. Dalam pelaksanaan pembinaan masih dihadapkan dengan masalah kuatnya pengaruh perilaku negatif Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. Oleh karena itu masalah yang penulis angkat dalam tugas akhir ini adalah bagaimana menerapkan program TC untuk mengurangi perilaku negatif Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
5. Untuk menjelaskan arti pentingnya metode TC, penulis melakukan kajian dengan menggunakan teori FIRO-B.
6. Melalui treatment yang diberikan dalam program TC diharapkan para Narapidana dapat memperoleh keyakinan dalam dirinya, sehingga bisa merubah perilaku yang semula menyimpang dari norma menjadi perilaku yang bisa diterima oleh masyarakat.
7. Melalui beberapa penyesuaian, Metode TC dipandang sangat efektif dalam merubah perilaku Narapidana sehingga dapat diterapkan di Lembaga Pemasyarakatan.
8. Sehubungan dengan penerapan metode TC, salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan, yaitu morning meeting guna mengurangi perilaku negatif Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yanti
"Kondisi saat ini di lembaga pemasyarakatan yang ditempatkan terpidana seumur hidup tidak memberikan program pembinaan secara khusus. Pembinaan kepribadian yang diberikan bersifat umum dan digabung dengan terpidana lainnya tanpa memperhatikan faktor kondisi individu yang bersangkutan. Sedangkan pembinaan kemandirian dengan pekerjaan hanya semata-mata untuk mengisi waktu saja.
Terpidana seumur hidup tidak saja mengalami krisis psikis akibat adanya pembatasan kemerdekaan bergeraknya. Namun dengan tidak adanya batas akhir penjara sampai dengan kematian sehingga terpidana harus menjalani sisa hidupnya dalam penjara. Keputusasaan yang disebabkan trauma tindak pidana, ketiadaan cita-cita dan harapan ke depan membuat dirinya mengalami krisis makna hidup. Makna hidup yang negatif disebabkan terpidana seumur hidup hanya melihat penderitaan dan pembatasan sebagai terpidana seumur hidup hanya sebagai sesuatu yang harus dipersalahkan dan disesali terus menerus.
Pelatihan bagi petugas pemasyarakatan dengan basis kemampuan empati untuk menjadi pendamping dan pembimbing terpidana seumur hidup dinilai merupakan program yang tepat untuk memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan sebagai pendamping dan pembimbing. Materi dasar dari pelatihan adalah pemberian makna hidup positif dan konsultasi yang baik dan efektif."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T18781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theodora Natalia Kusumadewi
"Banyak penelitian di seluruh dunia mengenai penggunaan internet memfokuskan pada topik penggunaan internet game online, setelah dilaporkan banyak pemain internet game online (gamer) secara mengkhawatirkan menjadi sangat menggemari (ke arah kecanduan) dan juga menunjukkan perilaku anti sosial selama bermain, termasuk melanggar peraturan dan menghindari tanggungjawab sosial (Loton, 2007). Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah mencari hubungan antara kecanduan terhadap internet game online dengan keterampilan sosial pada 187 remaja (77,5% laki-laki) dengan rata-rata usia partisipan penelitian: 16,7. Seluruh partisipan telah melengkapi skala Internet Addiction Disorder (IAD) milik Ivan Goldberg dan skala Social Skills Inventory (SSI) milik Ronald Riggio, yang keduanya telah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia.
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan internet game online dan keterampilan sosial pada remaja dengan korelasi sebesar r=-.216**, signifikan pada l.o.s 0.01. Selain itu, ditemukan pula hubungan yang signifikan antara kecanduan internet game online dengan faktor usia dan dengan dua domain dari keterampilan sosial, antara lain, Emotional Sensitivity (ES) dan Social Expressivity (SE).
Researches around the world about internet using have focused to the topic after reports of gamers becoming alarmingly preoccupied (lead to addiction) with internet game online dan shows anti social behavior to support play, including breaking rules and neglecting social responsibilities (Loton, 2007). The aim of this study was to find a relationship between internet game online addiction and social skills among 187 adolescents (77,5% are male), with mean age: 16.7. All participants completed two scales: Internet Addiction Disorder (IAD) by Ivan Goldberg and Social Skills Inventory (SSI) by Ronald Riggio, both were adopted to Indonesian language.
This study reveals a significant association betweeen addiction and social skills in adolescents whose addicted to internet game online, with correlation r=-.216**, significant in l.o.s. 0.01. It is also found a significant relation among internet game online addiction to age factor and two social skills domains, are Emotional Sensitivity (ES) and Social Expressivity (SE).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Theodora Natalia Kusumadewi
"ABSTRAK
Banyak penelitian di seluruh dunia mengenai penggunaan internet memfokuskan pada topik penggunaan internet game Online, setelah dilaporkan banyak pemain internet game Online (gamer) secara mengkhawatirkan menjadi sangat menggemari (ke arah kecanduan) dan juga menunjukkan perilaku anti sosial selama bermain, termasuk melanggar peraturan dan menghindari tanggungjawab sosial (Loton, 2007). Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah mencari hubungan antara kecanduan terhadap internet game online dengan keterampilan sosial pada 187 remaja (77,5% laki-laki) dengan rata-rata usia partisipan penelitian: 16,7. Seluruh partisipan telah melengkapi skala Internet Addiction Disorder (IAD) milik Ivan Goldberg dan skala Social Skills Inventory (SSI) milik Ronald Riggio, yang keduanya telah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan internet game online dan keterampilan sosial pada remaja dengan korelasi sebesar r=-.216**, signifikan pada l.o.s 0.01. Selain itu, ditemukan pula hubungan yang signifikan antara kecanduan internet game online dengan faktor usia dan dengan dua domain dari keterampilan sosial, antara lain, Emotional Sensitivity (ES) dan Social Expressivity (SE).

ABSTRACT
Researches around the world about internet using have focused to the topic after reports of gamers becoming alarmingly preoccupied (lead to addiction) with internet game Online dan shows anti social behavior to support play, including breaking rules and neglecting social responsibilities (Loton, 2007). The aim of this study was to fmd a relationship between internet game online addiction and social skills among 187 adolescents (77,5% are male), with mean age: 16.7. All participants completed two scales: Internet Addiction Disorder (IAD) by Ivan Goldberg and Social Skills Inventory (SSI) by Ronald Riggio, both were adopted to Indonesian language. This study reveals a significant association betweeen addiction and social skills in adolescents whose addicted to internet game online, with correlation r=-.216**, significant in l.o.s. 0.01. It is also found a significant relation among internet game online addiction to age factor and two social skills domains, are Emotional Sensitivity (ES) and Social Expressivity (SE)."
2009
S3609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annelia Sari Sani
"Remaja adalah salah satu tahapan dalam kehidupan yang harus di jalani oleh setiap manusia. Tahapan ini bukanlah masa yang mudah untuk dijalani. Ini merupakan masa yang penting dalam kehidupan. Karena masa ini mempakan masa peralihan dari kanak-kanak menjadi orang dewasa. Segala halyang dibutuhkan oleh seseorang pada masa dewasa, dipelajari dan ditentukan kualitasnya pada masa ini (Stone, 1975). Stanley Hall (dalam Powell 1963) menyebutkan masa ini sebagai masa storm and stress.
Menurut Havighurst (dalam Rice, 1990) salah satu tugas perkembangan remaja adalah mengembangkan kemandirian. Hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Karena kemandirian bukanlah sesuatu yang unidimensional melainkan meliputi dimensi-dimensi yang berbeda. Dimensi-dimensi tersebut meliputi dimensi kemandirian dalam bertingkah laku, secara emosi, dan secara kognitif (Sprinthal & Collins, 1995). Dimana kemandirian dalam bertingkah laku berbcntuk fungdi independcn yang aktif dan nyata (Sessa & Steinberg, dalam Collins dan Sprinthall, 1995). Kemandirian secara emosi berupa berkembangnya perasaan individuasi terhadap orang tua dan usaha untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang tua untuk kebutuhan dasar (Steinberg & Shverberg dalam Sprinthall & Collins, 1995). Sedangkan kemandirian kognitif berbentuk rasa mampu membuat keputusan tanpa perlu mendapat persetujuan dari orang lain (Sessa & Steinberg dalam Sprinthall & Collins, 1995).
Pada saat perkemibangan remaja ini, orang tua remaja juga mengalami berbagai perkembangan dan prubahan. Orang tua remaja pada umumnya berusia sekitar awal tiga puluhan dan sampai akhir empat puluhan. Masa ini sering dianggap sebagai masa penentuan kehidupan mereka selanjutnya. Pada rentang usia ini seseorang mulai menilai kepuasan perkawinannya, kebahagiaan rumah tangganya, dan perjalanan karirnya. Sehingga masa ini juga merupakan masa yang sulit. Karena selain harus melakukan penyesuaian diri dan perencanaan untuk masa mendatang, orang tua ternyata juga harus berhadapan dengan masalahmasalah seputar anak remajanya.
Pada masa-masa seperti ini, berbagai hal dapat menjadi sumber konflik antara orang tua dan anak remajanya. Salah satunya adalah mengenai kemandirian tersebut. Hal ini dapat dimaklumi mengingat adanya perbedaan pengalaman dan penghayatan antara orang tua dan anak remaja terhadap berbagai hal yang mereka alami. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai konsep kemandirian menurut orang tua dan remaja. Hasil penelidan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap masalah-masalah seputar kemandirian.
Subyek dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 18-20 tahun beserta kedua orang tuanya yang tinggal di Jakarta sebanyak 8 keluarga. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian kualitatif dapat menggali lebih dalam mengenai konsep kemandirian yang dimiliki oleh para subyek. Pemilihan subyek dilakukan secara purposif. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur di tambah dengan observasi terhadap subyek dan tempat dilakukannya wawancara.
Dari hasil wawancara di temukan bahwa seluruh subyek memiliki pengertian yang sama terhadap kemandirian, namun tingkat pemahaman dan penghayatannya berbeda. Subyek-remaja yang berjenis kelamin perempuan lebih mengembangkan dimensi emosi dan kognitif dari kemandirian. Sedangkan yang berjenis kelamin laku-laki lebih mengembangkan dimensi tingkah laku dan kognitif dari kemandirian. Subyek-bapak lebih mengembangkan dimensi kemandirian kognitif dan ibu mengembangkan dimensi kognitif dan tingkah laku. Diskusi terhadap hasil peneUtian ini dilakukan berdasarkan sudut pandang teori psikologi perkembangan, gender, dan budaya. Sedangkan saran dari penelitian ini adalah agar dilaksanakan penelitian mengenai kemandirian dengan sudut pandang budaya, dan menggunakan metode peneltian gabungan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cut Safrina Dahri
"Seringnya terjadi kekambuhan pada pecandu narkoba setelah program penyembuhan, menjadikan perlunya penelitian tentang dinamika terjadinya kekambuhan pada pecandu narkoba. Seperti yang kita ketahui, banyak jenis narkoba yang beredar di indonesia antara lain ganja, ekstasi, shabu, heroin dan jenis lainnya. Penelitian ini hanya menfokuskan dinamika terjadinya kekambuhan pada pecandu heroin. Alasan dipilihnya penelitian pada pecandu heroin karena heroin merupakan jenis narkoba yang paling banyak di salahgunakan, paling kuat ketergantungannya terlihat dari gejala putus (withdrawal sympton) yang timbulkannya dan kecenderungan untuk menambah dosis, serta banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan akibat kecanduan putaw seperti tingkah laku kriminal, gangguan fisik, AIDS bahkan kematian.
Adapun alasan pentingnya dilakukan penelitian ini adalah untuk melihat aplikasi pendekatan cognitive-behavioral dalam menjelaskan proses kekambuhan pada pecandu heroin. Kedua, akibat kekambuhan pada pecandu heroin menimbulkan banyak kerugian materi karena harus berkali-kali berobat bahkan kematian karena kecenderungan menambah dosis. Dan disamping kedua alasan di atas, sedikitnya penelitian tentang kekambuhan pada pecandu putaw menjadikan pentingnya mengadakan penelitian tentang kekambuhan jenis narkoba Iain agar masalah ini dapat diatasi dengan merancang program pencegahan kekambuhan (relapse prevention) untuk para pecandu narkoba di Indonesia.
Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil kasus kekambuhan pada pecandu putaw. Adapun sumber data utama yang dipakai adalah hasil laporan wawancara dengan responden (pecandu putaw) dan sumber data penunjang yaitu observasi. Dengan menggunakan kedua data ini, diharapkan hasil penelitian akan lebih baik dan lebih dapat dipercaya. Skripsi ini berusaha menggambarkan masalah kekambuhan yang teljadi pada pecandu putaw dengan menggunakan pendekatan cognitive-behavioral mengenai proses kekambuhan yang dikemukakan oleh Marlatt dan Gordon (1985).
Hasil skripsi menunjukkan bahwa terdapat beberapa situasi yang beresiko terjadinya kekambuhan, antara Iain emosi negatif (negative emotional state), tekanan Sosial (social pressure) dan konflik antar pribadi (interpersonal conflict). Kemungkinan terjadinya kekambuhan semakin besar karena pengaruh beberapa faktor kognitif seperti self efficacy yang rendah dan adanya positive outcome expectancies. Pengaruh faktor situasi dan faktor kognitif ini mendorong pecandu memakai untuk pertama kalinya (lapse/slip). Slip dianggap sebagai pelanggaran terhadap aturannya sendiri untuk berhenti memakai putaw. Setelah slip, pecandu akan mengalami konflik (a cognitive dissonance effect) dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri (a personal attribution eject). Pada saat pecandu merasakan lapse/slip menjadi kekambuhan dan merasa tidak mungkin dia kembali berhenti, maka salah satu cara menghilangkan gangguan yang ia rasakan tersebut adalah dengan cara membiarkan kekambuhan tersebut menjadi tidak terkendali.
Berdasarkan hasil skripsi, beberapa saran untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan pendekatan kuantitatif untuk meneliti faktor situasi apa yang paling berperan terhadap terjadinya kekambuhan apakah determinan interpersonal atau intrapersonal. Selain itu, perlu dilakukan penelitian Iebih lanjut tentang factor mana yang Iebih berperan terhadap terjadinya kekambuhan apakah karena factor internal (kognitif) atau eksternal (situasi) serta program intervensi untuk rnencegah terjadinya kekambuhan (relapse prevention) pada pecandu putaw khususnya dan pecandu narkoba secara umum. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alim
"ABSTRAK
Ketergantungan terhadap alkohol atau alkoholisme merupakan salah satu bentuk
penyimpangan konsumsi zat yang menimbulkan berbagai dampak negatif, baik
secara
tanda-tanda adanya alkoholisme adalah alcohol expectancy, yakni antisipasi akan
efek-efek positif dan negatif yang akan diperoleh individu dari alkohol. Telah
ditemukan bahwa alcohol expectancy sudah dimiliki oleh individu sejak sebelum
pertama kali mengkonsumsi alkohol, sebagai hasil dari proses belajar sosial, dan
dapat memprediksi pola konsumsi alkoholnya.
Kurangnya perhatian yang diberikan kepada fenomena ketergantungan terhadap
alkohol di Indonesia, mendorong dilakukannya penelitian untuk melihat
keterkaitannya dengan alcohol expectancy. Melalui instrumen berupa kuesioner
tertulis, diperoleh gambaran tingkat ketergantungan terhadap alkohol, alcohol
expectancy dan data tambahan mengenai pola konsumsi alkohol dari 161
peminum alkohol usia dewasa muda yang menjadi responden penelitian.
Tingkat ketergantungan terhadap alkohol ditentukan berdasarkan skor responden
pada Michigan Alcoholism Screening Test (MAST), dan alcohol expectancy
diukur menggunakan Alcohol Effects Questionnaire (AEQ), yang keduanya telah
dialihbasakan oleh peneliti. Responden terbagi dalam tiga tingkat ketergantungan
terhadap alkohol serta memiliki skor pada delapan skala alcohol expectancy,
mewakili efek-efek positif dan negatif yang diantisipasi dari alkohol.
fisik, psikologis maupun sosial. Variabel yang diketahui berkaitan dengan
Hasil analisa menunjukkan bahwa skor responden tingkat alkoholik lebih tinggi
dari kedua tingkat ketergantungan lain, pada skala-skala: Global Positive, Power
and Aggression, Sexual Enhancement, Social Expressiveness, dan Careless
Unconcern. Tiap tingkat ketergantungan mengantisipasi efek dari alkohol yang
berbeda-beda urutannya. Efek utama yang diantisipasi oleh responden tingkat non
alkoholik adalah Cognitive and Physical Impairment, tingkat cenderung akan
menjadi alkoholik adalah Social and Physical Pleasure, dan tingkat alkoholik
adalah Power and Aggression. Perhitungan menggunakan multiple reggression
pada program SPSS 10.01 menunjukkan bahwa efek Power and Aggression dan
Global Positive dapat memprediksi 15.9% variasi yang teijadi pada tingkat
ketergantungan terhadap alkohol. Disimpulkan bahwa alcohol expectancy berkaitan dengan tingkat ketergantungan
terhadap alkohol, serta dapat digunakan untuk memprediksi tingkat
ketergantungan terhadap alkohol. Penemuan ini diharapkan memberikan masukan
yang berarti bagi pengembangan program pencegahan ketergantungan terhadap
alkohol di Indonesia. Disarankan agar dibuat alat ukur alcohol expectancy yang
benar-benar mencakup kepercayaan-kepercayaan seputar efek dari alkohol pada
masyarakat Indonesia."
2002
S2910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Indriyani
"Makna hidup merupakan motivasi utama manusia dalam hidup. Kegagalan menemukan makna hidup mengarah pada tindakan merusak diri sendiri seperti mencandu narkoba. Karena itu, pemulihan diarahkan pada menemukan kembali makna dalam hidup pecandu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Gorski (2001) bahwa keterampilan yang dibutuhkan untuk long-term sobriety diarahkan pada menemukan makna dan tujuan hidup.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan wawancara sebagai teknik pengumpulan data utama. Sedangkan, observasi dilakukan untuk melengkapi data yang dikumpulkan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya komponen-komponen yang sangat berperan dalam pemulihan dan membantu responden menemukan makna hidup. Selain itu, pemulihan dan menemukan makna hidup melalui suatu proses yang umumnya sama untuk tiap responden meskipun urutannya berbeda.
Penelitian ini juga mengungkapkan ketidakbermaknaan yang dialami para responden ketika mencandu. Penelitian ini membenarkan adanya kaitan antara tingkat keparahan kecanduan dengan tingkat ketidakbermaknaan. Melalui penelitian ini juga diketahui sumber-sumber makna hidup responden yang pernah mencandu narkoba.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melengkapi data yang dikumpulkan dengan hasil Purpose In Life Test untuk mengukur kehendak akan makna dan kehampaan eksistensial atau Meaning In Suffering Test untuk memastikan apakah seseorang telah menemukan makna dalam penderitaannya. Selain itu, sebaiknya juga menggunakan responden yang belum berhasil menemukan makna hidup untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat penemuan makna hidup."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>