Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septia Pristi Rahmah
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu zat pencemar yang mampu menyebabkan kekambuhan asma adalah nitrogen dioksida (NO2). Konsentrasi NO2 yang tertinggi di Kota Padang berasal dari transportasi (50,57 ug/Nm3). Daerah dengan konsentrasi NO2 tinggi di Kota Padang adalah daerah Lubuk Kilangan dan daerah dengan konsentrasi NO2 rendah di Kota Padang adalah beberapa wilayah di Kecamatan Koto Tangah. Data pasien asma diambil dari Puskesmas masing-masing wilayah kerja (Puskesmas Lubuk Kilangan dan Puskesmas Air Dingin). Penelitian dilakukan dengan desain studi kohort retrospektif, dimana pajanan NO2 telah terjadi di masa lalu, sedangkan riwayat kakambuhan asma diikuti selama Januari – November 2014. Anak yang menjadi responden adalah anak yang berusia ≥ 7 tahun dan telah menderita asma selama minimal 2 tahun pada saat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan konsentrasi NO2 dengan kekambuhan asma pada anak dengan pvalue 0,003 dengan Risiko Relatif (RR = 2,273). Variabel yang paling dominan mempengaruhi kekambuhan asma adalah konsentrasi NO2 dan riwayat prematur setelah dikontrol variabel lain secara multivariat menggunakan uji Cox Regression.
ABSTRACT
One of contaminants that can cause an asthma relapse is nitrogen dioxide (NO2). The highest concentration of NO2 in Padang is from transportation (50.57 ug / Nm3). An area with high concentrations of NO2 in the city of Padang is Lubuk Kilangan and areas with low NO2 concentrations in Padang are some areas in the district of Koto Tangah. Data of Asthma patient taken from each health center of working area (health centers Lubuk Kilangan and health centers Air Dingin). The study was conducted with a retrospective cohort study design, in which NO2 exposure has occurred in the past, while history of asthma relapse followed during January-November 2014. Children who were respondents are children ≥ 7 years old and have been suffering from asthma for at least 2 years at the time of research. The results showed a significant relationship between the concentration of NO2 with recurrence of asthma in children with p value 0.003 with relative risk (RR = 2.273). The most dominant variable affecting the recurrence of asthma is the concentration of NO2 and premature history after controlled others variable in multivariate using Cox Regression Test
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rotua, Evvi
Abstrak :
ABSTRAK
Posbindu PTM diharapkan dapat menanggulangi masalah tingginya angka kesakitan dan angka kematian akibat PTM. Penelitian ini bertujuan menganalisis determinan pemanfaatan Posbindu PTM di KKP Kelas I Tanjung Priok. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 114 sampel dan menggunakan data sekunder kegiatan Posbindu PTM dan hasil pemeriksaan kesehatan pegawai. Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi square dan regresi logistik untuk memperoleh gambaran hubungan antara karakteristik individu dan status kesehatan terhadap pemanfaatan Posbindu PTM. Berdasarkan hasil uji bivariat dan uji multivariat regresi logistik baik usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status kesehatan tidak mempengaruhi pemanfaatan Posbindu PTM (p value > 0,05).
ABSTRACT
The role of Posbindu PTM for NCDs is to overcome the mortality rate and morbidity rate. The aim of this study is to anlyze the role of Posbindu PTM for NCDs on Health Quarantine Office on Port of Tanjung Priok. The amount of sample that used in thir risert was 114 sample and the data was taken from the activities of Posbindu PTM and the resulth of health examination that have been done. Analyses technique used in this analyses was chi square and logistic regression to get the pictures of the correlation between the characteristic and health status. The result shows that there was no correlation between the utilization of Posbindu for NCDs with age, gender, education, job title and healt status ( p value > 0,05).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octaryana
Abstrak :
Jumlah kasus AIDS di Indonesia semakin meningkat, sampai periode Juni 2013 sebesar 43.667 kasus. ABK merupakan mobile migrant population yang memiliki perilaku seksual berisiko HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko terkait HIV/AIDS pada ABK di Poliklinik KKP Kelas I Tanjung Priok. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian yaitu cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ABK yang melakukan kegiatan Medical Check Up (MCU) di poliklinik KKP Tanjung Priok. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ABK yang melakukan kegiatan MCU dengan kriteria inklusi berjenis kelamin laki-laki, masa kerja minimal 3 bulan, WNI, dan menandatangani informed consent. Hasil penelitian menunjukkan 30,7% ABK memiliki perilaku seksual berisiko terkait HIV/AIDS. Karakteristik ABK terbanyak pada umur >30 tahun (56,7%), menikah (59,3%), pendidikan terakhir SMP keatas (78,7%), pulang ke daerah asal kurang dari 9 bulan sekali (78,7%), lama berlabuh ≤ 3 hari (59,3%), usia seks pertama >21 tahun (51,3%), tingkat pengetahuan kurang (53,3%), sikap negatif (54,7%), dan kurang terpapar informasi HIV/AIDS (56,7%). Faktor-faktor yang secara statistik memiliki hubungan dengan perilaku seksual berisiko adalah status pernikahan, pendidikan, frekuensi pulang ke daerah asal, lama berlabuh, usia seks pertama, pengetahuan, sikap dan keterpaparan media informasi. Sehingga perlu diberikan KIE mengenai HIV/AIDS dan penggunaaan kondom yang berkesinambungan serta penyediaan ATM kondom. ......The number of AIDS cases in Indonesia has increased, until the period of June 2013 amounted to 43.667 cases. The crew of ship is a mobile migrant population who have HIV/AIDS-risk sexual behaviors. This research aims to have description of the factors correlation with risk sexual behavior related to HIV/AIDS in the crew at the Polyclinic of Port Health Office Class I of Tanjung Priok. This research is an observational research using cross-sectional design study. Research population was entire the crew that have Medical Check Up (MCU) in the Polyclinic of Port Health Office Class I of Tanjung Priok. Research sample was partially of the crew that have Medical Check Up (MCU) with inclusion criteria male, work period at least 3 months, Indonesian, and signed informed consent. The result showed 30,7% of the crew have HIV/AIDS-risk sexual behavior. Most of the crew characteristic are above 30 years old (56,7%), get married (59,3%), educational grade over junior high school (78,7%), back to their hometown less than once in 9 months (78,7%), longer anchore less than 3 days (59,3%), age of first sex in over 21 years old (51,3%), level of knowledge low (53,3%), negative demeanor (54,7%), and less exposure to HIV/AIDS information (56,7%). The factors that are statistically have correlation with risk sexual behavior was marital status, education, frequency back to their hometown, longer anchored, age of first sex, knowledge, attitudes and media exposure information. So that needs to be given information, education and communication about HIV/AIDS and sustainable use of condoms and provision of condoms ATM.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Puspa Riana
Abstrak :
ABSTRAK
Laju urbanisasi, modernisasi dan pertumbuhan penduduk di negara berkembang menjadi penyebab munculnya penyakit tidak menular (PTM). Indonesia dengan populasi 247 juta jiwa memiliki prosentase kematian akibat PTM sebesar 71% (1.106.000 jiwa) dan 23% meninggal usia muda. Sindrom metabolik (SM) adalah kumpulan faktor risiko meliputi obesitas, resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi yang akan bermuara pada peningkatkan risiko terjadinya diabetes mellitus (DM) dan penyakit kardiovaskular (PKV). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada pegawai instansi pemerintah yang bekerja di lingkungan pelabuhan Tanjung Priok dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini menemukan bahwa prevalensi sindrom metabolik pada pegawai instansi pemerintah di lingkungan pelabuhan Tanjung Priok adalah sebesar 38,7 %. Variabel independen yang signifikan dengan kejadian sindrom metaboli yaitu umur (nilai p=0,0005), lama kerja (nilai p=0,0005), asupan karbohidrat (nilai p=0,032), dan aktifitas fisik (nilai p=0,003). Variabel yang paling dominan mempengaruhi sindrom metabolik adalah aktifitas fisik (OR=2,066; CI 95%=1,118-3,819). Individu dengan sindrom metabolik memiliki risiko 5 (lima) kali lebih besar untuk menderita diabetes mellitus tipe 2 dan berisiko 3 (tiga) kali lebih tinggi untuk menderita penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, diperlukan strategi pencegahan seperti skrining, penyediaan pos PTM, peningkatan aktifitas fisik, dan konsumsi makanan sehat dan bergizi.
ABSTRACT
Urbanization rate, modernization and population growth in developing countries becomes the causes of non-communicable diseases (NCDs). Indonesia with a population of 247 million people has a percentage of deaths from NCDs by 71% (1.106 million people) and 23% died young. Metabolic syndrome (SM) is a collection of risk factors include obesity, insulin resistance, dyslipidemia, and hypertension will lead to increasing the risk of diabetes mellitus (DM) and cardiovascular disease (CVD). The purpose of this study was to determine what factors are associated with the metabolik syndrome on government employees who work in the port of Tanjung Priok using cross sectional design study. This study found that the prevalence of metabolik syndrome in employees of government agencies in the port of Tanjung Priok is 38.7%. The independent variables were significant with metabolik syndrome were age (p = 0.0005), duration of working (p = 0.0005), carbohydrate intake (p = 0.032) and physical activity (p = 0.003). The most dominant variable affecting the metabolik syndrome is a physical activity (OR = 2.066; 95% CI = 1.118 to 3.819). Individuals with metabolik syndrome have a risk five (5) times more likely to suffer from diabetes mellitus type 2 and risk of 3 (three) times more likely to suffer from cardiovascular disease. Therefore, it is necessary to conduct prevention strategies such as screening, provision of NCDs post, increasing physical activity, and consumption of healthy and nutritious food;
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Puspa Riana
Abstrak :
ABSTRAK
Laju urbanisasi, modernisasi dan pertumbuhan penduduk di negara berkembang menjadi penyebab munculnya penyakit tidak menular (PTM). Indonesia dengan populasi 247 juta jiwa memiliki prosentase kematian akibat PTM sebesar 71% (1.106.000 jiwa) dan 23% meninggal usia muda. Sindrom metabolik (SM) adalah kumpulan faktor risiko meliputi obesitas, resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi yang akan bermuara pada peningkatkan risiko terjadinya diabetes mellitus (DM) dan penyakit kardiovaskular (PKV). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada pegawai instansi pemerintah yang bekerja di lingkungan pelabuhan Tanjung Priok dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini menemukan bahwa prevalensi sindrom metabolik pada pegawai instansi pemerintah di lingkungan pelabuhan Tanjung Priok adalah sebesar 38,7 %. Variabel independen yang signifikan dengan kejadian sindrom metaboli yaitu umur (nilai p=0,0005), lama kerja (nilai p=0,0005), asupan karbohidrat (nilai p=0,032), dan aktifitas fisik (nilai p=0,003). Variabel yang paling dominan mempengaruhi sindrom metabolik adalah aktifitas fisik (OR=2,066; CI 95%=1,118-3,819). Individu dengan sindrom metabolik memiliki risiko 5 (lima) kali lebih besar untuk menderita diabetes mellitus tipe 2 dan berisiko 3 (tiga) kali lebih tinggi untuk menderita penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, diperlukan strategi pencegahan seperti skrining, penyediaan pos PTM, peningkatan aktifitas fisik, dan konsumsi makanan sehat dan bergizi.
ABSTRACT
Urbanization rate, modernization and population growth in developing countries becomes the causes of non-communicable diseases (NCDs). Indonesia with a population of 247 million people has a percentage of deaths from NCDs by 71% (1.106 million people) and 23% died young. Metabolic syndrome (SM) is a collection of risk factors include obesity, insulin resistance, dyslipidemia, and hypertension will lead to increasing the risk of diabetes mellitus (DM) and cardiovascular disease (CVD). The purpose of this study was to determine what factors are associated with the metabolik syndrome on government employees who work in the port of Tanjung Priok using cross sectional design study. This study found that the prevalence of metabolik syndrome in employees of government agencies in the port of Tanjung Priok is 38.7%. The independent variables were significant with metabolik syndrome were age (p = 0.0005), duration of working (p = 0.0005), carbohydrate intake (p = 0.032) and physical activity (p = 0.003). The most dominant variable affecting the metabolik syndrome is a physical activity (OR = 2.066; 95% CI = 1.118 to 3.819). Individuals with metabolik syndrome have a risk five (5) times more likely to suffer from diabetes mellitus type 2 and risk of 3 (three) times more likely to suffer from cardiovascular disease. Therefore, it is necessary to conduct prevention strategies such as screening, provision of NCDs post, increasing physical activity, and consumption of healthy and nutritious food.
2016
T47162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library